Laporan Kasus Gangguan Psikotik Lir Skizofrenia Popy Maelandasari 712017044.docx

  • Uploaded by: Poppymaelandasari
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kasus Gangguan Psikotik Lir Skizofrenia Popy Maelandasari 712017044.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,569
  • Pages: 21
BAB I STATUS PASIEN I.

IDENTITAS PASIEN Nama

: Tn. O

Umur

: 27 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Status Perkawinan

: Sudah Menikah

Suku/Bangsa

: Palembang / Indonesia

Pendidikan

: Sekolah Menengah Atas (SMA)

Pekerjaan

: Petani

Agama

: Islam

Alamat

: Lemah Abang Musi Banyuasin

Datang ke RS

: Senin, 19 Maret 2018

Cara ke RS

: Diantar oleh keluarga

Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar

II.

RIWAYAT PSIKIATRIK Riwayat psikiatri diperoleh dari: 1. Autoanamnesis dengan pasien pada Senin, 19 Maret 2018 2. Alloanamnesis dengan ayah penedrita pada Senin, 19 Maret 2018

A.

Sebab Utama Sering mengamuk dan mengoceh sendiri.

B.

Riwayat Perjalanan Penyakit

Sejak 10 hari yang lalu, pasien di bawa keluarga ke IGD RS Dr. Ernaldi Bahar. Menurut keluarga pasien sering mengoceh-ngoceh sendiri dan membawa pisau untuk menusukkan pisau tersebut kepada 1

2

dirinya sendiri seolah-olah mempunyai ilmu kebal senjata tajam. Menurut keluarganya pasien baru pindah rumah yang baru ± 6 bulan, 3 hari sebelum di bawa ke rumah sakit pasien tidak bisa tidur. Makan dan minum seperti biasa 3x sehari, buang air kecil dan buang air besar di kamar mandi. Sejak 7 hari yang lalu, pasien dijemput paksa oleh keluarganya untuk di bawa pulang ke rumah. Dokter memberikan obat yang di konsumsi untuk 2 hari dan disarankan utuk kontrol ulang. Keluarga berniat membawa pasien kontrol ke RSUD Sekayu tetapi pasien tidak mau dan marah-marah saat diajak kontrol. Sehingga pasien akhirnya tidak lagi minum obat. Setelah tidak lagi minum obat pasien mulai gelisah lagi. Pasien

juga tidak bisa tidur. Menurut

keluarga pasien sangat membenci ayahnya karena memaksa pasien untuk kontrol ke dokter. Pasien masih dapat makan dan minum seperti biasa. Buang air kecil dan buang air besar dikamar mandi. Sejak 3 hari yang lalu, menurut keluarga pasien semakin gelisah, pasien tampak sangat marah kepada ayahnya sampai pasien mengejar ayahnya ke plafor rumah dan mencari-caria ayahnya sampai ke kolong tempat tidur. Pasien juga hampir memukul ibunya dengan keranjang baju plastik karena ibunya membela ayahnya. Tanggal 19 Maret 2018 pukul 22:45 pasien di bawa ke IGD RS Dr. Ernaldi Bahar, pasien gelisah dan mulai mengoceh-ngoceh sendiri seperti ada yang membisiknya dan mengatakan ingin mencelakainya dengan meracuni menggunakan peptisida dan merasa tetangganya menghinanya sehingga pasien takut bertemu orang-orang dan pasien jadi tidak mau keluar dari rumah. Menurut keluarga pasien mengaku sebagai Nabi Ibrohim dan bisa menyumpahin orang-orang. Pada saat pasien di anamnesis, pasien mengoceh-ngoceh sendiri dengan melafaskan ayat-ayat al-quran dan mengaku sebagai Nabi Ibrohim, pasien mengatakan bahwa dia mendapatkan wahyu untuk menyampaikan kepada orang-orang untuk beribadah khususnya

3

untuk wanita memakai hijab. Saat di tanya apakah pasien merasa ada orang yang mau mencelakai atau seperti di kejar-kejar pasien menjawab tidak. Saat di tanya apakah pasien mendengar suara-suara yang tidak di denggar oleh orang lain, pasien mengaku mendapatkan bisikan-bisikan namun saat di tanya lebih mendalam pasien terlihat seperti bingung dan tidak menjawab. Pasien menyangkal melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat orang lain. Saat ditanya kenapa pasien marah kepada keluarganya dan ingin memukul ayah dan ibunya pasien mengaku bahwa itu bukan dia yaitu genderuo dan jeglod yang menyuruhnya untuk marah-matah dan pasien mengatakan tidak bisa mengendalikan emosinya. Lalu saat di berikan pertanyaan selanjutnya pasien tidak kooperatif dan cenderung menunjukkan prilaku kekerasan.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA A.

Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya Pasien sebelumnya pernah dirawat di RS dr. Ernaldi Bahar pada tanggal 9 maret 2018 sampai tanggal 12 maret 2018 karena di jemput paksa keluarga dengan diagnosis Gangguan Psikotik Akut Lir Skizofrenia. Pasien setiap hari minum obat dengan sesuai anjuran dokter yang didapat saat pulang dari RS.

B.

Riwayat Kondisi Medis Umum 

Riwayat hipertensi

= Tidak Ada



Riwayat trauma kapitis

= Tidak Ada



Riwayat diabetes mellitus

= Tidak Ada



Riwayat kejang

= Tidak Ada



Riwayat asma

= Saat bayi pasien pernah terserang Sesak nafas jika cuaca dingin atau batuk.Terakhir kambuh usia ± 1 tahun.



Riwayat alergi

= Alergi makanan teri, udang, ikan

4

laut.

C.



Riwayat alkohol

= Ada, saat pasien SMA



Riwayat merokok

= Ada, saat pasien SMA



Riwayat NAPZA

= Ada (Sabu-Sabu), saat pasien SMA

Penggunaan Zat Psikoaktif Pasien pernah mengkonsumsi alkohol dan riwayat menggunakan sabu-sabu saat SMA yang lalu.

D.

Timeline Perjalanan PenyakitPasien Terlampir

IV RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI A.

Riwayat Premorbid 1.

Bayi

: Menurut ayahnya, pasien lahir cukup bulan dibantu dukun.

2.

Anak

: menurut keluarga pasien tidak pernah mengalami kejang demam.

3.

Remaja

: menurut keluarga, pasien mudah bergaul memiliki banyak teman.

4.

Dewasa

: menurut keluarga, pasien mudah bergaul dan memiliki banyak teman bisa bersosialisasi.

B. Situasi Kehidupan Sekarang Pasien tinggal dengan orangtuanya, istri dan anaknya.

5

C. Riwayat Keluarga Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama tidak ada.

: Pasien bernama Tn. O usia 27

D.

Riwayat pendidikan Pasien terakhir bersekolah di tingkat sekolah menengah atas.

E.

Riwayat pekerjaan Pasien memiliki pekerjaan sebagai petani.

F.

Riwayat pernikahan Pasien sudah menikah

G.

Agama Pasien beragama islam

H.

Riwayat pelanggaran hukum Pasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum maupun berurusan dengan pihak berwajib.

I.

Persepsi Tentang Diri dan Kehidupan Pasien merasa gelisah, tidak tenang dan banyak pikiran. Dan pasien mengaku sebagai Nabi Ibrohim, dan jenglod dan genderuo.

6

IV. STATUS MENTAL A.

Deskripsi Umum 1.

Penampilan Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 27 tahun pada saat wawancara pasien menggunakan baju koko berwarna abu-abu dengan celana jeans, memakai peci di kepala dan memakai sandal jepit. Ekspresi wajah tidak menyenangkan, namun sesekali tersenyum. Penampilan sesuia usia. Perawatan diri baik.

2.

Perilaku dan aktivitas psikomotor Hiperaktif, terus berbicara

3.

Sikap terhadap pemeriksa Kontak (+), tidak adekuat, dan tidak kooperatif terhadap pemeriksa.

B.

C.

D.

Keadaan Mood dan Afek Mood

: Eotimik

Afek

: Sesuai

Pembicaraan Spontanitas

: Spontan

Kualitas

: Baik

Kuantitas

: Logore (-) Bloking (-)

Gangguan Persepsi 1. Halusinasi dan ilusi : -

Halusinasi auditorik (+) ada  pasien mendengar bisikan bahwa ada yang mau mencelakainya dengan meracuni peptisida.

-

Halusinasi visual (-) tidak ada

-

Ilusi (-) tidak ada

2. Depersonalisasi dan derealisasi : (-)

7

E.

Pikiran 1.

2.

Proses dan bentuk pikiran : Asosiasi longgar - Produktivitas

: Baik

- Kontinuitas

: Kontinu

- Hendaya berbahasa

: Tidak ada

Isi pikiran Waham curiga (+) ada, pasien merasa tetangganya tidak suka kepadanya. Waham kebesaran (+) pasien merasa dirinya Nabi Ibrahim

F.

Kesadaran dan Kognisi 1.

Tingkat kesadaran dan kesigapan : Compos mentis

2.

Orientasi - Waktu

: Baik

- Tempat : Baik - Orang 3.

: Baik

Daya ingat - Daya ingat jangka panjang

: Baik

- Daya ingat jangka segera

: Baik

- Daya ingat jangka pendek

: Baik

4.

Konsentrasi dan perhatian

: Kurang

5.

Kemampuan membaca dan menulis

:Pasien dapat membaca

6.

Kemampuan visuospasial

: Baik

7.

Kemampuan menolong diri sendiri

: Baik, Mandi dua kali sehari, makan tiga kali sehari tanpa bantuan orang lain.

G.

Pengendalian Impuls Kurang baik, pasien tampak tidak tenang pada proses tanya jawab yang dilakukan dan tidak terdapat gerakan involunter.

8

H.

Daya Nilai 1. Daya nilai sosial : Baik 2. Uji daya nilai

: Baik

3. Penilaian realita : RTA terganggu dalam hal pikiran, perasaan, perbuatan, dan perilaku. 4. Tilikan

: Derajat 1, pasien tidak menyadari bahwa dirinya sakit dan menyangkalnya.

I.

Taraf Dapat Dipercaya Penjelasan yang diberikan pasien dapat dipercaya.

V.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT A.

Status Internus 1.

Kesadaran

2.

Tanda vital : Tekanan Darah

3.

Kepala

: Compos mentis : 145/85 mmHg

Nadi

: 90 x/menit

Laju Pernapasan

: 22 x/menit

Temperatur

: 36,7 0C

: Normocephali, conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mulut kering (-), edema palpebrae (-), mata cekung (-).

4.

Thorax

: Jantung :SI-SII normal, suara tambahan (-) Paru

:Vesikuler normal (+), wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)

5.

Abdomen

: Datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (+), BU (+) normal, hepar dan lien tidak teraba

6.

B.

Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-)

Status Neuologikus 1.

GCS: 15 E

: Membuka mata spontan (4)

9

V

: Berbicara spontan (5)

M

: Gerakan sesuai perintah (6)

2.

Fungsi sensorik

: Tidak terganggu

3.

Fungsi motorik

: Kekuatan otot

4.

tonus otot

5

5

N

N

5

5

N

N

Ekstrapiramidal sindrom : Tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal seperti tremor (-), bradikinesia (-), dan rigiditas (-).

5.

Refleks fisiologis : Normal

6.

Refleks patologis : Tidak ditemukan reflex patologis.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Berdasarkan wawancara psikiatri didapatkan informasi bahwa pasien seorang laki-laki berusia 27 tahun, asal Banyu Asin, beragama islam, dengan pendidikan terakhir SMA. Pasien dibawa ke RS. Dr. Ernaldi Bahar Palembang pada hari Senin, 19 Maret 2018 dengan keluhan mengamuk dan mengoceh-ngoceh. Pasien tidak memiliki masalah pada kesadaran, daya ingat, fungsi kognitif dan orientasi. Memori jangka panjang, pendek, dan segera pasien baik, pengetahuan umum pasien baik. Pada pemeriksaan status mental, didapatkan pasien berpenampilan rapi, memakai peci di kepala, menggenakan baju koko dan celana jeans panjang berwarna biru. Pasien menggunakan alaskan kaki berupa sandal jepit. Selama pemeriksaan pasien kurang kooperatif. Suasana mood pasien eutimik dan afek sesuai. Pasien kurang kooperatif, dengan gaya bicara emosional dan nada suara yang tinggi namun artikulasinya masih jelas. pasien terakhir mengonsumsi minum-minuman beralkohol ataupun mengkonsumsi obat-obatan terlarang seperti sabu dan lem aibon 2 kali saat SMA. Namun sekarang tidak mengkonsumsi lagi.

10

Gangguan persepsi ditemukan berupa halusinasi auditori dan didapatkan isi pikiran waham kejar dan waham kebesaran. Dalam penilaian realitas pada pasien terganggu dalam hal pikiran, perasaan, perbuatan, dan perilaku. Dikeluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa. Pasien terdapat gangguan tidur selama pasien mengalami keluhan ini. Pasien lahir normal ditolong bidan tidak memiliki masalah tumbuh kembang, dapat menyelesaikan sekolah sampai SMA, dapat bergaul dan memiliki banyak teman. Pada pemeriksaan fisik interna dan pemeriksaan fisik lain tidak ditemukan adanya kelainan. Pasien sudah menikah dan memiliki satu orang anak berjenis kelamin laki-laki. Pasien baru pindah ke rumah yang baru sejak ± 6 bulan yang lalu, awalnya pasien tinggal dengan mertuanya. Pasien berobat dengan menggunakan jaminan kesehatan BPJS. Keluarga pasien saat ini mendukung kesembuhan pasien. Dalam pertimbangan tilikan terhadap penyakit, pasien sadar bahwa dirinya tidak sakit tetapi melemparkan kesalahan pada orang lain, pada faktor eksternal, atau pada faktor organik. Selama wawancara psikiatri, penjelasan yang diberikan pasien dapat dipercaya. Pasien mengalami disabilitas ringan dalam komunikasi. Pasien dapat mengurus dirinya sendiri.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK Aksis I : Berdasarkan riwayat pasien, ditemukan adanya kejadian yang mencetuskan perubahan pola perilaku dan psikologis, yang bermanifestasi timbulnya gejala dan tanda klinis yang khas berkaitan dengan adanya gangguan kejiwaan serta ditemukan adanya disabilitas berat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat disimpulkan pasien mengalami suatu gangguan kejiwaan. Pada pemeriksaan status internus dan status neurologikus tidak ditemukan kelainan yang mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara fisiologi dapat menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan

11

gangguan kejiwaan yang diderita selama ini, hal ini dapat dinilai dari tingkat kesadaran, daya ingat atau daya konsentrasi, serta orientasi (jangka pendek, panjang dan segera) yang masih baik,. Dengan demikian, gangguan mental oganik (F00 – F09) dapat disingkirkan. Pada wawancara psikiatri diperoleh keterangan bahwa pasien terakhir mengonsumsi minum-minuman beralkohol ataupun mengkonsumsi obatobatan terlarang seperti sabu dan lem aibon 2 kali saat SMA. Sehingga kemungkinan gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif (F10 – F19) dapat disingkirkan. Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita berupa adanya halusinasi dan waham, maka pasien ini menderita gangguan Psikotik (F.2) Pasien mengalami halusinasi auditorik dan waham kejar dan waham kebesaran. Halusinasi dan waham yang dialami pasien sudah terjadi sejak ± 10 hari sebelum datang ke RS Dr. Ernaldi Bahar. Maka diagnosis pada pasien ini adalah F23.2 Gangguan psikotik akut lir skizofrenia.

Aksis II Pada diagnosis multiaksial aksis II kepribadian schizoid.

Aksis III Pada diagnosis multiaksial aksis III pasien tidak memiliki riwayat penyakit medis lainnya.

Aksis IV Pada pasien untuk aksis IV stressor keluarga. Masalah Primary Support (Keluarga) karena Pasien merasa tidak nyaman berada di rumah yang baru sehingga pasien tidak bisa tidur selama 3 hari 3 malam. Lalu pasien pulang lagi ke rumah mertuanya. Setelah itu pasien mulai mengocehngoceh sendiri dan membawa pisau. Pasien adalah anak pertama dari 4 bersaudara.

12

Aksis V Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale saat ini yaitu 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang. Diagnosis banding dalam kasus ini adalah F19 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I : F23.2 Gangguan psikotik akut lir skizofrenia. Aksis II : Gangguan Kepribadian Skizoid Aksis III : Tidak ada diagnosa Aksis IV : Masalah Primary Support (keluarga) Aksis V : GAF Scale 60-51

IX. DAFTAR MASALAH A. Organobiologik Tidak ditemukan faktor genetik gangguan jiwa. Pasien tidak dijumpai gangguan kondisi medik umum berupa kerusakan otak dan disfungsi otak akibat trauma kepala dan epilepsy. B.

Psikologik Pasien mengalami waham kebesaran

C.

Lingkungan dan Sosial Ekonomi Pasien adalah anak pertama dari 4 bersaudara, pasien awalnya tinggal di rumah barunya namun kembali lagi pindah ke tempat mertuanya karena psien merasa tidak nyaman berada di rumah yang baru sehingga pasien tidak bisa tidur selama 3 hari 3 malam.

X.

RENCANA PENATALAKSANAAN A. Psikofarmaka 1.

Chlorpromazine 1 x 100 mg

2.

Risperidone 2 x 2 mg

3.

Trihexyphenidyl 3 x 2 mg

13

B.

Psikoterapi 1.

Terhadap pasien a.

Memberikan edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya

lebih

lanjut,

cara

pengobatan

dan

penanganannya, efek samping yang dapat muncul, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan dalam minum obat. b.

Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial, dan pencapaian kualitas hidup yang baik.

c.

Memotivasi pasien agar tidak merasa putus asa dan semangat dalam menjalani hidup.

2.

Terhadap keluarga a.

Memberikan pendidikan tentang gangguan yang diderita pasien, termasuk gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, pengobatan, dan lain-lain.

b.

Memberikan informasi dan memonitor efek pengobatan.

c.

Meningkatkan komunikasi dan keterampilan pemecahan masalah dalam keluarga.

d.

Mondorong pasien dan keluarga untuk mengembangkan kontak sosial.

XI. PROGNOSIS 

Quo ad vitam

: bonam



Qua ad fungsionam

: dubia



Qua ad sanasiam

: dubia

14

BAB II DISKUSI Pada kondisi ini pasien mengalami halusinasi auditorik, waham kebesarandan waham kejar. Halusinasi dan waham merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada gangguan psikotik. Berdasarkan revisi teks edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR), gangguan psikotik sementara (brief psychotic disorder) merupakan suatu sindrom psikotik akut dan transien dimana gangguan berlangsung minimal satu hari dan maksimal satu bulan dengan gejala dapat menyerupai skizofrenia yaitu adanya waham dan halusinasi. Gejala gangguan psikotik akut selalu mencakup sekurang-kurangnya satu gejala utama psikosis yaitu waham, halusinasi, bicara kacau (contoh: inkoheren) dan perilaku katatonik atau kacau secara keseluruhan dan biasanya dengan awitan mendadak. Selama wawancara psikiatri, pasien bersikap kurang kooperatif, terdapat kontak, mood eutimik, afek sesui, pandangan terhadap pemeriksa saat wawancara masih baik, proses dan bentuk pikiran asosiasi longgar. 1.

Risperidon 2 x 2 mg

2.

Trihexyphenidile 3x2 mg

3.

Chlorpromazine 1 x 100 mg

Pada pesien dipilih terapi anti psikotik golongan atipikal berupa Risperidone 2 x 2 mg. Risperidone termasuk ke dalam kelompok benzisoxazole. Risperidone dengan nama dagang Risperdal tersedia dalam bentuk tablet yaitu 1 mg, 2 mg, dan 3 mg. Dosis yang biasa digunakan berkisar antara 4-16 mg/hari.2 Selain dalam bentuk tablet, risperdone juga tersedia dalam bentuk depo (long acting) yang dapat digunakan setiap dua minggu. Obat ini disuntikkan secara IM dan tidak menimbulkan rasa sakit di tempat penyuntikan karena ia merupakan suspensi dengan pelarut air. Risperidone merupakan antagonis kuat baik terhadap serotonin (terutama 5-HT2A) dan reseptor D2. Obat golongan ini memblok pada keempat jalur dopamine pada 1) mesolimbik dengan blokade reseptor D2 sehingga dapat

15

memperbaiki gejala positif skizofrenia ; 2) mesokortikal dengan blokade reseptor 5-HT2A sehingga dapat memperbaiki gejala negatif; 3) Nigrostriatal; pelepasan dopamine melebihi blockade reseptor dopamine sehingga memimalisasi sindrom ektrapiramidal ; 4) tuberoinfundibular dengan menghambat reseptor 5-HT2 menyebabkan

pelepasan

prolaktin

menurun

sehingga

tidak

terjadi

hiperprolatinemia. Pada kasus ini, pemberian risperidon diberikan untuk meringankan gejala berupa halusinasi auditori, waham kebesaran dan afek yang terbatas. Risperidone juga mempunyai afinitas kuat terhadap a1 dan a2 tetapi afinitas terhadap β-reseptor dan muskarinik rendah. Walaupun dikatakan ia merupakan antagonis D2 kuat, kekuatannya jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan haloperidol. Akibatnya, efek samping ekstrapiramidalnya lebih rendah bila dibandingkan dengan haloperidol. Akitivitasnya melawan gejala negatif dikaitkan dengan aktivitasnya terhadap 5HT2 yang juga tinggi. Pasien juga ditatalaksana dengan trihexylphenidil (THP). Pemberia diberikan untuk menghindari syndrome ekstrapiramidal. Semua antagonis reseptor dopamine berkaitan dengan efek samping ekstrapiramidal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas dopamine pada ganglia basalis, yang diakibatkan afinitasnya terhadap reseptor D2. Pada pasien dipilih terapi anti psikotik golongan tipikal berupa Chlorpromazine 1 x 100 mg dengan efek sedatif yang digunakan untuk menurunkan gejala psikotik yang dominan seperti halusinasi, waham, gangguan perasaan, serta perilaku aneh dan tidak terkendali serta memberi efek sedatif agar mengurangi kegelisahan. Mekanisme kerja obat ini adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di system limbic dan system ekstrapiramidal (Dopamine D2 Receptor Antagonists). Selain menggunakan terapi psikofarmaka, pasien juga ditunjang dengan psikoterapi. Psikoterapi suportif bertujuan agar pasien merasa aman, diterima, dan dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami gangguan proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan proses pikir, serta adanya gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.

16

Dalam hal ini diberikan melalui edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul, pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat sehingga pasien sadar dan mengerti akan sakitnya, dan menjalankan pengobatan secara teratur, tidak dengan terpaksa. Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang baik sehingga memotivasi pasien agar dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan baik. Keluarga pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa penyampaian informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit yang dialami pasien serta pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini. Dalam Islam, psikoterapi dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Psikoterapi hati itu ada lima macam yaitu membaca Al-Quran, shalat malam, bergaul dengan orang yang baik atau salih, puasa, dan dzikir . “(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjukiku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS. Al- Syuara : 78-80) Seperti telah disebutkan diatas orang yang terganggu jiwanya seperti ini, seluruh tindakanya dilakukan diluar kesadaran atau kendali akal, sedang gangguan sosial atau dampak yang mungkin ditimbulkan tidaklah berdampak luas dan lebih mudah diatasi. Karena itu seluruh tindakan atau kiprah perilakunya tidak berakibat kepada hukum tindak pidana. Menurut Al-Qur’an penyakit jiwa yang hakiki (mungkin dapat dinamakan Psikiatri Ukhrawi) dan sangat berbahaya adalah pengingkaran atau penolakan terhadap kebenaran mutlak dan hakiki yang nyata (haqqul-mubin) atau perilaku yang tidak berada diatas kebenaran, pada petunjuk (jalan) Allah yang lurus. Mereka inilah yang dinamakan kelompok “Fiqulubihim Maradhun” (di dalam jiwa mereka ada penyakit), yang secara sadar mengingkari dan melangar norma dan tata nilai kebenaran ajaran agama Allah, serta berdampak luas dalam

17

kehidupan social kemasyarakatan (Patologi sosial). (Q.S. Al.Baqarah ayat 8-20, At-Taubah ayat 125, dan Ar-Rum ayat 30).

18

DAFTAR PUSTAKA 1. Kaplan, B.J., Sadock, V.A. 2012, Kaplan & Sadock’s Buku ajar psikiatri klinis edisi ke 2.EGC. 2. Katzung, B.G. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC, Jakarta. 3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012. Buku Ajar Psikiatri.

Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 4. Maslim, R. 2013. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

19

TABEL FOLLOW UP

20 maret 2018 Merpati titip Asoka

S : Pasien masih mengoceh-ngoceh, marah-marah dan terlihat bingung. O : Afek sesuai, mood eutimik, emosi tidak stabil, kontak (+), kurang kooperatif, halusinasi auditorik (+), waham kebesaran (+) dan waham kejar (+). TD: 145/85 N: 90 x/menit RR: 22x/menit. T: 36,7 °C A: F23.2 Gangguan Psikotik Akut lir Skizofrenia P: Risperidon 2 x 2 mg Trihexyphenidile 3x2 mg Chlorpromazine 1 x 100 mg

21 Maret 2018 Bangsal Merpati

S: Bingung marah masih sedikit O: Afek sesuai, mood eutimik, emosi tidak stabil, kontak (+), kurang kooperatif, halusinasi auditorik (+) sedikit, waham kebesaran (-) dan waham kejar (-). TD: 145/85 N: 90 x/menit RR: 22x/menit. T: 36,7 °C A: F23.2 Gangguan Psikotik Akut lir Skizofrenia P: Risperidon 2 x 2 mg Trihexyphenidile 3x2 mg Chlorpromazine 1 x 100 mg

20

22 Maret 2018 Bangsal Merpati

S: Tenang O: Mood eutimik, afek sesuai, emosi stabil, kontak (+), kooperatif, halusinasi auditorik (+) sedikit, waham kebesran (-), waham kejar (-).TD: 120/80, N: 86x/menit, RR: 20x/menit T: 36,7 °C A: F23.2 Gangguan Psikotik Akut Lir Skizofrenia P: Risperidon 2 x 2 mg Trihexyphenidile 3x2 mg Chlorpromazine 1 x 100 mg

23 Maret 2018 Bangsal Merpati

S: Tenang, mengatakan ingin pulang bertemu dengan istri dan anaknya O: Mood eutimik, afek sesuai, emosi stabil, kontak (+), kooperatif, halusinasi auditorik (+) sedikit, waham kebesran (-), waham kejar (-).TD: 120/80, N: 85x/menit, RR: 20x/menit T: 36,7 °C

A: F23.2 Gangguan Psikotik Akut Lir Skizofrenia P: Risperidon 2 x 2 mg Trihexyphenidile 3x2 mg 26 Maret 2018 Bangsal Merpati

Chlorpromazine 1 x 100 mg S : Tenang dan mengatakan sudah sembuh ingin pulang. O : Mood eutimik, afek sesuai, emosi stabil, kontak (+), kooperatif, halusinasi auditorik (-) sedikit, waham kebesran (-), waham kejar (-).TD: 110/70, N: 75x/menit, RR: 18x/menit T: 36,5 °C A: F23.2 Gangguan Psikotik Akut lir Skizofrenia

21

P: Risperidon 2 x 2 mg Trihexyphenidile 2x2 mg Chlorpromazine 1 x 100 mg 28 Maret 2018 Bangsal Merpati

S: Tidak ada keluhan O: Mood eutimik, afek sesuai, emosi stabil, kontak (+), kooperatif, halusinasi auditorik (-) sedikit, waham kebesran (-), waham kejar (-). A: F23.2 Gangguan Psikotik Akut Lir Skizofrenia P: Risperidon 2 x 2 mg Trihexyphenidile 2x2 mg Chlorpromazine 1 x 100 mg Pasien Boleh Pulang

Related Documents


More Documents from "lidya kurniawan"