Gangguan Psikotik Lumajang 1.ppt

  • Uploaded by: lidya kurniawan
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gangguan Psikotik Lumajang 1.ppt as PDF for free.

More details

  • Words: 1,446
  • Pages: 26
Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas

Benediktus Elie Lie, dr, SpKJ Lumajang, 13 Agustus 2018

Psikotik • Psikotik adalah gangguan jiwa berat yang ditandai oleh adanya: – – – – –

Halusinasi Waham/delusi Pembicaraan yang kacau Perilaku katatonik Gejala negatif

• Dibagi menjadi PSIKOTIK ORGANIK dan PSIKOTIK FUNGSIONAL • PSIKOTIK ORGANIK: timbulnya gejala psikotik disebabkan oleh adanya kondisi medis umum yang mempengaruhi fungsi otak • PSIKOTIK FUNGSIONAL: timbulnya gejala psikotik lebih disebabkan oleh adanya stresor psikologis dan pada pemeriksaan fisik dan laboratorium konvesional tidak ditemukan adanya kelainan yg secara patofisiologi mempengaruhi fungsi otak Psikotik organik

PSIKOTIK ORGANIK (Gangguan Mental Organik)

• Batasan: – Psikotik organik: Gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit atau gangguan pada otak ataupun penyakit sistemik yang menyebabkan disfungsi otak – DELIRIUM(Psikotik Organik): suatu gangguan mental organik yg terjadi akibat disfungsi metabolisme otak yg menyeluruh, bersifat sementara dan reversibel yg terjadi secara akut

• Insidens: – Terjadi pada 5-10% pasien rawat inap medik atau bedah – Penyebab keadaan psikotik yang paling umum di bangsal perawatan Etiologi

Etiologi Psikotik Organik • Gangguan sistemik: – Infeksi: sepsis, pneumonia, tiphoid – Gangguan metabolik akut, gang keseimbangan elektrolit – Gagal ginjal, kegagalan fungsi hati, gagal paru – Gangguan kardiovaskuler • Gangguan pada otak: – Meningoencephalitis, malaria cerebral, tumor otak, GPDO, epilepsi, trauma pd kepala • Kondisi putus zat, OD Gambaran klinis

Gambaran Klinis • Gangguan kesadaran: kesadaran berkabut, kewaspadaan yg menurun • Gangguan neuropsikiatri: – Gangguan pemusatan perhatian – Gang memori jangka pendek, amnesia – Disorientasi – Gang proses berpikir, inkoheren

• • • • •

Gangguan persepsi biasanya halusinasi visuil Gangguan psikomotor, bisa hiperaktif/ hipoaktif Gangguan mood Gangguan pola tidur, tidur utk waktu singkat/ terputus Gambaran klinis ini terjadinya fluktuasi

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan • Perlu observasi ketat di RS • Perbaiki semua gangguan fisik yang mendasari. • Terapi simtomatik terhadap manifestasi gejala psikiatri yang muncul ( Haloperidol 2 x 0,5 mg, atau bila gelisah diberikan Haloperidol 2,5 mg IM ) • Manipulasi lingkungan  Ruang tenang, penerangan cukup, nyaman  Suasana familiar  Ditunggui oleh anggota keluarga yg dikenal pasien  Perlu dijaga agar tidak melukai diri sendiri

Psikotik fungsional

Psikotik Non-organik (Fungsional) • Batasan : gangguan jiwa berat yg diakibatkan adanya suatu stresor psikologis • Jenis Psikotik Non – organik/ Fungsional yang sering di temukan: – – – – –

Psikotik akut Skizofrenia Skizoafektif Gangguan Bipolar dgn gejala psikotik Gangguan waham menetap

Skizofrenia

Skizofrenia • Merupakan gangguan jiwa psikotik fungsional yang paling sering ditemukan • Data di RSJ Menur menunjukan -+ 90 % dari pasien pasung yang dirawat adalah pasien skizofrenia

Gejala pos

Gejala Skizofrenia • Gejala Positif – Halusinasi – Waham – Kesulitan dalam mempertahankan percakapan dan/atau tetap fokus pada suatu topik – Perilaku yang tidak biasa dan aneh serta kesulitan dalam merencanakan dan menyelesaikan aktivitas

• Gejala Negatif: – Emosi yang datar – Tidak adanya motivasi dan energi – Kehilangan minat dan kesenangan dalam aktivitas – Interaksi sosial berkurang – Seringkali gejala negatif menjadil lebih menonjol pada fase yang lebih lanjut(kronis) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gangguan Skizofrenia Holistik; Pendekatan biologis Pendekatan psikologis Pendekatan sosiologis

Pendekatan Biologis • Terdiri dari: – Terapi Farmakologik – Terapi Kejang Listrik

• Selama terapi farmakologis perlu monitoring efek samping obat Pilihan antipsikotik

Pilihan antipsikotik • Gejala positif biasanya berespon terhadap pengobatan dengan antipsikotik baik antipsikotik tipikal maupun antipsikotik atipikal • Gejala negatif kurang responsif terhadap obat antipsikotik tipikal • Gejala negatif lebih responsif terhadap obat antipsikotik atipikal

Antipsikotik di Pkm

Pemakaian Antipsikotik di PUSKESMAS • Sebaiknya gunakan satu jenis antipsikotik dalam terapi • Pada awal terapi, pertimbangkan untuk injeksi intramuskular antipsikotik short acting (Haloperidol 5 mg) jika terapi oral tidak mungkin dilaksanakan. • Sebaiknya tidak meresepkan injeksi depo/jangka panjang untuk mengontrol gejala-gejala psikotik akut • Chlorpromazine dan Clozapine diberikan sebagai adjuvant terapi pada pasien psikotik yg gaduh gelisah dan atau sulit tidur • Bila antipsikotik tidak memberikan respon dalam dosis yang sudah optimal untuk jangka waktu 4 – 6 minggu maka lakukan evaluasi ulang dan pertimbangkan utk merujuk pasien ke RSJ Pengaturan Dosis

Pengaturan dosis terapi antipsikotik • DOSIS TERAPI, disarankan “Start low, go slow”: – Mulai dengan dosis rendah (dosis initial) yang ada dalam kisaran terapeutik, dinaikkan setiap 2 – 3 hari sampai tercapai dosis efektif (mulai nampak peredaan gejala psikotik) – Evaluasi ulang setiap 2 minggu dan bila perlu dosis dinaikan sampai mencapai dosis optimal dimana pasien tampak stabil, keadaan stabil ini dipertahankan selama 3 – 6 bulan – Selanjutnya dosis dicoba diturunkan sedikit demi sedikit setiap 2 minggu sampai tercapai dosis maintenance (dosis terendah yang masih mengontrol gejala psikotik – Pada pasien psikotik akut dosis maintenance dipertahankan 6 bulan – 2 tahun,, sedangkan pada pasien kronis dan pernah kambuh, maka dosis maintenace selama 5 tahun dan bisa seumur hidup Contoh antisikotik

Dosis Antipsikotik • Nama generik

Dosis terapi acuan/hari

Gol Tipikal: Chlorpromazin

100 – 300 mg

Haloperidol

5 – 15 mg

Trifluoperazin

5 – 15 mg

Gol Atipikal: Risperidon

2 – 8 mg

Clozapin

25 -100 mg Penggunaan LA

Penggunaan antipsikotik Long Acting • Obat antipsikotik long acting di gunakan bila: – – – –

Pasien tidak patuh minum obat Pasien yang tidak mau minum obat Tidak ada keluarga yg bisa memantau minum obat T idak efektif terhadap medikasi oral



Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan. • Pemberian anti psikosis long acting hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap kasus skizofrenia. • Contoh sediaan long acting: Haloperidol decanoate 50 mg/ cc, Fluphenazine decanoate 25 mg/ cc Monitoring pengobatan

Monitoring pengobatan • Jika respons tidak adekuat pada lebih dari satu antipsikotik maka perlu : – Kaji ulang diagnosis – Pastikan kesetiaan pengobatan; pertimbangkan injeksi antipsikotik depo – Pertimbangkan untuk menaikkan dosis medikasi atau menggantinya dengan medikasi lain. – Pertimbangkan antipsikotik generasi kedua, – Pertimbangkan clozapine bagi mereka yang tidak berespons pada antipsikotik lain meskipun dalam durasi waktu dan dosis yang adekuat. ESO

Efek Samping Antipsikotik        

Extra piramidal sindrom, dapat berupa Parkinsonism, Distonia akut, Akatisia ( sering terjadi pada pemakaian antipsikotik tipikal ) Sindrom Neuroleptika Maligna (SNM) Otonomik : mulut kering, pandangan kabur, retensi urin, konstipasi Endokrin : amenorhoe, ginekomastia CVS: hipotensi ortostatik, takikardia Hati : LFT terganggu Metabolik syndrom ( terutama pada pemakaian antipsikotik golongan olanzapine, clozapine ) Agranulositosi ( Clozapine ) ESO EPS

ESO antipsikotik…….

• Sydrom parkinson: – Gejala: rigiditas, bradikinesia, tremor, muka seperti topeng – Terapi : trihexyphenidil 2 – 3 x 2 mg

• Distonia akut: – Gejala: krisis okulogirik, protusio lidah, torticolis, ophistotonus – Terapi: inj Diphenhidramine 10 – 20 mg iIM

ESO

ESO antipsikotik……

• Akatisia: – Gejala: rest less leg sindrom – Terapi: propranolol 2 – 3 x 10 mg, pantau tensi bila tensi rendah ganti dengan diazepam 2 – 3 x 2 mg

• Sindrom Neuroleptika Maligna: – Gejala : hiperpirexia, rigiditas yang hebat, penurunan kesadaran, ketidak stabilan sistem otonomik, lab: lekositosi, CPK tinggi – Terapi : hentikan segera antipsikotik, perbaiki keadaan vital rujuk ke RS Indikasi rujuk

Kapan Pasien Psikotik perlu dirujuk ke RS/RSJ? • Pasien psikotik sebaiknya di rawat di rumah sakit bila: – – – – –

Menderita Psikotik Organik Ada Komormid penyakit fisik Kesulitan penegakan diagnostik Hambatan dalam medikasi Perilaku mecederai diri sendiri atau orang lain yang sulit terkontrol – perilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

Intervensi Psikososial Gangguan Psikotik

Psikoedukasi untuk Orang dengan Psikosis • Informasikan bahwa kemampuan orang tersebut dapat dipulihkan • Penting: melanjutkan aktivitas sosial yang biasanya, pendidikan, dan pekerjaan sejauh memungkinkan • Penderitaan dan masalah dapat dikurangi dengan pengobatan • Penting: minum obat secara teratur • Dilibatkan dalam setiap keputusan yang diambil berkaitan dengan pengobatannya • Penting: menjaga kesehatan dengan diet sehat, melakukan aktivitas fisik secara aktif, mempertahankan perawatan diri.

Psikoedukasi untuk keluarga • Orang dengan psikosis mungkin mendengar suara-suara atau menyakini secara jelas sesuatu yang salah. • Orang dengan psikosis sering tidak menyadari bila dirinya sakit dan kadang menjadi bersikap kasar.. • Harus ditekankan: Pentingnya pengenalan akan kambuhnya/memburuknya gejala-gejala dan perlunya penilaian ulang. • Perlu ditekankan: pentingnya melibatkan orang dengan psikosis dalam aktivitas keluarga dan sosial lainnya. • Anggota-anggota keluarga sebaiknya tidak melakukan kritik yang terus menerus atau keras atau bersikap kasar terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan psikosis.

Fasilitasi Rehabilitasi di Komunitas • Dorong secara aktif orang dengan psikosis untuk mencoba kembali aktivitas sosial, edukasional, dan okupasional yang sesuai dan disarankan oleh anggota keluarga. • Fasilitasi keterlibatan kembali dalam aktivitas ekonomi dan sosial, termasuk dukungan pekerjaan yang sesuai dengan konteks sosial dan budaya. • Orang dengan psikosis seringkali didiskriminasi, oleh karenanya penting untuk mengatasi pandangan negatif baik internal maupun eksternal dan bekerja untuk mencapai kemungkinan kualitas hidup terbaik. • Bekerjasama dengan agen-agen lokal untuk menggali kemungkinankemungkinan kerja dan pendidikan, berdasarkan kebutuhan dan tingkat ketrampilan orang tersebut

Terima kasih

Related Documents


More Documents from "Dany Dias"