Laporan Kasus Blighted Ovum Nita.docx

  • Uploaded by: nita
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kasus Blighted Ovum Nita.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,335
  • Pages: 21
i

LAPORAN KASUS BLIGHTED OVUM Tugas Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Ambarawa Periode 24 Desember 2018 – 2 Maret 2019

Pembimbing: dr.Hary Purwoko, Sp.OG-KFER

Disusun Oleh: Nita Kurniasih

1620221146

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA 2019

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KASUS BLIGHTED OVUM

Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit RSUD Ambarawa

Oleh: Nita Kurniasih 1620221146

Februari 2019 Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

(dr.Hary Purwoko,Sp.OG,KFER)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah Laporan Kasus ini. Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi .Penyusunan makalah ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang turut membantu terselesaikannya makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.Harry Purwoko,Sp.OG,KFER selaku pembimbing dan seluruh teman kepaniteraan klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi atas kerjasamanya selama penyusunan makalah ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna perbaikan yang lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Februari 2019

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI .....................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4 2.1 Definisi ............................................................................................. 4 2.2 Etiologi ............................................................................................. 4 2.3 Patofisiologi ..................................................................................... 5 2.4 Manifestasi Klinis ............................................................................ 5 2.5 Diagnosis ......................................................................................... 5 2.6 Penatalaksanaan ................................................................................ 6 2.7 Pencegahan ...................................................................................... 7 BAB III LAPORAN KASUS ........................................................................... 8 3.1 Identitas Pasien ................................................................................ 8 3.2 Anamnesis ........................................................................................ 8 3.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................. 9 3.4 Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 10 3.5 Diagnosis ........................................................................................ 10 3.6 Rencana Terapi ............................................................................... 12 BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 14 BAB V KESIMPULAN .................................................................................. 15 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

3

BAB I PENDAHULUAN Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, miscarriage, early pregnancy loss. Melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan maka harus mengetahui akibat dari perdarahan yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri.1 Perdarahan pada kehamilan muda sering disebut abortus. Abortus atau keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1 Blighted ovum merupakan salah satu jenis keguguran yang terjadi pada awal kehamilan yang disebut juga dengan anembryonic pregnancy. Seorang wanita yang mengalami blighted ovum juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan maupun pemeriksaan laboratorium hasilnya pun positif. 2 Kasus blighted ovum umum terjadi pada kehamilan. Bahkan, terjadi sedikitnya 60% dari semua keguguran dari setiap trimester kehamilan. Namun, karena blighted ovum terjadi sangat awal, banyak wanita tidak menyadari bahwa ketika mereka sedang hamil, mereka menderita blighted ovum. Akibatnya banyak wanita tidak sadar akan kondisinya.2,3 Blighted ovum terjadi ketika telur yang dibuahi berhasil melekat pada dinding rahim, tetapi tidak berisi embrio, hanya terbentuk plasenta dan selaput ketuban. Sebagian besar kasus blighted ovum akan dikeluarkan secara alamiah, tetapi terkadang kondisi ini memerlukan tindakan medis.2 Pada kehamilan dengan blighted ovum, kantung uterus akan berhenti perbesarannya. Pada waktu itu embrio tiada lagi berkembang lalu mati. Kemudian, terjadi keguguran atau pengeluaran produk kehamilan. Proses keguguran itu bisa berlangsung berminggu-minggu, dimulai dengan keluarnya bercak-bercak kecoklatan hingga perdarahan dalam jumlah banyak. Tak jarang

4

keguguran berlangsung secara spontan. Berdasakan penelitian, hamil yang keguguran spontan sekitar 50% merupakan kehamilan blighted ovum. Jadi, janin memang

tidak

mengeluarkannya.2,4

berkembang

dan

mekanisme

tubuh

secara

alami

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Abortus Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di

luar kandungan. Abortus pada kehamilan muda terjadi kurang dari 20 minggu atau pada berat janin kurang dari 500 gram. Abortus menurut Sarwono 2002 terjadi pada sekitar 10-15% dari kehamilan.1 Salah satu gejala dari abortus adalah perdarahan pervaginam dari bercak darah hingga perdarahan yanga banyak, nyeri perut dan kaku, pengeluaran sebagian produk konsepsi, serviks dapat tertutup atau terbuka, dan ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya.5 Faktor predisposisi dari abortus mencakup beberapa faktor, antara lain : (1) Faktor janin (fetal), yang terdiri dari kelainan genetik. (2) Faktor dari ibu (maternal), yang terdiri dari infeksi, kelainan hormonal seperti hipotiroid, diabetes mellitus, malnutrisi, penggunaan obat-obatan, merokok, alkoholik, faktor imunologis, inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks sebelum inpartu yang terjadi umumnya pada trimester 2. (3) Faktor dari ayah (paternal), kelainan sperma.5 Terdapat berbagai macam abortus yang diklasifikasi sesuai dengan gejala, tanda dan proses patologi yang terjadi, seperti : 5 a. Abortus iminens Abortus tingkat permulaan yang ditandai dengan perdarahan pervaginam, ostium uteri yang masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. Gejala yang timbul biasanya hanya perdarahan pervaginam. Pemeriksaan USG dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan janin dan keadaan plasenta telah terjadi pelepasan atau belum. b. Abortus Insipiens Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam cavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Pada pemeriksaan USG akan dijumpai pembesaran uterus sesuai dengan

6

umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masi jelas walaupun mungkin sudah tidak tampak normal. c. Abortus Kompletus Keseluruhan dari hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin yang kurang dari 500 gram. Gejala yang tampak berupa semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah menutup, uterus telah mengecil yang menyebabkan perdarahan yang terjadi hanya sedikit, dan besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan. d. Abortus Inkompletus Sebagian dari hasil konsepsis sudah keluar dari kavum uteri dan sebagian lainnya masih tertinggal. Pada pemeriksaan vagina ditemukan kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Banyaknya perdarahan yang terjadi bergantung pada sisa hasil konsepsi yang belum keluar. Dari pemeriksaan USG biasanya ditemukan pada kavum uteri tampak massa hiperekoik dengan bentuk tidak beraturan. e. Missed Abortion Ditandai dengan embrio atau fetus yang telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 munggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil dsn bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. f. Abortus Habitualis Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih secara berturut-turut. g. Abortus Infeksius Abortus yang disertai adanya infeksi pada genitalia. h. Abortus Anembrionik (Blighted Ovum) Kehamilan patologi dimana mudigah tidak terbentuk sejak awal kehamilan walaupun kantung gestasi tetap terbentuk. Kelainan ini

7

hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan USG. Bila tidak dilakukan tindakan, kehamilan ini kan berkembang terus walaupun tanpa ada janin didalamnya. Biasanya kejadian abortus spontan yang berlangsung sekitar 14-16 minggu setelah terjadinya kehamilan. Dalam sebuah analisis terhadap 1000 kasus abortus spontan, ditemukan bahwa separuh kasus abortus adalah blighted ovum, yang mana embrionya mengalami degenerasi atau tidak ada pada saat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan ultrasonografi.1

2.2

Blighted Ovum Blighted

ovum

(anembryonic

pregnancy)

merupakan

kegagalan

perkembangan embrio dimana hasil fertilisasi ovum tidak berkembang ditahap awal (6-7 minggu usia kehamilan). Kantung kehamilan pada kasus blighted ovum terbentuk, namun embrio didalamnya mengalami kegagalan berkembang pada masa awal kehamilan. Blighted ovum dapat mengalami abortus spontan.3

Gambar 2.1 Blighted ovum 2.3

Etiologi Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses

pembuahan sel telur dan sperma. Penyebab pasti dari blighted ovum belum diketahui, namun beberapa faktor dapat mengakibatkan terjadi blighted ovum.3,6 1) Blighted ovum terjadi karena kelainan pada sel telur dan sel sperma. 2) Kelainan kromosom dapat mengakibatkan pertumbuhan embrio pada masa awal kehamilan berhenti. 3) Blighted ovum terjadi karena kebiasaan merokok atau minum alkohol

8

4) Faktor usia dan paritas pasangan suami istri. Usia semakin tua pada pasangan suami istri meningkatkan risiko penurunan kualitas sperma dan ovum dan semakin banyak seorang istri pernah hamil memperbesar kemungkinan dari terjadinya blighted ovum. 5) Blighted ovum terjadi karena infeksi TORCH, rubella, streptokokus, kelainan imunologis (seperti adanya antibodi terhadap janin), rendahnya kadar beta hCG serta penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol. 2.4

Patofisiologi Proses awal kehamilan blighted ovum terjadi sama pada kehamilan

umumnya. Sel telur dibuahi oleh sel sperma, kemudian terjadi penggabungan pronukleus. Hari ke-4 setelah fertilisasi terbentuk menjadi blastosit yang dilapisi trofoblas. Trofoblas akan memicu produksi hormon-hormon kehamilan termasuk hormon hCG. Pemeriksaan tes kehamilan positif dan kehamilan klinis akan terjadi. Kehamilan

blighted ovum terjadi penuruna hormon kehamilan

(progesteron, estrogen, dan hCG). Penurunan tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor penyebab. Kasus blighted ovum dilakukan pemeriksaan menggunakan USG ditemukan gestational sac, yolk sac dan tidak ditemukan embrio di dalam gestational sac. Hal ini disebabkan kegagalan perkembangan embrio pada 6-7 minggu pasca fertilisasi.2,4 2.5

Manifestasi Klinis Blighted ovum pada awalnya sering tidak menyebabkan gejala sama sekali.

Gejala dan tanda hampir sama dengan kehamilan normal, seperti periode menstruasi terlambat dan tes kehamilan positif. Kehamilan dengan blighted ovum dapat ditemukan perdarahan melalui vagina atau berupa bercak-bercak perdarahan dan terkadang disertai nyeri dibagian perut.2 2.6

Diagnosis Selain melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, blighted ovum dapat

didiagnosis secara pasti dengan melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi pada kasus blighted ovum ditemukan kantung kehamilan dan tidak ditemukan embrio di dalam rahim. USG bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter

9

kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Diagnosis kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan bila pada kantong gestasi yang berdiameter sedikitnya 30 mm, tidak dijumpai adanya struktur mudigah dan yolk sac. Untuk itu, bila pada USG pertama didapatkan gambaran seperti ini, perlu dilakukan evaluasi USG 2 minggu kemudian. Bila tetap tidak dijumpai struktur mudigah dan diameter kantung gestasi sudah mencapai 25 milimeter maka dapat dinyatakan sebagai kehamilan anembrionik. Bila hasil USG tidak disertai keluhan perdarahan dari vagina, untuk menghindarkan keraguan saat menegakkan diagnosis blighted ovum dilakukan USG ulang 10 hari kemudian.1,7

2.7

Penatalaksanaan Penatalaksanaan kasus blighted ovum dilakukan dengan metode terminasi

dilatasi dan kuretase secara elektif. Pada pasien diterapi dengan pemberian preparat misoprostol, setelah terjadi dilatasi serviks kemudian dilakukan kuretase.8 Dilatasi dilakukan menggunakan dilatator terkecil sampai kanalis servikalis dapat dilalui oleh sendok kuret. Pemeriksaan kedalaman dan lengkung rahim menggunakan penera kavum uteri, kemudian melakukan pembersihan isi kavum uteri dengan sistematis melakukan kerokan pada dinding rahim.7 Hasil kuretase akan dianalisis untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka maka dapat diobati agar tidak terjadi kejadian berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan. Penyebab blighted ovum yang dapat diobati jarang ditemukan, namun masih dapat diupayakan jika kemungkinan penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat hormon yang rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum. Dalam kasus ini, pil hormon seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek samping dari pemakaian hormon adalah sakit kepala, perubahan suasana hati, dan lain-lain. Jika terjadi kematian telur di awal kehamilan secara berulang, maka pembuahan buatan mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan. Dalam hal ini perlu donor sperma atau ovum untuk memiliki anak. Akan tetapi, pembuahan buatan itu mahal

10

dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran kembar seringkali lebih tinggi. Jika belum berhasil maka adopsi adalah pilihan lain bagi banyak pasangan.2,7 Penatalaksanaan post kuretase : 3,7 a) Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri pasca tindakan jika diperlukan. b) Anjurkan untuk mobilisasi bertujuan untuk mengurangi nyeri. c) Memberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pasca tindakan, dapat dilakukan menggunakan dua kombinasi antibiotik. Pemberian metronidazole berfungsi untuk mencegah infeksi bakteri gram negatif dan anaerob. Pemberian metronidazole dapat diberikan bersama amoksisilin yang merupakan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi pasca tindakan. d) Melakukan observasi meliputi jumlah perdarahan pervaginam untuk mengetahui terjadinya perdarahan dan tanda-tanda infeksi.

2.8

Pencegahan Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan

seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita.3 Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit maka ditangani terlebih dulu penyakit tersebut, melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.2,3

11

BAB III LAPORAN KASUS 3.1

Identitas Pasien Nama

: Ny. PM

Usia

: 15 tahun

Tanggal Lahir

: 07-07-2001

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Bergas

No. CM

: 16xxxxx

Tanggal Masuk

: 28 Desember 2018

Tanggal Pemeriksaan : 31 Desember 2018 3.2

Anamnesis 

Keluhan Utama Keluar darah dari jalan lahir



Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 6 hari yang lalu. Pasien mengaku hamil 3 bulan dengan HPHT: 25 Februari 2017, hamil 11-12 minggu. Menurut keterangan pasien, awalnya darah keluar sebanyak 3 kain. Saat ini yang keluar dari jalan lahir hanya berupa flek-flek berwarna hitam. Selain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri di perut bagian bawah. Pasien melakukan ANC teratur di bidan sebanyak 5 kali. Kemudian, dilakukan USG oleh Sp.OG pada tanggal 6 Juni 2017, dikatakan bahwa kantung kehamilan kosong. Pasien menyangkal adanya keluhan keluar lendir dari jalan lahir, keputihan dan demam. Pasien tidak memiliki riwayat trauma pada perut sebelumnya. BAK tidak ada keluhan, namun BAB dirasakan tidak lancar.



Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung, diabetes melitus, asma, alergi dan penyakit lainnya.



Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan sama seperti pasien.

12



Riwayat Pemakaian Obat: Pasien hanya mengkonsumsi obat pencahar dan vitamin selama kehamilan dan tidak mengetahui nama obatnya.



Riwayat Menarche, Perkawinan, Obstetrik dan Kontrasepsi 1. Riwayat Menstruasi

: 13 tahun, teratur, lamanya 6-7 hari, ganti pembalut sebanyak 2-3 kali/hari, dismenore (-).

Keterangan Menstruasi : Tidak menstruasi : 03

04

05

2. Riwayat Perkawinan

: 1 kali pada usia 15 tahun, pada tahun 2017

3. Riwayat Obstetrik: Anak I

: Hamil saat ini

4. Riwayat Kontrasepsi: Tidak ada 3.3

Pemeriksaan Fisik Vital Sign Kesadaran

: Compos Mentis

Keadaan umum

: Baik

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Laju Nadi

: 73 x/menit

Pernapasan

: 19 x/menit

Suhu Tubuh

: 36,7 0C

Pemeriksaan Fisik 1. Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) 2. Leher: pembesaran KGB (-/-) 3. Paru: simetris, stem fremitus kanan = stem fremitus kiri, sonor pada kedua lapangan paru, vesikuler (+/+), ronki (-/-) dan wheezing (-/-). 4. Jantung: bunyi jantung I > bunyi jantung II, regular (+), murmur (-).

13

5. Abdomen: soepel, distensi (-), peristaltic (+) kesan normal. 6. Ekstremitas: akral hangat, crt < 3 detik edema (-/-), pucat (-/-). 7. Genetalia dan anus: I

: V/U tenang, Perdarahan(+)

Io

: Portio livid, OUE tertutup, perdarahan (+)

Vt

: Uterus sebesar telur bebek, Ø tidak ada, tidak teraba massa di

adnexa kanan dan kiri, parametrium dalam batas normal, nyeri goyang portio tidak ada, cavum douglas tidak menonjol.

3.4 Pemeriksaan Penunjang USG

Tampak GS ukuran 6,74 cm intrauterin Fetal pole negatif Tidak ada cairan bebas Adneksa dalam batas normal kesan : Anembryonic Pregnancy

Laboratorium Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin Hb Ht Leukosit Eritrosit Trombosit MCV MCH MCHC Hitung Jenis Eosinofil Basofil Netrofil segmen

Hasil

Nilai Normal

13,2 gr/dl 38 % 7.300 /mm3 4,9 x 106 /µL 307.000 / mm3 77 fL 27 pg 35 %

12-15 gr/dl 37-47 % 4.500-10.500/mm3 4,2-5,4 jt/ µL 150.000-450.000/mm3 80-100 fL 27-31 pg 32-36 %

4% 0% 50 %

0-6 % 0-2 % 50-70 %

14

Limfosit Monosit Faal Hemostasis Waktu Perdarahan Waktu Pembedahan Hepatitis HBsAg Diabetes Glukosa Darah Sewaktu Ginjal-Hipertensi Ureum Kreatinin 3.5

40 % 6%

20-40 % 2-8 %

2 menit 8 menit

1-7 menit 5-15 menit

19 U/L

< 31 U/L

93 mg/dl

<200 mg/dl

17 mg/dl 0,60 mg/dl

13-43 mg/dl 0,51-0,95 mg/dl

Diagnosis Diagnosis Banding: 1. G1 hamil 14-15 minggu + Blighted ovum 2. G1 hamil 14-15 minggu + Abortus Imminens Diagnosis Kerja: G1 hamil 14-15 minggu + Blighted ovum

3.6

Rencana Terapi a. Pembedahan: Kuretase Hisap

Terapi post kuretase hisap:

15

a) Non farmakologi: 1. Istirahat total 2. Diet tinggi kalori tinggi protein 3. Mobilisasi bertahap b) Farmakologi: 1. Cefadroxil 2 x 500 mg 2. Methylergometrin 3 x 0,2 mg 3. Asam Mefenamat 3 x 500 mg 4. Sohobion 1 x 1 tab b. Diagnostik: 1. Ultrasonografi 2. Pemeriksaan patologi anatomi jaringan hasil kuretase c. Monitoring: 1. Keadaan umum 2. Tanda-tanda vital 3. Kontraksi uterus 4. Tanda-tanda perdarahan dan infeksi

e. Edukasi: 1. Istirahat total 2. Diet tinggi kalori tinggi protein 3. Mobilisasi 4. Menjaga hygiene alat reproduksi 5. Pasca kuretase sebaiknya menunda kehamilan sampai 6 bulan.

16

BAB IV PEMBAHASAN Pada kasus ini pasien mengaku hamil 3 bulan datang ke IGD dengan keluhan keluar darah sejak 6 hari lalu tanpa disertai lendir melalui jalan lahir dan nyeri di perut bagian bawah. Berdasarkan dari anamnesis dan gejala yang dikeluhkan tersebut dimungkinkan bahwa pasien mengalami abortus. Diamna abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi yang dikeluarkan pada saat kehamilan kurang dari 20 minggu. Akan tetapi perlu dipastikan melalui pemeriksaan penunjang USG mengenai kondisi dalam rahim ibu sehingga dapat disimpulkan diagnosis pasti yang ada. Adapun abortus yang terjadi pada pasien tergolong sebagai Blighted ovum yang mana kehamilan yang bisa ditegakkan pada usia kehamilan 7-8 minggu dengan dilakukan pemeriksaan USG.2 Hasil pemeriksaan USG pasien ini menunjukkan bahwa terlihat kantung kehamilan tanpa massa intrauterin didalamnya. Disimpulkan diagnosis dari kasus ini adalah blighted ovum atau kehamilan kosong dimana terbentuk kantung kehamilan dan plasenta tetapi tidak ada pembentukan embrio. Blighted ovum pada awalnya tidak dapat dibedakan gejalanya dari kehamilan biasa hingga terjadi abortus spontan dan telah dilakukan pemeriksaan USG. Untuk memastikan kembali kehamilan yang terjadi pada pasien maka dapat dilakukan evaluasi USG ulang pada 2 minggu setelahnya. Bila kantong gestasi masih tidak berkembang hingga 25 milimeter, maka bisa dipastikan bahwa kehamilan yang terjadi pada pasien merupakan kehamilan anembrionik atau Blighted ovum.1,7 Setelah pasien didiagnosis dengan blighted ovum, tindakan selanjutnya yang dilakukan terminasi kehamilan dengan cara kuretase jaringan untuk menghentikan perdarahan, membersihkan sisa-sisa jaringan, mencegah infeksi, sehingga rahim siap untuk kehamilan berikutnya. Sesuai teori, hal yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnosa blighted ovum adalah terminasi kehamilan segera setelah ditegakkan diagnosa pasti dan dilakukan pemeriksaaan penunjang berupa USG. Tindakan terminasi yang dapat dilakukan berupa kuretase yang merupakan serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi ke dalam kavum uteri. Dimana hasil konsepsi di bersihkan dan dikeluarkan secara keseluruhan dari kavum uteri. Selain itu, sisa

17

jaringan yang diambil dapat juga digunakan sebagai sampel laboratorium untuk mengetahui penyebab terjadinya blighted ovum.2,7 Terapi pasca tindakan kuretase pada pasien ini diberikan analgetik yaitu asam mefenamat untuk mengurangi nyeri jika diperlukan, pemberian antibiotic untuk mencegah terjadinya infeksi pasca tindakan, metilergometrin untuk menimbulkan kontraksi dan mencegah perdarahan post partum atau keguguran, menganjurkan untuk mobilisasi bertujuan untuk mengurangi nyeri, serta melakukan observasi meliputi jumlah perdarahan pervaginam untuk mengetahui terjadinya perdarahan dan tanda-tanda infeksi.3,7

18

BAB V KESIMPULAN Blighted ovum adalah kegagalan perkembangan hasil fertilisasi ovum ditahap awal atau 6-7 minggu usia kehamilan, dimana hasil pemeriksaan penunjang ditemukan kantung kehamilan tanpa ada embrio dalam kantung kehamilan. Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan dapat melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita. Penatalaksanaan kasus blighted ovum dilakukan dengan metode terminasi dilatasi dan kuretase secara elektif.

19

BAB VI DAFTAR PUSTAKA 1. Winkjosastro, H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono, 2008 2. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG. First trimester abortion. In: Williams Gynecology 22nd ed. New York: McGraw- Hill, 2008. 3. Porter FT, Branch DW, Scott JR. Early pregnancy loss. In: Danforth’s Obstetric and Gynecology 10th ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins, 2009. 4. Kashevarova et al. Pathogenetic effects early human embryo development. Prague : ESHRE Annual, 2006. 5. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas KEsehatan Dasar dan Rujukan. Edisi 1. Jakarta, Indonesia. 2013 6. Azmanov, Dimitiar et al. Profile of chromosomal in different gestational age spontaneous abortions detected by comparative genomic hybridation. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. Epub. Sofia: University Hospital Maichin Dom, 2006 7. Hacker, NF. Essentials of Obstetrics and Gynaecology. Philadelphia: Elsevier Saunders, 2004. 8. Saimin J, Moeljono ER, Farid RB. Pemakaian tablet misoprostol 100 mikrogram per vaginam untuk dilatasi serviks sebelum tindakan kuretase. Makassar: Subbagian Fetomaternal Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 2008.

Related Documents


More Documents from "tyas galuh"

August 2019 43
2013_201317adn(1).docx
April 2020 34
Bab Ii Fix.docx
June 2020 28
Habes Corpus Luis
August 2019 31