Nama: Ketut Anjani Dharmayanti NIM: 1607521093 Absen: 23 Kelas: EKM 333 B2
TUGAS MATA KULIAH SEMINAR MANAJEMEN Dosen: Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., MSi
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan dikelilingi lautan. Lautan memisahkan pulau satu dengan yang lain. Dari hal tersebut Presiden Indonesia, Joko Widodo, mencetuskan oleh Tol Laut sebagai konsep pengangkutan logistik kelautan. Program ini bertujuan untuk menghubungkan pelabuhan-pelabuhan besar yang ada di nusantara. Dengan adanya hubungan antara pelabuhan-pelabuhan laut ini, maka dapat diciptakan kelancaran distribusi barang hingga ke pelosok. Selain hal itu, pemerataan harga Logistik setiap barang di seluruh wilayah Indonesia. Seperti dikutip dari pidato Presiden Jokowi, 5 April 2016 "Tol Laut untuk apa? Sekali lagi ini mobilitas manusia, mobilitas barang. Harga transportasi yang lebih murah, biaya logistik yang lebih murah, dan akhirnya kita harapkan harga-harga akan turun." Dampak terhadap lingkungan demografi dan sosial budaya Dengan adanya tol laut, berdampak kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Tingkat kesehatan masyarakat juga meningkat karena akses menuju daerah 3T yang semakin mudah. Selain itu tol laut juga berdampak kepada sosial budaya masyarakat. Dengan adanya tol laut membuka akses kepada masyarakat luar daerah ataupun wisatawan luar negeri untuk datang berkunjung. Sehingga masuknya budaya asing ke daerah 3T. Dampak terhadap lingkungan ekonomi Seperti yang kita ketahui, masyarakat Indonesia bagian timur diberatkan dengan harga barang-barang yang tinggi dikarenakan biaya untuk akses ke daerah tersebut tinggi. Harga
barang-barang di Indonesia tidak merata. Diharapkan dengan adanya tol laut ini perekonomian di Indonesia semakin meningkat, dan dunia bisnis di Indonesia semakin terbuka lebar. Kebijakan ini juga berdampaka pada industri kapal di Indonesia. Bagi indrustri kapal di pastikan akan mendapatkan pesanan lebih besar lagi dengan tol laut. Mengingat kapal merupakan sarana pokok dalam program ini. Didukung dengan kebijakan pemerintah lainnya seperti Keppres No. 80 tahun 2003 dan Perpres No. 54 tahun 2010. Regulasi-regulasi ini menjadi landasan yang positif bagi industri kapal dalam negeri untuk memperluas perusahaan perkapalan domestik dan memperkuat industri perkapalan baik pengembangan kapal baru ataupun perbaikan kapal, ketika tol laut sudah berjalan efektif yang mana kapal merupakan sarana pokok pada program tol laut ini. Peningkatan produksi kapal domestik akan semakin meningkat, karena banyaknya kebutuhan yang mengharuskan perusahaan kapal menambah armadanya. Kebijakan baru lainnya yang membuat industri kapal akan meningkat secara signifikan dari dampak tol laut adalah pelarangan impor kapal bekas. Kementrian Kelautan dan Perikanan memastika Peraturan Meteri untuk larangan impor kapal bekas untuk menyetop impor kapal bekas, upaya kapal dalam negeri juga diupayakan melalui program Beyond Cabotage. Perumusan kebijakan ini oleh Kementrian Perhubungan dan Kementrian Perdagangan bersama-sama Dewan Pimpinan Pusat INSA untuk meningkatkan muatan pelayaran nasional dalam perdagangan internasional. Secara ekonomi , jika terlaksananya program tol laut maka industri perkapalan akan sangat diuntungkan, apalagi dengan adanya regulasi Asas Cabotage pada Ipres No. 5 Tahun 2005 yang mewajibkan muatan dalam negeri diangkut oleh kapal bendera merah putih. Dalam hal ini TNI/POLRI jugs dituntut bekerja ekstra demi keamanan dan kedaulatan NKRI, karena tidak menuntut kemungkinan para pihak tidak bertanggung jawab mencari celah dari landasan hukum yang ada. Tol laut dapat membuat harga menjadi lebih murah, lantaran kapal kini terjadwal untuk datang sehingga pembangunan juga lebih cepat terlaksana. Tol laut merupakan jalur pelayaran bebas hambatan, menghubungkan pelabuhan-pelabuhan antar pulau di Indonesia. Setelah terhubung dengan tol laut, maka diharapkan tidak ada lagi kelangkaan barang seperti sembako, kelangkaan BBM, dan semen. Lebih lanjut Sugiono mengutarakan, harga semen di Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami penurunan dimana sebelumnya Rp55.000 per sak di Waingapu, Rote maupun
Sagu. Sekarang harga mampu ditekan dengan harga Rp47.500 per sak. Bahkan, harga bisa turun antara 20 sampai 50%. "Sementara untuk semen dan sembako, sebagian sudah didrop di NTT," ujar dia. Dampak positif juga disampaikan Kepala Kantor Perwakilan PT Pelindo I Jakarta, Asih Kurnia yang menerangkan program tol laut mampu menurunkan biaya-biaya hingga 50%. "Lumayan besar efesiensinya kepada biaya produksi," katanya. Sementara Senior Vice President of Operations Pelindo II David P Sirait menambahkan, secara domestik pada 2012 ke Pontianak untuk pengiriman 20 feet full kontainer biayanya mencapai Rp6,5 juta sampai Rp7 juta. Tapi kini biayanya hanya Rp2,5 juta. "Bisa dibayangkan turunnya. Selain memang kami menggunakan program andalan juga ada perbaikan infrastruktur program tol laut," katanya. David juga mengungkapkan, Pelabuhan Tanjung Priok bisa melakukan pengiriman barang ke Amerika dan eropa dengan kapal 10 ribu teus. Untuk efesiensi di New Priok Port juga bisa dilakukan, semula membutuhkan waktu 33 hari harus mampir Singapura dan Malaysia dan biaya bongkar muat. "Tapi dengan infrastruktur yang dibangun sekarang hanya 23 hari. Padahal, biaya bongkar muat di Singapura satu kontrainer USD150," pungkas David. Dampak terhadap lingkungan teknologi dan politik. Pembangunan tol laut disertai pula dengan perkembangan teknologi. Teknologi yang digunakan semakin canggih, hal ini merupakan dampak positif bagi Indonesia. Diharapkan masyarakat Indonesia mampu mengetahui, mempelajari teknologi-teknologi yang lebih canggih yang digunakan oleh Negara lain. Dengan kebijakan yang dicetuskan oleh Presiden Joko Widodo, masyarakat Indonesia di daerah 3T menjadi lebih sejahtera, dan hal ini dapat menjadi kekuatan untuk Presiden Jokowi dalam pemilihan presiden tahun 2019. Secara tidak langsung Presiden Jokowi mendapatkan dukungan dari masyarakat untuk menjadi presiden di periode berikutnya. Dampak terhadap lingkungan industri Banyaknya kapal raksasa yang memiliki daya angkut 8.500 hingga 10.000 teus yang bersandar di Tanjung Priok. Dimana kapal ini membawa logistik langsung ke Indonesia, tidak mampir dulu ke Singapura. Alasan kapal raksasa bersandar di Indonesia karena poros
maritim kita dengan tol lautnya sukses, dan kemampuan bongkar muat kita sepadan dengan kapasitas kapal kargo tersebut. Yang namanya kapal kargo, mereka tak akan pergi tanpa muatan yang banyak. Saat proyek tol laut ini sukses, barang-barang dari seluruh nusantara dapat dikumpulkan dengan cepat di Jakarta. Dan dapat langsung diangkut oleh kapal-kapal raksasa tadi. Ada tiga hal yang menjadi faktor kuncinya. Pertama, kemudahan mengumpulkan barang-barang di satu titik. Kedua, dari kemudahan tadi diperoleh efisiensi baik itu dari segi waktu dan biaya. Ketiga, masalah dwelling time dapat diatasi. Tiga faktor kunci inilah, alasan kapal-kapal raksasa masuk dan akan masuk lebih banyak lagi ke Jakarta. Dengan berkembanganya maritim kita, kini kita mampu bersaing dengan negara tetangga yakni Singapura Dampak terhadap lingkungan sumber daya alam Laut Indonesia memiliki keindahan tersendiri. Kekayaan alam yang berasal dari laut sangatlah berlimpah. Dengan pembangunan tol laut ini Indonesia akan kehilangan separuh andalan dan kebanggannya. Apabila laut sudah menjadi mobiliasasi yang padat dan menjadi keseharian yang tidak terkendali sudah jelas banyak risiko-risiko yang akan ditimbulkan. Utamanya kekayaan biota laut akan sulit kita temukan di perairan Indonesia.
Daftar Pustaka http://www.tribunnews.com/nasional/2018/04/17/realisasi-tol-laut-jokowi-meleset-daritarget-ini-usul-bamsoet https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3778419/jokowi-jalankan-program-tollaut-apa-hasilnya https://ekbis.sindonews.com/read/1242119/34/dampak-tol-laut-mulai-terasa-harga-dan-biayaproduksi-makin-murah-1506085217 https://www.kompasiana.com/yayanindrapurwanto/dampak-tol-laut-jokowi-bagi-industrikapal-indonesia_55b8841a397b61052093ab2c https://seword.com/ekonomi/program-tol-laut-sukses-kapal-raksasa-merapat-ke-jakartaekonomi-bangkit-singapura-ketar-ketir