BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman hayati,salah satunya adalah hewani, sehingga memnuat indonesia mempunyai banyak sekali produk hasil peternakan yang salah satunya adalah daging. Jumlah produksi daging tiap tahunnya mengalami peningkatan walaupun pada 2017 mengalami penurunan. Hal ini dapat dibuktikan dengan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (2017), yaitu pada tahun 2013 sebanyak 2.882,01 ton daging ; tahun 2014 sebanyak 2.925,21 ton daging ; tahun 2015 sebanyak 3.056,85 ton daging ; tahun 2016 sebanyak 3.356,33 ton daging ; dan tahun 2017 sebanyak 3.344,21 ton daging. Daging merupakan salah satu sumber protein yang tinggi dan baik bagi tubuh manusia. Ada berbagai jenis daging yang biasa dikonsumsi penduduk Indonesia, diantaranya adalah daging ayam, daging sapi, daging kambing, daging kerbau, daging bebek dan lain-lain. Daging adalah salah satu bagian dari hewan yang meliputi semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringanjaringan tersebut yang dapat dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya (Soeparno, 2005). Salah satu sumber protein yang tinggi selain daging adalah ikan. Kandungan protein ikan tidak kalah bagus dengan kandungan protein yang berasal dari daging atau telur. Di samping itu, ikan juga merupakan sumber protein hewani yang harganya lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya seperti daging sapi dan ayam. Ikan merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3 (Khomsan, 2004). Daging dan ikan merupakan produk hasil peternakan yang mempunyai kandungan protein yang tinggi, sehingga sangat memudahkan keduanya untuk terkontaminasi, terutama kontaminasi yang disebabkan mirkoba. Oleh karena itu,
pada praktikum kali ini akan diteliti mutu dari daging dan ikan yang segar ataupun yang tidak segar, baik itu diteliti warna, kenampakan, aroma, berat jenis dan pH.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Bahan 2.1.1 Daging Daging merupakan sekumpulan otot yang melekat pada kerangka. Menurut Soeparno (2005), daging adalah semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut dapat dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Ada dua jenis daging yaitu daging segar dan daging beku. Daging segar merupakan daging yang baru dipotong, belum mengalami pengolahan lebih lanjut dan belum disimpan untuk waktu yang lama. Daging segar cenderung memiliki kualitas kandungan nutrisi dan penampakan lebih baik, mulai dari kekenyalan, warna daging, bau dan tekstur. Selain itu, daging segar tidak berlendir, tidak terasa lengket ditangan dan terasa kebasahannya. Sedangkan daging beku adalah daging yang telah mengalami penyimpanan pada suhu dingin, sehingga daging akan mengalami perubahan sifat fisik akibat pengaruh suhu yang dingin (Departemen Pertanian, 2010). Ada banyak jenis daging yang sering ditemukan di kalangan masyarakat Indonesia, antara lain yaitu : 1. Daging Sapi Daging sapi merupakan daging yang mempunyai gizi tinggi, rasa enak dan bermanfaat bagi tubuh manusia apabila dagingnya baik dan sehat. Daging sapi memiliki ciri-ciri berwarna merah terang, cerah, serabut daging relatif kasar, dan tidak pucat. Selain itu, daging sapi secara fisik bersifat elastis, agak kaku, tidak lembek, tidak berbau amis, permukaan daging lembab, jika dipegang masih terasa basah, dan tidak lengket ditangan sedangkan kandungan protein daging sapi sebesar 18,8 % dan lemak total 14% (Emil, 2013).
2. Daging Domba atau Kambing Daging domba dan kambing memiliki nilai gizi yang tinggi terutama pada kandungan protein, kalori, zat besi, fosfor, dan vitamin Bi. Kandungan gizi daging domba umumnya Iebih tinggi dibandingkan dengan daging kambing. Kandungan lemak pada daging kambing 45% Iebih rendah dibandingkan dengan daging domba. Lemak pada daging kambing merupakan lemak tidak jenuh. Selain itu, daging kambing juga mengandung kolesterol yang rendah. Rendahnya kandungan lemak dan kolesterol dalam daging kambing menunjukkan bahwa daging kambing relatif sehat dan aman bagi kesehatan tubuh. Ciri-ciri daging domba atau daging kambing yang bagus yaitu mempunyai
warna merah jambu yang cerah, tidak berbau amis atau
menyengat atau asam, permukaan daging lembab, Serabut daging relatif halus, suhu penyimpanan 1 – 10 derajat celcius (Budi, 2011). 3. Daging Ayam Daging ayam merupakan daging yang berasal dari ayam kampung maupun ayam pedaging (ayam horen) yang telah dipisahkan dari bulu, jeroan, kepala, leher maupun kaki. Daging ayam berwarna putih kemerahan dan cerah, mempunyai bau tidak meyimpang (tidak berbau amis, menyengat, dan asam), permukaan daging lembab (tidak kering dan tidak basah), permukaan daging bersih dan tidak ada darah, serabut daging relatif halus, daging disimpan dalam kondisi dingin (suhu 1 – 10 derajat celcius), serta kadang daging bersatu dengan kulit (Soeparno 1992). 4. Daging Babi Babi merupakan salah satu komoditas ternak penghasil daging yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan ternak babi memiliki sifat dan kemampuan yang menguntungkan antara lain pertumbuhan yang cepat, jumlah anak per kelahiran (littersize) yang tinggi dan efisiensi ransum yang baik (75-80%) serta persentase karkas yang tinggi (65-80%). Babi menghasilkan daging yang mempunyai warna merah muda keabuan dan cerah, bau tidak menyimpang (tidak berbau amis, menyengat dan asam), permukaan daging lembab (tidak kering dan tidak basah), permukaan daging
bersih dan tidak ada darah, serabut daging relatif halus, daging disimpan dalam kondisi dingin (suhu 1 – 10 derajat celcius), dan kadang daging bersatu dengan lemak dan kulit (Falconer dan Mackay,1996).
2.1.2 Ikan Ikan merupakan kelompok hewan vertebrata (tanpa tulang belakang) yang hidup di dalam air dan mempunyai bermacam-macam spesies, lebih dari 27.000 spesies tersebar luas di seluruh perairan dunia. Ikan menggunakan sirip sebagai alat bergerak dan alat keseimbangan, insang sebagai alat untuk bernafas. Secara taksonomi,
ikan
tergolong
kelompok paraphyletic yang
hubungan
kekerabatannya masih diperdebatkan. Berdasarkan tulang penyusunnya, kelas pisces dibedakan atas Agnatha, Chondrichtyes, dan Osteichtyes. Ciri- ciri kelas Agnatha adalah
mulut tanpa rahang ( bentuk bulat ) ,tubuh gilig atau silindris
tubuh halus tanpa sisik, rangka tubuh dari tulang rawan, tidak memiliki sirip berpasangan, cekung hidung hanya satu, terdapat pada bagian medial, dan insang terletak dalam kantong insang dengan celah insang di sisi lateral tubuh (Brotowidjoyo,1995). Kelas Chondrichthyes (Ikan bertulang rawan) kerangkanya terdiri atas tulang rawan, bukan tulang keras. Ciri-cirinya memiliki endoskeleton yang relative lentur yang terbuat dari tulang rawan, memiliki rahang dan sirip berpasangan yang berkembang dengan baik, respirasi melalui insang, pembuahan internal, bisa bertelur atau melahirkan anak, memiliki indera yang tajam, termasuk system gurat sisi, suatu barisan organ mikroskopis yang sensitive terhadap perubahan tekanan air di sekitarnya. Sedangkan ciri-ciri Kelas Osteichthyes (Ikan Bertulang Sejati) yaitu kulit ditutupi dengan sisik dermal yang pipih atau plat tulang, tetapi kadang-kadang tidak bersisik (Kottelat, 1993). 2.2 Karakteristik Fisik dan Kimia Bahan 2.2.1 Daging Sapi Daging sapi memiliki ciri-ciri berwarna merah terang, cerah, serabut daging relatif kasar, dan tidak pucat. Selain itu, daging sapi secara fisik bersifat
elastis, agak kaku, tidak lembek, tidak berbau amis, permukaan daging lembab, jika dipegang masih terasa basah, dan tidak lengket ditangan sedangkan kandungan protein daging sapi sebesar 18,8 % dan lemak total 14% (Emil, 2013). Daging sapi mengandung banyak komponen yang diperlukan oleh tubuh. Pada 100 gram daging sapi terdapat 207 kalori, 18,80 gram protein, 14 gram lemak, 11 mg kalsium, 170 mg fosfor, 2,80 mg besi, 30 SI vitamin A, 0,08 mg vitamin B1, dan 66 gram air (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1981). 2.2.2 Daging Domba atau Kambing Daging domba atau daging kambing yang bagus mempunyai warna merah jambu yang cerah, tidak berbau amis atau menyengat atau asam, permukaan daging lembab, Serabut daging relatif halus, suhu penyimpanan 1 – 10 derajat celcius (Budi, 2011). Dalam 100 gram daging kambing mengandung 154 kalori, 16,60 gram protein, 9,2 gram lemak, 11 mg kalsium, 124 mg fosfor, 1 mg besi, 0,09 mg vitamin B1, 70,3 gram air (Cahyono, 1988). 2.2.3 Daging Ayam Daging ayam mempunyai warna putih kemerahan dan cerah, mempunyai bau tidak meyimpang (tidak berbau amis, menyengat, dan asam), permukaan daging lembab (tidak kering dan tidak basah), permukaan daging bersih dan tidak ada darah, serabut daging relatif halus, daging disimpan dalam kondisi dingin (suhu 1 – 10 derajat celcius), serta kadang daging bersatu dengan kulit (Soeparno 1992). Dalam 100 gram daging ayam mengandung 30,20 gram kalori, 18,20 gram protein, 25 gram lemak, 14 mg kalsium, 200 mg fosfor, 1,5 mg besi, 810,10 SI vitamin A, 0,08 mg vitamin B1, 55,90 gram air (Departemen Kesehatan RI, 1996). 2.2.4 Daging Babi Daging babi mempunyai warna merah muda keabuan dan cerah, bau tidak menyimpang (tidak berbau amis, menyengat dan asam), permukaan daging lembab (tidak kering dan tidak basah), permukaan daging bersih dan tidak ada darah, serabut daging relatif halus, daging disimpan dalam kondisi dingin (suhu 1 – 10 derajat celcius), dan kadang daging bersatu dengan lemak dan kulit (Falconer dan Mackay,1996). Protein merupakan komponen bahan kering yang terbesar dari
daging. Nilai nutrisi daging yang tinggi disebabkan karena daging mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap dan seimbang. Selain protein, daging mengandung air, lemak, karbohidrat dan komponen anorganik. Daging mengandung sekitar 75 persen air dengan kisaran 68-80 persen, protein sekitar 19 persen (16-22 persen) ; substansi-substansi non protein yang larut 3,5 persen serta lemak sekitar 2,5 persen (1,5-13,0 persen) dan sangat bervariasi (Lawrie, 1979). 2.2.5 Ikan Bagian tubuh ikan secara umum terdiri dari kepala, insang, sirip, sisik dan ekor. Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus, dan cauda. Diantara ketiga itu tidak ada pembatas yang nyata sebagai batas antara caput, truncus, dan ekor. Batas antara caput dan truncus dapat ditentukan dari tepi caudal operculum dan sebagai batas antara truncus dan ekor yaitu dari anus (Marshall, 1980). Daging ikan mengandung 16 - 24% protein, 0,2 - 2,2% lemak, 56 – 80% air, 2,5 – 4,5% mineal yang meliputi Ca, Na, K, J, Mn serta vitamin yang meliputi vitamin A, B dan D (Susanto, 2006). 2.3 Faktor Yang Menyebabkan Kerusakan Bahan 2.3.1 Daging Menurut Supardi dan Sukamto (1999), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kerusakan daging, antara lain yaitu :
Faktor intrinsik, yaitu meliputi aktivitas air, komposisi nutrien, pH, potensial redoks, adanya bahan pengawet alami dan tambahan.
Faktor pengolahan, yaitu meliputi semua proses pengolahan daging, mulai dari penyembelihan hingga pengemasan.
Faktor implisit, yaitu berbagai mikroba yang terdapat pada bahan makanan kadang-kadang mengakibatkan dua atau lebih jenis mikroorganime hidup bersama saling menguntungkan atau sebaliknya yang satu merugikan pertumbuhan mikroorganisme lain.
Faktor makanan, yaitu pada dasarnya terbagi atas makanan yang mudah rusak, makanan yang awet dan bahan pangan yang awet.
Keempat faktor di atas dapat memicu terjadinya kerusakan daging, menurut Simanjuntak dan Rivai (2009), ada beberapa tanda kerusakan pada daging, yaitu : a. Perubahan kekenyalan pada daging yang disebabkan oleh pemecahan struktur daging oleh berbagai bakteri. b. Pembentukan lendir dan pembentukan asam pada daging yang disebabkan oleh pertumbuhan berbagai mikroba. c. Pembentukan
warna
hijau pada
daging,
yang
disebabkan
oleh
pembentukan hydrogen peroksida (H2O2) oleh Lactobacillus Viridescens, Lactobacillus fructovorans, Lactobacillus jenseni Di, Leuconostoc, Enterococcus faecium dan Enterococcus faecalis, pembentukan hidrogen sulfida (H2S) oleh Pseudomonas mephita, Shewanell putrefaciens, dan Lactobacillus sake. d. Pembentukan
warna
kuning pada
daging
yang
disebabkan
oleh
Enterococcus cassliflavus dan Enterococcus mundtii. e. Perubahan bau, misalnya: timbulnya bau busuk oleh berbagai bakteri karena terbentuknya amonia, H2S, Indol dan senyawa-senyawa amin seperti diamin kadaverin dan putresin. 2.3.2 Ikan Ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak kerena mengandung kadar air yang cukup tinggi sehingga cocok untuk pertumbuhan mikroba terutama bakteri. Menurut Susiwi (2009), ada beberapa faktor penyebab kerusakan ikan, diantaranya yaitu : a. Enzimatis Tubuh ikan khususnya di dalam alat pencernaan mengandung enzim, yang saat ikan mati enzim tersebut dapat merusak atau menguraikan protein menjadi putresin, isobutilamin, kadaverin dan senyawa lain yang akan menimbulkan bau busuk atau tidak sedap. b. Mikrobiololgis Kadar air ikan yang cukup tinggi dan susunan jaringan yang longgar menyebabkan mikro organisme mudah tumbuh dan berkembang
sehingga dapat menguraikan gizi ikan menjadi senyawa-senyawa berbau busuk dan anyir.
c. Fisis Penyimpanan ikan pada suhu kamar akan mempercepat proses kerusakan dan pembusukan ikan. d. Oksidasi lemak Lemak ikan mengandung asam lemak tidak jenuh yang mudah mengalami oksidasi sehingga menghasilkan bau tengik pada ikan.
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1) Pisau 2) Ember 3) Plastik 4) Neraca 5) Hot plate 6) Gelas ukur 7) Beaker glass 8) pH meter 9) water bath 10) Rheotex 11) Tissue 12) Mesin pendingin 3.1.2 Bahan 1) Daging Ayam 2) Daging Sapi 3) Ikan 4) Daging Babi 5) Aquadest 6) Larutan curing
3.2 Skema kerja 3.2.1 Pengamatan Daging dan Ikan Segar a) Pengamatan Daging Segar dan Kurang Segar Dua Sampel Daging
Pengambilan gambar
Pengamatan (Perbandingan kedua sampel berdasarkan warna, tekstur, aroma) b) Pengamatan Ikan Segar dan Kurang Segar Dua Sampel Ikan
Pengambilan gambar Pengamatan (Perbandingan kedua sampel berdasarkan bentuk, insang, kulit, sisik, lendir, warna, tekstur, aroma) 3.2.2 Pengamatan Marbling Sampel Daging
Pengambilan gambar
Pembandingan dengan standart marbling
Penentuan tingkat marbling
3.2.3 Pengamatan Warna Sampel Daging 20 g
Pengamatan warna awal
Pengirisan daging ikan menjadi 2 potong
Sampel 1
Sampel 2
Perebusan dalam air suhu 80o selama 10 menit
Perendaman dalam larutan curing selama 15 menit
Pengamatan perubahan warna
3.2.4 Penentuan pH Sampel Daging
Pencincangan daging sebanyak 5 gram
Pemasukkan ke dalam beaker glass
Aquades
Pengukuran nilai pH 3.2.5 Pengukuran Tekstur Sampel Daging
Pengaktivan rheotex
Penekanan tombol distance (0,5 mm) dan tombol bold
Peletakan sampel dibawah jarum rheotex
Penekanan tombol start
Pembacaan angka yang tertera pada jarum rheotex
3.2.6 Pengukuran Cooking Loss Daging 10 g (Irisan 1)
Pengamatan warna
Pemasukkan dalam plastik Polietelen
Penjepitan dan perebusan dalam waterbath dengan suhu 80ºC selama 10 menit
Pengeluaran dari water bath dan melewatkannya pada air mengalir
Pengeluaran sampel dari plastik
Penimbangan sample
Perhitungan cooking lost
3.2.7 Pengukuran Drip Loss Daging
Penimbangan 10 gram daging
Pemasukkan dalam plastik dan pelebelan
Pemasukan dalam freezer selama 3 hari
Penthawingan
Penimbangan
Perhitungan drip loss 3.2.8 Pengamatan Daging Beberapa Spesies Ternak Daging
Pengamatan perbandingan dengan parameter yang ditentukan
BAB 4. DATA PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Pengamatan Daging dan Ikan Segar Tabel 1. Perbedaan Daging Segar dan Daging Kurang Segar Tabel 2. Perbedaan Ikan Segar dan Ikan Kurang Segar Tabel 3. Pengamatan Marbling pada Daging Tabel 4. Pengamatan Warna 4.1.4 Penentuan pH Tabel 5. Pengukuran pH Sampel Daging Sapi Daging Kambing Ikan Laut Ikan Lele Daging Sapi + perendaman dalam ekstrak nanas 5% Daging Kambing + perendaman dalam ekstrak nanas 5% Ikan Laut + perendaman dalam ekstrak nanas 5% Ikan Lele + perendaman dalam ekstrak nanas 5%
4.1.5 Pengukuran Tekstur Tabel 6. Pengukuran Tekstur Kode Bahan Sampel Atas Daging Sapi Bawah Samping Atas Daging Bawah Kambing Samping Atas Ikan Laut Bawah Samping Atas Ikan Lele Bawah Samping Daging Sapi + Atas perendaman Bawah
Segar Rebus Curing 5,8 5,7 5,5 5,8 6,0 5,6 6,6 6,5 6,5 6,9 6,7 6,4 5,8
6,2
5,8
5,8
6
5,6
6.3 6,5
6.4 6,5
6.2 6,2
Segar
Rebus
Curing
6/0,5 4/0,5 4/0,5 4/0,05 4/0,05 7/0,05 6/0,5 7/0,5 5/0,5 5/0,5 6/0,5 6/0,5 4/0.5 5/0,5
8/0,5 12/0,5 8/0,5 16/0,05 9/0,05 19/0,05 7/0,5 8/0,5 5/0,5 6/0,5 5/0,5 9/0,5 7/0.5 8/0,5
4/0,5 4/0,5 5/0,5 4/0,05 5/0,05 5/0,05 9/0,5 5/0,5 4/0,5 5/0,5 5/0,5 6/0,5 4/0,5 4/0,5
dalam ekstrak nanas 5% Daging Kambing + perendaman dalam ekstrak nanas 5% Ikan laut + perendaman dalam ekstrak nanas 5% Ikan Lele + perendaman dalam ekstrak nanas 5%
Samping
10/0,5
20/0,5
5/0,5
Atas
5/0,5
4/0,5
5/0,5
Bawah
5/0,5
6/0,5
6/0,5
Samping
5/0,5
9/0,5
5/0,5
Atas
13/0.5
6/0.5
6/0.5
Bawah
5/0.5
7/0.5
5/0.5
Samping Atas
4/0.5 7/0,5
6/0.5 5/0,5
3/0.5 5/0,5
Bawah
5/0,5
5/0,5
4/0,5
Samping
5/0,5
5/0,5
4/0,5
Rebus 5 4,47 3 2 5 4 3 2,63 5
Curing 5 4,9 4 3 6 5 5 5,49 5
5
5
3
4
2
3
5
5
3
4
5
5
3
4
4.1.6 Pengukuran Cookingloss Tabel 7. Pengukuran Cookingloss Bahan Berat (gr) Segar SBD 5 Daging Sapi STD 4,9 SBD 5 Daging Kambing STD 4 SBD 5 Ikan Laut STD 2 SBD 5 Ikan Lele STD 5,6 Daging Sapi + SBD 5 perendaman 4 dalam ekstrak STD nanas 5% Daging SBD 6 Kambing + perendaman STD 4 dalam ekstrak nanas 5% Ikan laut + SBD 5 perendaman dalam ekstrak STD 4 nanas 5% Ikan Lele + SBD 5 perendaman dalam ekstrak STD 3 nanas 5%
Keterangan : SBD : Sebelum dimasak STD : Setelah dimasak
4.1.7 Pengukuran Driploss Tabel 8. Pengukuran Driploss a. Chilling Bahan Berat (gr) SBD Daging Sapi STD SBD Daging Kambing STD SBD Ikan Laut STD SBD Ikan Lele STD Daging Sapi + SBD perendaman dalam ekstrak STD nanas 5% Daging SBD Kambing + perendaman dalam ekstrak STD nanas 5% Ikan laut + SBD perendaman dalam ekstrak STD nanas 5% Ikan Lele + SBD perendaman dalam ekstrak STD nanas 5% b. Suhu kamar Bahan Berat (gr) SBD Daging Sapi STD SBD Daging Kambing STD SBD Ikan Laut STD SBD Ikan Lele STD Daging Sapi + SBD perendaman dalam ekstrak STD nanas 5%
Segar 5 6,2818 5 5,6 3 3,8 5 1,63 5
Rebus 5 4,1763 5 4,1 3 3,4 3 3,34 5
Curing 5 4,381 5 5,5 3 2,4 5 5,49 5
7
3
5
5
4
6
4,1
3,8
5,6
7
5
6
6,48
4,07
5,75
6
3
6
5,3
2,8
4,5
Segar 5 4,76 5 5,0 5 4,4 5 1,26 5
Rebus 5 4,34 5 3,9 5 4,6 3 2,02 5
Curing 5 7,39 5 6,0 5 7,1 5 3,27 5
6
4
6
Daging Kambing + perendaman dalam ekstrak nanas 5% Ikan laut + perendaman dalam ekstrak nanas 5% Ikan Lele + perendaman dalam ekstrak nanas 5%
6
4
6
5
3,4
5
SBD
5
3
6
STD
4,73
2,73
5,55
SBD
5
2
4
STD
4,4
1,2
3,8
Segar 5 5,83 5 6,7 3 3,4 5 1,79 5
Rebus 5 5,35 5 3,6 3 3,9 3 2,97 5
Curing 5 7,81 5 4,9 3 2,1 5 4,12 5
4
3
6
6
4
7
5,11
3,52
6,2
7
4
7
6,53
3,42
6,25
4
4
5
3,5
2,1
4
SBD STD
c. Thawing Bahan Berat (gr) SBD Daging Sapi STD SBD Daging Kambing STD SBD Ikan Laut STD SBD Ikan Lele STD Daging Sapi + SBD perendaman dalam ekstrak STD nanas 5% Daging SBD Kambing + perendaman dalam ekstrak STD nanas 5% Ikan laut + SBD perendaman dalam ekstrak STD nanas 5% Ikan Lele + SBD perendaman dalam ekstrak STD nanas 5% Keterangan : SBD : Sebelum dibekukan STD : Setelah dibekukan
4.1.8 Pengamatan Jenis Daging Tabel 8. Perbedaan Jenis – jenis Daging Jenis Daging Daging Sapi Pengamatan Kambing Berwarna Berwarna Warna merah merah keunguan kecoklatan Seratnya Seratnya agak Bentuk serat rapat rapat Tekstur (kekenyalan) Aroma Warna lemak
Keberadaan lemak
Tekturnya keras atau padat Berbau amis
Tekturnya agak lunak
Warna lemaknya kekuningan Dibagian atas dan bawah permukaan daging
Warna lemaknya putih Dibagian atas, samping dan bawah permukaan daging
Berbau amis
Daging Ayam Berwarna kekuning kuningan Seratnya sangat rapat Tekturnya keras atau padat Berbau amis
Daging Babi Berwarna coklat kemerahan Seratnya kurang rapat Tekturnya agak lunak
Berbau agak amis Warna Tidak lemaknya memiliki putih lemak Dibagian atas Tidak dan bawah memiliki permukaan lapisan daging lemak