BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Usaha penyediaan daging segar maupun ikan segar perlu mendapat perlakuan khusus karena daging dan ikan segar merupakan salah satu bahan pangan yang mudah rusak oleh mikroorganisme. Kondisi penjualan yang kurang higienis terutama pada pasar tradisional dapat menyebabkan daging dan ikan terkontaminasi oleh mikroorganisme, baik yang bersifat pathogen maupun non pathogen. Mikroorganisme ini dapat merusak dan menyebabkan deteriosasi atau penurunan mutu sehingga secara langsung mempengaruhi kualitas fisik dan kimia daging dan ikan. Untuk menghindari kerusakan pada daging dan ikan cara yang umum digunakan yaitu dengan metode pendinginan dan pembekuan. Pendinginan dan pembekuan bertujuan untuk menghambat kerja mikroorganisme yang ada di daging dan ikan. Daging dan ikan akan beku untuk sementara selama proses pendinginan dan pembekuan berlangsung untuk setidaknya dapat memperpanjang waktu simpan daging dan ikan. Ketika daging dan ikan telah melewati proses pendinginan dan pembekuan, terjadilah proses selanjutnya yang dapat mengurangi kualitas daging dan ikan. Semakin lama daging dan ikan dibiarkan, semakin turun kualitas daging dan ikan. Drip loss adalah proses keluarnya cairan dari dalam tubuh daging dan ikan akibat perbedaan suhu. Pada proses nya ikan sampel di bekukan terlebih dahulu dalam freezer dan di lakukan pengujian dengan melihat seberapa besar banyak air atau cairan yang keluar dari daging ikan. menurut Wanniate (2014), bahwa drip loss merupakan hilang nya beberapa kompenen nutrient daging yang ikut bersama keluar nya cairan daging. Hal ini diperkuat oleh Rahardjo (2014) bahwa metode thawing yang digunakan untuk mencairkan ikan beku dapat mempengaruhi kualitas atau mutu ikan terutama tekstur. pemilihan metode thawing yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan serabut otot untuk menyerap kembali semua air sehingga terjadi terlokasi yang di sebut drip. Untuk mengetahui karakteristik daging dan ikan serta proses yang terjadi di dalamnya dilakukanlah praktikum ini. 1.2 Tujuan Adapun tujuan diadakan praktikum ini yaitu: 1. Mengamati perbedaan daging/ikan segar dan yang kurang segar (busuk)
2. Mengetahui kualitas daging berdasarkan tingkatan penyebaran lemak intramuscular (marbling) 3. Mengetahui perubahan warna pada daging dan ikan setelah waktu tertentu maupun perlauan tertentu 4. Mengetahui nilai pH bahan pangan 5. Mengetahui cara pengukuran dan cara menghitung nilai tekstur daging 6. Mengamati penyusutan berat daging akibat pemasakan 7. Mengetahui kehilangan bobot daging akibat drip pada daging beku 8. Mengetahui ciri-ciri daging dari beberapa jenis spesies ternak
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Daging dan Ikan 2.1.1 Daging Sapi Daging sapi memiliki warna merah terang, mengkilap, dan tidak pucat. Secara fisik daging elastis, sedikit kaku dan tidak lembek. Jika dipegang masih terasa basah dan tidak lengket di tangan. Dari segi aroma, daging sapi sangat khas (gurih) (Usmiati, 2010). Sapi pedaging dapat dibedakan dari jenis kelamin dan umur, dimana dengan perbedaan tersebut akan membedakan mutu dari daging sapi. Pada saat hewan dipotong akan diperoleh karkas dan non karkas. Dari seekor sapi yang beratnya 500 kg, akan diperoleh 350 kg karkas dan 270 kg daging (Susilawati, 2001). 2.1.2 Daging Kambing Daging kambing memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan daging sapi. Namun, kambing memiliki serat lebih kecil dibandingkan serat daging sapi, serta aroma daging kambing yang khas goaty. Daging domba dan kambing masing- masing mengandung protein 17,1% dan 16,6% dan lemak 14,8% dan 9,2% (Usmiati, 2010). Daging kambing memiliki cirri yang khas, yaitu hampir tidak memiliki lemak dibawah kulit, kelebihan lemaknya ditimbun sebagai lemak yang tersebar diantara serat daging. Susunan karkas daging kambing yaitu daging 62%, tulang 19%, dan lemak 19% (Tiven, dkk., 2007). 2.1.3 Daging Babi Pada umumnya peternakan babi dilakukan bertujuan untuk produksi daging, kulit, bulu dan pupuk. Berdasarkan tujuan sebagai produksi daging, babi dibedakan menjadi tipe pork, lard, dan bacon. Tipe tipe pork merupakan babi dengan badan yang panjang, badan simetris dan susunan lemak di dalam tubuh babi tersebut tidak banyak. Tipe lard merupakan babi dengan badan besar, berkaki pendek besar dan jumlah lemak di dalam tubuh babi tersebut banyak. Tipe bacon merupakan babi dengan badan panjang dan jumlah lemak sedang (Susilorini dkk., 2008). Menurut Tharayyarah (2013), lemak yang terkandung dalam daging babi merupakan lemak jenuh dengan kandungan kolestrol yang lebih tinggi dibandingkan lemak daging hewan lainnya. 2.1.4 Ikan Lele 2.1.5 Ikan Laut 2.2 SNI Daging dan Ikan 2.2.1 Daging Sapi
Tingkatan mutu daging sapi secara fisik dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: No
Jenis Uji
Persyaratan mutu I
1
Warna daging
2
Warna lemak
II
III
Merah terang
Merah kegelapan
Merah gelap
Skor 1-5
Skor 6-7
Skor 8-9
Putih
Putih kekuningan
Kuning
Skor 1-3
Skor 4-6
Skor 7-9
3
Marbling
Skor 9-12
Skor 5-8
Skor 1-4
4
Tekstur
Halus
Sedang
Kasar
Persyaratan mutu mikrobiologis daging sapi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: No Jenis uji
Satuan
Persyaratan
1
Total Plate Count
Cfu/g
Maksimum 1x106
2
Coliform
Cfu/g
Maksimum 1x102
3
Staphylococcus
Cfu/g
Maksimum 1x102
aureus 4
Salmonella sp
Per 25 g
negatif
5
Eschercia coli
Cfu/g
Maksimum 1x101
Sumber: SNI 3932:2008
2.2.2 Daging Kambing a. Tingkatan Mutu Karkas dan Daging Kambing No
Karakteristik
Syarat mutu Mutu I
Mutu II
Mutu III
1
Penampakan
Agak lembab
Agak kering
2
Tekstur
Lembut dan
Agak keras dan Keras dan tidak
kompak
kurang kompak
kompak
Merah khas
Merah khas
Merah khas
daging dan
daging dan agak
daging dan
homogen
homogen
heterogen
3
Warna
Kering
4
Lemak
Tebal
Agak tipis
Tipis
5
Umur
Muda / dewasa
Muda / dewasa
Muda / dewasa
b. Syarat Mutu Mikrobiologis Daging Ayam No 1
Jenis Total Plate Count
Satuan
Persyaratan
cfu/g
Maksimum 1 x 106
2
Coliform
cfu/g
Maksimum 1 x 102
3
Staphylococcus aureus
cfu/g
Maksimum 1 x 102
4
Salmonella sp
per 25 g
Negatif
5
Escherichia coli
cfu/g
Maksimum 1 x 101
2.2.3 Daging Ayam a. Tingkatan Mutu Karkas dan Daging Ayam No
Faktor
Tingkatan mutu
mutu 1
Mutu I
Konformasi
Mutu II
Sempurna
Mutu III
Ada sedikit kelainan
Ada kelainan pada
pada tulang dada dan
tulang
paha
paha
dada
dan
2
Perdagangan Tebal
Sedang
Tipis
3
Perlemakan
Banyak
Banyak
Sedikit
4
Keutuhan
Utuh
Tulang utuh, kulit
Tulang ada yang
sobek sedikit, tetapi
patah, ujung sayap
tidak pada bagian
terlepas, ada kulit
dada
yang sobek pada bagian dada
5
Perubahan
Bebas
dari Ada memar sedikit Ada memar sedikit
warna
memar dan atau tetapi tidak bagian tetapi tidak ada “freezee bum”
dada
dan
tidak “freezee bum”
“freezee bum” 6
Kebersihan
Bebas dari bulu
Ada bulu tunas,
tunas (pin
sedikit yang
feather)
menyebar, tetapi
Ada bulu tunas
tidak pada bagian dada (Sumber : SNI 3924-2009) b. Syarat Mutu Mikrobiologis Daging Ayam No
Jenis
Satuan
Persyaratan
1
Total Plate Count
cfu/g
Maksimum 1 x 106
2
Coliform
cfu/g
Maksimum 1 x 102
3
Staphylococcus aureus
cfu/g
Maksimum 1 x 102
4
Salmonella sp
5
Escherichia coli
6
Campylobacter sp
per 25 g
Negatif
cfu/g
Maksimum 1 x 101
per 25 g
Negatif
(Sumber : SNI 3924-2009) 2.2.4 Ikan Laut No
Parameter uji
Satuan
Persyaratan
-
Min 7 (Skor 1-9)
Koloni/g
5,0 x 105
APM/g
<3
-Salmonella
-
Negatif/25 g
-Vibrio cholera
-
Negatif/25 g
APM/g
<3
-Arsen (As)
Mg/kg
Maks. 1,0
-Kadmium (Cd)
Mg/kg
Maks. 0,1
-Merkuri (Hg)
Mg/kg
Maks. 0,5
-Timah (Sn)
Mg/kg
Maks. 1,0
-Timbal (Pb)
Mg/kg
Maks 0,3
Mg/kg
Maks. 100
-Kloramfenikol
-
Tidak boleh ada
-Malachite green dan leuchomalachite
-
Tidak boleh ada
-
Tidak boleh ada
1
Organoleptik
2
Cemaran mikroba -ALT -Escherichia coli
-Vibrio parahaemolyticus 3
4
Cemaran logam
Kimia -Histamin
5
Residu kimia
green -Nitrofuran (SEM, AHD, AOZ, AMOZ) 6
Racun hayati
-
-Ciguatoksin 7
Parasit
Tidak terdeteksi -
(Sumber : SNI 2729-2013) 2.2.5 Ikan Lele
2.3 Pengaruh Penambahan Enzim pada Daging dan Ikan
Tidak boleh ada
Pemecahan protein dalam daging dan ikan dapat dilakukan dengan menambahkan enzim protease pada proses pembuatannya. Enzim protease yang sering dimanfaatkan dalam industri pangan yaitu enzim bromelin dan enzim papain. Dari kedua enzim tersebut, pada praktikum kali ini kami menggunakan enzim bromelin sebagai enzim protease yang menguraikan protein dalam daging dan ikan. Bromelin merupakan enzim yang diisolasi dari sari atau batang buah nanas. Enzim bromelin merupakan salah satu jenis enzim protease yang mampu menghidrolisis ikatan peptida protein menjadi molekul yang lebih kecil yaitu asam amino sehingga mudah dicerna tubuh. Semakin tinggi konsentrasi enzim yang digunakan, semakin banyak substrat yang dapat ditransformasi sehingga semakin banyak ikatan peptida yang terhidrolisis (Wijaya, 2015). Enzim bromelin akan bekerja pada daging dan ikan karena di dalam daging dan ikan terdapat substrat yang cocok dengan enzimnya yaitu protein. Enzim bromelin akan menghidrolisis protein di dalam daging dan ikan sehingga akan menyebabkan beberapa perubahan pada daging dan ikan. 2.4 Perbedaan Daging Sapi, Babi, Ayam dan Kambing 2.5 Pengaruh Thawing pada Daging dan Ikan Salah satu penanganan daging sebelum melalui proses lebih lanjut untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan memperpanjang masa simpan adalah dengan pembekuan. Pembekuan merupakan metode yang oaling sering digunakan dalam memperpanjang masa simpan daging untuk saat ini. Meskipun merupakan metode yang memberikan keuntungan berupa kemudahan, penyimpanan beku dapat menyebabkan terjadinya kerusakan fisik maupun kimia. Kerusakan tidak hanya terjadi selama pembekuan tetapi dapat terjadi dalam penanganan daging beku ketika akan diolah lebih lanjut, yaitu selama proses penyegaran kembali(thawing). Menurut Potter (1973) berbagai kerusakan dapat terjadi pada makanan selama proses pembekuan maupun thawing secara lambat. Nutrien daging beku akan terlarut dalam air dan hilang bersama cairan daging yang keluar selama proses penyegaran kembali (thawing) yang disebut drip. Nutrien didalam drip antara lain: macam-macam garam, protein, asam-asam amino, asam laktat dan vitamin yang terlarut dalam air termasuk vitamin B kompleks. Konstituen yang terkandung dalam drip berhubungan dengan tingkat kerusakan sel pada saat pembekuan dan penyimpanan beku. Kristal-kristal es besar yang terbentuk selama
pembekuan akan menyebabkan kerusakan pada serabut otot dan sarkolema (Soeparno, 1998). 2.6 Pengaruh Curing pada Daging dan Ikan Kyuring daging dapat didefinisikan sebagai penggunaan garam dapur (NaCl) dan nitrit (bentuk tereduksi dari nitrat) untuk mengubah secara kimiawi sifat fisik, kimia dan mikrobiologis produk daging (Sebranek 2009). Secara historis, kyuring daging dilakukan terutama untuk mengawetkan daging. Sejak kyuring daging berkembang, definisi itu dipahami sebagai penambahan garam, gula, rempah-rempah dan nitrat atau nitrit untuk membantu dalam cita rasa dan properti pengawetan (Pegg & Shahidi 2008). Agen kyuring (nitrat dan nitrit) adalah bahan penting untuk daging kyuring karena senyawa ini bertanggung jawab untuk karakteristik unik, sifat khas yang mencirikan produk daging kyuring. Nitrat akan efektif sebagai agen kyuring jika direduksi menjadi nitrit. Reduksi nitrat dalam daging biasanya dicapai oleh mikroorganisme sehingga diperlukan waktu dan suhu yang cukup untuk konversi mikrobial tersebut (Honikel 2008).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Gelas beaker 2. Neraca digital 3. Plastik 4. Water bath 5. Pisau 6. Standar marbling 7. pH universal 8. Baskom 9. Stopwatch 10. Rheotex 11. Freezer 12. Talenan 13. Piring 14. Sendok 3.1.2 Bahan 1. Daging sapi 2. Daging babi 3. Daging kambing 4. Daging ayam 5. Ikan laut
6. Ikan lele 7. Enzim 8. Tisu 9. Air 10. Garam 11. Label 3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan 3.1 Skema Kerja 3.1.1 Pengamatan Daging dan Ikan Segar A. Pengamatan daging segar dan kurang segar
-Daging sapi -Daging babi -Daging ayam -Daging kambing Pengamatan dan pengambilan gambar
Pembandingan warna, tekstur (kekenyalan) dan aroma
3.1.2 Pengamatan Ikan Segar dan kurang segar
-Daging sapi -Daging babi -Daging ayam -Daging kambing Pengamatan dan pengambilan gambar
Pembandingan warna, tekstur (kekenyalan) dan aroma
3.1.3 Pengamatan Marbling Pada Daging
Daging Sapi
Pengamatan marbling dan pengambilan gambar Pembandingan dengan standart marbling Penentuan tingkat marbling pada daging sapi
3.1.1 Pengamatan Warna
-Daging sapi -Daging babi -Daging ayam -Daging kambing -Ikan laut Pengamatan warna - Ikan lele dan pengambilan gambar Pengirisan daging menjadi dua
Irisan I
Irisan II
Penimbanga n
Penimbanga n
Perebusan di atas air bersuhu 80OC selama 10 menit
Perendaman dalam larutan curing (NaCl) selama 15 menit
Pengamatan warna dan pengambilan gambar Penimbanga n
3.1.2 Penentuan pH
-Daging sapi -Daging babi -Daging ayam -Daging kambing -Ikan laut -Ikan lele Dua sampel daging dan ikan
Sampel I
Sampel II
Perebusan dalam waterbath bersuhu 80OC selama 15 menit
Perendaman dalam larutan curing (NaCl) selama 10 menit
Pengukuran nilai pH dengan pH universal
3.1.3 Pengukuran Tekstur
Penyalaan power rheotex dan pemasangan jarum Penekanan tombol distance dengan besaran 0,5 mm kemudian penekanan tombol hold
Peletakan daging dibawah jarum, kemudian penempatan ujung jarum hingga menyentuh permukaan daging Penekanan tombol start hingga terdengar bunyi tanda selesai Pembacaan angka yang ditunjukkan jarum rheotex
3.1.4 Pengukuran Cooking Loss
Bahan
Penimbangan sebanyak 10 gram Pemasukan ke dalam plastik Penjepitan dan pemasukan ke dalam waterbath bersuhu 80OC selama 10 menit
Pengeluaran sampel dari waterbath kemudian dilewatkan pada air Pengeluaran sampel dari plastik kemudian dikeringkan dengan tisu Penimbangan sampel Perhitungan cooking loss
3.1.5 Pengukuran Drip Loss
Bahan
Penimbangan sebanyak 10 gram Pemasukan ke dalam plastik, pemberian kode, kemudian pemasukan ke dalam freezer selama 3 hari
Penthawingan daging beku dengan 3 cara (chiling 24 jam, suhu kamar, dan air mengalir)
Penirisan daging
Perhitungan drip loss
3.1.6 Pengamatan Daging Beberapa Spesies Ternak Daging
Pengamatan dan pengambilan gambar Pembandingan dengan parameter yang ada
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
BAB 5. PEMBAHASAN
BAB 6. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA Honikel KO. 2008. The use and control of nitrate and nitrite for the processing of meat products. Meat Sci. 78:68- 76 Pegg RB, Shahidi F. 2008. Nitrite curing of meat: The Nnitrosamine problem and nitrite alternatives. New Jersey (US): John Wiley and Sons. Potter. 1973. Food Science second edition. Cambridge: The Avi Publishing Company. Raharjo, Natsha. 2014. Pengaruh lama penyimpanan pada suhu beku dan metode thawing tekstur ikan bandeng pra dan pasca penebaran. Skripsi. Sebranek JG. 2009. Basic curing ingredients. In: Tarte R, editor. Ingredients in meat products. New York (US): Springer Science+Business Media LLC. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging Cetakan Ketiga. Yogyakarta: UGM Press. Susilawati. 2001. Pengetahuan Bahan Hasil Hewani Daging. Buku Ajar. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Susilorini, E. T. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Jakarta: Penebar Swadaya Tiven, N. C., E. Suryanto dan Rusman. 2007. Komposisi kimia, sifat fisik dan organoleptik bakso daging kambing dengan bahan pengeyal yang berbeda. Jurnal Agritech 27(1):1-6. Usmiati, S. 2010. Pengawetan Daging Segar dan Olahan. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Wanniatie, Veronica. Dian Septinova. Tintin Kurtini. Nining Purwaningsih. 2014. Pengaruh Pemberian Tepung Temulawak dan Kunyit Terhadap Cooking Loss, Drip Loss dan Uji Kebusukan Daging Puyuh Jantan. Jurnal UNILA:121. Wijaya, Jane Caprita. 2015. Pengaruh Penambahan Enzim Bromelin Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptik Tempe Gembus. Jurnal Pangan dan Agroindustri. vol.3(1).