Lapleng Tehno Semsol Fix.docx

  • Uploaded by: Shary Husain
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lapleng Tehno Semsol Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,027
  • Pages: 28
2. Sediaan Krim Antifungi a.

Formula Asli

b.

Rancangan Formula

: Formulasi Krim Antifungi

Nama Produk

: TWONAZOL®Cream

Jumlah Produk

: 100 Tube

Tanggal Formulasi

: 29 November 2018

Tanggal Produksi

: 29 November 2019

Nomor Registrasi

: DBL 1911175829 A1

Nomor Bets

: C 19758

Komposisi

: Tiap 10 gram Twonazol®Cream mengandung Ketokonazol

2%

Cera alba

2%

Vaselin flavum

14%

Trietanolamin

2%

Asam stearat

5%

Propilenglikol

10%

Butilhidroksitoluena 0,02% Metil Paraben

0,018%

Propil Paraben

0,002%

Aquadest

ad 100%

c. Master Formula Diproduksi Oleh PT. D16OXIN Farma Kode Bahan 001 – KTK 002 - CRA 003 - VSF 004 - TEA 005 - AST 006 – PGL 007 – BHT 008 – MPB 009 – PPB 010 - AQD

Tanggal Formulasi 29 November 2018

Tanggal Produksi 29 november 2019

Dibuat Oleh Kelompok 2

Disetujui oleh

Nama Bahan

Kegunaan

Perdosis

Perbets

Ketokonazol Cera alba Vaselin flavum Trietanolamin Asam stearat Propilenglikol Butil hidroksi toluena Metil paraben Propil paraben Aquadest

Zat aktif Basis krim Basis krim Emulgator Emulgator Humektan Antioksidan

0,2 gram 0,6 gram 1,4 gram 0,2 gram 0,5 gram 1 ml 0,002 gram

20 gram 60 gram 140 gram 20 gram 50 gram 100 ml 2 gram

Pengawet Pengawet Pelarut

0,002 gram 0,018 gram 6,078 gram

2 gram 1,8 gram 607,8 gram

Dana Febriani Amna, S.Farm

d. Alasan Pembuatan Produk Infeksi merupakan penyakit yang sudah ditemukan di daerah tropis seperti indonesia, penyebab penyakit infeki yang mudah ditemukan diantaranya karena jamur, jamur yang paling banyak menyebabkan infeksi adalah jamur Candida sp, Pityrosporum sp, dan lain lain (Siddiq. 2016: 273). Salah satu agen antifungi yang sering digunakan dalam pengobatan akibat infeksi jamur adalah ketokonazol yang dibuat dalam sediaan topikal atau krim (Siddiq. 2016: 273). Sediaan krim merupakan salah satu sediaan emulsi setengah padat dengan kandungan air tidak kurang dari 60% serta dimaksudkan untuk pemakaian luar atau topikal (Amaliah. 2015: 73). Mekanisme

kerja

dari

ketokonazol

adalah

penghambatan

enzim

demethylase 14-α-sterol, sebuah CYP mikrosomal yang merusak biosintesis ergosterol untuk membran sitoplasma dan menyebabkan akumulasi dari 14-αmetilsterol. Metilsterol ini dapat mengganggu rantai asil fosfolipid, merusak

fungsi sistem enzim pada membran sel, sehingga menghambat pertumbuhan jamur (Katzung. 2012: 259). Kelebihan dari produk ketokonazol krim yaitu tidak terkait dengan resiko liver injury karena jumlah yang diserap oleh tubuh sangat rendah dibandingkan dengan ketokonazol oral (BPOM RI. 2015: 2). e. Alasan penambahn bahan 1) Ketokonazol Ketokonazol merupakan antifungi midazole yang dapat menghambat sintesis ergosterol dan dapat mempengaruhi permeabilitas membran dari jamur sensitif (Sweetman. 2009: 539). Ketokonazol diaplikasikan dalam 2% sebagai krim dalam perawatan infeksi candida atau dermatophyta kulit, atau dalam pengobatan pitriasis, yang diaplikasikan secara topikal atau oral (Sweetman. 2009: 540). Ketokonazol

merupakan

agen

antifungi

berspektrum

luas

yang

diformulasikan dalam bermcam-macam sediaan dengan rute administrasi oral dan topikal (Lahiani. 1999: 1). Ketokonazol merupakan salah satu obat antifungi yang paling sering digunakan,

golongan

imidazole

yang

mengandung

komposisi

antifungi

berspektrum luas (Paras. 2015) Ketokonazol bekerja dengan memblok sintesis dari ergosterol (salah satu komponen dari mekanisme sek fungal) melalui inhibisi pada sitokrom P-450 pada enzim lanosterol 14-α- demetilase. Karena enzim tersebut diinhibisi, maka lanosterol tidak dapat melakukan konversi menjadi ergosterol pada sel membran fungal ergosterol yang tidak dapat terbentuk dan semakin tipis pada dinding membran sel akan menyebabkan struktur dan fungsi pada membran sel menjadi lemah (Katzung. 2009: 830)

2) Cera Alba Cera alba digunakan untuk meningkatkan konsentrasi dari krim, menstabilkan air dalam minyak, dan menambah laju absorbsi obat-obat yang digunakan secara topikal (Rowe. 2009: 688). Cera alba sebagai bahan pengental salep dan krim dan sebagai agen peningkat stabilitas sehingga sediaan yang dihasilkan stabil (Kibbe. 2006: 289). Digunakan sebagai basis krim, dapat meningkatkan stabilitas dan konsistensi skrim memperkuat daya lekat (Weller. 2006: 398). 3) Vaselin Flavum Digunakan dalam sediaan topikal sebagai basis krim. Vaselin kuning merupakan basis hidrokarbon yang mampu membuat sediaan lebih stabil, meningkatkan daya sebar sediaan, meningkatkan hidrasi kulit sehingga mudah untuk diabsorpsi, tidak mengiritasi kulit (Naibaho. 2013: 1) Vaselin kuning dipilih dibandingkan vaselin putih karena pembuatan vaselin kuning tidak mengandung asam sulfat yang dapat mengiritasi kulit, sedangkan vaselin putih dimurnikan dari hasil vaselin kuning yang menggunakan asam sulfat, dimana asam sulfat dapat mengakibatkan rasa panas pada kulit (Weller. 2006: 895). 4) Trietanolamin Merupakan agen pengemulsi yang menghasilkan emulsi yang baik dan stabil dan dapat berguna sebagai emulgator (Rowe. 2009: 750) Emulsi yang dipakai untuk pemakaian luar bertipe O/W atau W/O. Emulsi tipe O/W menggunakan zat pengemulsi SLS, TEA, dan alkil sulfat (Martin. 2011: 1144)

TEA bersifat anionik yang stabil dalam emulsi O/W terlebih dalam dikombinasikan dengan asam stearat (Arthur. 2000: 120) 5) Asam Stearat Asam stearat secara luas digunakan dalam formula oral dan topikal . Pada formulasi topikal asam stearat digunakan sebagai pengemulsi ( Rowe. 2009: 750) Umumnya emulsi minyak dalam air mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat (Ansel. 2008: 513) Asam stearat digunakan sebagai pengemulsi dan sebagai pelarut (Arthur. 2000: 116) 6) Propilenglikol Propilenglikol digunakan sebagai humektan, desinfektan, pelarut agen penstabil, kosolven (Rowe. 2009: 592). Propilenglikol digunakan sebagai humektan, pelarut dan pengawet, konsentrasi propilenglikol yang digunakan sebagai humektan pada sediaan topikal adalah 15% (Weller. 2009) Propilenglikol digunakan sebagai humektan yang akan mempertahankan kandungan air dalam sediaan, sehingga dapat dipertahankan, propilenglikol memiliki stabilitas yang baik pada 3-6 (Allen. 2003: 289) 7) Butil Hidroksi Toluena Mekanisme kerja BHT sebagai antioksidan yaitu dengan menghambat radikal bebas memberikan atom hidrogen secara cepat kepada senyawa radikal, kemudian radikal antioksidan yang terbentuk segera berubah menjadi senyawa lebih stabil (Fahima. 2008: 5). Penggunaan BHT 0,02 % dapat menghambat ketengikan (Rahmatiyah. 2012: 3).

Buthildroksitoluen digunakan

sebagai antioksidan dalam kosmetik,

makanan dan farmasi (Rowe. 2009: 75). 8) Metil Paraben Pemlihan pengawet golongan paraben dikarenakan paraben pengawet yang toksisitasnya rendah tidak begitu berbau tidak menyebabkan iritasi (Syamsul. 2015: 154). Pengawet yang biasa digunakan dalam emulsi adalah metil, etil propil dan butil paraben, asam benzoat dan senyawa amonium kuartener Dirjen POM. 1995: 17). Konsentrasi nipagin yang dikombinasikan dengan nipasol dengan konsentrasi nipagin 0,18 % dan nipasol 0,02 % akan menghasilkan kombinasi pengawet dengan aktivitas antimikroba yang kuat (sulastri. 2014: 20) 9) Propil Paraben Propil paraben yang biasa digunakan dengan metil paraben pada sediaan parenteral dan digunakan dengan kombinasi paraben yang lain, untuk topikal konsentrasi nipagin 0,18% dan nipasol 0,02 % (Sulastri. 2015: 20). Penambahan pengawet kimia sebagai antimikroba seperti hidroksi benzoat, golongan paraben, asam benzoat, senyawa garam amonium kuartener (Syamsul. 2015: 154). Pengawet yang biasa digunakan dalam emulsi adalah metil, etil, propil dan butil paraben (Dirjen POM. 1995: 17). 10) Aquadest Aquadest diperlukan untuk melarutkan bahan yang digunakan dan merupakan pelarut yang sangat baik dalam melarutkan senyawa (Dirjen POM. 2014: 63)

Aquadest adalah pelarut yang sangat baik, karena merupakan pelarut yang tidak memiliki inkompatibilitas dengan bahan lain (Dirjen POM. 1979: 96) Aquadest merupakan bahan yang hampir selalu digunakan sebagai eksipient bidang farmasi berupa cairan bening, tidak berwarna, tidak berasa (Galchet. 2009: 32) f. Uraian Bahan zat 1) Zat aktif (Ketokonazol) (Sweetman. 2009: 539) Nama Resmi

: KETOKONAZOLUM

Nama Lain

: Ketokonazol, Ketokonatsoli, ketokonazol

Berat Molekul

: 531,4 gram/mol

Rumus Molekul

: C26H28Cl2N4O4

Rumus Struktur

:

Pemerian

: Serbuk putih atau hampir putih

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air, dapat larut dalam alkohol, larut dalam diklometan, dan larut dalam metil alkohol

Stabilitas

: Tidak stabil pada cahaya, lindungi dari cahaya langsung

Inkompatibilitas

: Absorbsi dapat berlangsung dengan penggunaan obat asam lambung, obat yang menginduksi enzim mikrosom hati.

Konsentrasi

: 2%

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai zat aktif

Indikasi

: Mengatasi infeksi jamur pada kulit badan akibat jamur Candida sp.

Kontraindikasi

: Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap komponen ketokonazol

Dosis

: Oleskan 2 kali sehari selama 4 minggu atau sampai bersih

Interaksi

: Absorbsi ketokonazol dapat terganggu oleh obat-obat

yang

mempengaruhi

keasaman

lambung Efek Samping

: Dapat menyebabkan iritasi, rasa gatal, dan perih di kulit

Peringatan

: Hindari kontak dengan mata dan membran mukosa lainnya

Perhatian

: Bukan obat oral, hentikan penggunaan dan konsultasikan ke dokter jika terjadi keluhan berlanjut.

Mekanisme Kerja

: Ketokonazol bekerja dengan memblok sintesis dari ergosterol (salah satu komponen dari mekanisme sek fungal) melalui inhibisi pada sitokrom P-450 pada enzim lanosterol 14-αdemetilase. Karena enzim tersebut di inhibisi, maka lanosterol tidak dapat melakukan konversi menjadi ergosterol pada sel membran fungal ergosterol yang tidak dapat terbentuk dan semakin tipis pada dinding membran sel akan

menyebabkan struktur dan fungsi pada membran sel menjadi lemah (Katzung B G. 2009: 830) 2) Zat tambahan a) Vaselin Album

(Rowe. 2009: 331)

Nama Resmi

: VASELIN FLAVUM

Nama Lain

: Vaselin kuming, petrolatum, mineral jelly, petroleum jelly, Silkolene, Snow White, Soft White, vaselinum flavum, yellow petrolatum, yellow petroleum jelly.

Berat Molekul

: 40,30 grsm/mol

Pemerian

: Warna

kuning

transparan

muda,

dalam

massa

lapisan

berminyak,

tipis

setelah

didinginkan pada suhu 0OC Kelarutan

: Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin, atau panas dan dalam etanol mutlak dingin, mudah larut dalam benzene, karbon disulfit, dalam kloroform, larut dalam heksan dalam sebagian besar minyak lemak dan minyak atsiri.

Stabilitas

: Jika teroksidasi dapat menimbulkan warna dan bau yang tidak dikehendaki. Untuk mencegah ditambahkan antioksidan

Inkompatibilitas

: Merupakan bahan inert yang tidak dapat bercampur dengan banyak bahan.

Range

: 4 = 25 %

Safety

: Petrolatum terutama digunakan dalam formulasi

farmasi topikal dan umumnya dianggap sebagai bahan tidak mengiritasi dan tidak beracun. Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Basis krim

b) Cera Alba

(Rowe. 2009: 687)

Nama Resmi

: CERA ALBA

Nama Lain

: Cera Alba, white beerwax, while wax, bleachid wax, malam putih.

Pemerian

: Zat

padat,

lapisan

tipis

bening,

putih

kekuningan, bau khas lemah Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%)P dingin, larut dalam kloroform P, dalam eter P hangat, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri

Stabilitas

: Stabil jika disimpan pada wadah dan tertutup rapat dan terlindung dari cahaya

Inkompatibilitas

: Dengan zat pengoksidasi

Range

: 6%

Safety

: Malam putih digunakan dalam formulasi topikal dan oral, dan umumnya dianggap sebagai bahan yang pada dasarnya tidak beracun dan tidak mengandung zat iritan.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya

Kegunaan

: Basis krim

c) Trietanolamin

(Rowe. 2009: 663)

Nama Resmi

: TRIETHANOLAMIN

Nama Lain

: Daltogen, TEA, Tealan, trietilolamin, trihidroksi trietilamin, tris (hidroksi) etilamin.

Berat Molekul

: 140,19

Rumus Molekul

: C6H15O3

Rumus Struktur

:

Pemerian

: cairan kental, jernih, dengan bau ammonia, tidak berwarna hingga kuning pucat.

Kelarutan

: Campur dengan air, metanol, etanol (95%), dan aseton. Larut dalam kloroform, larut dalam 24 bagian benzen dan 63 bagian eter pH = 10,5 untuk larutan aqueous 0,1 N.

Stabilitas

: Trietanolamin dapat berubah menjadi berwarna coklat jika terkena paparan cahaya dan udara. Oleh karena itu, selama penyimpanan harus terlindung dari cahaya dan disimpan dalam wadah tertutup rapat

Inkompatibilitas

: Akan bereaksi dengan asam mineral menjadi bentuk garam kristal dan ester dengan adanya asam lemak tinggi.

Range

: 2–4%

Penyimpanan

: Di tempat tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering.

Safety

: Triethanolamine digunakan terutama sebagai agen

pengemulsi

farmasi

topikal.

dalam

berbagai

Meskipun

sediaan

secara

umum

dianggap sebagai bahan yang tidak beracun, trietanolamin

dapat

menyebabkan

hipersensitivitas atau menjadi lebih penting jika dibandingkan

dengan

produk

yang

diformulasikan. Dosis oral triethanolamine oral manusia yang mematikan diperkirakan 5-15 g / kg berat badan. Kegunaan d) Asam Stearat

: Emulgator (Rowe. 2009: 697)

Nama Resmi

: STEARIC ACID

Nama Lain

: Acidum

stearicum,

Asam

oktadekanoat,

Hystrene, Industrene, Kortacid, Pearl Steric, Pristerene, stereophanic acid, Tegostearic. Berat Molekul

: 284,42

Rumus Molekul

: C18H36O3

Rumus Struktur

:

Pemerian

: Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin

Kelarutan

: Mudah

larut

dalam

benzene,

karbon

tetraklorida, kloroform dan eter. Larut dalam

etanol 95%, heksan dan propilenglikol. Praktis tidak larut dalam air. Stabilitas

: Asam stearat merupakan bahan yang stabil terutama

dengan

penambahan

antioksidan.

Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat kering dan sejuk Inkompatibilitas

: Inkompatibel dengan sebagian besar logam hidroksida dan mungkin dengan basa, agen pereduksi, dan agen pengoksidasi.

Range

: 1 – 20 %

Safety

: Asam stearat banyak digunakan dalam formulasi farmasi oral dan topikal; itu juga digunakan dalam kosmetik dan produk makanan. Asam stearat umumnya dianggap sebagai bahan yang tidak beracun dan non-iritan. Namun, konsumsi dalam jumlah berlebihan mungkin berbahaya.

Penyimpanan

: Dalam wada tertutup baik

Kegunaan

: Emulgator

e) Propilenglikol

(Rowe. 2009: 592)

Nama Resmi

: PROPYLENGLYCOLUM

Nama Lain

: Propylenglycolum, methyl ethylene glycol; methyl glycol, propane-1,2-diol, propilenglikol

Berat Molekul

: 76, 09

Rumus Molekul

: CH3CH(OH)CH2OH

Rumus Struktur

:

Pemerian

: Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab

Kelarutan

: Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa minyak essensial tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.

Stabilitas

: Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, lindungi dari cahaya, ditempat dingin dan kering. Pada suhu yang tinggi akan teroksidasi menjadi propionaldehid asam laktat, asam piruvat & asam asetat. Stabil jika dicampur dengan etanol, gliserin, atau air.

Inkompatibilitas

: Dengan zat pengoksidasi seperti Potassium Permanganat

Range

: ≈15%

Safety

: Propilenglikol

digunakan

dalam

berbagai

formulasi farmasi dan umumnya dianggap sebagai bahan yang relatif tidak beracun. Bahan ini

sangat

berbahaya

bagi

makanan

dan

kosmetik. Mungkin sebagai konsekuensi dari metabolisme dan ekskresinya, propilen glikol lebih toksik daripada glikol lainnya. Penyimpanan

: Disimpan

dalam

wadah

tertutup

terlindung dari cahaya, sejuk dan kering. Kegunaan

: Humektan

rapat,

f) Butil Hidroksi Toluena (Rowe. 2009: 75) Nama Resmi

: BUTYLATED HYDROXY TOLUENE

Nama Lain

: BHT, Aqidol, Embanax BHT, Dolpac, Sustane, Tenox BHT, Topanol, Vianol

Berat Molekul

: 220,35 gram/mol

Rumus Molekul

: C15H24O

Rumus Struktur

:

Pemerian

: Hablur padat, putih, bau khas lemah

Kelarutan

: Praktis

tidak

larut

dalam

air,

gliserin,

propilenglikol, asam-asam mineral dan larutan alkali, mudah larut dalam etanol, aseton, benzen dan parafin liquid, lebih mudah larut dalam minyak-minyak makanan dan lemak. Stabilitas

: Jauhkan dari cahaya, kelembaban dan panas.

Inkompatibilitas

: Bahan pengoksidasi kuat seperti peroksida dan permanganat.

Range

: 0,0075 – 0,1 %

Safety

: Butil hidroksi toluena mudah diserap dari saluran pencernaan dan dimetabolisme dan diekskresikan dalam urin terutama sebagai konjugat glukuronida dari produk oksidasi. Meskipun ada beberapa laporan yang terkait dengan reaksi adu kulit, BHT umumnya

dianggap sebagai non iritan dan tidak peka pada level yang digunakan sebagai antioksidan. Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Antioksidan

g) Metil Paraben

(Rowe. 2009: 390)

Nama Resmi

: METHYL PARABEN

Nama Lain

: Nipagin, methylis parahydroxybenzoas, Methyl Parasept, Solbrol M, Tegosept M, Uniphen.

Berat Molekul

: 152,15

Rumus Molekul

: C8H5O3

Rumus Struktur

:

Pemerian

: Merupakan kristal tidak berwarna atau serbuk kristal berwarna putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau dan sedikit mempunyai rasa panas

Kelarutan

: Larut dalam 5 bagian propilenglikol, 3 bagian etanol, 60 bagian gliserin dan 400 bagian air.

Stabilitas

: Larutan metil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf pada suhu 120° C selama 20 menit, tanpa penguraian. Larutan ini stabil selama kurang lebih 4 tahun dalam suhu kamar, sedangkan pada pH 8 atau lebih dapat

meningkatkan laju hidrolisis. Inkompatibilitas

: Aktivitas antimikroba dari metil paraben atau golongan paraben yang lain sangat dapat mengurangi efektivitas dari surfaktan nonionik, seperti

polysorbate

80.

Tetapi

adanya

propilenglikol (10%) menunjukkan peningkatan potensi

aktivitas

antibakteri

dari

paraben,

sehingga dapat mencegah interaksi antara metil paraben dan polysorbate. Inkompatibel dengan beberapa senyawa, seperti bentonit, magnesium trisilicate, talc, tragacan, sodium alginate, essential oils, sorbitol dan atropine Range

: 0,02 - 0,3 %

Safety

: Reaksi

hipersensitivitas

terhadap

paraben,

umumnya dari tipe yang tertunda dan muncul sebagai dermatitis kontak telah dilaporkan. Namun,

mengingat

meluasnya

penggunaan

paraben sebagai pengawet, reaksi seperti itu relatif tidak umum Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Pengawet

h) Propil Paraben

(Rowe. 2009: 526)

Nama Resmi

: PROPYLIS PARABENUM

Nama Lain

: Propil paraben, Nipasol, Propyl Parasept, Solbrol P, Tegosept P, Uniphen P

Berat Molekul

: 180,21

Rumus Molekul

: C10H13O3

Rumus Struktur

:

Pemerian

: Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan

: Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.

Stabilitas

: Kelarutan dalam air pada pH 3-6 bisa disterilkan dengan

autoclaving

tanpa

mengalami

penguraian, pada pH 3-6 kelarutan dalam air stabil (penguraian kecil dari 10 %) Inkompatibilitas

: Dengan senyawa magnesium silikat, magnesium trisilikat.

Range

: 0,01 - 0,6 %

Safety

: Propil

paraben

dan

metill

paraben

telah

digunakan sebagai pengawet dalam injeksi dan sediaan oftalmik. Namun, mereka sekarang umumnya dianggap tidak cocok untuk jenis formulasi karena potensi iritasi paraben. Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Pengawet

i) Aquadest (Dirjen POM. 2014: 63) Nama Resmi

: AQUA DESTILLATA

Nama Lain

: Aquadest, aqua depurata, air murni, air suling, air bateriq

Berat Molekul

: 18,00

Rumus Molekul

: H2O

Rumus Struktur

:

O H

Pemerian

H

: Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Stabilitas

: Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk fisik (es , air , dan uap). Pada saat penyimpanan

dan

penggunaannya

harus

terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel ion dan bahan organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta harus terlindungi dari partikel-partikel lain dan mikroorganisme

yang

dapat

tumbuh

dan

merusak fungsi air. Inkompatibilitas

: Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient lainnya yang mudah terhidrolisis.

Safety

: Air adalah dasar dari banyak bentuk kehidupan biologis, dan keamanannya dalam formulasi farmasi tidak perlu dipertanyakan asalkan memenuhi standar kualitas untuk kemampuan minum. Air putih dianggap sedikit lebih beracun pada saat disuntikkan ke hewan laboratorium daripada larutan garam fisiologis seperti larutan salin normal atau ringer.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Pelarut

g. Perhitungan 1) Perhitungan HLB (a1 x Hlb) + (a2 x Hlb) + (a3 x Hlb)

= Hlb Campuran

(0,002 x 1,9) + (1,4 x 1,2) + (0,6 x 12) = (15 x ) + ((7- x)(1,2)) 24,0038

= 15 x + 8,4 – 1,2 x

15,6038

= 15 x – 1,2 x

15,6038

= 13,8 x

x

= 1,1307 (Trietanolamin)

y

= 7 -1,1307 = 5,86 (Asam stearat)

2) Perhitungan perwadah 2

a) Ketokonazol

= 100 x 10 = 0,2 gram

b) Cera alba

= 100 x 10 = 0,6 gram

c) Vaselin Flavum

= 100 x 10 = 1,4 gram

d) Trietanolamin

= 1,1307 gram

e) Asam stearat

= 5,86 gram

f) Propilenglikol

= 100 x 10 = 1 ml

g) BHT

=

h) Nipagin

=

i) Nipasol

=

j) Aquadest

= 0,2 + 0,6 + 0,2 + 1,4 + 1,13 + 5,86 + 1 + 0,002 +

6

14

10

0,02 100 0,02 100 0,18 100

x 10 = 0,002 gram x 10 = 0,002 gram x 10 = 0,0018 gram

0,002 + 0,0018 = 39,058

Persentase zat cair

= 2% + 0,02 % + 89% = 91,02 %

3) Perhitungan perbets a)

Ketokonazol

= 0,2 gram X 100 = 20 gram

b) Cera alba

= 0,6 gram X 100 = 60 gram

c)

= 1,4 grm X 100 = 140 gram

Vaselin flavum

d) Trietanolamin

= 0,2 gram X 100 = 20 gram

e)

Asam sterat

= 0,5 gram X 100 = 50 gram

f)

Propilenglikol

= 1 mL X 100 = 100 mL

g) BHT

= 0,002 gram X 100 = 0,2 gram

h) Nipagin

= 0,002 gram X 100 = 0,2 gram

i)

Nipasol

= 0,0018 gram X 100 = 0,18 gram

j)

Aquadest

= 39,0 gram X 100 = 3900 gram

h. Cara Kerja 1) Disiapkan alat dan bahan 2) Ditimbang bahan yang digunakan a) Fase minyak Ketokonazol

0,2 gram

Cera alba

0,6 gram

Vaselin flavum

1,4 gram

Trietanolamin

1,113 gram

Asam stearat

5,86 gram

BHT

0,02 gran

Nipasol

0,018 gram

a. Fase air Propilenglikol

1 mL

Nipagin

0,002 gram

Aquadest

6,078 mL

b) Dibuat fase minyak dengan cara meleburkan semua bahan fase minyak pada penangas c) Dibuat fase air dengan cara memanasakan semua bahan fase air dengan aquadest d) Dicampur fase air dan fase minyak secara bersamaan kemudian digerus dengan cepat dan konstan hingga terbentuk krim yang homogen e) Didinginkan pada suhu ruang. f) Dimasukkan pada wadah tube dan diberi eiket (Hendradi. 2013: 4).

i. Wadah, Etiket, Brosur 1) Wadah

2) Etiket

3) Brosur

TWONAZOLE ® Cream KETOCONAZOLE

Komposisi: Tiap 10 g mengandung Ketoconazole 2% Farmakologi: Menghambat sintesis ergosterol yang merupakan komponen vital dalam membran sel jamur sehingga mempengaruhi permeabilitas sel jamur. Farmakokinetik: Absorbsi ketoconazole di gastro intestinal bervariasi dan meningkat dengan penurunan pH perut. Absorbsi sistemik sistemik minimal setelah diaplikasikan secara topikal. Dapat didistribusika ke seluruh jaringan tubuh melalui ikatan albumin, namun rendah dalam CSF. Lebih dari 90% terikat protein plasma, terutama albumin. Metabolisme ketoconazole terjadi li liver menjadi bentuk metabolitnya dan merupakan suatu zat yang menghambat kerja transporter CYP3A4. Ketoconazole dieliminasi di hepar dengan melakukan oksidasi, dealkilasi dan hidroksilasi aromatik cincin imidazole dan piperazine dengan menggunakan enzim mikrosomal dari hepar. Secara topikal, ketoconazole mencapai kadar sekitar 0-20,7 ng/mL. Indikasi: Mengatasi infeksi jamur pada kulit badan aibat jamur Candida. Kontraindikasi: Hipersensitif atau alergi terhadap komponen ketoconazole. Efek Samping: Dapat menyebabkan iritasi, gatal-gatal, dan perih di kulit. Aturan Pakai: Oleskan 2 kali sehari pada bagian yang luka atau infeksi. No. Reg No. Bets

DBL 1911175829 C19758

Diproduksi Oleh PT. DIGOXIN PHARMA Makassar - Indonesia

j. Evaluasi 1) Pengamatan organoleptis Organoleptis dilakukan dengan cara pengamatan secara visual terhadap sediaan, yang dinilai dari bentuk fisik sediaan yaitu perubahan warna, bentuk dan bau krim. 2) Pemeriksaan Homogenitas Masing–masing krim yang akan diuji dioleskan pada kaca objek, kemudian dikatupkan dengan kaca objek yang lainnya untuk diamati homogenitasnya. Apabila tidak terdapat butiran-butiran kasar di atas kaca objek tersebut maka krim yang diuji homogen 3) Pengukuran pH Krim yang telah jadi untuk mendapatkan nilai pH, diukur dengan menggunakan pH meter, dimana elektroda pH meter dicelupkan ke dalam krim angka pada pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan angka tetap, kemudian dicatat. 4) Pengukuran viskositas Viskositas sediaan diukur dengan menggunakan viskometer. Krim dimasukkan dalam beaker glass, selanjutnya pasang spindel nomor 4, lalu spindel diturunkan sampai batas spindel tercelup pada sediaan krim, kemudian dinyalakan dengan ditekan tombol on. Kecepatan alat diatur mulai 0,3 rpm. Dari msing-masing pengukuran dengan perbedaan kecepatan rpm dibaca skalanya hingga jarum merah yang bergerak telah stabil. 5) Cyclingtest Sediaan krim dimasukkan ke dalam refrigerator pada suhu 400̊ C selama 24 jam, kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 400̊ C selama 24 jam sehingga terjadi 1 siklus. Pemeriksaan cycling test dilakukan sebanyak

6 siklus dan diamati perubahannya yaitu fisik dari sediaan krim tersebut yang sebelum dan sesudah dicycling test. (Rabima. 2017: 113)

KEPUSTAKAAN Allen L. V. The art science and thechnology of pharmaceutical compounding 2nd edition. American Pharmaceutical Association. Washington DC. Amaliah, anggia diani. Studi formulasi dan evaluasi fisik sediaan krim antiskabies dan minyak mimba. Jurnal Farmaka. 2015 vol 15: 2. Ansel C Howard. Pengantar ilmu sediaan farmasi edisi 4. Jakarta: Penerbit UI. 2008. BPOM RI. Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan RI No 5 tahun 2015. Jakarta: BPOM. 2015 Dirjen POM. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Depkes RI. 1979 Dirjen POM. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Depkes RI. 1995 Dirjen POM. Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta: Depkes RI. 2014 Fahmma, Riyanti. Pengaruh pemanasan dan penambahan antioksidan BHT pada minyak biji ketapang dan kinetika reaksi oksidasi. FMIPA. Universitas Sriwijaya. 2008 Galchet. L.Y. Water in Rowe. Handbook of pharmaceutical press. London. 2005 Hanifah L, dan Ekawati. Jurnal Ilmiah manufacturing potensi tongol jagung sebagai sunscreen dalam sediaan handbody lotion. 2 (2): 198-207. 2010 Karonica, Bukti Lenny. Penetapan kadar metil paraben dan propil paraben pada handbody lotion secara KCKT. Repository Institusi. 2017 Katzung, Bertram G. Farmakologi dasar dan klinik edisi 9th. Jakarta: Salemba Medika. 2009 Kibbe, Arthur. H. Handbook Of Pharmaceutical excipients. Wahington: American Pharmaceutical Association. 2000 Lahiani Skiba M, dkk. Stability assesment of ketokonazol in aqueous formulation. International journal of Pharmaceutical. 2000 Martin A. Swarbrick J dan Cammarata A. Farmasi Fisika (Edisi III), penerjemah: Yoshita. Jakarta: UI Press. 2011.

Rabima dan Marshall. Uji stabilitas Formulasi sediaan biji melinjo. Indonesia Research Pharmaceutical Journal. 2017 Rowe et al. Handbook Of Pharmaceutical 6th edition. The Pharmaceutical press. London. 2009 Siddiq, Muhammad Baihaqi. Perbandingan efektivitas antifungal antara ekstrak metanol kulit batang kasturi dengan ketokonazol 2 % terhadap Candida albicans. Berkala Kedokteran. 2016 Sulastri Astri. Formulasi masker gell peel off untuk perawatan kulit wajah. Farmaka. Vol 14: No 3. 2014 Sweetman, S.C. Martindale the complete drug reference, thirty sixth edition: Pharmaceutical Press. Newyork. 2009 Syamsul Eka Siswanto. Ethanolic extract formulation of bawang tiwai in antiacne cream. Traditional Medicine Journal. 2015 Weller, P.J. Propylenglikol, in Rowe, R, C, Paul JS. Sixth edition. Handbook of pharmaceutical excipiets. Pharmaceutical press. USA

Related Documents

Semsol Amox
August 2019 18
Jurnal Semsol Dry.docx
June 2020 19
Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113
Semsol Dry Sirup.docx
June 2020 12

More Documents from "nadifa nada"