Lapkas Ksm.docx

  • Uploaded by: yenyen
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lapkas Ksm.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,347
  • Pages: 15
LAPORAN KASUS Mata Kanan Katarak Senilis Stadium Imatur Mata Kiri Katarak Senilis Stadium Matur Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSI Sultan Agung

Disusun oleh : Ratih Kumalasari Yenyen S. I. Karyani

Pembimbing : dr. Tita Octavia, Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2019

1

BAB I STATUS PASIEN

I.

IDENTITAS Nama

: Tn. P

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 78 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Tahunan Jepara

Tanggal pemeriksaan : 27 Februari 2019 II.

ANAMNESA Anamnesis

: Autoanamnesis

Keluhan utama

: Penglihatan kedua mata kabur

Keluhan tambahan

: Mata kiri lebih kabur daripada mata kanan disertai mata kiri

gatal dan cekot-cekot Riwayat perjalanan penyakit : Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD RA Kartini hari Rabu, 27 februari 2019. Pasien mengeluh penglihatan kedua mata kabur sejak + 6 bulan yang lalu. Pasien mengaku penglihatannya menjadi sangat kabur dalam 2 bulan terakhir terutama pada mata kiri. Pasien mendeskripsikan pandangan yang kabur seperti berkabut putih. Awalnya kabut putih tipis lama kelamaan menjadi tebal. Pasien juga megeluh bahwa mata kiri terasa cekot-cekot dan terasa gatal. Keluhan pasien tidak disertai dengan mata merah dan berair. Pasien belum pernah periksa ke dokter. Pasien mengaku tidak memiliki keluhan melihat seperti ada benda-benda berterbangan yang mengikuti arah gerak mata. Pasien menyangkal mempunyai keluhan sering menabrak saat berjalan. Pasien juga menyangkal susah melihat ketika

2

dalam ruangan atau dalam keadaan gelap. Pasien belum pernah memakai kacamata minus, plus, dan baca. Riwayat penyakit dahulu

:

Pasien memiliki riwayat diabetes melitus dan sesak, riwayat hipertensi disangal, penyakit jantung disangkal, dan trauma pada mata disangkal. Pasien juga menyangkal mempunyai keluhan yang sama sebelumnya.

III.

Riwayat alergi

: Disangkal.

Riwayat penyakit keluarga

: Pasien tidak mengetahui

Riwayat sosial ekonomi

: Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.

PEMERIKSAAN FISIK a.

Status generalis: Keadaan umum : Baik Kesadaran

: compos mentis

Tanda-tanda vital Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 80x per menit

Suhu

: 36,7oC

Laju pernafasan

: 20x per menit

Kepala

: Normocephal, tidak terdapat deformitas

Telinga

: Discharge (-)

Hidung

: Deviasi septum (-), discharge (-), epistaksis (-)

Mulut

: Karies gigi (-)

Leher

: Kelenjar getah bening tidak mengalami pembesaran

Thorax

3

b.

Jantung

: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru

: Suara napas dasar vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)

Abdomen

: Cembung, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) N.

Ekstremitas

: Hangat, udema -/-, deformitas (-)

Status oftalmologis

KETERANGAN

OD

OS

6/30

1/300

1. VISUS Tajam penglihatan Distansia Pupil

60/58 mm

2. KEDUDUKAN BOLA MATA Eksoftalmus

Tidak ada

Tidak ada

Endoftalmus

Tidak ada

Tidak ada

Deviasi

Tidak ada

Tidak ada

Baik ke segala arah

Baik ke segala arah

Warna

Hitam

Hitam

Letak

Simetris

Simetris

Gerakan mata 3. SUPRA SILIA

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR Edema

Tidak Ada

Tidak Ada

Nyeri tekan

Tidak Ada

Tidak Ada

Ektropion

Tidak Ada

Tidak Ada

Entropion

Tidak Ada

Tidak Ada

Blefarospasme

Tidak Ada

Tidak Ada

Trikiasis

Tidak Ada

Tidak Ada

Sikatriks

Tidak Ada

Tidak Ada

9 mm

9 mm

Tidak Ada

Tidak Ada

Fisura palpebra Hordeolum

4

Kalazion

Tidak Ada

Tidak Ada

Ptosis

Tidak Ada

Tidak Ada

Sekret

Tidak Ada

Tidak Ada

5. KONJUNGTIVA TARSAL SUPERIOR DAN INFERIOR Hiperemis

Tidak Ada

Tidak Ada

Folikel

Tidak Ada

Tidak Ada

Papil

Tidak Ada

Tidak Ada

Sikatriks

Tidak Ada

Tidak Ada

Anemia

Tidak Ada

Tidak Ada

Kemosis

Tidak Ada

Tidak Ada

Injeksi konjungtiva

Tidak Ada

Tidak Ada

Injeksi siliar

Tidak Ada

Tidak Ada

Perdarahan subkonjungtiva

Tidak Ada

Tidak Ada

Pterigium

Tidak Ada

Tidak Ada

Pinguekula

Tidak Ada

Tidak Ada

Nervus pigmentosus

Tidak Ada

Tidak Ada

Terbuka

Terbuka

+

+

Warna

Putih

Putih

Ikterik

Tidak Ada

Tidak Ada

Kejernihan

Jernih

Jernih

Permukaan

Licin

Licin

12 mm

12 mm

Baik

Baik

Infiltrat

Tidak ada

Tidak ada

Ulkus

Tidak ada

Tidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBI

7. SISTEM LAKRIMALIS Punctum lakrimal Tes Anel 8. SKLERA

9. KORNEA

Ukuran Sensibilitas

5

Perforasi

Tidak ada

Tidak ada

Ada

Ada

Tidak ada

Ada

Reguler

Reguler

Kedalaman

Dalam

Dalam

Kejernihan

Jernih

Jernih

Hifema

Tidak ada

Tidak ada

Hipopion

Tidak ada

Tidak ada

Efek Tyndall

Tidak ada

Tidak ada

Warna

Coklat

Coklat

Kripte

Jelas

Jelas

Bentuk

Bulat

Bulat

Sinekia

Tidak ada

Tidak ada

Koloboma

Tidak ada

Tidak ada

Sentral

Sentral

Bentuk

Bulat

Bulat

Ukuran

5 mm

5 mm

Refleks cahaya langsung

+

+

Refleks cahaya tidak langsung

+

+

Keruh

Keruh

Ditengah

Menyeluruh

-

-

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Arkus senilis Edema Tes Plasido 10. BILIK MATA DEPAN

11. IRIS

12. PUPIL Letak

13. LENSA Kejernihan Letak Tes Shadow 14. BADAN KACA Kejernihan 15. FUNDUS OKULI a. Reflex fundus

6

b. Papil o Bentuk

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Warna

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Batas

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Warna

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o C/D Ratio

Sulit dinilai

Sulit dinilai

c. A/V Ratio

Sulit dinilai

Sulit dinilai

d. Retina

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Edema

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Perdarahan

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Exudat

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Sikatriks

Sulit dinilai

Sulit dinilai

e. Makula lutea

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Refleks fovea

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Edema

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Pigmentosa

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Nyeri tekan

Tidak Ada

Tidak Ada

Massa tumor

Tidak Ada

Tidak Ada

8 mmHg

19 mmHg

Sama dengan pemeriksa

Sama dengan pemeriksa

16. PALPASI

TIO 17. KAMPUS VISI Tes konfrontasi

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG: 1. Biometri Oculi Dextra-Sinistra 2. Pemeriksaan laboratorium darah : a. Hb,Hct, Leukosit, Trombosit, PT dan aPTT

7

b. Pemeriksaan glukosa darah 3. Pemeriksaan EKG V.

RESUME: Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD RA Kartini hari Rabu, 27 februari 2019. Pasien mengeluh penglihatan kedua mata kabur sejak + 6 bulan yang lalu. Pasien mengaku penglihatannya menjadi sangat kabur dalam 2 bulan terakhir terutama pada mata kiri. Pasien mendeskripsikan pandangan yang kabur seperti berkabut putih. Awalnya kabut putih tipis lama kelamaan menjadi tebal. Pasien juga megeluh bahwa mata kiri terasa cekot-cekot dan terasa gatal. Keluhan pasien tidak disertai dengan mata merah dan berair. Pasien belum pernah periksa ke dokter. Pasien mengaku tidak memiliki keluhan melihat seperti ada benda-benda berterbangan yang mengikuti arah gerak mata. Pasien menyangkal mempunyai keluhan sering menabrak saat berjalan. Pasien juga menyangkal susah melihat ketika dalam ruangan atau dalam keadaan gelap. Pasien belum pernah memakai kacamata minus, plus, dan baca. Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes mellitu dan sesak. Pada pemeriksaan fisik didapati pada OD, visus 6/30 dan kekeruhan lensa pada bagian tengah dengan shadow test negatif. Pada OS, visus 1/300 dan kekeruhan lensa menyeluruh dengan shadow test negatif. Funduskopi dari mata kanan dan kiri pasien dinilai karena terhalang oleh kekeruhan lensa.

VI.

DIAGNOSIS KERJA: OD: Katarak senilis stadium imatur OS : Katarak senilis stadium matur

VII.

DIAGNOSIS BANDING: Gloukoma kronis Presbiopi

8

VIII.

PENATALAKSANAAN: 1. Non Medikamentosa: - Edukasi penyakit katarak - Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor risiko, diet dan olahraga teratur. 2. Tindakan operasi : - OS: Operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction), Fakoemulsifikasi + IOL.

IX.

PROGNOSIS a.

Ad vitam

: ad bonam

b.

Ad fungsionam

: ad bonam

c.

Ad sanationam

: ad bonam

d.

Ad visam

: ad bonam

9

TINJAUAN PUSTAKA KATARAK A. Definisi Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang mungkin terlibat, antara lain: trauma, toksin, penyakit sistemik (mis., diabetes), merokok, dan herediter. Katarak akibat penuaan merupakan penyebab umum gangguan penglihatan. Berbagai studi cross-sectional melaporkan prevalensi katarak pada individu berusia 65- 74 tahun adalah sebanyak 50%; prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu di atas 75 tahun. B. Patogenesis Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel di antara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya katarak, antara lain kerusakan oksidatif (dari proses radikal bebas), sinar ultraviolet, dan malnutrisi. Hingga kini belum ditemukan pengobatan yang dapat memperlambat atau membalikkan perubahanperubahan kimiawi yang mendasari pembentukan katarak. Beberapa penelitian baru-baru ini mengisyaratkan suatu efek protektif dari karotenoid dalam makanan (lutein); namun, penelitian-penelitian yang mengevaluasi efek protektif multivitamin memberi hasil yang berbeda. Katarak matur adalah bentuk katarak yang seluruh proteinnya telah mengalami kekeruhan; katarak imatur memiliki sebagian protein transparan. Jika mengambil air, lensa akan menjadi intumesen. Pada katarak hipermatur, protein-protein di bagian korteks lensa telah mencair. Cairan ini bisa keluar dari kapsul yang utuh, meninggalkan lensa yang mengerut dengan kapsul keriput. Katarak hipermatur yang nukleus lensanya mengambang dengan bebas di dalam kantung kapsulnya disebut sebagai katarak morgagni. Sebagian besar katarak tidak terlihat pada pengamatan sepintas sampai lensanya menjadi cukup keruh untuk menyebabkan gangguan penglihatan yang berat. Dengan semakin keruhnya lensa, fundus okuli akan semakin sulit untuk dilihat, sampai akhirnya refleks fundus menjadi hilang sama sekali. Pada stadium ini, katarak biasanya telah matur, dan pupil menjadi putih.

10

Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan lensa

Normal

Bertambah (air masuk)

Normal

Berkurang (air + massa)

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Bilik depan

mata

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Sudut mata

bilik

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Shadow test

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopos

Penyulit

-

Glaukoma

-

Uveitis + Glaukoma

C. Gejala dan Tanda Derajat klinis pembentukan katarak, dengan menganggap bahwa tidak terdapat penyakit mata lain, terutama dinilai berdasarkan hasil uji ketajaman penglihatan Snellen. Secara umum, Penurunan ketajaman penglihatan berhubungan langsung dengan kepadatan katarak. Namun, beberapa orang yang klinis kataraknya cukup bermakna berdasarkan pemeriksaan dengan oftalmoskop atau slitlamp dapat melihat cukup baik sehingga dapat melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Lainnya mengalami penurunan ketajaman penglihatan yang tidak sebanding dengan derajat kekeruhan lensa yang diamati. Hal ini terjadi akibat distorsi bayangan oleh lensa yang mengalami kekeruhan parsial. The Cataract Management Guideline Panel menganjurkan penilaian berdasarkan gambaran klinis yang dikombinasi dengan uji ketajaman penglihatan Snellen sebagai petunjuk terbaik untuk menentukan perlu tidaknya tindakan bedah" dengan memperhatikan fleksibilitas - yang berkaitan dengan kebutuhan fungsional dan visual spesifik pasien, lingkungan, dan faktor risiko lain, yang semuanya dapat berbeda-beda. D. Katarak Senilis Proses kondensasi normal dalam nukleus lensa menyebabkan terjadinya sklerosis nuklear setelah usia pertengahan. Gejala yang paling dini mungkin berupa membaiknya penglihatan dekat tanpa kacamata ("penglihatan kedua"). Ini merupakan akibat meningkatnya kekuatan fokus lensa bagian sentral menyebabkan refraksi bergeser ke miopia (penglihatan dekat). Gejala-gejala lain dapat berupa diskriminasi wama yang buruk atau diplopia monokular. Sebagian besar katarak nuklear adalah bilateral, tetapi bisa asimetrik. Katarak kortikal adalah kekeruhan pada korteks lensa. Perubahan hidrasi serat lensa menyebabkan terbentuknya celah-celah dalam pola radial di sekeliling daerah ekuator. Katarak ini cenderung bilateral, tetapi sering asimetrik. Derajat gangguan fungsi-penglihatan bervariasi, tergantung seberapa dekat kekeruhan lensa dengan sumbu penglihatan. Katarak subkapsular posterior terdapat pada korteks di dekat kapsul posterior bagian sentral. Di awal perkembangannya, katarak ini cenderung menimbulkan gangguan

11

penglihatan karena adanya keterlibatan sumbu penglihatan. Gejala-gejala yang umum, antara lain " glare" dan penurunan penglihatan pada kondisi pencahayaan yang terang. Kekeruhan lensa di sini dapat timbul akibat trauma, penggunaan kortikosteroid (topikal atau sistemik), peradangan, atau pajanan radiasi pengion. Katarak terkait-usia biasanya berjalan lambat selama bertahun-tahulL dan pasien kemungkinan meninggal sebelum dibutuhkan tindakan operasi. Jika terdapat indikasi operasi, ekstraksi lensa akan memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus; sisanya mungkin telah disertai dengan kerusakan retina atau mengalami komplikasi pascabedah yang serius sehingga mencegah perbaikan visus yang signifikarg mis. glaukoma, ablatio retinae, perdarahan intraokular, atau inJeksi. Lensa intraokular membuat penyesuaian pascaoperasi katarak menjadi lebih mudah dibandingkan sewaktu hanya tersedia kacamata katarak yang tebal ataupun lensa kontak afakia.

12

13

E. Penatalaksanaan - Medikasi : tidak banyak membantu - Pembedahan Indikasi : a) Bergantung pada tingkat maturasi katarak b) Bila kedua lensa mengalami katarak maka mata degan visus terburuk yang dioperasi dahulu c) Pada pasien dengan katarak unilateral maka operasi sebaiknya ditunda bila mata yang sehat masih cukup d) Pada kasus katarak matur maka edukasi pasien untuk operasi sesegera mungkin untuk menghindari glaukoma fekolitik e) Pada kasus yang disertai gangguan retina ( misal pada retinopati diabetik) ekstraksi katarak diperlukan untuk menjernihkan aksis optik dan mempersiapkan terapi laser. - Jenis pembedahan a) Intracapsular Catarract Extraction (ICCE) Masalah pada teknik ini :  Ukuran sayata besar sehingga penyembuhan lama dan astigmatisme besar  Seluruh komponen lensa diangkat termasuk kapsul posterior sehingga tidak ada barrier vitreus dengan bilik mata depan mengakibatkan resiko ablasio retina dan edema makula meningkat  Tidak dapat dilakukan penanaman lensa intraokuler dalam kantong kapsul b) Extracapsular Catarract Extraction ( ECCE) Kelebihan dibandingkan teknik sebelumnya :  Menyisakan capsul posterior sehingga resiko ablatio retina dan edema makula menurun dibanding teknik ICCE  Dengan adanya capsul posterior maka dapat dilakukan penanaman lensa okular atau IOL Masalah pada teknik ini :  Luka sayatan masih relatif besar sehingga tetap menginduksi astigmatisme c) Small Incision Catarract Surgery ( SICS) Kelebihan diabnding teknik sebelumnya  Dibuat tunel 2 mm dari limbus dengan lebar tunel pada sklera 6 mm  Luka insisi yang lebih kecil dan tidak tepat dikornea menurunkan resiko astigmatisma d) Phacoemulsification Catarract Extraction Masalah pada teknik ini : harga relatif mahal Keuntungan :  Luka sayatan kecil karena menggunakan alat emulsifikasi sehingga tidak diperlukan sayatan lebar untuk evakuasi lensa  Induksi astigmatisma sangat kecil karena luka sayatan kecil F. Komplikasi Katarak - Fakoanafilaktik uveitis dapat terjadi pada katarak hipermatur dimana terjadi kebocoran mikro sehingga protein lensa keluar ke BMD dan bertindak sebagai antigen dan menginduksi rekasi antigen antibodi yang seterusnya menyabakan uveitis. - Glaukoma “Lens Induced”, dapat terjadi melalui mekanisme yang berbeda :

14

a. Katarak imatur  enyebabkan glaukoma fakomorfik. Kandungan air lensa meningkat dan menyebakan pertambahan ukura lensa. Lensa kemudian maju ke depan dan menimbulkan pupilary block dan menutup sudut iridokornea. Terapi adalah ekstrasi lensa bila TIO sudah terkendali secara medis. b. Katarak hipermatur  menyababkan glaukoma fokolitik. Kebocoran mikro pada kapsul lensa anterior menyebankan lolosnya protein lensa yang mencair masuk ke BMD. Ini akan menimbulkan reaksi inflamasi di bilik anterior. Trabkular mheswork menjadi edem dan terobstruksi oleh protein lensa yang seterusnya menyebabkan kenaikan yang akut pada TIO. Ekstraksi lensa adalah terapi definitif setelah TION sudah ditangani secara teratur dan terapi intensif steroid topikal sudah menurunkan inflamasi intraokuler. c. Subluksasi atau dislokasi lensa. Ini boleh terjadi disebabkan oleh degenerasi zonules pada stadium hipermatur.

15

Related Documents

Lapkas Anes.docx
August 2019 62
Lapkas Korea.docx
April 2020 41
Lapkas Paru.docx
June 2020 40
Lapkas Pterigium.docx
May 2020 25
Lapkas Mds.docx
June 2020 21
Lapkas Ensefalitis.docx
December 2019 45

More Documents from "put zul"