LAPORAN KASUS
ASTIGMATISME
Pembimbing : dr. Arief Priyadi, Sp. M
Oleh : Muhammad Fakhmi. A 2014730060
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA RSUD R. SYAMSUDIN, SH SUKABUMI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA PERIODE 25 FEBRUARI – 29 MARET 2019
BAB I LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN Nama
: Tn. D
Umur
: 22 tahun
Agama
: Katolik
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Mahasiswa
Alamat
: Jakarta
Tanggal Pemeriksaan : 19 Maret 2019
II.
ANAMNESIS A. Keluhan Utama
: Penglihatan kedua mata kabur dan berbayang sejak 3 bulan
sebelum masuk rumah sakit (SMRS). B. Keluhan tambahan
: Mata cepat lelah, sering mengernyitkan kedua mata saat melihat,
membaca bahan bacaan lebih dekat. C. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh penglihatan kedua mata kabur dan berbayang sejak 3 bulan SMRS. Keluhan dirasakan terutama saat melihat jarak jauh. Keluhan juga disertai mata yang cepat lelah, sering mengernyitkan kedua mata saat melihat dan cenderung melihat bahan bacaan dalam jarak yang lebih dekat. Pasien sebelumnya sudah menggunakan kacamata lensa silinder sejak 9 bulan yang lalu. Keluhan penglihatan berkabut disangkal, penglihatan silau disangkal, riwayat mata merah disangkal, keluar kotoran pada mata disangkal, gatal dan nyeri pada kedua mata disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat hipertensi
: disangkal
-
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
-
Riwayat alergi
: disangkal
-
Riwayat asma
: disangkal
-
Riwayat trauma
: disangkal
-
Riwayat operasi
: disangkal
-
Riwayat penyakit mata
: disangkal
-
Riwayat pemakaian kacamata : menggunakan kacamata lensa silinder sejak 9 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga - Pasien menyangkal adanya anggota keluarga yang mengalami keluhan yang serupa. - Pasien menyangkal riwayat hipertensi di keluarga. - Pasien menyangkal riwayat diabetes mellitus di keluarga. - Pasien menyangkal riwayat alergi di keluarga.
III.
PEMERIKSAAN FISIK UMUM Keadaan umum
: Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Kompos mentis
Tanda-tanda vital
:
Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi
: 86 x/menit
Laju nafas
: 18 x/menit
Suhu
: 36,80C
Berat badan : 50 kg Tinggi badan : 165 cm Indeks massa tubuh : 18,38 kg/m2 Kepala
: normocephali, deformitas (-)
Hidung
: deviasi (-), sekret (-/-), darah (-/-)
Mulut
: mukosa oral basal, sianosis (-)
Telinga
: sekret (-/-), darah (-/-)
Leher
: trakea di tengah, pembesaran KGB (-)
Paru
: vesicular pada kedua lapang paru, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
: bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
: tampak datar, bising usus (+) 9x/menit, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
: akral hangat, CRT <2 detik
IV.
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
Variabel
Oculus Dextra
Oculus Sinistra
Visus
5/6 F
5/6
Koreksi
Ph : 5/5 ; C-0,75 x 165
Ph : 5/5 ; C-0,50 x 10
Adisi
-
-
Distansia Pupil
63/61
63/61
Kacamata lama
C-1.00 x 165
C-1.00 x 160
Pemeriksaan lapang
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Supersilia
Warna hitam, simetris
Warna hitam, simetris
Kedudukan Bola Mata
Ortoforia
Ortoforia
Palpebra Superior dan
Edema
Inferior
benjolan (-), blefarospasme (-),
benjolan (-), blefarospasme (-),
ptosis (-), sekret (-), skuama (-),
ptosis (-), sekret (-), skuama (-),
trikiasis (-)
trikiasis (-)
Sikatrik (-)(-), Hiperemis
Hiperemis (-),
pandang
Konjungtiva Tarsal Superior dan Inferior
(-),
hiperemis
(-),
(-),
hiperemis
(-),
Folikel (-), Papil (-), Sikatrik (-), Folikel (-), Papil (-), Sikatrik (-), Hordeolum (-), Kalazion (-)
Konjungtiva Bulbi
Edema
Hordeolum (-), Kalazion (-)
Sekret (-), Injeksi Konjungtiva (-), Sekret (-), Injeksi Konjungtiva (-), Injeksi
Siliar
(-),
Perdarahan Injeksi
Siliar
(-),
Perdarahan
Subkonjungtiva (-), Pterigium (-)
Subkonjungtiva (-), Pterigium (-)
Konjungtivitis forniks
Edema (-), hiperemis (-),
Edema (-), hiperemis (-),
superior dan inferior
folikel (-)
folikel (-)
Sklera
Hiperemis (-), nyeri tekan (-)
Hiperemis (-), nyeri tekan (-)
Kornea
Jernih, edema (-), infiltrat (-), Jernih, edema (-), infiltrat (-), ulkus
(-),
sikatriks
neovaskularisasi (-)
(-), ulkus
(-),
sikatriks
neovaskularisasi (-)
(-),
Bilik Mata Depan
Kedalaman sedang, jernih, hifema Kedalaman sedang, jernih, hifema (-), hipopion (-)
Iris
Warna coklat kehitaman, kripta Warna coklat kehitaman, kripta (+), sinekia (-)
Pupil
(-), hipopion (-)
(+), sinekia (-)
bentuk bulat, regular, diameter 3 Isokor, bulat, diameter 3 mm, mm, refleks cahaya langsung (+), refleks
cahaya
langsung
(+),
refleks cahaya tidak langsung (+)
refleks cahaya tidak langsung (+)
Pergerakan bola mata
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Lensa
Jernih
Jernih
Funduskopi direct
Red reflex (+), warna papil merah Red reflex (+), warna papil merah jingga, bentuk papil bulat, batas jingga, bentuk papil bulat, batas papil tegas
papil tegas
V.
RESUME Laki-laki, 22 tahun, datang dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur dan berbayang sejak 3 bulan SMRS. Keluhan dirasakan terutama saat melihat jarak jauh. Keluhan juga disertai mata yang cepat lelah, sering mengernyitkan kedua mata saat melihat dan cenderung melihat bahan bacaan dalam jarak yang lebih dekat. Riwayat penggunaan kacamata lensa silinder sejak 9 bulan yang lalu. Keluhan penglihatan berkabut disangkal, penglihatan silau disangkal, riwayat mata merah disangkal, keluar kotoran mata disangkal, gatal dan nyeri pada kedua mata disangkal. Pada pemeriksaan visus didapatkan OD 5/6 F, OS 5/6. Koreksi didapatkan OD: Ph : 5/5 ; C-0,75 x 165, OS : Ph : 5/5 ; C-0,50 x 10. Pemeriksaan Funduskopi : Red reflex (+/+), warna papil merah jingga, bentuk papil bulat, batas papil tegas.
VI.
SARAN PEMERIKSAAN PENUNJANG -
VII.
DIAGNOSIS KERJA - Astigmatisma Miopia Simplex ODS
VIII.
DIAGNOSIS BANDING -
IX.
TATALAKSANA - Koreksi visus dengan lensa Silinder beserta dengan Sferis (jika ada) - Resep Kacamata
MATA KANAN Vitrum Vitrum
Pro Longin Quitat
Spher
Cylinder
-
-0.75
MATA KIRI Axis
165
Vitrum
Vitrum
Spher
Cylinder
-
-0.50
Axis
Distant Vitror
10
63
Pro
61
Propin Quitat
X.
PROGNOSIS -
Quo ad vitam
: bonam
-
Quo ad functionam
: bonam
-
Quo ad sanactionam
: dubia ad bonam
BAB II ANALISA KASUS
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka pasien ini di diagnosis dengan astigmatisme. Pada anamnesis didapatkan keluhan kedua mata kabur dan berbayang. Keluhan sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu dan semakin dirasakan saat melihat jauh, pasien juga mengeluhkan mata cepat lelah dan pasien juga sering mengernyitkan kedua matanya saat melihat jauh. Keluhan seperti berkabut, mata merah, berair, keluar kotoran, gatal dan nyeri pada kedua mata disangkal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan visus OD 5/6 F, OS 5/6. Koreksi didapatkan OD: Ph : 5/5 ; C-0,75 x 165 , OS : Ph : 5/5 ; C-0,50 x 10. Pemeriksaan Funduskopi : Red reflex (+/+), warna papil merah jingga, bentuk papil bulat, batas papil tegas. Diagnosa pasti ditegakan dengan melakukan pemeriksaan visus dan koreksi lensa. Dapat juga dilakukan pemeriksaan juring astigmatisma, tetapi untuk kasus ini pasien sudah menggunakan kacamata sehingga diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Untuk astigmatisma terapi yang dapat diberikan pada pasien adalah penggunaan kacamata. Prognosis penyakit ini adalah bonam karena dapat diperbaiki dengan penggunaan kacamata.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1
ASTIGMATISME Kelainan refraksi dimana pembiasan pada meridian yang berbeda tidak sama, dalam
keadaan istirahat (tanpa akomodasi) sinar sejajar yang masuk ke mata difokuskan pada lebih dari satu titik. Bentuk Astigmatism : Astigmat regular : astigmat yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian ke meridian berikutnya. Bayangan yang terjadi pada astigmat regular dengan bentuk yng teratur dapat berbentuk garis, lonjong, atau lingkaran. Astigmat iregular : astigmat yang terjadi tidak mempunyai meridian saling tegak lurus. Astigmat iregular terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi atau akibat kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda. 3.2
ETIOLOGI Mata mempunyai 2 bagian untuk memfokuskan bayangan – kornea dan lensa. Pada mata yang
bentuknya sempurna, setiap elemen untuk memfokus mempunyai kurvatura yang rata seperti permukaan bola karet. Kornea atau lensa dengan permukaan demikian merefraksikan semua sinar yang masuk dengan cara yang sama dan menghasilkan bayangan yang tajam terfokus pada retina. Jika permukaan kornea atau lensa tidak rata, sinar tidak direfraksikan dengan cara yang sama dan menghasilkan bayangan-bayangan kabur yang tidak terfokus pada retina. Astigmatisme bisa terjadi dengan kombinasi kelainan refraksi yang lain, termasuk: 1. Miopia. Ini terjadi bila kurvatura kornea terlalu melengkung atau jika aksis mata lebih panjang dari normal. Bayangan terfokus di depan retina dan menyebabkan objek dari jauh terlihat kabur. 2. Hiperopia. Ini terjadi jika kurvatura kornea terlalu sedikit atau aksis mata lebih pendek dari normal. Bayangan terfokus di belakang retina dan menyebabkan objek dekat terlihat kabur.
Biasanya astigmatisme terjadi sejak lahir. Astigmatisme dipercayai diturunkan dengan cara autosomal dominan. Astigmatisme juga bisa terjadi setelah trauma atau jaringan parut pada kornea, penyakit mata yang termasuk tumor pada kelopak mata, insisi pada kornea atau karena faktor perkembangan. Astigmatisme tidak menjadi lebih parah dengan membaca di tempat yang kurang pencahayaan, duduk terlalu dekat dengan layar televisi atau menjadi juling. Jika distorsi terjadi pada kornea, disebut astigmatisme kornea, sedangkan jika distorsi terjadi pada lensa, disebut astigmatisme lentikular. Astigmatisme juga bisa terjadi karena traksi pada bola mata oleh otot-otot mata eksternal yang merubah bentuk sklera menjadi bentuk astigma, perubahan indeks refraksi pada vitreous, dan permukaan yang tidak rata pada retina.
3.3
PATOFISIOLOGI Penyebab tersering dari astigmastism adalah kelainan bentuk kornea. Pada sebagian kecil
dapat pula disebabkan kelainan lensa.
3.4
GEJALA KLINIS Seseorang dengan astigmat akan memberikan keluhan : melihat jauh kabur sedang melihat
dekat lebih baik, melihat ganda dengan satu atau kedua mata, melihat benda yang bulat menjadi lonjong, penglihatan akan kabur untuk jauh ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat berubah, mengecilkan celah kelopak, sakit kepala, mata tegang dan pegal, mata dan fisik lelah. Koreksi mata astigmat adalah dengan memakai lensa dengan kedua kekuatan yang berbeda. Astigmat ringan tidak perlu diberi kaca mata.
3.5
DIAGNOSIS
Refraksi subyektif : metoda “Trial and Error” Jarak pemeriksaan 6 meter / 5 meter / 20 feet digunakan kartu snellen yang diletakkan setinggi mata penderita. Mata diperiksa satu persatu Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa silinder negatif atau positif dengan aksis diputar 0o samapi 180o . kadang – kadang diperlukan kombinasi lensa sferis negatif atau positif.
Refraksi obyektif Dengan lensa kerja ʃ + 2.00, pemeriksa mengamati refleks fundus yang bergerak searah gerakan retinoskop (with movement), kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif, sedangkan bila searah dengan gerakan retinoskop dikoreksi dengan lensa sferis positif. Meridian yang netral lebih dlu adalah komponen sferisnya. Meridian yang belum netral dikoreksi lensa silinder positif sampai tercapai netralisasi. Hasil akhirnya dilakukan transposisi. Autorefraktometer 3.6
TATALAKSANA Astigmastisme reguler diberikan kacamata sesuai kelainan yang didapatkan yaitu dikoreksi dengan lensa silinder negatif atau positif dengan atau tanpa kombinasi lensa sferis.
Astigmastisme irreguler bila ringan bisa dikoreksi dengan lensa kontak keras, tetapi bila berat bisa dilakukan transplantasi kornea.
DAFTAR PUSTAKA
1. A. K. Khurana. Review Of Ophtalmology : Quick Text Review & Check McQ’s. 6th Edition.. New Delhi : Philadelphia : Jaypee, The Health Science Publisher ; 2015. 2. Vaughan DG, Asbury T. 2015. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : EGC. 3. Bowling B. Kanski JJ. Kanski’s Clinical Ofthalmology : Sistematic Approach. 8th edition. Elsivier. 2016