Kti Sitti Arafah Nur Rahma Amak.docx

  • Uploaded by: Sitti Arafah Nur Rahma
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kti Sitti Arafah Nur Rahma Amak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,044
  • Pages: 60
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN ANTI STREPTOLISIN O (ASTO) PADA PENDERITA TONSILITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Tugas Akhir Program Pendidikan Ahli Madya Analis Kesehatan

Oleh :

SITTI ARAFAH NUR RAHMA AK.15.037

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI 2018

A

BSTRAK SITTI ARAFAH NUR RAHMA (AK.15.037) “Gambaran Hasil Pemeriksaan Anti Streptolisin O pada Penderita Tonsilitis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari” di bawah bimbingan Sri Aprilianti Idris sebagai pembimbing I dan Christiana Sri Sudarwanti sebagai pembimbing II. (3 gambar + 33 halaman + 5 tabel + 3 lampiran). Tonsilitis adalah inflamasi pada tonsila palatina yang disebabkan oleh infeki virus atau bakteri. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsilitis. Anti Streptolisin O (ASTO) merupakan antibodi terhadap antigen streptolisin O yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus ß hemolyticus grup A. Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO) yaitu pemeriksaan darah yang berfungsi untuk mengetahui antibodi terhadap streptolisin O yang di hasilkan oleh Streptococcus grup A. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO) pada penderita tonsilitis di RSUD Kota Kendari, dengan metode latex test. Sampel pasien penyakit tonsilitis sebanyak 17 sampel dengan teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa dari 17 sampel terdapat 13 orang (76%) sampel positif anti streptolisin O (ASTO) yaitu ditandai dengan terjadinya aglutinasi dan 4 orang (24%) sampel negatif anti streptolisin O (ASTO) yang ditandai dengan tidak terjadinya aglutinasi. Sumber Bacaan Kata Kunci

: 18 (2001 – 2018) : Anti Streptolisin O, penderita Tonsilitis

ABSTRACT SITTI ARAFAH NUR RAHMA (AK.15.037) ”Description of Examination Result Anti Streptolisin O in Tonsilitis Patients at General Hospital Regional of Kendari City” under the guidance of Sri Aprilianti Idris as first counselor and Christiana Sri Sudarwanti as the second counselor. (3 Pictures + 33 pages + 5 tables + 3 attachments) Tonsilitis is an inflammation of the palatine tonsils caused by virus or bacterial infection. This will trigger the immune system to form antibodies againts future infections but if the tonsils are not able to resist infection form bacteria or virus then it will arise tonsilitis. Anti Streptolisin O (ASTO) are antibodies to the resulting streptolysin O antigen by bacterium Streptococcus B hemolyticus group A. Examination of Anti Streptolysin O (ASTO) is a blood test that works for to know the antibodies to streptolysin O produced by Streptolysin group A. The purpose of this study is to know the description of examination result anti streptolisin O (ASTO) in patients with tonsilitis in RSUD Kendari City, with latex test method. Patients sample with tonsilitis disease were 17 samples with the taking technique sample is accidental sampling. Based on the research that has been done can that from 17 samples there were 13 people (76%) positive samples Anti Streptolysin O (ASTO) is characterized by agglutination and 4 (24%) of the anticipated negative streptolysin O (ASTO) negative samples with no agglutination occuring. Reading source Keywords

: 18 (2001-2018) : Anti Streptolysin O, Tonsilitis Patients

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Penulis mengakui mulai dari persiapan hingga penyusunannya berbagai kendala dan kesulitan penulis hadapi namun berkat bantuan dari berbagai pihak karya tulis ilmiah ini akhirnya dapat tersusun sesuai dengan harapan. Dengan ucapan terima kasih yang mendalam penulis haturkan pula kepada Ayahanda Kurnia Meronda dan Ibunda Suarpina yang banyak membantu mulai dari memberikan dorongan, motivasi dan do’a yang tulus demi keberhasilan penulis selama di bangku studi. Terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada Ibu Sri Aprilianti Idris, S.Si., M.Sc selaku pembimbing I sekaligus Sekretaris Program Studi D-III Analis Kesehatan Politeknik Bina Husada Kendari dan Ibu Christiana Sri Sudarwanti, STP., M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan petunjuk dan bimbingan pada penulis. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Ibu Tuti Dharmawati, SE., M.Si., AK., QIA., CA selaku Ketua Badan Pembina Yayasan Bina Husada Kendari. 2. Bapak Dr. Muhamad Satria, SH., M.Kn selaku Direktur Politeknik Bina Husada Kendari

3. Bapak Muh. Ilyas Yusuf, S. Farm., M.Imun, Apt selaku Wakil Direktur I Politeknik Bina Husada Kendari sekaligus Penguji I. 4. Ibu Sernita, S.SI., M.Pd., selaku Wakil Direktur II Politeknik Bina Husada Kendari. 5. Ibu Nirwati Rusli, S.SI., Apt., M.Sc., selaku Wakil Direktur III Politeknik Bina Husada Kendari. 6. Ibu Firdayanti, S.Si., M.Sc selaku Ketua Program Studi D-III Analis Kesehatan Politeknik Bina Husada Kendari. 7. Ibu Susanti, S.ST., M.Kes selaku Penguji II. 8.

Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Administrasi Akademi Analis Kesehatan Kendari.

9.

Ibu Suriani Samsudin, SE selaku Kepala Perpustakaan Yayasan Bina Husada Kendari.

10. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara. 11. Kepala Laboratorium dan Staf Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. 12. Terima kasih kepada Chaerul AMAK dan Ni Komang Ayu Sintha Dewi AMAK, atas bantuan dan arahannya selama penulis menjalani penelitian. 13. Untuk keluargaku tercinta khususnya Yusbar S.Pd, Lia Ardyta S.Farm, Muh. Iqbal Meronda, Muh. Dafa Arkan Adriyusta, Difany Salsabila Adriyusta, dan semua keluarga yang tidak bisa penulis sebutkan, terimakasih atas bantuan, semangat dan do’anya.

14. Sahabat-sahabat saya Karmila, Andi Rukmini, Asryani, Selvini, & Sinar Purnama terima kasih kebersamaan dan keceriaan selama penulis menempuh pendidikan. 15. Rekan-Rekan seperjuangan angkatan 2015 Akademi Analis Kesehatan Kendari yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih yang sebesar-besarmya atas kerjasamanya selama menuntut ilmu di Prodi DIII Analis Kesehatan Politeknik Bina Husada Kendari. Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekeliruan, kekurangan, dan kesalahan yang disebabkan oleh keterbatasan waktu, kemampuan, dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, sehingga penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kesehatan. Amin.

Kendari,

Agustus 2018

Penulis

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN .....................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................

iii

SURAT PERNYATAAN ...........................................................................

iv

ABSTRAK .................................................................................................

v

ABSTRACT ...............................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ................................................................................

vii

DAFTAR ISI ..............................................................................................

x

DAFTAR TABEL ......................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..............................................................................

1

B. Rumusan Masalah .........................................................................

3

C. Tujuan Masalah .............................................................................

3

D. Manfaat Penelitian ........................................................................

3

1. Manfaat Teoritis ........................................................................

3

2. Manfaat Praktis .........................................................................

4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Tonsillitis ...........................................................

5

1. Anatomi Fisiologi .....................................................................

8

2. Etiologi ......................................................................................

10

3. Patofisiologi...............................................................................

10

4. Manifestasi Klinis .....................................................................

11

5. Komplikasi ................................................................................

11

B.Tinjauan tentang Antigen dan Antibodi .........................................

13

C. Tinjauan tentang Anti Streptolisin O (ASTO) ..............................

14

D. Kerangka Konsep ..........................................................................

19

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .............................................................................

19

B. Desain Penelitian...........................................................................

19

C. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................

19

D. Populasi dan Sampel .....................................................................

20

E. Defenisi Operasional .....................................................................

20

F. Prosedur Penelitian ........................................................................

20

G. Alur Penelitian ..............................................................................

25

H. Analisis Data ................................................................................

26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .............................................................................

28

B. Pembahasan....................................................................................

30

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................

33

B Saran..............................................................................................

33

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL Tabel

Halaman

1. Desain Penelitian...................................................................................... 20 2. Distribusi Sampel Menurut Umur Penderita Tonsilitis ........................... 28 3. Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin penderita Tonsilitis .............

29

4. Distribusi Hasil Pemeriksaan ASTO Terhadap Jenis Kelamin ..............

29

5. Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan ASTO ...................................... 30

DAFTAR GAMBAR Gambar

Halaman

1. Anatomi Fisiologi Tonsil ........................................................................... 8 2. Letak anatomi tonsil yang membentuk cincin Waldeyer .......................... 9 3. Alur Penelitian ........................................................................................... 26

DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Surat Permohinan Izin Penelitian Surat Izin Penelitian BALITBANG Surat Keterangan Hasil Penelitian Data Hasil Pemeriksaan ASTO Dokumentasi Penelitian Daftar Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tonsilitis merupakan salah satu penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang banyak ditemukan di Indonesia. Prevalensi ISPA di Indonesia adalah 234 per 1000 anak, sedangkan prevalensi tonsilitis kronis adalah 36 kasus per 1000 anak. Angka kesakitan ISPA masih menempati peringkat pertama dibandingkan dengan penyakit lainnya pada anak-anak di Indonesia (Mindarti, 2010). Berdasarkan survei data yang diperoleh dari RSUD Kota Kendari, pada tahun 2015 jumlah penderita penyakit tonsilitis sebanyak 357 orang, pada tahun 2016 menurun menjadi 297 orang dan tahun 2017 sebanyak 257 orang (Profil RSUD Kota Kendari, 2018). Tonsilitis adalah inflamasi pada tonsila palatina yang disebabkan oleh infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter / penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi

yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsilitis (Bohne et al. 2013). Tonsilitis terbagi menjadi dua yaitu tonsilitis akut dan tonsilitis kronik. Keduanya memiliki perbedaan penyebab yaitu tonsilitis akut lebih sering

disebabkan oleh kuman grup A Streptococcus β hemolyticus, Pneumococcus, Streptococcus viridans dan Streptococcus pyogenes, sedangkan tonsilitis kronik kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang-kadang pola kuman berubah menjadi kuman dari golongan gram negatif (Nizar, 2016). Anti Streptolisin O (ASTO) merupakan antibodi terhadap antigen streptolisin O yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus ß hemolyticus grup A. Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO) yaitu pemeriksaan darah yang berfungsi untuk mengetahui antibodi terhadap streptolisin O yang di hasilkan oleh Streptococcus grup A. Penetapan kadar anti streptolisin O merupakan pemeriksaan utama untuk menentukan apakah sebelumnya pernah terinfeksi oleh Streptococcus ß hemolyticus grup A yang menyebabkan komplikasi penyakit post Streptococcus (Mindarti, 2010). Infeksi yang ditimbulkan Streptococcus ß hemolyticus grup A dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti radang tenggorokan (tonsil), faringitis, impetigo, erysipelas, demam nifas, demam berdarah (scarlet fever), nekrosis fitis (necrotizing fascitis), toxic shock syndrome, septikemia (Aini, 2016). Pada hasil pemeriksaan ASTO lebih dari 400 IU/mL, selalu terdapat kuman Streptococcus β hemolyticus grup A, baik di dalam maupun di permukaan tonsil. Penilaian terhadap penderita tonsil terdiri atas adanya riwayat demam, terdapat pembesaran tonsil/eksudat pada tonsil, pembesaran kelenjar servikal anterior, dan tidak ada batuk. Bila terdapat lebih dari 3 gejala, kemungkinan besar adalah infeksi oleh Streptococcus β hemolyticus grup A,

dan pasien memerlukan pengobatan antibiotik. Bilamana ada 2-3 gejala, maka perlu pemeriksaan lanjut apakah infeksinya disebabkan oleh Streptococcus β hemolyticus grup A dan apabila kurang dari 2 gejala, umumnya penyakit disebabkan oleh infeksi virus. Berdasarkan penelitian Mindarti (2010) bahwa terdapat hubungan antara Anti Streptolisin O (ASTO) dan gejala klinis pada penderita tonsilitis. Dimana pada kadar ASTO lebih dari sama dengan 200 IU/mL didapatkan skor gejala lebih dari 2. Berdasarkan

uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Gambaran Hasil Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO) pada Penderita Tonsilitis di RSUD Kota Kendari”. B. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran hasil pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO) pada penderita tonsilitis di RSUD Kota Kendari ? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO) pada penderita tonsilitis di RSUD Kota Kendari.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan tambahan wawasan kepada peneliti tentang Anti Streptolisin O (ASTO). 2. Manfaat Praktis

Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan, khususnya mata kuliah Immuno-serologi dan dapat menambah referensi di Perpustakaan Politeknik Bina Husada Kendari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Tonsilitis Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau amandel (Reeves et al. 2001). Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu : tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tosil faucial), tonsil lingual (tosil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring / gerlach’s tonsil) (Palandeng, 2014). Tonsilitis dibagi menjadi 2 tipe yaitu tonsilitis akut dan tonsilitis kronis (Palandeng, 2014). Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman Streptococcus ß hemolyticus, Streptococcus viridans dan Streptococcus pyogenes, dan dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, 2000). Tonsilitis akut merupakan suatu inflamasi akut yang terjadi pada tonsila palatina, yang terdapat pada daerah osofaring yang disebabkan adanya infeksi bakteri maupun virus, sedangkan tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada tenggorokan terutama pada usia muda. Tonsilitis kronis juga merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari seluruh penyakit tenggorokan berulang (Palandeng, 2014). Menurut Shelov (2004) tonsilitis merupakan suatu peradangan pada tonsil yang disebabkan karena bakteri atau virus, prosesnya bisa akut atau

kronis. Tonsilektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan mengambil atau mengangkat tonsil untuk mencegah infeksi. Macam-macam tonsilitis menurut (Soepardi & Effiaty, 2007) yaitu : a. Tonsilitis Akut 1) Tonsilitis Viral Tonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus Epstein Barr. Haemophylus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien. 2) Tonsilitis Bakterial Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman Streptococcus ß hemolyticus grup A yang dikenal sebagai strep throat, Pneumococcus, Streptococcus viridans, Streptococcus pyogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.

b. Tonsilitis Membranosa

1) Tonsilitis Difteri Tonsilitis difteri merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman Corynebacterium diphteriae. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-anak berusia kurang dari 10 tahunan frekuensi tertinggi pada usia 25 tahun. 2) Tonsilitis Septik Tonsilitis yang disebabkan karena Streptococcus hemolitycus yang terdapat dalam susu sapi. 3) Angina Plaut Vincent (stomatitis ulsero membranosa) Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri Spirochaeta atau Treponema pallidum yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C. 4) Penyakit Kelainan Darah Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. c. Tonsilitis Kronik Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. 1. Anatomi Fisiologi Tonsil

Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tonsil terletak pada kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang mulut, dan merupakan bagian dari struktur yang disebut Ring of Waldeyer (cincin waldeyer). Kedua tonsil terdiri juga atas jaringan limfe, letaknya di antara lengkung langit-langit dan mendapat persediaan limfosit yang melimpah di dalam cairan yang ada pada permukaan dalam sel-sel tonsil.

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Tonsil (Pearce, 2006) Tonsil terdiri atas: a. Tonsil faringealis, agak menonjol keluar dari atas faring dan terletak di belakang koana. b. Tonsil palatina, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. c. Tonsil lingualis, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.

Gambar 2.2 Letak Anatomi Tonsil yang Membentuk Cincin Waldeyer (Pearce, 2006) Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung, dan kerongkongan, oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami peradangan. Peradangan pada tonsil disebut dengan tonsilitis, penyakit ini merupakan salah satu gangguan Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT). Infeksi yang berulang akan menyebabkan tonsil dan adenoid bekerja terus dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang normal (Pearce, 2006; Syaifuddin, 2006). 2. Etiologi Penyebab tonsilitis menurut Soepardi & Effiaty (2007) adalah infeksi kuman Streptococcus β hemolyticus, Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes. Dapat juga disebabkan oleh infeksi virus.

3. Patofisiologi Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Amandel atau tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi yang akan datang apabila amandel sudah tidak dapat menahan infeksi atau virus. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas. Suatu tonsilitis akut dengan detritus disebut tonsilitis falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsilitis lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan. Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah bening melemah di dalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam (Reeves et al. 2001). Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (pseudomembran), sedangkan pada tonsilitis kronik terjadi karena proses

radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan di isi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula (Reeves et al. 2001). 4. Manifestasi Klinik Tanda dan gejala tonsilitis menurut (Smeltzer & Bare, 2002) adalah sakit tenggorokan, demam, mendengkur, dan kesulitan menelan. Sedangkan menurut Soepardi & Effiaty (2007) tanda dan gejala yang timbul yaitu sakit tenggorokan, tidak nafsu makan, nyeri menelan, kadang-kadang disertai otalgia, demam tinggi, serta pembesaran kelenjar submandibuler dan nyeri tekan. 5. Komplikasi Komplikasi tonsilitis akut dan kronik yaitu : a. Abses Pertonsil Terjadi di atas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh Streptococcus grup A (Soepardi & Effiaty, 2007). b. Otitis Media Akut

Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga (Soepardi & Effiaty, 2007). c. Mastoiditis Akut Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi kedalam sel-sel mastoid (Soepardi & Effiaty, 2007). d. Laringitis Merupakan proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk laring. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus, bakteri, lingkungan, maupun karena alergi (Reeves et al. 2001). e. Sinusitis Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satu atau lebih dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dari dinding yang terdiri dari membran mukosa (Reeves et al. 2001). f. Rhinitis Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan nasopharynx (Reeves et al. 2001).

B. Tinjauan Umum Antigen dan Antibodi

Antigen adalah zat yang merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi. Antigen dapat berupa bakteri, virus, atau jamur yang menyebabkan infeksi dan penyakit. Antigen juga dapat menjadi zat, yang disebut alergen, yang membawa reaksi pada alergi.

Alergen umumnya

termasuk debu, serbuk sari, bulu binatang, dan sengatan lebah. Antibodi juga disebut imunoglobulin yaitu protein yang di produksi oleh tubuh yang membantu melawan zat asing yang disebut antigen. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh, merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi (sistem kekebalan tubuh adalah sistem pertahanan alami tubuh). Antibodi melampirkan atau mengikat diri untuk antigen dan menonaktifkan. Tubuh setiap orang dewasa yang sehat memiliki sejumlah kecil ribuan antibodi berbeda. Masing-masing sangat khusus untuk mengenali satu jenis zat asing. Molekul antibodi biasanya berbentuk Y dengan situs mengikat pada setiap situs Y. Mengikat masing-masing antibodi pada gilirannya memiliki bentuk tertentu. Hanya antigen yang sesuai dengan bentuk ini akan cocok dengan mereka. Peran antibodi adalah untuk mengikat dengan antigrn dan menonaktifkan mereka sehingga proses tubuh lainnya dapat mengambil alih, menghancurkan, dan mengeluarkan zat asing dari dalam tubuh (Abbas Ak, 2005).

C. Tinjauan tentang Anti Streptolisin O (ASTO) 1. Pengertian

Anti streptolisin O adalah suatu antibodi yang dibentuk oleh tubuh terhadap suatu enzim proteolitik. Anti Streptolisin O yang diproduksi oleh Streptococcus ß hemolyticus grup A dan mempunyai aktivitas biologik yang merusak dinding sel darah merah serta mengakibatkan terjadinya hemolisis. Streptolisin O adalah toksin yang merupakan dasar sifat dari ß hemolyticus organisme ini. Streptolisin O ialah racun sel yang berpotensi mempengaruhi banyak tipe sel termasuk neutrofil, trombosit dan organel sel yang menyebabkan respon imun dan penemuan antibodinya. Antibodi tidak merusak kuman dan mempunyai dampak perlindungan tetapi adanya antibodi ini dalam serum menunjukkan bahwa di dalam tubuh baru saja terdapat Streptococcus yang aktif (Merlin, 2012). Anti Streptolisin O (ASTO) merupakan antibodi yang dapat menghasilkan berbagai produk ekstraseluler yang mampu merangsang antigen. Pemeriksaan antibodi Streptococcus mendeteksi adanya antibodi terhadap berbagai antigen yang dihasilkan oleh Streptococcus grup A. Bakteri Streptococcus ß hemolyticus grup A merupakan penyebab paling umum dari faringitis akut, dimana prevalensi kasus pada anak-anak 15 - 30% dan 5 - 10% dari kasus pada orang dewasa. Faringitis adalah peradangan pada membran mukosa dan mendasari struktur tenggorokan. Streptococcus ß hemolyticus grup A menyebar saat seseorang yang terinfeksi bakteri atau carrier tersebut batuk atau bersin (droplet infection) dan masuk ke membran mukosa orang lain (Aini, 2016).

Sebagian besar dari Streptococcus grup A menghasilkan 2 enzim hemolitik yaitu, Streptolisin O dan Streptolisin S. Di dalam tubuh penderita, streptolisin O akan merangsang pembentukan antibodi yang spesifik yaitu streptolisin O sedangkan antibodi yang dibentuk terhadap streptolisin S tidak spesifik. Adanya antibodi yang spesifik terhadap streptolisin O ini kemudian dipakai sebagai ASTO (Anti Streptolisin O), biasanya mulai meningkat 1-4 minggu setelah terjadinya infeksi. Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO) terdiri atas pemeriksaan anti streptolisin O (ASO), kadar antideoksiribonuklease-B (anti DnaseB) dan streptozyme test. Penetapan kadar Anti streptolisin O merupakan pemeriksaan utama untuk menentukan apakah sebelumnya pernah terinfeksi oleh Streptococcus grup A yang menyebabkan komplikasi penyakit post Streptococcus (Mindarti, 2010). 2. Metode pemeriksaan Anti Streptolisin O Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO) yaitu pemeriksaan darah yang berfungsi untuk mengetahui antibodi terhadap Streptolisin O, zat yang dihasilkan oleh Streptococcus grup A (Noel et al. 2005). Pemeriksaan kadar anti streptolisin O (ASTO) diperiksa dengan metode Rapid Test ASTO / Latex Test. Ada 2 prinsip dasar penentuan ASTO yaitu : a). Netralisasi / Penghambat Hemolisis Streptolisin O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah merah, akan tetapi bila streptolisin O tersebut dicampur lebih dahulu dengan serum penderita yang mengandung cukup anti streptolisin O sebelum

ditambahkan pada sel darah merah, maka streptolisin O tersebut akan dinetralkan oleh ASO sehingga tidak dapat menimbulkan hemolisis. Pada tes ini, serum penderita diencerkan secara serial dan ditambahkan sejumlah streptolisin O yang tetap (Streptolisin O diawetkan dengan sodium thioglycolate). Kemudian ditambahkan suspensi sel darah merah 5%. Hemolisis akan terjadi pada pengenceran serum dimana kadar/titer dari ASTO tidak cukup untuk menghambat hemolisis dan tidak terjadi pada pengenceran serum yang mengandung titer ASTO yang tinggi. b). Aglutinasi Pasif Streptolisin O merupakan antigen yang larut. Agar dapat menyebabkan aglutinasi dengan ASTO. Maka streptolisin O perlu disalutkan pada partikel-partikel tertentu. Partikel yang sering dipakai yaitu partikel lateks. Sejumlah streptolisin O (yang dapat mengikat 200 IU/mL ASO) ditambahkan pada serum penderita sehingga terjadi ikatan streptolisin O – anti streptolisin O ( SO – ASO). Bila dalam serum penderita terdapat ASO lebih dari 200 IU/mL, maka sisa ASO yang tidak terikat oleh streptolisin O akan menyebabkan aglutinasi dari streptolisin O yang disalurkan pada partikel-partikel lateks. Bila kadar ASTO dalam serum penderita kurang dari 200 IU/mL maka tidak ada sisa ASTO bebas yang dapat menyebabkan aglutinasi dengan streptolisin O pada partikelpartikel lateks. Tes hambatan hemolisis mempunyai sensitivitas yang cukup baik sedangkan aglutinasi latex memiliki sensitivitas yang sedang. Tes

aglutinasi latex hanya dapat mendeteksi ASTO dengan titer di atas 200 IU/mL. Penetapan ASTO umumnya hanya memberi petunjuk bahwa telah terjadi infeksi oleh Streptococcus. Yang lebih penting diperhatikan adanya kenaikan titer. Meskipun semula titer rendah tetapi bila terjadi peningkatan dan tetap tinggi pada pemeriksaan berikutnya, adanya infeksi oleh Streptococcus (Merlin, 2012). Penilaian terhadap penderita terdiri atas ada riwayat demam, terdapat pembesaran tonsil/eksudat pada tonsil, pembesaran kelenjar servikal anterior, dan tidak ada batuk. Bila terdapat lebih dari 3 gejala, kemungkinan besar adalah infeksi oleh Streptococcus ß hemolyticus grup A, dan pasien memerlukan pengobatan antibiotik. Bilamana ada 2-3 gejala, maka perlu pemeriksaan lanjut apakah infeksinya disebabkan oleh Streptococcus ß hemolyticus grup A dan apabila kurang dari 2 gejala, umumnya penyakit disebabkan oleh infeksi virus (Mindarti, 2010). 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ASTO Anti streptolisin O (ASTO) merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi Streptococcus. Kurang lebih 80% demam rematik menunjukkan kenaikan titer ASTO. Penyakit demam rematik diawali dengan infeksi bakteri Streptococcus ß hemolyticus grup A pada kerongkongan. Infeksi ini menyebabkan penderita mengeluh nyeri kerongkongan dan demam. Jika infeksi tidak segera diobati, bakteri Streptococcus yang ada akan melakukan perlengketan yang kuat (adherence) di daerah sekitarnya dan merangsang

pengeluaran antiobodi (Ig-G). Antibodi yang dihasilkan akan mengikat bakteri Streptococcus dan membentuk suatu kompleks imun dan akan menyebar ke seluruh tubuh, terutama ke jantung, sendi dan susunan saraf. Demam rematik terbagi atas 3 yaitu : a. Demam rematik jantung. b. Demam rematik sendi. c. Demam rematik susunan saraf. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi hasil pemeriksaan anti

streptolisin O adalah : a. Reagen yang sudah kadaluarsa. b. Kurang meneteskan sampel. c. Slide yang digunakan kotor dan berlemak. d. Waktu pngadukan berkurang.

C. Kerangka Konsep Pada penelitian ini variabel bebas adalah penderita tonsilitis, variabel terikat adalah hasil pemeriksaan ASTO dan variabel tidak di teliti adalah jenis kelamin, usia, dan pasien lama atau baru yang telah terdiagnosis tonsilitis yang merupakan faktor yang tidak mempengaruhi hasil pemeriksaan ASTO. Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Penderita Tonsilitis

Hasil Pemeriksaan ASTO

Keterangan : = = =

Demam rematik jantung

- Demam rematik sendi Variabel Bebas - Demam Variabel Terikatrematik susunan saraf Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan deskriptif yaitu untuk menggambarkan keadaan atau mendapatkan keterangan tentang keberadaan Anti Streptolisin O (ASTO) pada penderita penyakit tonsilitis. B. Desain Penelitian Tabel 3.1 Desain Penelitian No .

Kode Sampel

1.

Sampel A1

2.

Sampel A2

3.

Sampel A3

4.

Sampel A4

5.

Sampel A5

...

Dan seterusnya

Hasil Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO) (Positif/Negatif)

C. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 09 sampai 14 April 2018. 2. Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Immunoserologi Politeknik Bina Husada Kendari.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien penderita tonsilitis di bagian Poli THT RSUD Kota Kendari. 2. Sampel Sampel penelitian adalah penderita yang telah melakukan pemeriksaan Tonsilitis dan telah memenuhi kriteria ekslusi yaitu jenis kelamin, usia, dan pasien lama atau baru yang terdiagnosis tonsilitis dengan metode pengambilan sampel yaitu accidental sampling. E. Definisi Operasional 1. ASTO atau Anti Streptolisin O adalah suatu antibodi yang paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi Streptococcus ß hemolyticus grup A. 2. Penderita tonsilitis atau amandel adalah suatu peradangan pada tonsil yang paling banyak disebabkan oleh bakteri Streptococcus ß hemolyticus grup A. F. Prosedur Penelitian 1. Pra Analitik a. Persiapan Pasien : Pasien penderita penyakit tonsilitis. b. Persiapan Sampel : Darah vena penderita penyakit tonsilitis. c. Metode : Lateks Test d. Prinsip : Partikel lateks yang dilapisi dengan streptolisin O bila dicampur dengan sampel yang mengandung ASTO akan membentuk aglutinasi. Pada infeksi oleh Streptococcus akut, antibodi anti streptolisin O dihasilkan karena adanya antigen streptolisin O yang dibebaskan oleh bakteri. Informasi mengenai

tingkat infeksi dapat diperoleh dari pengukuran

kadar ASO serum namun tingkat ASO meningkat juga terkait dengan demam reumatik dan glomerulonefritis (ASTO Latex Test Kit, 2013). a. Alat dan Bahan 1) Alat yang digunakan a) Batang pengaduk b) Cool Box c) Mikropipet 50 µL d) Objek glass e) Rak Tabung f) Rotator g) Centrifuge h) Tabung reaksi kecil i) Tourniquet j) Yellow tip 2) Bahan yang digunakan a) Alkohol 70% b) Kapas c) Kontrol negatif d) Kontrol positif e) Plester f) Reagen latex ASTO g) Sampel darah vena (serum) h) Spoit 3 mL f. Prosedur Pengambilan Sampel 1) Salam pada pasien. 2) Dilakukan pendekatan dengan pasien dengan tenang dan ramah, usahakan pasien senyaman mungkin. 3) Dijelaskan maksud dan tujuan tentang tindakan yang akan dilakukan. 4) Diminta pasien meluruskan tangannya, pilih tangan yang paling banyak melakukan aktivitas. 5) Diminta pasien mengepal tangannya. 6) Dipasangkan tourniquet kira-kira 10 cm di atas lipatan siku. 7) Dipilih bagian vena mediana cubiti atau cephalica. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena. Vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastic dan memiliki dinding tebal. 8) Didesinfeksi kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70% dan biarkan kering.

9) Ditusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (flash) usahakan sekali tusuk vena, lalu tourniquet dilepas. 10) Setelah volume darah dianggap cukup, minta pasien membuka kepalan tangaannya. 11) Diletakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas sesaat lalu plester selama ± 15 menit (PERMENKES RI, 2013). g. Prosedur Pemisahan Serum 1) Tabung reaksi yang berisi darah dibiarkan hingga membeku. 2) Disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. 3) Lapisan jernih berwarna kuning adalah serum yang akan diperiksa (Depkes RI, 2004). 2. Analitik a) Pemeriksaan dilakukan pada suhu ruang. b) c) d) e) f) g)

Dihomogenkan reagen sebelum digunakan. Dipipet 40 µL kontrol positif dan letakkan di atas slide pertama. Dipipet 40 µL kontrol negatif dan letakkan di atas slide kedua. Dipipet 40 µL serum dan letakkan di atas slide ketiga. Dipipet 40 µL reagen lateks ASTO pada masing-masing slide. Dicampur sampai rata dengan menggunakan batang pengaduk, kemudian

goyangkan. h) Dibaca hasil tidak lebih dari 2 menit (ASTO Latex Test Kit, 2013).

3. Pasca Analitik a. Positif

: Terbentuknya

aglutinasi menunjukkan tingkat ASTO

dalam sampel yang sama atau lebih dari 200 IU/mL.

b. Negatif

:

Tidak

terbentuk

aglutinasi

menunjukkan

tingkat

ASTO dalam sampel kurang dari 200 IU/mL (ASTO Latex Test Kit, 2013).

G. Alur Penelitian Penderita Penyakit Tonsilitis

Flebotomi

Didiamkan sampai beku

Sentrifuge 10 menit, 3000 Rpm

Serum

Slide 1

Slide 2

Slide 3

Kontrol Positif + Reagen

Kontrol Negatif +

Serum + Reagen Latex

Latex ASTO

Reagen Latex ASTO

ASTO

Hasil Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO)

Kesimpulan

Gambar 3.1 Alur Penelitian

H. Analisis Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan yaitu kualitatif. 2. Sumber Data a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian. b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber penelitian yang baik diperoleh dari buku, bahan kuliah, dan informasi-informasi yang ada kaitannya dengan penelitian. 3. Pengolahan Data Data yang diperoleh diolah dalam bentuk persentase. 4. Penyajian Data Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan dijelaskan dalam bentuk narasi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 09 – 14 April 2018 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. Penelitian ini merupakan deskriptif analitik yaitu melihat Gambaran Hasil Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO) pada penyakit Tonsilitis di RSUD Kota Kendari, dengan hasil sebagai berikut : Tabel 2. Distribusi Sampel Menurut Umur Penderita Tonsilitis di RSUD Kota Kendari Umur (Tahun)

Frekuensi (orang)

Persentase (%)

10 - 20

1

6

21 - 30

5

30

31 - 40

6

35

41 – 50

5

29

Total

17

100

(Sumber : Data Primer,2018) Pada tabel 2, menunjukkan penderita tonsilitis dari umur 10-20 tahun berjumlah 1 orang (6%), umur 21-30 tahun berjumlah 5 orang (30%), umur 3140 tahun berjumlah 6 orang (35%),dan umur 41-50 tahun berjumlah 5orang (29%).

Tabel 3. Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin Penderita Tonsilitis di RSUD Kota Kendari Jenis Kelamin

Frekuensi (orang)

Persentase (%)

Laki-Laki

5

29

Perempuan

12

71

Total

17

100

(Sumber : Data Primer, 2018) Pada tabel 3, menunjukkan jumlah penderita tonsilitis laki-laki sebanyak 5 orang (29%), sedangkan jumlah penderita tonsilitis perempuan sebanyak 12 orang (71%). Tabel 4. Distribusi Sampel Menurut Hasil Pemeriksaan Anti Streptolisin (ASTO) Berdasarkan Jenis Kelamin Hasil Pemeriksaan Jenis Kelamin

Positif

Negatif

Frekuensi

Persentase

Frekuensi

Persentase

(Orang)

(%)

(Orang)

(%)

Laki-Laki

3

60

2

40

Perempuan

10

83

2

17

(Sumber : Data Primer, 2018) Pada tabel 4, menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan anti streptolisin O pada penderita laki-laki terdapat 3 pasien positif (60%) dan 2 pasien negatif (40%). Sedangkan pada penderita perempuan terdapat 10 (83%) pasien positif dan 2 pasien negatif (17%).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO) Hasil Pemeriksaan

Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

Positif

13

76

Negatif

4

24

Total

17

100

(Sumber : Data Primer 2018) Pada tabel 5, menunjukkan bahwa dari 17 sampel penderita tonsilitis terdapat 13 orang (76%), positif Anti Streptolisin O dan 4 orang (24%) negatif Anti Streptolisin O. B. Pembahasan Tonsilitis merupakan salah satu penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang banyak ditemukan di Indonesia. Berdasarkan survei data penyakit THT yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari jumlah penderita penyakit tonsilitis kronis lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penderita tonsilitis akut. Ada perbedaan dari beberapa penelitian mengenai jenis kelamin yang dominan mengalami tonsilitis kronis. Beberapa faktor yang ditelitinya adalah keterlibatan faktor genetik dan perbedaan budaya. Hasil yang didapatkan dari penelitian Elmatris (2016) ditemukan bahwa tidak adanya keterlibatan faktor genetik dan budaya pada perbedaan jenis kelamin yang sering mengalami tonsilitis kronis. Hal ini kemungkinan hanya pengaruh populasi dalam suatu penduduk terkait dominasi jenis kelamin tertentu terhadap kejadian tonsilitis kronis, baik laki-laki maupun perempuan.

Uji latex ASTO merupakan prosedur aglutinasi. Dikembangkan untuk deteksi langsung semi kuantitatif secara klinis antibodi anti streptolisin O dalam serum. Pengujian dilakukan dengan menguji suspensi partikel lateks yang dilapisi dengan antigen O streptolisin terhadap serum. ada atau tidak adanya aglutinasi yang terlihat, menunjukkan ada atau tidaknya ASTO dalam sampel yang diuji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 17 sampel yang terdiri dari laki-laki dan perempuan penderita tonsilitis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari diperoleh hasil positif sebanyak 13 orang (76%) dan hasil negatif sebanyak 4 orang (24%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 17 sampel penderita tonsilitis, terdapat 13 orang pasien yang positif anti streptolisin O (ASTO). Hasil

pemeriksaan

ASTO

yang

positif

pada

pasien

tonsilitis

menunjukkan bahwa tubuh bereaksi terhadap infeksi Streptococcus ß hemolyticus grup A yang merupakan salah satu penyebab infeksi saluran pernapasan atas. Apabila tonsilitis kronis tersebut benar-benar disebabkan oleh Streptococcus ß hemolyticus grup A, maka akan didapatkan anti streptolisin O dalam serum penderita sekitar 80-85%. Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan kadar ASTO, sedangkan hasil pemeriksaan ASTO yang negatif pada pasien tonsilitis tidak menunjukkan bahwa tubuh bereaksi terhadap infeksi Streptococcus ß hemolyticus grup A. Hasil reaksi ASTO positif ditandai dengan terbentuknya aglutinasi setelah pencampuran (homogenisasi antara serum sampel dan reagen ASTO) dalam 2 menit, dan hasil negatif

menunjukkan tidak terjadi aglutinasi setelah dilakukan pencampuran (homogenisasi antara serum sampel dan reagen ASTO) setelah 2 menit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mindarti (2010) dengan judul “Hubungan antara Kadar Anti Streptolisin O dan Gejala Klinis pada Penderita Tonsilitis Kronis” menunjukkan hasil penelitian terdapat hubungan bermakna antara skor gejala klinis menurut kriteria Centor modifikasi Mc Isaac dan kadar ASTO. Sehingga pada kadar ASTO ≥ 200 IU/ml didapatkan skor gejala > 2. Hal tersebut menggambarkan bahwa rata-rata pasien atau responden pada jurnal penelitian tersebut menunjukan rata-rata kadar ASTO pada pasien mulai dari 2 gejala sampai 5 gejala yaitu 258,57 IU/mL. Peningkatan pasien dengan kadar ASTO >200 IU/mL sangat signifikan mulai dari penderita tonsilitis dengan 2 gejala sampai dengan 5 gejala. Hasil dari penelititan yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari, sampel yang digunakan yaitu pasien dengan diagnosa penyakit tonsilitis kronis. Hasil pemeriksaan ASTO menunjukkan 13 hasil positif dan 4 hasil negatif. Hal ini menggambarkan bahwa 76% penderita tonsilitis kronis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari terinfeksi oleh Streptococcus ß hemolyticus grup A.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari 17 pasien yang dilakukan pemeriksaan anti streptolisin O (ASTO) didapatkan hasil positif yaitu sebanyak 13 orang (76%), sedangkan jumlah pasien yang negatif pada pemeriksaan anti streptolisin O (ASTO) yaitu sebanyak 4 orang (24%). B. Saran Sebaiknya dilakukan penelitian

lain yang meneliti kadar ASTO pada

anak-anak dengan populasi lain yang lebih luas dan jumlah sampel yang lebih besar.

LAMPIRAN

Lampiran 2.

Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Pengambilan Sampel (Plebotomi)

Gambar 2. Pemipetan Sampel Serum Penderita Tonsilitis Kronis

Gambar 3. Pemipetan Reagen Latex ASTO

Gambar 4. Proses Homogenisasi

Kontrol Negatif

Kontrol Positif

Hasil Negatif

Hasil Positif

Gambar 5. Hasil Pemeriksaan ASTO

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama

: Sitti Arafah Nur Rahma

Tempat/Tanggal Lahir

: Unaaha, 07 Maret 1998

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jln. Tina Orima

Pendidikan SD Negeri 1 Tuoy

: 2003 - 2009

SMP Negeri 1 Unaaha

: 2009 - 2012

SMA Negeri 1 Unaaha

: 2012 – 2015

Pengalaman

: Telah mengikuti 1. Praktik Kerja Lapangan (PKL) Lokal selama 20 hari di Rumah Sakit Umum Bahteramas 2. Praktik Kerja Masyarakat Desa (PKMD) selama 10 hari di Desa Kulahi Kecamatan Wawotobi 3. Praktik Kerja Lapangan (PKL) Jawa selama 20 hari di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya

Related Documents


More Documents from "Sulfiani Marzuki"

Laporan Diare.docx
April 2020 4
Naspub Anyar.pdf
November 2019 8
Bab V, Fartoks
October 2019 39
Bk Soal Dan Jwbn Neww.docx
October 2019 53
Kata Pengantar.docx
May 2020 27