UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes Solms) TERHADAP PERTUMBUHAN Propionibacterium acnes
Oleh: SULPIANI PO.71.3.2.51.15.1.042
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR JURUSAN FARMASI 2018
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes Solms) TERHADAP PERTUMBUHAN Propionibacterium acnes
Karya Tulis Ilmiah Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir Program Pendidikan Ahli Madya Farmasi
Oleh :
SULPIANI PO.71.3.2.51.15.1.042
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR JURUSAN FARMASI 2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes Solms) TERHADAP PERTUMBUHAN Propionibacterium acnes Oleh : SULPIANI PO.71.3.2.51.15.1.042
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dwi Rachmawaty D. S.farm., M.kes
Arisanty.S.Si.,M.Si.,Apt
NIP : 19781028 200112 2 001
NIP :19800424 200501 2 004 Mengetahui,
Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar
Dr. H.Ismail Ibrahim M.Kes.,Apt NIP 19670506 199703 1 002
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menuntaskan pengerjaan karya tulis ilmiah ini, yang merupakan salah satu persyaratan yang harus di penuhi akademik dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar. Tidak lupa juga penulis hanturkan shalawat dan salam kepada junjungan kita sang pembebas dan pencerah, baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat serta penerus beliau. Selama masa studi hingga penyusunan dan perampungan Karya Ilmiah ini, penulis rasakan telah banyak sekali bantuan, bimbingan serta dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak yang telah diberikan secara tulus dan ikhlas kepada penulis. Oleh karena itu dalam kesempatan ini sangatlah patut kiranya bagi penulis untuk menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Marzuki dan ibunda Hj.Sukni serta kakak Zulfadli.Skm dan Adik tercinta Aiby Yusuf atas segala curahan kasih sayang, pengorbanan dan doa restu yang diberikan secarah tulus dan ikhlas kepada penulis. 2. Bapak
Ir. Agustian Ipa M.Kes. Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes pendidikan
Makassar di
yang
Politeknik
telah
memberikan
Kesehatan
penulis
Kemenkes
mengikuti Makassar.
3. Bapak Drs. H. Ismail Ibrahim M.Kes.,Apt. Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar atas kesempatan yang diberikan kepada penulis menjadi mahasiswa Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar. 4. Ibu Dra.Hiany Salim,M.M.Kes.,Apt selaku pembimbing akademik yang telah membimbing, mengsupport dan membantu penulis selama menjalani pendidikan. 5. Ibu Dwi Rachmawaty D. S.farm., M.kes., selaku pembimbing I dan Ibu Arisanty,S.Si.,M.Si, Apt. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
serta meluangkan
waktu, tenaga, pikiran maupun materi
kepada penulis, selama masa studi penulis hingga penyusunan dan perampungan Karya Tulis Ilmiah ( KTI). 6. Ibu St. Ratnah, S.Si., M.Kes., dan Kakak Nasriani Amd. Farm atas kesabarannya dalam
membimbing penulis
sewaktu penelitian di
Laboratorium Mikrobilogi. 7. Bapak/ibu dosen serta para staf Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar terima kasih atas ilmu, motivasi dan kerja sama yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan. 8. Keluarga Besar Marzuki atas segala pengorbananya, dukungan dan pengertiannya selama ini. Semoga Allah Swt selalu melimpahkan rahmat dan karuniahnya kepada mereka. Aamiin. 9. Saudara tercinta Lutfiah Mutmainnah, Yeni Mardiani Idrus, Nurul Pratiwi, Indah Yuliani Ismail, Andi Atma, Rara Fatra Aryani
v
Bahnar, Ayu Lestari, Uswatun Hasanah Syahlan, atas dukungan, perhatian dan doanya untuk penulis. 10. Sahabat tercinta Andi Hardyanti Sulaeman, Musliati, Almaidah, dan teman-teman lain angkatan Extracta A dan Extracta 2015 atas candatawa serta kerja sama yang mewarnai hari-hari saya. 11. Teman Muhammad Addam atas kerja sama, bantuan, dukungan dan doanya selama ini . 12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar atas masukan-masukan yang diberikan kepada penulis. Dengan rendah hati penulis sampaikan pula rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung. Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar dalam menambah pengetahuan dan wawasannya. Namun sebagai seorang manusia biasa, jika terdapat kesalahan maupun kekeliruan dalam Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun.
Makassar, Juli 2018
SULPIANI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : SULPIANI NIM
: PO.71.3.251.15.1.042
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian keseluruhan karya tulis ilmiah ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi yang seberat-beratnya atas perbuatan tidak terpuji tersebut. Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan sama sekali.
Makassar, Juli 2018 Yang membuat pernyataan,
SULPIANI
vii
viii
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium bertujuan untuk menentukan besarnya daya hambat ekstrak Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms) terhadap pertumbuhan Propionibacterium acnes. Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms) yang mengandung senyawa anti bakteri yaitu saponin, flavonoid, dan tanin. Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms) dibuat ekstrak dengan konsentrasi 2% b/v, 4% b/v, dan 8% b/v, kontrol positif di gunakan (clyndamisin) 50 ppm dan kontrol negatif (Na.CMC 1%). Pengujian dilakukan dengan metode difusi agar. Setelah konsentrasi terbentuk diameter zona hambatan rata-rata yang diperoleh untuk konsentrasi 2% b/v yaitu 12 mm, konsentrasi 4% b/v yaitu 13,66 mm, konsentrasi 8% b/v yaitu 15,66 mm, sedangkan pada kontrol positif yaitu 20,33 mm dan kontrol negatif tidak ditemukan adanya zona hambat. Pengujian statistic menggunakan kruskal waliis menunjukan nilai p= 0,011 < 0,05 menunjukan adanya perbedaan antara semua perlakuan. Kata kunci : Daya hambat,ekstrak daun Eceng Gondok, Propionibacterium acnes
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PRASYARAT............................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................ vii ABSTRAK ....................................................................................................... viii DAFTAR ISI.................................................................................................... ix DAFTAR TABEL............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3 C. Tujuan Peneltian............................................................................. 3 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tumbuhan........................................................................... 4 B. Uraian bacteri ................................................................................. 6 C. Ekstraksi......................................................................................... 9 D. Maserasi ......................................................................................... 9 E. Biakan Murni Bakteri.................................................................... 11 F. Clyndamisin .................................................................................. 11
ix
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian ............................................................................... 13 B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 13 C. Bahan Uji dan Sampel.................................................................... 13 D. Alat dan Bahan............................................................................... 14 E. Prosedur Kerja................................................................................ 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ............................................................................. 18 B. Pembahasan.................................................................................... 18 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 21 B. Saran ................................................................................................. 21 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 22 LAMPIRAN..................................................................................................... 24
x
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Pengukuran Diameter Hambatan Ekstrak Daun Eceng Gondok ....... 26 Tabel 2. Analisis Data Zona Ekstrak Daun Eceng Gondok ............................. 26
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Skema Penelitian ......................................................................... 24 Lampiran 2. Media Nutrient Agar ................................................................... 25 Lampiran 3. Hasil Analisis Statistik Zona Hambatan...................................... 27 Lampiran 4. Gambar ....................................................................................... 35
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Daun Eceng Gondok ...................................................................... 35 Gambar 2. Ekstrak Daun Eceng Gondok ......................................................... 35 Gamber 3. Daya Hambat Ekstrak Daun Gondok ............................................. 36
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belakangan ini masalah kulit wajah yang sering dijumpai anak remaja dan orang dewasa menjadi sorotan utama adalah timbulnya jerawat. Jerawat adalah peradangan yang disertai dengan penyumbatan saluran kelenjar minyak kulit dan rambut saluran (pilosebasea). Apabila saluran pilosebasea tersumbat, maka minyak kulit (sebum) tidak dapat keluar dan mengumpul di dalam saluran, saluran menjadi membengkak sehingga terjadi komedo. Komedo merupakan permulaan terbentuknya jerawat, baik komedo terbuka (blackhead) atau komedo tertutup (whitehead) (Tranggono, dkk., 2007). Genom dari propionibacterium acnes telah dirangkai dan sebuah penelitian menunjukkan beberapa gen dari bakteri ini dapat menghasilkan enzim yang dapat mendegradesi/meluruhkan kulit dan protein, yang mungkin immunogenic (mengakibatkan system kekebalan tubuh). Bakteri ini banyak di temukan pada kelenjar minyak, ada juga yang ditemukan di daerah gasteroin testinal (system pencernaan makanan) nama propionibacterium acnes diambil karena bakteri ini dapat menghasilkan asam propionic (propionic acid) (Faizah,Q.2011). Salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional adalah daun eceng gondok. Di Indonesia Eceng Gondok (Eichhornia crassipes
Solms)
yang
mengandung
1
sejumlah
senyawa
aktif
alkaloid, Saponin, flavonoida, polifenol, karbohidrat, protein, fosfor, kalium, lemak, dan dalam skrining fitokimianya eceng gondok bersifat sebagai anti bakteri. Pada akarnya terdapat senyawa sulfate dan fosfat (Dalimarta,2009). Zat aktif yang mempunyai sifat sebagai anti bakteri adalah alkaloid dan sapponin. Senyawa alkaloid memiliki mekanisme penghambatan dengan cara mengganggu komponen penyusun pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Juliantina, 2008). Di dalam senyawa alkaloid terdapat gugus basa yang mengandung nitrogen akan bereaksi dengan senyawa asam amino yang menyusun dinding sel bakteri dan DNA bakteri. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur dan susunan asam amino, sehingga akan menimbulkan perubahan keseimbangan genetik pada rantai DNA sehingga akan menngalami kerusakan akan mendorong terjadinya lisis bakteri yang menyebabkan kematian sel pada bakteri menurut Gunawan (2009). Dengan banyaknya kandungan kimia pada daun eceng gondok (Eichhornia crassipes Solms) ada banyak penyakit yang bisa disembuhkan seperti bisul, tenggorokan terasa panas, pingsan karena udara panas, bengkak karena radang ginjal, kencing tidak lancar, dan biduran. Bahkan bunganya yang menawan juga bagus dijadikan bahan obat tradisional (Dalimartha, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Patmiranti pada tahun 2017 tentang ekstrak daun enceng gondok (Eichhornia crassipes Solms) terhadap daya hambat staphylococcus aureus. menyatakan bahwa estrak daun enceng
2
3
gondok (Eichhornia crassipes Solms) menghambat pertumbuhan staphylococcus aureus, yaitu pada konsentrasi 6% b/v memberikan zona hambat paling besar terhadap Staphylococcus aureus dengan rata-rata 27,28mm. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Enceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms) Terhadap Pertumbuhan
Propionibacterium
acnes.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ekstrak Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms) dapat menghambat pertumbuhan Propionibacterium acnes ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan daya hambat ekstrak Daun Eceng Gondok terhadap pertumbuhan Propionibacterium acnes.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat dari penelitian ini adalah menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang manfaat dan kegunaan dari ekstrak daun enceng gondok (Eichhornia crassipes Solms). 2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat ekstrak daun enceng gondok (Eichhornia crassipes Solms) terhadap pertumbuhan Propionibacterium acnes. 3. Sebagai
bahan
referensi
bagi
penelitian
selanjutnya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tanaman Daun Enceng Gondok 1. Klasifikasi Tanaman Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solm).(Tjitrosoepomo, G, 2010. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press).
Regnum
: Plante
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Bromeliales
Famili
: Pontederiaceae
Genus
: Eichhornia
Spesies
: Eichhornia crassipes Slom. (Tjittrosoepomo, G, 2010. Taksonomi Tumbuhan. Yogjakarta: UGM Press).
4
5
2. Nama Daerah Hyacinth (inggris), Eceng Gondok (Indonesia, Jawa, Sunda), Kelipuk (Palembang), Ringgak (Lampung), Ilung-ilung (Dayak), Tumpe atau Takara (Sulawesi) (Nugraha, 2013). 3. Morfologi Tanaman Tanaman eceng gondok tumbuh tegak di air dengan tinggi 20-60 cm, berakar pada dasar, dan mengeluarkan tunas merayap dari ketiak daun yang akan menjadi tumbuhan baru. Daun tunggal, tersusun dalam roset akar, tangkai daun dewasa panjang, tangkai daun yang muda pendek dan menggelembung. Helaian daun berbetuk bulat telur lebar, tepi rata, permukaan licin, panjang dan lebar 2,5-12,5 cm, berwarna hijau tua mengkilap. Bunga majemuk, berkmpul 6-12 puntung bunga dalam bulir yang panjangnya 13-30 cm. Letak bunga duduk dan berwarna ungu. Buah berbiji banyak, berbetuk bulat persegi. Eceng Gondok biasa digunakan untuk makanan ternak atau dibuat pupuk (Dalimartha, 2009). 4. Kandungan Kimia Alkaloid, Saponin, flavonoida, polifenol, karbohidrat, protein, fosfor, kalium, lemak. Unsur SiO2, calsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), chlorida (Cl), cupper(Cu), mangan (Mn), ferum (Fe) dan banyak lagi. Pada akarnya terdapat senyawa sulfate dan fosfat (Nugraha, 2013).
6
5. Khasiat Kegunaan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms.) mengandung sejumlah
Saponin,
flavonoida,
polifenol,
alkaloid
sebagai
antibakteri, disamping itu juga dapat digunakan sebagai antipiretik, antiradang, dan diuretik. Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms.) juga memiliki indikasi untuk tenggorokan terasa panas, pingsan karena udara panas, bengkak karena radang ginjal, kencing tidak lancar, biduran, serta bisul dan abses (Dalimartha, 2009). Daunnya kaya akan senyawa carotin dan bunganya mengandung delphinidin-3-diglucosida. Dengan seluruh kandungan kimia yang ada itu, eceng gondok dapat menyembuhkan tenggorokan terasa panas, kencing tidak lancar, biduran dan bisul. Kandungan senyawa penting tadi terdapat diseluruh organ tanaman dari akar sampai daun dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Bahkan bunganya yang menawan juga bagus dijadikan bahan obat tradisional.
B. Uraian Bakteri Propionibacterium acnes merupakan bakteri flora normal pada kulit, biasanya bakteri ini terdapat pada folikel sabasea. Tidak hanya itu Propionibacterium acnes juga dapat di temukan pada jaringan manusia, paruparu
dan
jaringan
prostot.
Kulit
merupakan
habitat
utama
dari
Propionibacterium acnes, namun dapat juga di isolasi dari rongga mulut, saluran pernafasan bagian atas,saluran telinga eksternal, konjugtiva, usus besar, uretra, dan vagina. (Darmayanti M.2014)
7
1. Klasifikasi Bakteri ( Ismayanti,M.D 2014 ) Kingdom
: Bakteria
Fylum
: Actinobacteria
Cllas
: Actinobacteridae
Ordo
: Actinomycetales
Famili
: Propionibactericeae
Genus
: Propionibacterium
Spesies
: Propionibacterium acnes
2. Pathogenesis dan Patologi Propionibacterium acnes merupakan bakteri penyebab jerawat atau bisa juga kita sebut sebagai bakteri jerawat yang memiliki watak pertumbuhan atau perkembangbiakan yang relatif lambat. Mekanisme terjadinya jerawat adalah bakteri Propionibacterium acnes merusak stratum corneum dan stratum germinat dengan cara menyekresikan bahan kimia yang menghancurkan dinding pori, yang kemudian membentuk luka jerawat (acne lesion) Kondisi ini dapat menyebabkan inflamasi. Asam lemak dan minyak kulit tersumbat dan mengeras. Jika jerawat disentuh maka inflamasi akan meluas sehingga padatan asam lemak dan minyak kulit yang mengeras akan membesar. Jika terus didiamkan akan timbul peradangan. Produksi minyak yang berlebihan dikelenjar sebasea jika tidak diiringi dengan pengeluaran yang baik akan menyebabkan minyak
8
menumpuk, mengeras, dan menyumbat. Minyak yang menumpuk tersebut memicu pertumbuhan bakteri penyebab jerawat (Propionibacterium acnes). Ketika kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak minyak, poripori akan banyak menimbun kotoran dan juga mengandung bakteri. Propionibacterium acnes dapat memicu reaksi radang imun dan non-imun: 1) Propionibacterium
acnes
memproduksi
lipase
yang
dapat
menghidrolisis trigliserida dari sebum menjadi asam lemak bebas yang bersifat iritasi dan komedogenik. 2) Pelepasan factor kemotaktik oleh Propionibacterium acnes akan menarik leukositbke daerah lesi. Enzim hidrolisis yang di hasilkan oleh leukosit dapat merusak diding folikel, kemudian isi folikel seperti : sebum,
epitel
yang
mengalami
keratinitasi,
rambut
dan
Propionibacterium acnes masuk ke dermis, reaksi imun benda asing di mulai pertama kali oleh mononuclear, kemudian oleh sel makrofag dan sel raksasa sehingga timbul inflamasi. 3) Aktifitas komlemen dari pejamu proliferasi Propionibacterium acnes kemungkinan terjadi akibat sebum yang meningkat, sehingga jumlah Propionibacterium acnes dalam folikel meningkat (Qurratul Faizah 2011).
9
C. Ekstraksi Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat aktif yang terdapat dalam tanaman, hewan atau beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik (Voight, 1971).
D. Maserasi Merupakan cara penyarian sederhana. Maserasi di lakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan akan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekar di desak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Maserasi di gunakan untuk penyaringan simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak, dan lain-lain. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya, dapat ditambahkan bahan pengawet yang di berikan pada awal penyarian. Keuntungan cara penyaring dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah di usahakan.
10
Kerugian cara maserasi adalah pengerjaanya lama dan penyarianya kurang sempurna. Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara : 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok di masukkan ke dalam bejana, kemudian dituangkan 75 bagian cairan penyaring, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang ulang diaduk.setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Kemudian endapan dipisahkan. Pada penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan pengadukan. Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut dapat terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel. Hasil penyarian dengan maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Waktu tersebut di perlukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut dalam cairan penyari seperti malam dan lain-lain (Depkes RI,1995).
11
E. Biakan Murni Bakteri 1. Metode gores atau steak plate menggunakan loop ose dan mengoreskannya ke permukaan medium agar dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan, hanya sel-sel bakteri tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke medium. Sel-sel bakteri tunggal ini akan membentuk koloni tunggal yang kemudian dapat dipindahkan ke medium selanjutnya agar didapatkan biakan murni. 2. Metode tuang atau pout plate dengan 2 cara, yaitu dengan mencampur suspense bakteri dengam medium agar pada suhu 50 ͦ C kemudian menuangkan pada petridisk, kemudian menuang medium agar ke atasnya dan diaduk. Setelah agar mengeras, bakteri akan berada pada tempatnya masing-masing dan diharapkan bakteri tidak mengelompok sehingga terbentuk bakteri kolonil tunggal. 3. Metode sebar atay spread plate dilakukan dengan menyemprotkan suspensi ke atas medium agar kemudian menyebarkannya secara merata dengan trigalski. Dengan ini diharapkan bakteri terpisah secara individual, kemudian dapat tumbuh menjadi koloni tunggal (Sofiatul Rahmani,2015).
F. Clindamysin Clindamisin merupakan anti biotic makrolide yang termaksud ke dalam kelas lincosamide, dan clindamisin sering kali digunakan untuk infeksi bakteri anaerob. Clindamisin bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri dengan menghambat translokasi ribosomal, clindamisin akan berikatan dengan ribosom RNA 50S dari subunit ribosom bakteri. Clindamisin dapat digunakan
12
pada infeksi anaerob seperti abses, bisul/furuncle, infeksi pada gigi (pulpitis, abses periapikalis, ginipivitis, paksa oprasi / pencabutan gigi), infeksi saluran nafas, infeksi jaringan lunak dan peritonitis. Selain itu clindamisin juga dapat digunakan dan efektif dalam mengatasi infeksi protozoal seperti malaria, pemberian clindamisin pada infeksi malaria terutama plasmodium falciparum dalam keadaan pasien resisten cloroquin atau pada wanita hamil yang terinfeksi di daerah endemic. Clindamisin juga dapat digunakan pada infeksi methicilin resistant staphylococcus aureus (MRSA). Selain infeksi sitemik clindamisin juga dapat digunakan secara trofical untuk pengobatan jerawat, dan clindamisin dapat
dikombinasikan
dengan
tretionin,
maupun
bensoil
peroksida.
Clindamisin sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang memiliki gangguan lambung kronis, karena dapat memperberat kondisi pasien. Penggunaan clindamisin bersamaan dengam pelemas otot seperti obat golongan Vecuronium harus dalam pengawasan karena dapat menyebabkan resistensi silang (cross-resistance) (Prapanca,Nugrah,2014).
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasi laboratorium dengan melakukan serangkaian penelitian di laboratorium untuk menentukan daya hambat ekstrak Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms) terhadap Pertumbuhan Propionibacterium acnes.
B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2018 di laboratorium Mikrobiologi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.
C. Bahan Uji dan Sampel 1. Bahan Uji Bahan uji penelitian ini adalah Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms) yang di peroleh dari kabupaten Pinrang kecamatan Suppa. 2. Sampel Sampel
pada
penelitian
ini
adalah
kultur
murni
bakteri
Propionibacterium acnes yang berasal dari laboratorium Mikrobiologi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.
13
14
D. Alat dan Bahan 1) Alat yang digunakan Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Aluminium foil, autoklaf, batang pengaduk, cawan petri, corong, gelas ukur, handscoon, labu Erlenmeyer, spoit, rak tabung, masker, mistar, timbangan analitik, laminary air flow, ose, oven, sendok tanduk, lampu spiritus, water bath, dan bejana maserasi. 2) Bahan yang digunakan Air suling, paper disk, kertas pH, medium Nutrient agar (NA), medium MHA, etanol 96%, biakan murni Propionibacterium acnes, ekstrak kental daun enceng gondok (Eichhornia crassipes Solms), Clindamycin.
E. Prosedur Kerja. 1. Penyiapan Alat Alat-alat gelas dicuci dengan detergen, dibilas dengan air dan dicuci dengan aquades, direndam dengan larutan HCL 1%, kemudian dicuci dengan aquadest dan dikeringkan di udara terbuka lalu dibungkus dengan kertas setelah itu disterilkan dalam oven pada suhu 180°C selama 2 jam, untuk pinset dan ose disterilkan dengan pemijaran api langsung. 2. Pengambilan dan Pengolahan Bahan Uji a. Pengambilan Tanaman Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms) yang di peroleh dari kabupaten Pinrang kecamatan Suppa.
15
b. Pengolahan Bahan Uji Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms) dipetik langsung dari daun, disortasi basah dan dicuci bersih, ditiriskan kemudian dipotong-potong kecil sesuai dengan derajat halusnya (5/8), dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan (tidak boleh terkena sinar matahari langsung). 3. Pembuatan Ekstrak Daun Enceng Gondok Daun enceng gondok yang segar di timbang sebanyak 150 g. Kemudian dimasukkan ke dalam bejana maserasi. Ditambahkan cairan penyari Etanol 96% hingga di atas bahan uji setinggi 2-3 cm, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari ditempat yang terlindungi dari cahaya sambil sesekali diaduk. Setelah 5 hari, disaring ke dalam wadah dan ampasnya diekstrak kembali dengan pelarut etanol. Ekstrak etanol yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor pada suhu 60°C hingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian ekstrak kental diuapkan kembali diatas waterbath, sampai larutan etanol menguap dan yang tersisa sari daun enceng gondok. Kemudian dibuat ekstrak daun enceng gondok dengan beberapa konsentrasi (M Nurwahidah, 2011). 4. Pembuatan Medium a. Nutrien Agar (NA) Ditimbang media NA sebanyak 2,0 kemudian dimasukkan kedalam Erlenmeyer dilarutkan dengan aquadest hingga 100 ml, atur pH-nya sampai 7,0 ± 0,2, kemudian dipanaskan sampai mendidih dan larut
16
sempurna. Setelah larut sempurna disumbat kapas lalu disterilkan dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 °C dengan tekanan 1-1,5 atm. b. Medium MHA Dalam pembuatan 100 ml MHA ditimbang 3,4 gram media MHA, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer, dilarutkan dengan aquadest hingga 100 ml, dicek pH nya sampai 7,4 ± 0,2. Setelah itu dipanaskan sampai mendidih dan larut sempurna. Setelah larut sempurna disumbat dengan kapas lalu disterilkan dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 °C dengan tekanan 1-1,5 atm. 5. Penyiapan Bakteri Uji a. Peremajaan Bakteri Uji Sebagai
bakteri
uji
diambil
satu
ose
biakan
murni
Propionibacterium acnes, di inokulasikan pada media NA miring, lalu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37°C selama 1 x 24 jam. b. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji Dari hasil biakan murni yang diperoleh disuspensikan dengan aquadest sesuai dengan standart kekeruhan Mc Farland 0,5 (1 x 108 CFU/ml). 6. Penyiapan Bahan Uji Ekstrak kental daun enceng gondok diencerkan dengan Na.CMC 1% b/v. a. Untuk konsentrasi 2% = 200 mg disuspensi dengan Na. CMC 1% b/v ad 10 ml
17
b. Untuk konsentrasi 4% = 400 mg disuspensi dengan Na. CMC 1% b/v ad 10 ml c. Untuk konsentrasi 8% = 800 mg disuspensi dengan Na. CMC 1% b/v ad 10 ml 7. Pengujian Daya Hambat Ekstrak Daun Enceng Gondok. Medium MHA dituang secara aseptis ke dalam cawan petri steril ± 20 ml dan dibiarkan memadat. Lalu diinokulasikan suspensi bakteri menggunakan swab steril pada media yang telah padat tadi. Paper disk direndam didalam masing-masing ekstrak daun enceng gondok dengan konsentrasi (2%, 4%, 8%) kontrol positif (clindamycin) dan kontrol negative (Na. CMC) selama ± 15 menit dan diambil menggunakan pinset steril dan diletakkan pada permukaan media MHA dengan jarak 2-3 cm dari pinggir cawan petri. Diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 1 x24 jam. 8. Pengamatan dan Pengukuran Diameter Hambatan Pengamatan dan pengukuran diameter zona hambatan dilakukan dengan menggunakan mistar/jangka sorong setelah diinkubasikan selama 1x24 jam. 9. Pengolahan Data Data yang diperoleh dari pengukuran diameter hambatan ditabulasi kemudian dirata-ratakan lalu dianalisis secara statistik menggunakan SPSS. 10. Pembahasan dan Kesimpulan Pembahasan dan kesimpulan dibuat berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tabel I. Pengukuran Diameter Hambatan Ekstrak Daun Eceng Gondok Kelompok Perlakuan/ Diameter Zona Hambatan Dalam Satuan Milimeter (mm) Replikasi Kontrol (-) Kontrol (+) Na.CMC clindamycin 2% 4% 8% 1% 50ppm. I 0 11 13 15 24 II
0
13
15
15
26
III
0
11
14
16
25
Total
0
35
42
46
75
Rata-rata
0
11,67
14
15
25
Sumber data : data primer 2018
B. Pembahasan Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi Politeknik Kesehatan Makasar ini bertujuan untuk menentukan besarnya daya hambat daun eceng gondok
(Eichhornia crassipes Solms)
terhadap
pertumbuhan Propionibacterium acnes, dengan melihat zona hambatan pada setiap sampel yang diujikan. Pada penelitian ini digunakan bahan uji daun enceng gondok (Eichhornia crassipes Solms). Proses penarikan zat aktif yang terkandung di dalamnya dilakukan dengan metode maserasi selama 3 x 5 hari. Daun eceng gondok mengandung senyawa flavonoid yang tidak tahan terhadap pemanasan. Pelarut yang digunakan adalah etanol 96% karena pelarut ini dapat menar ik komponen senyawa kimia baik polar maupun nonpolar.
18
19
Daun eceng gondok (Eichhornia crassipes Solms) mengandung senyawa aktif yang bersifat sebagai antibakteri adalah alkaloid dan sapponin. Senyawa alkaloid memiliki mekanisme penghambatan dengan cara menganggu komponen penyusun pada sel bakteri, sehingga lapisan diding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. Di dalam senyawa alkaloid terdapat gugus basa yang menggandung nitrogen akan bereaksi dengan senyawa asam amino yang menyusun dinding sel bakteri dan DNA bakteri. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur dan susunan asam amino, sehingga akan menimbulkan perubahan keseimbangan genetik pada rantai DNA sehingga akan menngalami kerusakan akan mendorong terjadinya lisis bakteri yang menyebabkan kematian sel pada bakteri. Dengan banyaknya kandungan kimia pada daun eceng gondok (Eichhornia crassipes Solms) ada banyak penyakit yang bisa disembuhkan seperti bisul, tenggorokan terasa panas, pingsan karena udara panas, bengkak karena radang ginjal, kencing tidak lancar, dan biduran. Bahkan bunganya yang menawan juga bagus dijadikan bahan obat tradisional (Dalimartha, 2009). Penelitian yang dilakukan menggunakan tiga cawan petri di mana pada setiap cawan diletakkan masing-masing 5 paper disk dengan konsetrasi yang berbeda yaitu 2% b/v, 4% b/v, 8% b/v dan kontrol positif menggunakan clindamycin serta kontrol negatif menggunakan Na.CMC 1%. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur jangka sorong. Hasil penelitian menyatakan aktivitas Ekstrak daun eceng gondok (Eichhornia crassipes
20
Solms), menghasilkan diameter zona hambatan rata-rata terhadap pertumbuhan Propionibacterium acnes. Konsentrasi 2% b/v sebesar11,67 mm, konsentrasi 4% b/v sebesar 14 mm, konsentrasi 8% sebesar b/v sebesar 15 mm. Kontrol positif yang menggunakan clindamycin 50 ppm ditemukan zona hambat sebesar 25 mm, sedangkan pada kontrol negatif (Na.CMC 1%) diperoleh 0 mm. Uji statistic tes of normality di lakukan untuk melihat normalitas dari masing-masing perlakuan, di mana hasil yang di peroleh p= 0,00 < 0,05 yang berarti tidak normal. Adapun hasil statistic tes of homogenitas menunjukan hasil p= 0,279 > 0,05 sehingga dinyatakan bahwa hasil homogen. Berdasarkan dari hasil tes tersebut diperoleh data tidak normal dan homogen. Maka dilanjutkan dengan uji non parametric, tes kruskal waliis untuk melihat perbedaan antara semua perlakuan dan diperoleh hasil 0,11 < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara semua perlakuan. Untuk konsentrasi 2% tidak berbeda nyata dengan 4% dengan nilai p=0,072> 0,05. Sedangkan untuk konsetrasi 2% berbeda nyata dengan 8% dengan nilai p=0,046<0,05. Untuk konsetrasi 4% tidak berbeda nyata dengan 8% dengan nilai p=0,261>0,05.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilanjutkan maka dapat disimpulkan bahwa Ekstrak Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms) dapat menghambat pertumbuhan Propionibacterium acnes. Besarnya zona hambat masing-masing konsentrasi yaitu konsentrasi 2% b/v adalah 11,67 mm, konsentrasi 4% b/vadalah 14 mm, konsentrasi 8% b/vadalah 15mm, control positif (+) Di gunakan (Clindamycin 50 ppm) 25 mm dan control negatif (-) (Na.CMC 1%) 0 mm. Semakin besar konsentrasi yang digunakan maka semakin besar pula zona hambat yang dihasilkan.
B. Saran Diharapkan untuk penelitan selanjutnya agar dapat meneliti khasiat lain dari tanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms) yang dapat menghabat pertumbuhan bakteri.
21
Daftar Pustaka Agoes, Azwar. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia, Pengobatan Tradisional. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Campbell. Neil A,dkk. 2010. Biologi Edisi kedelapan Jilid 2.Jakarta: Erlangga. Dalimartha, S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1.Jakarta : Trubus Agriwidya. Faiziah, Q. 2011, Propionibacterium.Fong, H.H.S. 1980. Phytochemical ofPharmacy Univercity of Illinois at TheMedical Centre, Chicago. Ganiswara, G.S. 1995. Farmakologi danTerapi, Ed. IV, Fakultas Kedokteran BagianFarmakologi, Universitas Indonesia, Jakarta. Juliantina, 2008.Zat aktif alkaloid UII. Yogyakarta (http://journal.uii.ac.id)
Kompas, BPOM Pekanbaru Tarik 9.708 Kotak Obat Tradisional dari Peredaran,http://kompas.co.id/kompas- cetak/0305/11/Fokus/ 306422.htm - 42k , edisi 31 Mei 2003, diakses 29Februari 2012. Mardiana, L. (2013). Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mukti, Ahmad Muhtar, 2008, Tugas Akhir: PenggunaanTanaman Enceng Gondok (Eichornia crassipes) Sebagai Pre-Treatment Pengolahan Air Minum pada Air Selokan Mataram, Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Nugraha, P. 2014. Clindamycin http://www.kerjanya.net/faq/11536-clindamycin.html diakses 12/1/2017 Pandey, A., R.D. Pandey,. P. Tripathi., P.P. Gupta., J. Haider., S. Bhatt and A.V Singh. 2012. Moringa Oleifera Lam. (Sahijan)- A plant with a Plethora of Diverse Therapeutic Benefits; An Updated Restrospection. Pandeyet al. Medical Aromatic Plants 2012. (http://omicsgroup.org/journals/MAP/MAP-1-101.pdf) Rahmani, S. 2015. Laporan Tetap Praktikum Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuantik: Isolasi Bakteri. JurusanAkuakultur Dan Teknologi Hasil perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Savitri, A. 2016. Tanaman Ajaib Basmi Penyakit Dengan Toga, Bibit Publisher, Jawa Barat. Setiabudy R. Farmakologi dan Terapi: Pengantar Antimikroba. Edisi Kelima. Jakarta: Universitas Indonesia; 2011 22
Soemarwoto. I,dkk. 1990. Biologi Umum III. Jakarta: Gramedia. Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tranggono. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengantar Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Waluyo Srikandi. 2009. 100 Questions & Answer Diabetes. Jakarta: Elex Media Komputindo.
23
24
LAMPIRAN 1 SKEMA PENELITIAN Bahan Uji Daun Enceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms)
Kultur Bakteri Propionibacterium acnes
Ekstrak Daun Enceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms)
Peremajaan Propionibacterium acnes (medium NA)
Konsentrasi 2%, ko 4%, 8%
Suspensi Propionibacterium acnes
Medium MHA Propionibacterium acnes
8%
2%
Kontrol (-) Na.CMC Clindamycin (Kontrol Positif )
4% Pengukuran Zona Hambat
Pengolahan Data
Kesimpulan
LAMPIRAN 2 1. Komposisi Medium Nutrient Agar Komposisi : Berat per kemasan 500 g/L pH 7,0 ± 0,2 atm 25◦C kadar 20g/L Pepton
5,0 gram
Meat extract
3,0 gram
Agar-agar
12,0 gram
Air suling hingga
1000 ml
2. Komposisi Mueller Hinton Agar (MHA) Berat perkemasan 38g/L Ph 7,3 ± 0,1 atm 25◦C Kadar 28g/L Beef extract
2 gram
Acid Hydrolysate of casein
17,5 gram
Starch
1,5 gram
Agar
17 gram
25
26
Tabel 1. Pengukuran Diameter Hambatan Ekstrak Daun Eceng Gondok Kelompok Perlakuan/ Diameter Zona Hambatan Dalam Satuan Milimeter (mm) Replikasi Kontrol (-) Kontrol (+) Na.CMC 2% 4% 8% clindamycin 1% I 0 11 14 16 24 II 0 13 13 15 26 III 0 11 14 16 25 Total 0 35 41 47 75 Rata-rata 0 11,67 14 15 25
Tabel 2. Analisis Data Zona Hambat Ekstrak Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms) terhadap pertumbuhan propionibacterium acnes. Perlakuan 2% 4% 8% Kontrol + Kontrol 2% 0,037 0,037 0,037 0,072 4% 0,072 0,050 0,050 0,046 8% 0,046 0,261 0,0261 0,046 Kontrol + 0,046 0,050 0,050 0,072 Kontrol 0,034 0,037 0,037 0,037 -
LAMPIRAN 3 Hasil Analisis Statistik Zona Hambatan Daun Eceng Gondok PA Case Processing Summary Daun Eceng Gondok PA
Cases Valid N
Zona Hambat
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
2%
3
100.0%
0
0.0%
3
4%
3
100.0%
0
0.0%
3
8%
3
100.0%
0
0.0%
3
Positif
3
100.0%
0
0.0%
3
Negative
3
100.0%
0
0.0%
3
Case Processing Summary Daun Eceng Gondok PA
Cases Total Percent
Zona Hambat
2%
100.0%
4%
100.0%
8%
100.0%
Positif
100.0%
Negative
100.0%
Tests of Normalityb Daun Eceng Gondok PA
Zona Hambat
Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
2%
.385
3
0,00
.750
3
4%
.175
3
0,00
1.000
3
8%
.175
3
0,00
1.000
3
Positif
.175
3
0,00
1.000
3
27
28
Test of Homogeneity of Variances Zona Hambat Levene Statistic
df1
df2
Sig.
1.484
4
10
0.279
Kruskal-Wallis Test Daun Eceng Gondok PA
Zona Hambat
N
Mean Rank
2%
3
5.17
4%
3
8.50
8%
3
10.33
Positif
3
14.00
Negative
3
2.00
Total
15
Test Statisticsa,b Zona Hambat Chi-Square df Asymp. Sig.
13.045 4 .011
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Daun Eceng Gondok PA
Mann-Whitney Test Ranks Daun Eceng Gondok PA Zona Hambat
N
Mean Rank
Sum of Ranks
2%
3
2.17
6.50
4%
3
4.83
14.50
Total
6
Test Statisticsa Zona Hambat Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.500 6.500 -1.798 .072 .100b
Mann-Whitney Test Ranks Daun Eceng Gondok PA N
Mean Rank
Sum of Ranks
2%
3
2.00
6.00
Zona Hambat 8%
3
5.00
15.00
Total
6
Test Statisticsa Zona Hambat Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.000 6.000 -1.993 .046 .100b
a. Grouping Variable: Daun Eceng Gondok PA b. Not corrected for ties.
29
30
Mann-Whitney Test Ranks Daun Eceng Gondok PA
N
2% Zona Hambat Positif Total
Test Statistics
Mean Rank
Sum of Ranks
3
2.00
6.00
3
5.00
15.00
6
a
Zona Hambat Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.000 6.000 -1.993 .046 .100b
a. Grouping Variable: Daun Eceng Gondok PA b. Not corrected for ties.
Mann-Whitney Test Ranks Daun Eceng Gondok PA 2% Zona Hambat Negative Total
N
Mean Rank
Sum of Ranks
3
5.00
15.00
3
2.00
6.00
6
Test Statisticsa Zona Hambat Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.000 6.000 -2.121 .034 .100b
a. Grouping Variable: Daun Eceng Gondok PA b. Not corrected for ties.
Mann-Whitney Test Ranks Daun Eceng Gondok PA
N
Mean Rank
Sum of Ranks
4%
3
2.67
8.00
Zona Hambat 8%
3
4.33
13.00
Total
6
Test Statisticsa Zona Hambat Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
2.000 8.000 -1.124 .261 .400b
a. Grouping Variable: Daun Eceng Gondok PA b. Not corrected for ties.
31
32
Mann-Whitney Test Ranks Daun Eceng Gondok PA
N
4% Zona Hambat Positif Total
Mean Rank
Sum of Ranks
3
2.00
6.00
3
5.00
15.00
6
Test Statisticsa zona hambat Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.000 6.000 -1.964 .050 .100b
a. Grouping Variable: daun eceng gondok PA b. Not corrected for ties.
Mann-Whitney Test Ranks daun eceng gondok PA N zona hambat
Mean Rank
Sum of Ranks
4%
3
5.00
15.00
Negative
3
2.00
6.00
Total
6
Test Statisticsa Zona Hambat Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.000 6.000 -2.087 .037 .100b
a. Grouping Variable: Daun Eceng Gondok PA
b. Not corrected for ties.
Mann-Whitney Test Ranks Daun Eceng Gondok PA
N
8% Zona Hambat Positif Total
Mean Rank
Sum of Ranks
3
2.00
6.00
3
5.00
15.00
Mean Rank
Sum of Ranks
3
5.00
15.00
3
2.00
6.00
6
Test Statisticsa Zona Hambat Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.000 6.000 -1.964 .050 .100b
a. Grouping Variable: daun eceng gondok PA b. Not corrected for ties.
Mann-Whitney Test Ranks Daun Eceng Gondok PA
N
8% Zona Hambat Negative Total
6
33
34
Test Statisticsa Zona Hambat Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.000 6.000 -2.087 .037 .100b
a. Grouping Variable: Daun Eceng Gondok PA
b. Not corrected for ties.
Mann-Whitney Test Ranks Daun Eceng Gondok PA
N
Positif Zona Hambat Negative Total
Zona Hambat .000 6.000 -2.087 .037 .100b
a. Grouping Variable: daun eceng gondok PA b. Not corrected for ties.
Sum of Ranks
3
5.00
15.00
3
2.00
6.00
6
Test Statisticsa
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
Mean Rank
LAMPIRAN 4
Gambar 1 Daun Eceng Gondok
Gambar 2 Ekstrak Daun Eceng Gondok
35
36
Konsetrasi 8%
Konsetrasi 4 %
Kontrol Negatif (-)
Konsetrasi 2% Kontrol Positif (+)
Gambar 3 Daya Hambat Ekstrak Daun Eceng Gondok 2%,4%, 8%, kontrol +, kontrol– terhadap pertumbuhan Propionibacterium acnes.
BIOGRAFI PENULIS Nama
: Sulpiani
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, Tanggal Lahi
: Malaysia, 11 Oktober 1995
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
: Desa Polewali, Kec. Suppa, Kab. Pinrang
No. Telepon/HP
: 085242883003
Email
:
[email protected]
Nama Orang Tua
: Ayah
: Marzuki
Ibu
: Hj.Sukni
Riwayat Pendidikan 2003-2009
: SD Negeri 321 Ladea, Kec.Suppa, Kab.Pinrang
2009-2012
: SMP Negeri 01 Kec.Suppa, Kab.Pinrang
2012-2015
: SMK FARMASI YASARI, Parepare
2015-Sekarang
: Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan Farmasi
.......................................................................................................................... Demi kian biodata saya buat dengan sebenar-benarnya sebagai bahan pertimbangan Bapak/Ibu
atas
perhatiannya
say
37
a
ucapkan
terima
kasih.
ii