Kti Nur Ramadhani.pdf

  • Uploaded by: Hery Saputra
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kti Nur Ramadhani.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 11,446
  • Pages: 83
IDENTIFIKASI POLA MAKAN PADA PASIEN GASTRITIS DI PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan

OLEH : NUR RAMADHANI HIDAYAT NIM.P0032001403

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN D-III KEPERAWATAN 2017

ii

iii

MOTTO

“Pelajarilah ilmu, karena mempelajari ilmu karena Allah itu mencerminkan ketakutan, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, mencarinya adalah jihad, mengajarkannya untuk keluarga adalah taqarub. Ilmu adalah pendamping saat sendirian dan teman karib saat menyepi” Jangan lupa usaha tanpa doa bagaiakan rumah tanpa pondasi. Bukankah berdoa sambil berusaha adalah kunci keberhasilan. Insyaallah semua tiada yang sia-sia Ridho kedua orang tua adalah langkah awal meraih kesuksesan dunia daan akhirat Engkau harus bisa melihat keutamaan pada diri sahabatmu atas dirimu bukan melihat keutamaan dirimu atas dirinya Karya tulis ini kupersembahkan untuk agamaku, almamaterku, ayahanda dan ibunda tercinta, serta keluarga dan sahabat terkasih

iv

RIWAYAT HIDUP

I.

IDENTITAS a. Nama

: Nur Ramadhani Hidayat

b. Tempat/Tanggal Lahir

: Kasipute, 05 Februari 1996

c. Jenis Kelamin

: Perempuan

d. Suku/Bangsa

: Buton/Indonesia

e. Agama

: Islam

f. Alamat

: Jl. Pendidikan, Kel. Bangkudu, Kec. Kulisusu, Kab. Buton Utara

II.

JENJANG PENDIDIKAN a. SD Negeri 1 Kulisusu, Tamat Tahun 2008 b. SMP Negeri 1 Kulisusu, Tamat Tahun 2011 c. SMA Negeri 1 Wangi-Wangi, Tamat Tahun 2014 d. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Tahun 2014Sekarang.

v

ABSTRAK Nur ramadhani Hidayat (P00320014033) Identifikasi Pola Makan Pada Pasien Gastritis Di Puskesmas Poasia Kota Kendari. Dibimbing oleh Anita Rosanty dan Sahmad. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau local. Gastritis dapat disebabkan oleh makanan. Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Angka kejadian gastritis di Puskesmas Poasia tahun 2016 sebanyak 2177 kasus. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pola makan pada pasien gastritis. Variabel independen yaitu adalah pola makan (frekuensi makan dan jenis makanan). Variabel dependen yaitu kejadian Gastritis. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif dengan pendekatan survei yang dilakukan pada tanggal 14 Juni-13 Juli 2017. Populasi penelitian sebanyak 195 kasus. Sampel penelitian ini yaitu 49 yang diambil secara Accidental sampling. Instrumen penelitian yaitu lembar kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola makan pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari sebagian besar memiliki pola makan yang berisiko yaitu sebanyak 28 responden (57,1%), sedangkan yang tidak berisiko sebanyak 21 responden (42,9%). Pola makan dari segi frekuensi makan pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari yang tidak beresiko sebanyak 24 responden (49,0%) dan yang berisiko sebanyak 25 responden (51,0%). Pola makan dari segi jenis makanan yang dikonsumsi pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari yang berisiko sebanyak 38 responden (77,6%) dan yang tidak beresiko sebanyak 11 responden (22,4%). Perlu adanya peningkatan upaya promotif dan preventif oleh pihak Puskesmas Poasia Kota Kendari khususnya bagi tenaga kesehatan tentang penyakit gastritis, pengobatan, serta diit penderita gastritis khususnya tenaga kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya pada penderita gastritis sehingga meningkatkan motivasi masyarakat dalam upaya menjaga pola makan sebagai salah satu penatalaksanaan penyakit gastritis. Kata Kunci : Pola Makan, Gastritis, Frekuensi Makan, Jenis Makanan, Pasien Daftar Pustaka : 26 buku (2002-2016) + 3 internet

vi

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Identifikasi Pola Makan Pada Pasien Gastritis Di Puskesmas Poasia Kota Kendari”. Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III (D III) pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan. Rasa hormat, terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda H. Gayatri, SE dan Ibunda Hj. Arni Ahmar atas semua bantuan moril maupun material, motivasi, dukungan, dan cinta kasih yang tulus serta doa yang tiada henti dipanjatkan demi kesuksesan studi yang penulis jalani selama menuntut ilmu sampai selesainya karya tulis ini. Pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terima kasih kepada ibu Anita Rosanty, SST.,M.Kes selaku pembimbing I dan bapak Sahmad S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kesabaran dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran selama menyusun karya tulis ini. Ucapan terima kasih penulis juga tujukan kepada: 1. Bapak Muslimin L, A.Kep.,S.Pd.,M.Si selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari. 2. Bapak Muslimin L, A.Kep.,S.Pd.,M.Si selaku penguji 1, Ibu Dali, SKM.,M.Kes

selaku

penguji

2,

M.Kep.,Sp.Kep.MB selaku penguji 3.

vii

dan

Ibu

Reni

Devianti

Usman,

3. Bapak dan Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik yang diberikan selama penulis menuntut ilmu. 4. Bapak Petrus, SKM.,M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari 5. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis dalam penelitian ini. 6. dr.H. Juriadi Paddo, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Poasia yang telah memberikan izin penelitian. 7. Teristimewa dan tak terhingga penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga besar yang selama ini telah berkorban baik materi maupun non materi demi kesuksesan penulis serta terima kasih kepada sahabat-sahabat saya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 8. Rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Khususnya angkatan 2014 tingkat A dan B yang senantiasa menyemangati saat proses perkuliahan dan penulisan KTI. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya. Kendari, Juli 2017

Peneliti

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................

iii

MOTTO............................................................................................

iv

RIWAYAT HIDUP..........................................................................

v

ABSTRAK........................................................................................

vi

KATA PENGANTAR......................................................................

vii

DAFTAR ISI....................................................................................

ix

DAFTAR TABEL............................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................

xi

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar belakang ..............................................................................

1

B.

Rumusan masalah..................................................................

4

C.

Tujuan penelitian...................................................................

4

D.

Manfaat penelitian.................................................................

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

Tinjauan Umum Tentang Gasritis..........................................

6

B.

Tinjauan Tentang Pola Makan...............................................

20

C.

Tinjauan Tentang Pola Makan Pada Pasien Gastritis .............

27

BAB III KERANGKA KONSEP A.

Dasar pemikiran.....................................................................

33

B.

Kerangka Konsep...................................................................

34

C.

Variabel Penelitian.................................................................

34

D.

Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif...........................

35

BAB IV METODE PENELITIAN A.

Jenis penelitian.......................................................................

36

B.

Tempat dan waktu penelitian ....................................................

36

C.

Populasi dan Sampel .................................................................

36

D.

Jenis dan Cara Pengambilan Data..........................................

37

E.

Instrument penelitian.............................................................

38

F.

Pengolahan Data....................................................................

39

ix

G.

Analisa Data...........................................................................

39

H.

Etika penelitian......................................................................

40

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.

Hasil Penelitian......................................................................

41

B.

Pembahasan..................................................................................

48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

Kesimpulan............................................................................

55

B.

Saran......................................................................................

55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL Hal Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur Penderita Gastritis di Puskesmas Poasia 44 Kota Kendari Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Penderita Gastritis di Puskesmas 45 Poasia Kota Kendari Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jenis Pendidikan Penderita Gastritis di Puskesmas 45 Poasia Kota Kendari Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden Penderita Gastritis di 46 Puskesmas Poasia Kota Kendari Tabel 5.5 Distribusi pola makan dari pada pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari Tabel 5.6 Distribusi pola makan dari segi frekuensi makan pada pasien

47

47

Gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari Tabel.5.7 Distribusi frekuensi pola makan dari segi jenis makanan yang 48 dikonsumsi oleh pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari

xi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

Judul

Lampiran 1

Lembar Permintaan Menjadi Responden

Lampiran 2

Surat Pernyataan Menjadi Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3

Kuesioner Penelitian

Lampiran 4

Surat Pengantar Pengambilan Data Awal

Lampiran 5

Surat Pengantar Izin Penelitian Dari Jurusan Keperawatan Ke Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Poltekkes Kendari.

Lampiran 6

Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Poltekkes Ke Badan Penelitian Dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara

Lampiran 7

Surat Izin Penelitian Dari Badan Penelitian Dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara

Lampiran 8

Surat Keterangan Telah Melakukan Penellitian

Lampiran 9

Tabulasi Data Hasil Penelitian

Lampiran 10

Master Tabel Penelitian

xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung, seperti : asinan, cuka, sambal, serta kebiasaan merokok dan minum alkohol, dapat meningkatkan jumlah penderita gastritis. Kejadian penyakit gastritis terjadi karena pola hidup yang bebas hingga berdampak pada kesehatan tubuh (Mustakim, 2009). Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung, yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau local (Sylvia, 2005). Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis difus, atau local dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium, mual dan muntah (Suratun & Lusianah, 2010) Beberapa hal yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis adalah infeksi bakteri, pemakaian obat penghilang nyeri secara terus-menerus, konsumsi alkohol secara berlebihan, penggunaan kokain, stres fisik, kelainan sistem kekebalan tubuh, radiasi dan kemoterapi, serta penyakit reflux. Selain beberapa penyebab tersebut, gastritis dapat disebabkan oleh makanan. Selain karena terlambat makan ataupun stres, yang juga turut mempengaruhi naiknya kadar asam lambung adalah jenis makanan yang masuk ke dalamnya. (Putra, 2013) Manifestasi klinis dari gastritis yaitu anoreksia, rasa penuh, nyeri pada epigastrium, mual dan muntah, sendawa, dan hematemesis. Sedangkan dampak atau komplikasi yang dapat timbul pada gastritis akut yaitu

1

hematemesis atau melena, dan pada gastritis kronis yaitu terjadinya perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12 (anemia pernisiosa) (Suratun & Lusianah, 2010) Penelitian terdahulu yang telah dilakukan menunjukan bahwa kejadian gastritis berkaitan dengan pola makan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ratna Yunita dengan judul Hubungan Antara Karakteristik Responden, Kebiasaan Makan Dan Minum Serta Pemakaian NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug) Dengan Terjadinya Gastritis Pada Mahasiswa Kedokteran di dapatkan hasil uji statistic P=0,041 (P value <α) yang berarti ada hubungan antara keteraturan makan dengan kejadian gastritis. Menurut Oktaviani (2011) yang menemukan hasil P value=0,000 (P <α), yang berarti ada hubungan antara jenis makanan dengan kejadian gastritis. Sedangkan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryani Hartati dan Eka Kurnianingsi (2013), hasil analisis bivariat antara kebiasaan makan yang dimakan ada hubungannya dengan kejadian gastritis. Badan penelitian kesehatan dunia WHO tahun 2012, insiden gastritis di dunia sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi dibandingkan populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimtomatik. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2010, gastritis merupakan peringkat ke lima dari 10 besar penyakit terbanyak pasien rawat

2

inap yaitu 24,716 kasus dan peringkat ke enam dari 10 besar penyakit terbanyak rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia yaitu 88,599 kasus. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI dan angka kejadian gastritis tertinggi mencapai 91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,35%, Aceh 31,2% (Depkes, Profil Kesehatan Republik Indonesia, 2012) Berdasarkan data awal yang diperoleh pada tanggal 21 Maret 2017, Kasus gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari 3 tahun terakhir menduduki peringkat ketiga teratas dari 10 kasus penyakit tertinggi di Puskesmas Poasia selama tahun 2014, 2015, dan 2016. Tahun 2014 angka kejadian gastritis mencapai 2177, tahun 2015 kasus gastritis mencapai angka 2507 kasus, sedangkan pada tahun 2016 angka kejadian gastritis mencapai 2177 kasus dengan rata-rata 181 kasus setiap bulan. Tahun 2017 dari bulan Januari hingga Februari mencapai 195 kasus (Profil Puskesmas Poasia, 2016). Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah dipaparkan diatas sebelumnya maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Identifikasi Pola Makan Pada Pasien Gastritis Di Puskesmas Poasia”

3

B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Identifikasi Pola Makan Pada Pasien Gastritis Di Puskesmas Poasia Kota Kendari”. C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui Identifikasi Pola Makan Pada Pasien Gastritis Di Puskesmas Poasia Kota Kendari. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui gambaran pola makan dari segi frekuensi makan pada penderita gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari b. Mengetahui gambaran pola makan dari segi jenis makanan pada penderita gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari. D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti Meningkatkan pengetahuan tentang penelitian secara umum (teoritis) dan menambah pengetahuan tentang pola makan pada pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari. 2. Bagi Tempat Penelitian Sebagai bahan pertimbangan pentingnya penyuluhan tentang hubungan yang kuat anatara pola makan dengan kejadian gastritis untuk mencegah terjadinya penyakit gastritis pada pasien di Puskesmas Poasia Kota Kendari.

4

3. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan pertimbangan untuk mengadakan penelitian selanjutnya dan mengembangkan variabel lain dalam penelitian khususnya tentang pola makan pada pasien gastitis. 4. Bagi Institusi Sebagai informasi untuk peneliti berikutnya yang akan meneliti tentang penyakit gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Gasritis 1. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan Sistem pencernaan berurutan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk diproses oleh tubuh. Makanan dalam arti “Biologis” adalah tiap zat atau bahan yang dapat digunakan dalam metabolisme guna memperoleh bahan-bahan untuk membangun atau memperoleh tenaga (Energi) bagi sel. Untuk dapat digunakan dalam metabolisme, maka makanan itu harus ke dalam sel (Irianto, 2005). Fungsi utama system pencernaan adalah menyediakan zat nutrisi yang sudah dicerna secara berkesinambungan untuk didistribusikan kedalam sel melalui sirkulasi dengan unsur – unsur air, elektrolit, dan zat gizi. Sebelum zat ini diserap oleh tubuh, makanan harus bergerak sepanjang saluran pencernaan (syafuddin, 2009) Proses pencernaan dibagi menjadi dua yaitu : a. Pencernaan Mekanis Pencernaan

mekanis

yaitu

proses

pengubahan

molekul

kompleks menjadi molekul sederhana secara mekanis, misalnya penghancuran makanan dengan gigi atau oleh otot lambung. b. Pencernaan Kimiawi

6

Pencernaan kimiawi adalah proses pengubahan senyawa organik yang ada dalam bahan makanan dari bentuk yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana dengan bantuan enzim (Anonim, 2011) Saluran pencernaan pada manusia dimulai dari rongga mulut dan diakhiri oleh anus ( lubang pelepasan ). Adapun alat – alat dari system pencernaan yaitu terdiri dari : 1) Rongga Mulut Rongga mulut dibagian depan dibatasi oleh bibir, dibagian belakang oleh dinding faring posterior, dibagian lateral selaput lendir bukalis dan tonsil, dibagian atas palatum durum dan palatum molle dan dibagian bawah oleh dasar mulut. Didalam rongga mulut terdapat gigi, lidah dan kelenjar pencernaan yaitu berupa kelenjar ludah. Gigi dan lidah berguna untuk memecahkan makanan secara mekanik. Kelenjar ludah menghasilkan enzim ptyalin yang mencerna hidrat arang. Rongga mulut ( mouth cavity ) mempunyai panjang 15 – 20 cm dengan diameter 10 cm. Didalam mulut sudah mulai terjadi proses penyerapan dengan mekanisme difusi pasif ( transport pasif ) dan transport konvelisif ( pori ). Dalam mulut terdapat enzim ptyalin, maltase, dan musin. Sekresi air ludah 500 – 1500 ml per hari dengan pH 6,4 2) Faring Daerah faring merupakan persimpangan dari rongga mulut ke kerongkongan dan dari rongga hidung ke tenggorok. Pada saat

7

menelan makanan, maka lubang ke saluran napas ditutup oleh anak tekak sehingga makanan akan terdorong ke kerongkongan. 3) Esofagus Esofagus merupakan organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan diameter 2 cm. Esofagus terletak posterior terhadap jantung dan trakea, anterior terhadap vertebrata, setinggi C6 menembus diafragma sampai torakal 11. Saluran pencernaan sesudah mulut adalah kerongkongan ( esophagus ). Esofagus adalah saluran yang terdapat dibelakang rongga mulut yang menghubungkan

rongga

mulut

dengan

lambung.

Dinding

kerongkongan dibentuk oleh otot – otot melingkar yang bergerak tanpa kita sadari. Gerakannya disebut gerak peristaltic, yaitu gerakan otot lingkar yang mengkerut – kerut seperti meremas – remas sehingga makanan dapat masuk kedalam lambung. Esofagus mempunyai Ph cairannya 5 – 6, tidak terdapat enzim maupun absorbs. Getah lambung dihasilkan oleh kelenjar yang terdapat pada dinding lambung, dimana dinding lambung menghasilkan asam lambung berupa asam klorida, pepsinogen, renin lipase lambung, dan mucin. 4) Lambung ( Ventrikulus ) Lambung atau perut besar merupakan organ yang terletak didalam rogga perut yaitu terletak disebelah kiri atas, dibawah sekat rongga dada ( Diafragma ). Lambung merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antara esofagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen

8

dan di bagian depan pankreas dan limpa yang dibentuk oleh otot polos yang tersusun secara memanjang. Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltic, terutama didareah epigaster. Variasi dari bentuk lambung sesuai dengan jumlah makanan yang masuk, adanya gelombang peristaltic tekanan organ lain dan postur tubuh. Lambung disebut juga gaster yang panjangnya 20 cm dengan diameter 15 cm dan pHnya 1 – 3,5. Cairan lambung yang disekresi sekitar 2000 – 3000 ml/hari. Kapasitas lambung kira – kira 1,2 liter dan bila kosong 100 liter. 5) Usus halus ( Intestinum minor ) Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum, panjangnya sekitar 6 meter dan merupakan saluran pencernaan yang paling panjang. Usus halus merupakan kelanjutan dari saluran pencernaan setelah lambung. Bentuk dan susunannya berupa pipa kecil yang berkelok – kelok didalam rongga perut diantara usus besar dan dibawah lambung. Makanan dapat masuk karena adanya gerakan yang memberikan permukaan yang lebih luas. Banyaknya jonjot – jonjot pada tempat absorbsi memperluas permukaannya. Usus halus terdiri dari usus dua belas jari ( duodenum ) panjangnya sekitar 25 cm dengan diameter 5 cm dan pHnya 6,5 – 7,6, usus kosong ( jejunum ) panjangnya 300 cm diameter 5 cm dengan pH 6,3 – 7,3, usus penyerapan ( ileum ) panjangnya 300 cm diameter 2,5 – 5 cm dengan pH 6,3 – 7,3. Usus halus sebagai sistem

9

pencernaan secara enzimatis menghasilkan enzim – enzim yang diantaranya erepsin, maltase, sukrosa, dan laktase. 6) Usus besar ( Intestinum mayor ) Usus

besar

merupakan

saluran

pencernaan

berupa

usus

berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang 1,5 – 1,7 meter dan penampang 5 – 6 cm. Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seperti huruf U terbalik dan mengelilingi usus halus dari valvula ileoskalis sampai keanus. Usus besar terdiri dari 3 bagian yaitu cecum, colon, dan rektum. Lapisan – lapisan usus besar terbagi atas beberapa kolon yaitu asendens, transversum, desendens, dan sigmoid. 7) Rektum Rektum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis. Rektum panjangnya 15 – 19 cm, diameter 2,5 cm dengan pH 7,5 – 8,0 8) Anus Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan bagian luar atau sebagai tempa keluarnya feses (Anonim,2013). 2. Definisi Gasritis Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab

10

terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2012) Menurut Hirlan dalam (Suyono, 2008) gastritis merupakan proses inflamasi pada mukosa lambung dan submukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Secara histopatologi dapat dibuktikan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Sedangkan menurut Suratun (2010), gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan istilah sakit “mag” atau sakit ulu hati ialah suatu peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan ketidakaturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Yuliarti, 2009) Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakaturan dalam pola makan, misalnya terlambat makan, makan terlalu banyak, cepat, makan makanan yang terlalu berbumbu dan pedas. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadiya gastritis.

11

3. Klasifikasi Gastritis Menurut Mustakim (2009), gastritis dibagi 2 yaitu : a. Gastritis Akut Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan dan dapat disembuhkan atau sembuh sendiri merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin, bakteri, alkohol, kafein, dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang sering, obatobatan lain seperti NSAID juga terlibat. Beberapa makanan berbumbu termasuk cuka, lada, atau mustard dapat menyebabkan gejala yang mengarah pada gastritis. b. Gastritis Kronik Gastritis kronik ditandai oleh atropi progresif epitel kelenjar disertai dengan kehilangan sel pametel dan cref cell. Gastritis kronis diduga merupakan predisposisi timbulnya tukak lambung akut karsinoma. Insiden kanker lambung khususnya tinggi pada anemia pernisiosa. Sedangkan menurut (Suratun & Lusianah, 2010), klasifikasi gastritis terbagi 2 yaitu : a. Gastritis akut, merupakan peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan setelah terpapar pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung. b. Gastritis kronik, merupakan gastritis yang terkait dengan atropi mukosa gastrik sehingga produksi HCl menurun dan menimbulkan

12

kondisi achlorhidria dan ulserasi peptic. Gastritis kronik dapat diklasifikasikan pada tipe A dan Tipe B. 1) Tipe A merupakan gastritis autoimun. Adanya antibody terhadap sel parietal menimbulkan reaksi peradangan yang pada akhirnya dapat menimbulkan atropi mukosa lambung. Pada 95% pasien dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastitis atropi kronik memilki antibody terhadap sel parietal. Biasanya kondisi ini merupakan tendensi terjadinya Ca lambung pada fundus atau korpus. 2) Tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat infeksi oleh helicobacter phyori. Terdapat inflamasi yag difuse pada lapisan

mukosa

sampai

muscularis,

sehingga

sering

menyebabkan perdarahan dan erosi. Sering mengenai antrum. 4. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak menimbulkan gejala yang khas . manifestasi gastritis akut dan kronik hampir sama, seperti dibawah ini : a. Anoreksia b. Rasa penuh c. Nyeri pada epigastrium d. Mual dan muntah e. Sendawa f. Hematemesis (Suratun & Lusianah, 2010)

13

5. Penyebab Gastritis Menurut (Potter, 2008), terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan, sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Menurut Suratun & lusiana, (2010), penyebab gastritis yaitu : a. Konsumsi

obat-obatan

kimia

(asetaminofen/aspirin,

steroid

kortikosteroid), digitalis. Asetaminofen dan kortikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung, NSAIDS (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs) dan kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin sehingga sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam sehingga menimbulkan iritasi mukosa lambung. b. Konsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung. c. Terapi

radiasi,

refluk

empedu,

zat-zat

korosif

(cuka,

lada)

menyebabkan kerusakan mukosa lambung dan menimbulkan edema dan perdarahan. d. Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan saraf pusat) merangsang peningkatan prouksi HCL lambung. e. Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, eschericia coli, salmonella dan lain-lain.

14

6. Patofisiologi Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan local. Patofisiologi terjadinya gastritis dan tukak peptic ialah bila terdapat ketidakseimbangan factor penyerang (ofensif) dan factor pertahanan (defensive) pada mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan factor ofensif dan atau penurunan kapasitas defensive mukosa. Factor ofensif tersebut meliputi asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim pancreas, infeksi Helicobacter pylori yang bersifat gram-negatif, OAINS, alcohol dan radikal bebas. Sedangkan system pertahanan atau factor defensive mukosa gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni elemen preepitelial, epithelial, dan subepitelial ( Pangestu, 2003). Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama adalah berupa lapisan mucus bicarbonate yang merupakan penghalang fisikokimiawi terdapat berbagai bahan kimia termasuk ionhidrogen (Kuma,2005). Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dpat merusak mukosa lambung (gastritis erosive). Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi lambung dalam autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan merusak mukosa. Kehadiran HCl dimukosa lambung menstimulasi

perubahahan

pepsinogen

menjadi

pepsin.

Pepsin

merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan menyebabkan

peningkatan

permeabilitas

kapiler

sehingga

terjadi

perpindahan cairan dari intrasel ke ekstrasel dan menyebabkan edema dan

15

kerusakan kapiler sehingga timbul perdarahan pada lambung. Biasanya lambung dapat melakukan regenerasi mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya. Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi terus-menerus. Jaringan yang meradang akan di isi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun atau hilang sehingga cobalamin (vitamin B12 ) tidak dapat diserap di usus halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel darah merah. Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia. Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan. a. Gastritis Akut Gastritis Akut Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster.

16

Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan (Price & Wilson, 2006) b. Gastritis Kronis Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory ). Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering disebut sebagai gastritis autoimun ) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B ( kadang disebut sebagai gastritis ) mempengaruhi antrum dan pylorus ( ujung bawah lambung dekat duodenum ) ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-obatan dan alkohol, merokok, atau

17

refluks isi usus ke dalam lambung (Smeltzer, Suzanne, Bare, & Brenda, 2002) 7. Pemeriksaan Diagnostik a. Darah lengkap bertujuan untuk mengetahui adanya anemia b. Pemeriksaan serum vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui adanya defisiensi B12. c. Analisa feses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses. d. Analisa gaster bertujuan untuk mengetahui kandungan HCl lambung. Achlorhidra menunjukan adanya gastritis atropi. e. Tes antibody serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya anti body sel parietal dan factor intrinsic lambung terhadap helicobacter pylori. f. Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum. g. Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung. 8. Pentalaksanaan Gastritis a. Penatalaksanaan Medik Pada klien yang mengalami mual dan muntah anjurkan pasien untuk bedrest, status NPO (Nothing Peroral), pemberian antiemetic dan pasang infuse ntuk mempertahankan cairan tubuh klien. Pasien biasanya sembuh spontan dalam beberapa hari. Bila muntah berlanjut perlu dipertimbangkan pemasangan NGT (Naso Gastric Tube). Antasida diberikan untuk mengatasi perasaan begah (penuh) dan tidak enak di abdomen dan menetralisir asam lambung dengan peningkatan pH lambung sekitar 6. Antagonis H2 (seperti rantin atau ranitidine,

18

simetidin) dan inhibitor pompa proton (seperti omeprazol atau lansoprazole) mampu menurunkan sekresi asam lambung. Antibiotik diberikan bila dicurigai adanya infeksi oleh helicobacter pylori. Kombinasi

dua

atau

tiga

antibiotic

dapat

diberikan

untuk

mengeradikasi helicobacter pylori (seperti clarithromycin dan amoksisilin). Bila telah terjadi perdarahan akibat erosi mukosa lambung maka perlu dilakukan transfuse darah untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh dan dilakukan lavage (bilas) lambung. Bila tidak dapat dikoreksi maka pembedahan gastritis adalah gastrectomi parsial, vagotomi atau pyloroplasti. Injeksi intravena cobalamin dilakukan bila terdapat anemia pernisiosa. (Suratun & Lusianah, 2010) Sedangkan menurut (Suyono, 2008), penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2 inhibition pompa proton, antikolinergik, dan antasida juga ditujukan sebagai sifoprotektor berupa sukralfat dan prostaglandin. b. Penatalaksanaan Keperawatan Menurut (Suratun & Lusianah, 2010), Focus intervensi keperawatan adalah bagaimana mengevaluasi dan mengeliminasi factor penyebab gastritis antara lain anjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi alkohol, kafein, teh panas, atau zat iritan bagi lambung

19

serta

merubah

gaya

hidup

dengan

pola

hidup

sehat

dan

meminimalisasi stress. B. Tinjauan Tentang Pola Makan 1. Pengertian Pola makan adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan komposisi bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas dari suatu kelompok tertentu (Hartono,2000). Pola makan dapat diartikan suatu kebiasaan menetap dalam hubungan dengan konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan : makanan pokok, sumber protein, sayur, buah dan berdasarkan frekuensi : harian, mingguan, pernah, dan tidak pernah sama sekali. Dalam hal pemilihan makanan dan waktu makan manusia dipengaruhi oleh usia, selera pribadi, kebiasaan, budaya, dan social ekonomi (Almatsier, 2002). Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi frekuensi makan, porsi makan, dan jenis makan yang berdasarkan factor-faktor social, budaya dimana mereka hidup (Hudha, 2006 ). Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI,2009). Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi

20

tingkat kesehatan individu dan masyarakat. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang optimal sngat penting untuk petumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anakanak, serta seluruh kelompok umur. Gizi yang baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktifitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian (Depkes, Pedoman Gizi Seimbang, 2014). Nutrisi sangat berguna untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Selain karena factor kekurangan nutrisi, akhir-akhir ini juga muncul penyakit akibat salah pola makan seperti kelebihan makan atau makan makanan yang kurang seimbang. Bahkan, kematian akibat penyakit yang timbul karena pola makan yang salah/tidak sehat belakangan ini cenderung meningkat. Penyakit akibat pola makan yang kurang sehat tersebut diantaranya diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, penyakit kanker, penyakit arteri koroner, sirhosis, osteoporosis, dan beberapa penyakit kardiovaskuler. Untuk menghindari penyakit-penyakit akibat pola makan yang kurang sehat, diperlukan suatu pedoman bagi individu, keluarga dan masyarakat, tentang pola makan yang sehat. Seperti dijelaskan sebelumnyaa, bahwa pola makan itu dibentuk sejak masa kanan-kanak yang akan terbawa hingga dewasa. Oleh karena itu, membentuk pola

21

makan yang baik harus mengetahui bagaimana kebiasaan dan karakteristik anaknya. (Dirjen Binkesmas RI (1997)). Pola makan terdiri : a. Frekuensi Makan Frekuensi makan merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan makan dalam sehari baik makanan utama maupun makanan selingan. Menurut Suhardjo (2002) dalam hudha (2006) frekuensi makan dikatakan baik bila frekuensi makan setiap harinya 3 kali makanan utama atau 2 kali makanan utama dengan 1 kali makanan selingan, dan dinilai kurang bila makan setiap harinya kurang dari 2 kali. Pada umumnya setiap orang melakukan makanan utama 3 kali yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam atau sore. Ketiga waktu makan tersebut yang paling penting adalah makan pagi, sebab dapat membekali tubuh dengan berbagai zat makanan terutama kalori dan protein berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan remaja. Makan siang diperlukan setiap orang, karena sejak pagi merasa lelah akibat melakukan aktivitas. Disamping makanan utama yang dilakukan 3 kali biasanya dalam sehari makanan selingan dilakukan sekali atau dua kali diantara waktu makan guna menaggulangi rasa lapar, sebab jarak waktu makan yang lama. Pola makan yang tidak normal dapat diidentifikasi kembali menjadi 2, yakni Majalahnh (2009) :

22

1) Makan dalam jumlah sangat banyak (inge eating disorder) mirip dengan bulimia nervosa dimana orang makan dalam jumlah sangat banyak, tetapi tidak diikuti dalam memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Akibatnya didalam tubuh terjadi penumpukan kalori. 2) Makan di malam hari (night-eating syndrome), kurang nafsu makan di pagi hari digantikan dengan makan berlebihan, agitasi dan insomnia di malam harinya. Menurut Suparyanto (2012) dalam Wahyu (2015), bila seseorang terlambat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. b. Jenis Makanan Jenis makanan yang dikonsumsi dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu makanan utama dan makanan selingan. Makanan utama adalah makanan yang dikonsumsi seseorang berupa makan pagi, makan siang, dan makan malam yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur, buah, dan minuman.

23

Makanan pokok adalah makanan yang dianggap memegang peranan penting dalam susunan hidangan. Pada umumnya makanan pokok berfungsi sebagai sumber energy (kalori) dalam tubuh dan memberi rasa kenyang (Sediaoetama, 2004). Makanan pokok yang biasa dikonsumsi yaitu nasi, roti, dan mie atau bihun. Menurut (Angkow, Robot, & Onibala, 2014) jenis makanan sangat berperan dalam pengosongan lambung. Makanan yang berjumlah banyak akan menghasilkan kimus dalam jumlah banyak pula. Kimus yang terlalu banyak di duodenum akan memperlambat proses

pengosongan

lambung.

Makanan

yang

mengandung

karbohidrat meninggalkan lambung dalam beberapa jam (Sherwood dalam (Angkow, Robot, & Onibala, 2014)). Dalam masalah ini yang paling penting adalah memberikan health education terhadap pasien gastritis untuk menghindari makanan yang dapat merangsang atau mengiritasi lambung seperti makanan pedas, makanan berbumbu seperti cuka dan makanan yang mengandung tajam, makanan asam, dan mengonsumsi makanan yang mudah dicerna dan mengkonsumsi buah dan sayur yang rendah serat serta pola makan yang tepat baik dari segi jenis, jumlah, dan jadwal/keteraturan makan. c. Porsi Makan Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Jumlah (porsi) makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja menurut Sediaotema (2004) dalam Hudha (2006). Jumlah (porsi) standar bagi

24

remaja antara lain : makanan pokok berupa nasi, roti tawar, dan mie instan. Jumlah atau porsi makanan pokok antara lain : nasi 100 gram, roti tawar 50 gram, mie instan untuk ukuran besar 100 gram dan ukuran kecil 60 gram. Lauk pauk mempunyai dua golongan lauk nabati dan lauk hewani, jumlah atau porsi makanan antara lain : daging 50 gr, ikan 50 gr, tempe 50 gr (dua potong), tahu 100 gr (dua potong). Sayur merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuhtumbuhan, jumlah atau porsi sayuran dari berbagai jenis makanan sayuran antara lain : sayur 100 gr. Buah merupakan suatu hidangan yang disajikan setelah makanan utama berfungsi sebagai pencuci mulut. Jumlah porsi buah ukuran 100gr, ukuran potongan 75 gr. 2.

Factor Yang Mempengaruhi Pola Makan Perawat perlu mengkaji beberapa factor yang mempengaruhi pola makan pasien antara lain factor budaya, agama/kepercayaan, status ekonomi, personal preference, dan kesehatan (Depkes RI, 2009). Menurut Febrida 2013 dalam Wahyu 2015 jenis pekerjaan menentukan makanan apa yang dikonsumsi, beban kerja berlebih mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap pekerja, karena itu kebutuhan akan zat gizi seorang tenaga kerja, harus sesuai dengan berat ringannya beban kerja yang diterimanya, seperi beban kerja berlebih, akan membutuhkan sumber energi yang lebih banyak. Salah satu faktor lain yang mempengaruhi pola makan adalah jenis kelamin. Wanita lebih banyak terkena penyakit gastritis karena wanita sering diet terlalu ketat, karena takut gemuk, makan tidak beraturan,

25

disamping itu wanita lebih emosional (Ronal H. 1996 dalam Murjayanah 2010). Hal ini sependapat dengan teori yang menyatakan bahwa jumlah penderita gastritis lebih banyak perempuan dibanding pria khususnya bagi wanita dengan dewasa muda. Gastritis juga biasa menyerang usia dewasa muda hingga lanjut usia.(Riyanto, 2008). 3. Makanan Biasa Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan agar tetap sehat (Depkes RI, 2009) makanan biasa diberikan pada penderita yang tidak memerlukan makanan khusus berhubungan dengan penyakitnya, susunan makanan sama dengan orang sehat. Hanya dibolehkan makan makanan sama dengan orang sehat. Hanya tidak diperbolehkan

makan

makanan

yang

merangsang

yang

dapat

menimbulkan gangguan pencernaan, makanan ini cukup protein dan zat gizi lainnya. 4. Diet Untuk Penderita Gastritis Berikut adalah tiga tips diet sehat bagi penderita gastritis a. Makan Teratur Makan dengan jarak teratur adalah prinsip utama bagi penderita gastritis. Makanlah dalam porsi kecil setiap 3 jam sekali. Jangan pernah membiarkan perut terlalu lama kosong. Selain mengurangi makan, cobalah lebih teratur berolahraga, misalnya jalan kaki selama 30 menit sehari.

26

b. Step By Step Sebaiknya, usaha menurunkan berat badan tidak dilakukan secara drastis. Capailah berat badan ideal dalam beberapa tahap. Misalnya, tahap pertama adalah menentukan target penurunan berat badan sekitar 5-10 % atau 4-9 kg dari berat badan saat ini. Setelah target pertama tercapai, barulah menentukan target kedua dan selanjutnya. c. Perkecil Porsi Makan Kurangi jumlah makanan hingga 1/3 atau ½ dari porsi yang biasa anda makan. Sebagai gantinya, makanlah buah-buahan segar yang tidak asam serta minum susu nonfat tanpa gula atau teh hangat tanpa gula. Sebagai teman minum teh, anda bisa memilih biskuit sehat. Selain itu, hindari makanan yang diolah dengan minyak atau santan kental. Jika anda dinyatakan positif menderita gastritis, sebaiknya kenali jenis-jenis makanan yang tidak mengganggu gastritis anda. Salah satu cara untuk mengurangi kambuhnya gasritis adalah makan dalam porsi kecil, namun frekuensinya sering. Misalnya, anda sering mengosumsi makanan ringan tiap 1 atau 2 jam sekali sebelum atau sesudah makan besar guna menghindari perut dalam keadaan kosong. C. Tinjauan Tentang Pola Makan Pada Pasien Gastritis Pola makan dapat diartikan suatu kebiasaan menetap dalam hubungan dengan konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan : makanan pokok, sumber protein, sayur, buah dan berdasarkan frekuensi : harian,

27

mingguan, pernah, dan tidak pernah sama sekali. Dalam hal pemilihan makanan dan waktu makan manusia dipengaruhi oleh usia, selera pribadi, kebiasaan, budaya, dan social ekonomi (Almatsier, 2002) Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes, 2014) Adapun

jenis

makanan

yang

dapat

menyebabkan

terjadinya

kekambuhan gastritis adalah jenis makanan yang berbumbu dan asam seperti cuka, makanan pedas yang dapat menyebabkan terjadinya pengeluaran asam lambung secara berlebihan atau mengiritasi lambung dan makanan yang kurang terjaga kebersihannya sehingga terkontaminasi oleh kuman penyebab penyakit.

Maka

dalam

pola

makan

sehari-hari

seseorang

harus

memperhatikan jenis, jumlah dan keteraturan makan mempertahankan kesehatan status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit gastritis. Beberapa hal yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis adalah infeksi bakteri, pemakaian obat penghilang nyeri secara terus-menerus, konsumsi alkohol secara berlebihan, penggunaan kokaina, stress fisik, kelainan system kekebalan tubuh, radiasi dan kemoterapi, serta penyakit bile refluks. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh (Putra, 2013) Selain beberapa penyebab tersebut, gastritis dapat disebabkan oleh makanan. Sebagaimana dilansir dalam (Putra, 2013), gangguan pada lambung sering disebabkan oleh tingginya kadar asam lambung. Selain karena

28

terlambat makan ataupun stress, yang juga turut mempengaruhi naiknya kadar asam lambung adalah jenis makanan jenis makanan yang masuk ke dalamnya. Berikut adalah tujuh jenis makanan yang disarankan oleh keda ahli otolaringologi tersebut agar dikurangi asupannya. 1. Cokelat Kandungan kakao, kafeina, dan stimulan lain, seperti theobromine dapat menyebabkan kadar asam di lambung meningkat. Selain itu, cokelat juga banyak mengandung lemak. Sementara itu, lemak dapat berpengaruh pada asam lambung. 2. Minuman bersoda Minuman yang mengandung soda atau berkarbonasi adalah salah satu penyebab utama gangguan pada lambung. Pasalnya, minuman jenis ini sifatnya sangat asam, ditambah dengan efek karbonasi, yang membuat perut jadi kembung, sehingga membuat kondisi makin tidak nyaman.

3. Makanan yang digoreng Makanan ini juga bisa berpengaruh pada asam lambung karena memiliki kadar lemak yang tinggi. Selain itu, hobi makan gorengan kerap menimbulkan gangguan Heartburn, yaitu rasa nyeri yang terdapat di ulu hati. 4. Minuman beralkohol Konsumsi bir, minuman keras, dan anggur dapat berpengaruh terhadap naiknya asam lambung. Memang, ada beberapa jenis minuman alkohol yang sifatnya tidak terlalu asam, tetapi para ahli menyatakan bahwa akohol

29

dapat melemaskan saluran dibagian bawah esophagus dan hal tersebut dapat menyebabkan naiknya asam lambung. 5. Produk olahan susu yang tinggi lemak Makanan tinggi lemak dapat meningkatkan kadar asam lambung. Sementara itu, banyak produk olahan susu yang sudah bersifat asam. 6. Daging yang berlemak Selain kandungan lemaknya tinggi, daging sapi, kambing ataupun domba dapat bertahan lama dalam perut, sehingga meningkatkan kemungkinan naiknya asam lambung. 7. Kafeina Kebiasaan minum kopi yang berlebihan dapat berkontribusi terhadap gangguan lambung. Dalam masalah ini yang paling penting adalah memberikan health education terhadap pasien gastritis

untuk menghindari makanan yang

dapat merangsang atau mengiritasi lambung seperti makanan pedas, makanan berbumbu tajam, makanan asam, serta pola makan yang tepat baik dari segi jenis, jumlah, dan jadwal/keteraturan makan. Disamping itu pula kebersihan makanan harus diperhatikan agar tidak terkontaminasi oleh Helicobacter Pylori penyebab penyakit. Pemberian Health education kepada penderita untuk mengenali secara dini gejala gastritis dan secepatnya berobat ke puskesmas terdekat bila gejala gastritis itu kambuh adalah salah satu cara yang paling baik untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah dari penyakit tersebut.

30

Selain itu, para penderita gastritis dan radang lambung disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang dapat mengurangi serangan nyeri lambung, seperti kentang, pisang, brokoli, bubur, serta lainnya namun dengan memperhatikan kandungan serat pada makanan karena makanan dengan kadar serat yang tinggi dapat merangsang saluran cerna. Berikut adalah penjelasan detailnya. a. Kentang Kentang merupakan sumber karbohidrat yang baik dan mampu memberikan rasa kenyang cukup lama. Mengonsumsi bubur kentang atau jus kentang yang bersifat basa di pagi hari dapat bermanfaat guna menetralisasi asam lambung sebelum menyantap makanan lain. b. Pisang Pisang mengandung kalium, yang bermanfaat menyeimbangkan pH (derajat keasaman) didalam lambung. Pisang juga mampu memberi rasa kenyang, sehingga amat baik dikonsumsi di antara waktu makan. Selain itu, pisang juga kaya akan potasium, yang mampu menormalkan peningkatan tekanan darah akibat serangan stres. c. Brokoli Brokoli merupakan sumber kalium dan sulfur yang baik. Sulfur mampu berperan sebagai antioksidan pelindung lapisan dalam kulit lambung. Brokoli juga kaya akan vitamin C, yang baik untuk memelihara stamina tubuh. Makanan lain yang mengandung sulfur adalah bawang merah dan bawang putih.

31

d. Lidah Buaya Tanaman yang konon dikenal dengan khasiatnya yang dapat memanjangkan rambut ini bermanfaat guna meredakan panas dalam dan mempercepat penyembuhan luka. Kandungan saponin pada lidah buaya mempunyai kemampuan antiseptic. Sedangkan, kandungan antrakuinon dan kuinonnya berkhasiat sebagai antibiotik, penghilang rasa sakit, dan merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit. Tidak ketinggalan, kandungan mukopolisakarida di dalam lidah buaya juga berguna untuk memulihkan radang, termasuk radang saluran pencernaan dan arthritis. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan menunjukan bahwa kejadian gastritis berkaitan dengan pola makan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ratna Yunita dengan judul Hubungan Antara Karakteristik Responden, Kebiasaan Makan Dan Minum Serta Pemakaian NSAID Dengan Terjadinya Gastritis Pada Mahasiswa Kedokteran di dapatkan hasil uji statistic P=0,041 (P value <à) yang berarti ada hubungan antara keteraturan makan dengan kejadian gastritis. Menurut Oktaviani (2011) yang menemukan hasil P value=0,000 (P <à), yang berarti ada hubungan antara jenis makanan dengan kejadian gastritis. Sedangkan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryani Hartati dan Eka Kurnianingsi (2013), hasil analisis bivariat antara kebiasaan makan yang dimakan ada hubungannya dengan kejadian gastritis.

32

BAB III

KERANGKA KONSEP A. Dasar Pemikiran Pola makan dapat diartikan suatu kebiasaan menetap dalam hubungan dengan konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan : makanan pokok, sumber protein, sayur, buah dan berdasarkan frekuensi : harian, mingguan, pernah, dan tidak pernah sama sekali. Dalam hal pemilihan makanan dan waktu makan manusia dipengaruhi oleh usia, selera pribadi, kebiasaan, budaya, dan social ekonomi (Almatsier, 2002) Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes, Pedoman Gizi Seimbang, 2014) Pola makan dengan mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung, seperti : asinan, cuka, sambal, serta kebiasaan merokok dan minum alkohol, dapat meningkatkan jumlah penderita gastritis. Kejadian penyakit gastritis terjadi karena pola hidup yang bebas hingga berdampak pada kesehatan tubuh (Mustakim, 2009). Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan, sehingga lambung menjaadi sensitif bila asam lambung meningkat (Potter, 2008).

33

B. Kerangka Konsep Variable independent

variable Dependent

Pola makan Frekuensi makan Jenis makan

Kejadian Gastritis

Porsi makan

Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian terdiri dari dua variabel : 1. Variabel independent ( variabel bebas ) adalah variabel

yang

mempengaruhi variabel dependent ( variabel terikat ) yang mana dalam penelitian ini variabel independent adalah pola makan yang meliputi frekuensi makan dan jenis makanan. 2. Variabel dependent ( variabel terikat ) variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent, yang mana variabel dependent dalam penelitian ini adalah kejadian Gastritis.

34

D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif 1. Pasien gastritis dalam penelitian ini meliputi pasien rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas Poasia Tahun 2017 yang telah di diagnosa gastritis oleh dokter. 2. Pola makan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah frekuensi makan dan jenis makan yang dikonsumsi oleh penderita gastritis. Kriteria objektif Tidak Beresiko : Jika jawaban responden >50% Beresiko

: Jika jawaban responden ≤50%

3. Frekuensi makan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu frekuensi makan utama yang seimbang sebanyak 2-3 kali sehari dan makanan selingan 1 kali sehari. Kriteria Objektif Tidak berisiko : Jika jawaban responden > 50% Berisiko

: Jika jawaban responden < 50%.

4. Jenis makanan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu jenis makanan yang dikonsumsi oleh penderita gastritis yaitu mudah dicerna (lembek), tidak bergas, tidak berlemak, tidak pedas, dan rendah serat. Kriteria Objektif Tidak berisiko : Jika jawaban responden > 50% Berisiko

: Jika jawaban responden < 50%

35

BAB IV

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan survei. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Poasia Kota Kendari. 2. Waktu Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Juni – 13 Juli 2017 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi

adalah

keseluruhan

subjek

penelitian

(Arikonto,

2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah penderita gastritis di Puskesmas Poasia dari bulan Januari – Februari tahun 2017 sebanyak 195 kasus. 2. Sampel Tehnik pengambilan/penentuan sampel yaitu accidental Sampling yaitu tehnik penentuan sampel berdasarkan kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakana sebagai sampel, bila dipandang orang yang ditemui itu cocok sebagai sumber data. Apabila populasi penelitian berjumlah kurang dari 100 maka sampel yang diambil adalah semuanya, namun apabila populasi penelitian berjumlah lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10-15% atau

36

20-25% atau lebih. Sehingga dapat di ambil sampel sebesar 25% dengan perhitungan : = 25% x jumlah populasi =

x 195 kasus

= 48,75 atau 49 kasus. Kriteria inklusi subjek penelitian : a) Orang dengan diagnosa medis gastritis b) Orang dengan umur 18 tahun ke atas. D. Jenis dan Cara Pengambilan Data 1. Jenis Data a. Data Primer meliputi : Data yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan lembar kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti yaitu data pola makan meliputi frekuensi makan dan jenis makanan. b. Data Sekunder Data sekunder meliputi rekam medik di Puskesmas Poasia Kota Kendari berupa buku registrasi pasien untuk mengumpulkan data tentang diagnosis pasien gastritis yang diperoleh dari Puskesmas Poasia. 2. Cara Pengumpulan Data Data dikumpulkan melalui lembar kuesioner, yang terdiri atas 3 lampiran yaitu lembar permohonan, persetujuan dan kuesioner yang terdiri atas 10 pertanyaan yang akan diisi oleh responden berdasarkan

37

hubungan frekuensi makan dan jenis makan dengan kejadian gastritis. Di Puskesmas Poasia. E. Instrument penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan lembar kuesioner atau angket yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka konsep dan teori yang telah dibuat. Instrumen pengumpulan data terdiri dari 2 bagian : 1. Data demografi Identitas meliputi tanggal pengisian, nama inisial, usia, dan jenis kelamin. 2. Kuesioner pola makan Bagian kedua kuesioner untuk mengetahui frekuensi makan dan jenis makanan. Untuk mengukur frekuensi makan dan Jenis makanan makan menggunakan skala Gutman dengan pembobotan jika pertanyaan positif, maka untuk jawaban “ya” diberi skor 1 dan “tidak” diberi skor 0. Sedangkan jika pertanyaan negataif, untuk jawaban “ya” diberi skor 0 dan “tidak” diberi skor 1. Adapun pertanyaan positif dalam dalam penelitian ini untuk variabel frekuensi makan yaitu pertanyaan nomor 1, 2, dan 3 sedangkan pertanyaan positif variabel jenis makanan adalah nomor 1, 2, 3, 4, dan 5. Adapun pertanyaan negatif dalam penelitian ini untuk variabel frekuensi makan adalah nomor 4 dan 5, sedangkan pada variabel jenis makanan tidak memiliki pertanyaan negatif.

38

F. Pengolahan Data Pengolahan data ini meliputi kegiatan : a. Editing, adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah disimpulkan. b. Coding, adalah membuat atau pembuatan kode pada tiap-tiap data yang termasuk kategori yang sama. c. Scoring, adalah memberi skor pada data yang telah dikumpulkan. d. Tabulating, adalah membuat table yang berisikan data yang telah diberi kode sesuai dengan analisa yang dibutuhkan. G. Analisa Data Data yang ada setelah dilakukan proses pengolahan setelah itu dilakukan tehnik analisa data. Analisa data yang digunakan adalah uji statistic dengan melalui analisis univariat. Analisa data yang dilakukan pada setiap variabel hasil penelitian, (Notoatmodjo, 2010) Variabel yang ada dalam penelitian ini disusun secara deskriptif dengan tabel distribusi pola makan. Tabel distribusi dan frekuensi pola makan memuat pola makan responden meliputi frekuensi makan dan jenis makanan pada penderita gastritis dengan menggunakan rumus :

Fr = x 100% Keterangan : Fr

= Persentase Hasil Yang dicapai (frekuensi relatif)

F

= Frekuensi Kategori Variabel

n

= Jumlah Sampel Penelitian,

100% = Konstanta (Nasir, 2005). 39

H. Etika penelitian 1. Lembar Persetujuan menjadi responden Lembar persetujuan ini diberikan kepada kepada responden. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden di Puskesmas Poasia bersedia untuk diteliti, maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika keluarga menolak untuk diteliti maka penelitian tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. a. Anonymity (Tanpa Nama) Untuk

menjaga

keharmonisan

responden,

peneliti

tidak

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan member inisial nama pada masing-masing lembar tersebut. b. Confidentiality (Kerahasiaan) Kerahasiaan informasi responden diamankan oleh peneliti. Hanya data-data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset (Nursalam, 2003)

40

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Poasia terletak di Kecamatan Poasia Kota Kendari, sekitar 9 KM dari ibukota Provinsi. Sebagian besar wilayah kerja merupakan dataran rendah dan sebagian merupakan perbukitan sehingga sangat ideal untuk permukiman. Di bagian utara berbatasan dengan Teluk Kendari yang sebagian besar berupa hamparan empang. Pada bagian barat yang mencakup 2 kelurahan (Kelurahan Anduonohu dan Kelurahan Rahandouna) merupakan daerah dataran yang ideal untuk pemukiman sehingga sebagian besar penduduk bermukim di kedua kelurahan ini. Pada bagian timur merupakan daerah perbukitan. a. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu Luas wilayah kerja Puskesmas Poasia sekitar 4.175 Ha atau 44,75 KM2 atau 15,12 % dari luas daratan Kota Kendari terdiri dari 4 Kelurahan dafinitif, Yaitu Anduonohu luas 1.200 Ha, Rahandouna luas 1.275 Ha, Anggoeya luas 1.400 Ha dan Matabubu luas 300 Ha, dengan 82 RW/RK dengan jumlah penduduk 28.932 jiwa tahun 2016 serta tingkat kepadatan penduduk 49 orang/m2 atau 490 orang/Km2, 41

dengan tingkat kepadatan hunian rumah rumah rata-rata 5 orang/rumah. b. Demogafis Penduduk adalah orang atau sejumlah orang yang menempati suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu. Data tentang kependudukan sangat penting artinya di dalam menghitung sebaran jumlah penduduk, usia pendduk, pekerjaan, pendapatan dan pendiidikan. Data ini bisa diperoleh dari laporan penduduk, sensus penduduk dan survey penduduk. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Poasia pada Tahun 2016 sebanyak 28.932 jiwa tersebar di 4 wilayah kelurahan. c. Sarana Puskesmas Puskesmas Poasia dalam melaksanakan kegiatannya baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif ditunjang oleh: a. Puskesmas pembantu sebanyak 2 unit terdiri dari: 1) Pustu Anggoeya 2) Pustu Batumarupa b. Pondok bidan kelurahan sebanyak 4 buah, terdapat di kelurahan: 1) Anduonohu 2) Kelurahan Matabubu c. Kendaraan roda 4 sebanyak 2 unit d. Kendaraan roda 2 sebanyak 14 unit e. Posyandu aktif sebanyak 16 unit f. Posyandu Usia Lanjut sebanyak 4 unit

42

g. Dukun terlatih sebanyak 4 orang h. Kader posyandu sebanyak 75 orang i. Toko obat berizin sebanyak 4 buah j. Apotek sebanyak 1 apotek Puskesmas Poasia merupakan Puskesmas Perawatan dengan kapasitas tempat tidur 17 buah, yang terdiri dari perawatan persalinan dengan kapasitas tempat tidur 2 buah dan perawatan umum dengan kapasitas tempat tidur 15 buah.

43

2.

Karakteristik Responden a. Umur Distribusi responden berdasarkan umur di Puskesmas Poasia Kota Kendari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 5.1 berikut ini: Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur Penderita Gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari Umur (Tahun) Frekuensi (f) Persentase (%)

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

18-20 21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 56-60 >60 Jumlah Sumber : Data Primer 2017

3 6 2 7 10 4 6 5 2 4 49

6,1 12,2 4,1 14,3 20,4 8,2 12,2 10,2 4,1 8,2 100

Persentase di atas menunjukan bahwa persentase terbanyak yaitu pada umur 36-40 tahun sebanyak 10 responden (20,4%) dan yang terendah pada golongan umur 26-30 dan 56-60 yaitu masing-masing 2 responden atau 4,1%. b. Jenis Kelamin Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Poasia Kota Kendari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 5.2 berikut ini:

44

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Penderita Gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari No. Jenis Kelamin Responden Frekuensi % 1. Laki-laki 5 10,2% 2.

Perempuan Total Sumber : Data Primer 2017

44 49

89,8% 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa persentase terbanyak adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 44 responden (89,8%) dan paling kecil jenis kelamin laki-laki sebanyak 5 orang (10,2%) c. Jenis Pendidikan Distribusi responden berdasarkan jenis pedidikan di Puskesmas Poasia Kota Kendari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 5.3 berikut ini: Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jenis Pendidikan Penderita Gastritis Di Puskesmas Poasia Kota Kendari No. Jenis Pendidikan Responden Frekuensi % 1. SD 1 2,04 2. SMP 6 12,24 3. SMA 30 61,22 4. PT 12 24,5 Total 49 100,00 Sumber : Data Primer 2017 Tabel di atas menunjukan presentase terbanyak pada responden dengan tingkat pendidikan SMA 30 responden (61,22%) dan terendah pada responden dengan tingkat pendidikan SD 1 responden (2,04 %).

45

d. Jenis Pekerjaan Distribusi responden berdasarkan umur di Puskesmas Poasia Kota Kendari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 5.4 berikut ini: Tabel. 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Penderita Gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari No. Jenis Pekerjaan Responden Frekuensi % 1. PNS 9 18,36 2. IRT 26 53,06 3. MAHASISWA 7 14,28 4. NELAYAN 1 2,04 5. WIRASWASTA 6 12,24 TOTAL 49 100 Sumber : Data Primer 2017 Berdasarkan tabel diatas menunjukan frekuensi pekerjaan terbanyak yaitu ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 26 responden (53,06%) dan yang terendah yaitu nelayan 1 responden (2,04%). 3.

Analisis distribusi frekuensi dan persentase variabel penelitian Analisis ini dilakukan untuk melihat secara umum variabel penelitian dengan mendeskripsikan hasil-hasil penelitian berdasarkan variabel yang diteliti sebagai berikut: a. Pola makan Distribusi frekuensi pola makan pada pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat dari tabel :

46

Tabel.5.5 Distribusi pola makan dari pada pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari No. Pola makan Frekuensi % 1.

Tidak Berisiko

21

42,9%

2.

Berisiko

28

57,1%

Total

49

100%

Sumber : Data Primer 2017 Data diatas menunjukan pola makan yang berisiko lebih tinggi yaitu sebanyak 28 responden (57,1%), sedangkan yang tidak berisiko lebih rendah yaituu 21 responden (42,9%) b. Pola makan dari segi Frekuensi makan Distribusi frekuensi pola makan dilihat dari segi frekuensi makan pada pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel.5.6 Distribusi pola makan dari segi frekuensi makan pada pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari Pola makan No. (Frekuensi makan) Frekuensi % 1. Tidak Berisiko 24 49,0% 2.

Berisiko

25

51,0%

Total

49

100%

Sumber : Data Primer 2017 Distribusi frekuensi pola makan dari segi frekuensi makan pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari yang Berisiko sebanyak 25 responden (51,0%), sedangkan yang memiliki frekuensi makan tidak berisiko sebanyak 24 responden (29,0%).

47

c. Pola Makan dari segi Jenis makanan Distribusi frekuensi pola makan dilihat dari segi jenis makan pada pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel.5.7 Distribusi frekuensi pola makan dari segi jenis makanan yang dikonsumsi oleh pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari No. Jenis Makanan Frekuensi % 1.

Beresiko

38

77,6%

2.

Tidak Beresiko

11

22,4%

Total

49

100%

Sumber : Data Primer 2017 Distribusi frekuensi Jenis makanan yang dikonsumsi pasien gastritis yang berisiko sebanyak 38 responden (77,6%), dan yang tidak beresiko sebanyak 11 responden (22,4%). B. Pembahasan 1. Pola makan Hasil penelitian tentang identifikasi pola makan pada pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kota Kendari menunjukan pola makan yang berisiko lebih tinggi dibandingkan pola makan yang tidak berisiko yaitu pola makan yang berisiko sebanyak 28 responden (57,1%), sedangkan yang tidak berisiko sebanyak 21 responden (42,9%). Hal ini dapat dilihat dari segi frekuensi makan dan jenis makanan yang dikonsumsi penderita gastritis dan dapat diuraikan sebagai berikut :

48

a. Frekuensi makan Hasil penelitian tentang identifikasi pola makan pada pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari yaitu dari segi frekuensi makan yang berisiko sebanyak 25 responden (51,0%), sedangkan yang memiliki frekuensi makan tidak beresiko sebanyak 24 responden (49,0%). Data diatas menunjukan 24 responden memiliki frekuensi makan yang tidak berisiko dimana frekuensi makan responden yang dimaksudkan yaitu

dalam sehari makan minimal 3 kali

makanan pokok sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan penyakit gastritis. Hal ini sesuai dengan teori Suhardjo (2002) dalam Hudha (2006) frekuensi makan dikatakan baik bila frekuensi makan setiap harinya 3 kali makanan utama atau 2 kali makanan utama dengan 1 kali makanan selingan, dan dinilai kurang bila makan setiap harinya kurang dari 2 kali. Sedangkan 25 responden (51%) lainnya memiliki pola makan dengan frekuensi makan yang berisiko yang berarti bahwa sebagian besar responden makan kurang dari 3 kali dalam sehari dan tidak mengonsumsi cemilan untuk mengisi kekosongan lambung sebelum

mengonsumsi

makanan

pokok.

Terlebih

responden yang makannya tidak teratur sering melupakan sarapan di pagi hari. Hal ini menunjukan bahwa penderita gastritis belum menerapkan diet gastritis yang baik dan benar sehingga menyebabkan kekambuhan penyakit gastritis. Menurut Suparyanto

49

(2012) dalam Wahyu (2015), bila seseorang terlambat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Hasil penelitian tentang distribusi frekuensi makan pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari sebanyak 51,0% memiliki frekuensi makan yang tidak teratur atau berisiko. Hal ini menunjukan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara diet gastritis yang seharusnya dilakukan oleh penderita gastritis dengan kenyataannya. Hal tersebut dimungkinkan salah satunya karena faktor beban kerja dari penderita gastritis sendiri, dari hasil penelitian menunjukan bahwa pekerjaan responden yang terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 26 responden (53,06%), dapat diketahui bahwa ibu rumah tangga meskipun pekerjaannya hanya didalam rumah namun tanggung jawabnya sebenarnya cukup berat, sejak dari pagi hingga malam mengurus rumah dan anak, karena pekerjaannya yang berat tersebut maka ibu rumah tangga kebanyakan melewatkan waktu makannya karena beban kerja yang

50

cukup banyak dan sedikit waktu untuk beristirahat (Wahyu, Supono, & Hidayah, 2015) Menurut Febrida 2013 dalam Wahyu 2015 jenis pekerjaan menentukan makanan apa yang dikonsumsi, beban kerja berlebih mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap pekerja, karena itu kebutuhan akan zat gizi seorang tenaga kerja, harus sesuai dengan berat ringannya beban kerja yang diterimanya, seperi beban kerja berlebih, akan membutuhkan sumber energi yang lebih banyak. Jika ditinjau dari karakteristik responden menurut jenis kelamin, penderita gastritis lebih banyak menyerang perempuan dibandingkan laki-laki, yaitu 44 responden dari total 49 responden adalah wanita. Hal ini sependapat dengan teori Ronal H. (1996) dalam

Murjayanah

(2010)

Salah

satu

faktor

lain

yang

mempengaruhi pola makan adalah jenis kelamin. Wanita lebih banyak terkena penyakit gastritis karena wanita sering diet terlalu ketat, karena takut gemuk, makan tidak beraturan, disamping itu wanita lebih emosional. Riyanto (2008) juga menyatakan bahwa jumlah penderita gastritis lebih banyak perempuan dibanding pria khususnya bagi wanita dengan dewasa muda hingga lanjut usia. b. Jenis makanan Berdasarkan hasil penelitian pada pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari, seluruh responden mengonsumsi jenis makanan yang bervariasi. Dari tabel distribusi frekuensi jenis makanan yang dikonsumsi penderita gastritis sebanyak 38

51

responden (77,6%) mengonsumsi jenis makanan yang beresiko bagi penderita gastritis. Sedangkan sebanyak 11 responden (22,4%) mengonsumsi makanan yang tidak beresiko bagi penderita/pasien gastritis. Data distribusi jenis makanan yang dikonsumsi oleh pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari sebanyak 18 responden (36,7%) sering mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak mengandung gas, artinya sebanyak 31 responden (63,27%) sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung gas seperti alkohol, minuman bersoda, durian, kol, kacang panjang, dan sebagainya. Sebanyak 9 responden (18,37%) sering mengonsumsi makanan yang tidak berlemak, artinya sebanyak 40 responden (81,63%) sering mengkonsumsi makanan berlemak sepeti gorengan dan mengandung santan. Sebanyak 10 responden (20,41%) sering mengonsumsi makanan yang tidak pedas pedas, yang berarti sebanyak 39 responden (79,59%) sering mengkonsumsi makanan yang pedas. Menurut (Putra, 2013) bahwa penderita gastritis sebaiknya menghindari makanan yang mengandung gas, pedas, dan berlemak karena akan mengiritasi mukosa lambung. Seperti yang diketahui bahwa minuman/makanan yang mengandung gas sifatnya sangat asam, ditambah dengan efek karbonasi, yang membuat perut menjadi kembung, sehingga membuat kondisi makin tidak nyaman. Makanan berlemak juga bisa berpengaruh pada asam lambung

52

karena

memiliki

kadar

lemak

yang

tinggi.

Selain

itu,

mengkonsumsi makanan berlemak kerap menimbulkan gangguan heartburn, yaitu rasa nyeri yang terdapat di epigastrium. Para ahli menyatakan bahwa alkohol dapat melemaskan saluran dibagian bawah esophagus dan hal tersebut dapat menyebabkan naiknya asam lambung (Putra, 2013). Menurut (Angkow, Robot, & Onibala, 2014) jenis makanan sangat berperan dalam pengosongan lambung. Makanan yang berjumlah banyak akan menghasilkan kimus dalam jumlah banyak pula. Kimus yang terlalu banyak di duodenum akan memperlambat proses pengosongan lambung. Makanan yang mengandung karbohidrat

meninggalkan

lambung

dalam

beberapa

jam

(Sherwood dalam (Angkow, Robot, & Onibala, 2014). Jika dilihat dari karakteristik responden, jenis makanan masuk dalam kategori beresiko kemungkinan disebabkan karena faktor pekerjaan, dimana dari hasil penelitian di ketahui bahwa urutan kedua pekerjaan responden yang paling banyak adalah adalah PNS, dimana pekerjaan PNS merupakan pekerjaan yang sangat sibuk sehingga terkadang untuk memilih jenis makanan sesuai

diit

penderita

gastritis

di

lingkungan

kerja

tidak

memungkinkan, dikarenakan waktu istirahat yang terbatas dan beban kerja yang cukup tinggi. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Febrida 2013 dalam Wahyu 2015 jenis pekerjaan menentukan makanan apa yang dikonsumsi, beban kerja

53

berlebih mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap pekerja, karena itu kebutuhan akan zat gizi seorang tenaga kerja, harus sesuai dengan berat ringannya beban kerja yang diterimanya, seperi beban kerja berlebih, akan membutuhkan sumber energi yang lebih banyak. Salah satu bentuk pencegahan gastritis adalah memberikan pendidikan kesehatan terhadap pasien gastritis untuk menghindari makanan yang dapat merangsang atau mengiritasi lambung seperti makanan pedas, makanan berbumbu seperti cuka dan makanan yang pedas, makanan asam, dan mengonsumsi makanan yang mudah dicerna dan mengkonsumsi buah dan sayur yang rendah serat serta pola makan yang tepat baik dari segi frekuensi dan jenis makanan

.

54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian yang ada, bahwa pola makan pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari sebagian besar memiliki pola makan yang berisiko yaitu sebanyak 28 responden (57,1%), sedangkan yang tidak berisiko sebanyak 21 responden (42,9%). dan dapat diuraikan sebagai berikut: 1.

Pola makan dari segi frekuensi makan pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari yang

tidak beresiko sebanyak 24 responden

(49,0%) dan yang berisiko sebanyak 25 responden (51,0%). 2.

Pola makan dari segi jenis makanan yang dikonsumsi pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari yang berisiko sebanyak 38 responden (77,6%) dan yang tidak beresiko sebanyak 11 responden (22,4%).

B. Saran 1.

Karya tulis ini diharapkan menambah wawasan dan bisa menjadi motivasi dalam menuntut ilmu kedepan khususnya tentang metodologi penelitian serta pola makan pada pendeita gastritis.

2.

Perlu adanya peningkatan upaya promotif dan preventif oleh pihak Puskesmas Poasia Kota Kendari khususnya bagi tenaga kesehatan tentang penyakit gastritis, pengobatan, serta diit penderita gastritis khususnya tenaga kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya pada penderita gastritis sehingga meningkatkan

55

motivasi masyarakat dalam upaya menjaga pola makan sebagai salah satu penatalaksanaan penyakit gastritis. 3.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan dasar dalam melakukan penelitian lebih lanjut khususnya tentang pola makan pada pasien gastritsi dan diharapkkan dapat mengembangkan variabel lain yang belum diteliti.

4.

Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan serta informasi tentang pola makan pada penderita gastritis di lingkungan Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan serta diharapkan adanya kerja sama antara Puskesmas Poasia dan Poltekkes Kendari di bidang penelitian selanjutnya.

56

DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Angkow, J., Robot, F., & Onibala, F. (2014). Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Kota Manado. Jurnal Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedoteran Universitas Sam Ratulangi , 1-7. Anonim. (2011). http : // Privalast.blogspot.com/10/ Sistem-pencernaan-pada manusia. Html. Di akses pada tanggal 4 Juni 2017 . Depkes, R. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Depkes RI. Depkes, R. (2012). Profil Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Febrida, M. d. (2013). Jenis Makanan Sesuai Profesi, Berat Badan dan usia. Hartati, S., & Kurnianingsih, E. (2013). Hubungan Periaku Makan Dengan Kejadian Gastritis pada Mahasiswa Akper Manggala Husada Jakarta Tahun 2013. Jurnal Keperawatan Volume 6, No. 1 , 51-56. Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Irianto, K. (2005). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Jakarta: Yrama Widya. Murjayanah, H. (2010). Faktor-faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan UNM. Mustakim. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Nazir, M. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, dan instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Oktavia, P. (2011). Hubungan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan gastritis pada pasien di rumah sakit Wismarini Pringsewu Lampung. Poasia, P. (2016). Profil Kesehatan Puskesmas Poasia. Kendari: Rekam Medik Puskesmas Poasia.

57

Potter, P. A. (2008). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktek. Jakarta: EGC. Price, S. A., & Wilson, L. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC. Pusponegoro, D. R. (2012). Sistem Informasi Pendaftaran Rawat Inap Di Suatu Rumah Sakit Dengan Menggunakan Program Komputer. Putra, S. R. (2013). Pengantar Ilmu Gizi dan Diet. Jogjakarta: D-Medika. Riyanto, H. (2008). Gastritis. www.wordpress.co.id. Di akses tanggal 4 Juni 2017 Smeltzer, Suzanne, C., Bare, & Brenda, G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC. Sukarmin. (2012). Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suratun, & Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: TIM. Suyono, S. (2008). Ilmu penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Syafuddin. (2009). Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika . Yuliarti. (2009). Maag : Kenali, Hindari, Obati. Yogyakarta: Andi. Wahyu, D., Supono, & Hidayah, N. (2015). Pola Makan Sehari-hari Penderita Gastritis. Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia (JIKI) , I, 17-24. Z, Ikawati. (2010). Resep Hidup Sehat. Diakses Tanggal 12 Juli 2017: http://book.google.com.

58

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth, Bapak/Ibu Responden diTempat

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya : Nama

: Nur Ramadhani Hidayat

Nim

: P00320014033 Sebagai mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan

Keperawatan, bermaksud akan melaksanakan penelitian berjudul “ Identifikasi Pola Makan Pada Pasien Gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari”. Sehubungan dengan hal ini, mohon kesediaan bapak/ibu untuk meluangkan waktu menjadi responden dalam penelitian ini, anda berhak untuk menyetujui atau menolak menjadi responden. Apabila setuju, maka bapak/ibu dipersilahkan untuk menandatangani surat perseetujuan responden ini. Atas kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, sebelumnya diucapkan terima kasih. Kendari,

2017

Peneliti

Nur Ramadhani Hidayat

1

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONCENT) Saya yang bertanda tangan di bawah ini tidak keberatan untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan an. Nur Ramadhani Hidayat (NIM. P00320014033), dengan judul “ Identifikasi Pola Makan Pada Pasien Gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari”. Dan saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia. Demikian pernyataan ini dibuat dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kendari,.....…….2017 Responden

(

1

)

LEMBAR KUESIONER IDENTIFIKASI POLA MAKAN PADA PASIEN GASTRITIS DI PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI A. IDENTITAS RESPONDEN 1. No. Responden : 2. Nama (inisial) : 3. Umur : 4. Jenis kelamin : 5. Pendidikan : 6. Pekerjaan : 7. Alamat :

Hari/tanggal :

B. VARIABEL PENELITIAN I. Petunjuk menjawab soal : Beri tanda (√) pada salah satu jawaban sesuai dengan kebiasaan yang sering anda lakukan. II. Pola Makan a. Frekuensi Makan No. Pertanyaan Tentang Frekuensi Makan Ya Tidak 1. Apakah setiap hari anda biasa sarapan ? 2. Apakah anda makan makanan pokok (nasi, lauk-pauk, sayur) sebanyak 3x dalam sehari ? 3. Apakah Anda makan makanan selingan(snack) setiap 1 kali sehari? 4. Apakah Anda sering makan malam dalam jumlah banyak dan tidak sarapan di pagi hari ? 5. Apakah anda sering makan siang lewat dari jam 13.00 ? b. Kuesioner Jenis Makanan No. Pertanyaan Tentang Jenis Makanan 1. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan yang lembek/mudah dicerna ? 2. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak bergas ? 3. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan yang tidak berlemak ? 4. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan yang tidak pedas ? 5. Apakah anda sering makan buah-buahan/sayuran yang rendah serat?

1

Ya

Tidak

1

1

1

1

1

1

1

1

1

FOTO DOKUMENTASI

Gambar 1: Peneliti meminta kesediaan salah satu pasien untuk menjadi responden

Gambar 2: Proses penandatanganan informed concent

Gambar 3:Dalam proses pengisian kuesioner

1

Related Documents

Kti Nur Ramadhani.pdf
June 2020 7
Kti
October 2019 77
Kti
June 2020 39
Nur
August 2019 59

More Documents from ""