DAFTAR ISI
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. SKENARIO BAB II PEMBAHASAN A. B. C. D.
ANATOMI PATOFISIOLOGI TERAPI DIAGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN Skenario : Seorang perempuan berusia 31 tahun, di bawa ke puskesmas mabelopura, jam 5 subuh karena muntah-muntah dan berak-berak encer lebih dari 10 kali. Mulai sakit perut jam 2 siang kemarin dan berak encer mulai pada jam 9 malam tadi. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan tekanan darah 90/50 mmhg. Nadi 120 kali permenit, pernapasan 20 kali permenit dan suhu 37°c. turgor kulit berkurang. Kata kunci :
Perempuan 31 tahun Muntah-muntah Berak-berak encer lebih dari 10 kali Tekanan darah 90/50 mmhg Nadi 120 kali/menit Pernapasan 20 kali/menit Suhu 37°C Turgor kulit kurang
Pertanyaan : 1. Bagaimana patomekanisme dari muntah berak? 2. Apa hubungan muntah dan berak encer? 3. Kenapa pada perempuan/orang mengalami turgor kulit kurang? 4. Berapa frekuensi berak-berak itu sehingga di golongkan diare? 5. Apa yang terjadi pada colonnya, sehingga penderita diare mengalami dehidrasi? 6. Jelaskan anatomi, histologi, faal dan organ yang terkait/terdampak muntah berak? 7. Apa-apa yang menyebabkan muntah berak? 8. Mengapa pada wanita ini, di dapatkan tekanan darah 90/50 setelah diare? 9. Bagaimana manifestasi klinik dari diare ini? 10. Pada seorang perempuan/laki-laki/anak-anak. Apakah usiannya berpengaruh pada diare ini? 11. Apa saja akibat dari muntah berak ini di lihat dari fisiknya? 12. Apakah pengertian diare dan pembagiannya?
BAB II PEMBAHASAN A. Anatomi 1. Cavum Oris Makanan masuk ke sistem pencernaan melalui cavum oris tempat makanan di kunyah dan di campur dengan liur untuk mempermudah penelanan. Enzim yang terdapat pada cavum oris adalah amilase, mucus, dan lisosim. 2. Faring dan Oesophagus Setelah proses mengunyah, ialah mendorong bolus makanan ke bagian belakang tenggorokan, yaitu memicu reflex menelan. Pusat menelan di medulla mengordinasikan sekelompok aktivitas kompleks yang menyebabkan penutupan saluran napas dan terdorongnya makanan melalui faring dan oesophagus ke dalam lambung. 3. Lambung (Gaster) Suatu struktur terbentuk kantung yang terletak antara oesophagus dan usus halus, menyimpan makanan untuk beberapa waktu sampai usus halus siapmemprosesnya lebih lanjut untuk penyerapan final. Pengisian lambung di permudah olek laksasi reseptif otot lambung yang di perantarai oleh saraf vagus. Penyimpanan lambung berlangsung di korpus lambung, tempat kontraksi peristaltic dinding otot yang tipis terlalu lemah mencapur isi lambung. Pencampuran lambung di antrum yang berdinding tebal terjadi karna kontraksi peristaltic yang kuat. Pengosongan lambung di pengaruhi factor lambung dan duodenum, yang menunda pengosongan lambung dengan menghambat aktivitas peristaltic lambung oleh reflex enterogastrik dan enterogastrone (sekretin dan kolestokinin) yang di sekresikn oleh mukosa duodenum. 4. Usus Halus Usus halus adalah tempat utama untuk pencernaan dan penyerapan yang terdiri dari duodenum, jejenum, ileum. Segmentasi merupakan motilitas utama usus halus selama pencernaan makanan, secara merata mencampur makanan dengan getah pancreas, empedu, dan usus halus untuk mempermudah pencernaan. Enxim-enxim yang di sintesis bekerja di dalam membrane brush border sel epitel, enzim-enzim brush border usus halus menuntaskan pencernaan karbohidrat dan protein. Lapisan dalam usus halus beradaptasi baik untuk melaksanakan fungsi pencernaan dan penyerapan. Lipatan-lipatannya mengandung banyak tonjolan berbentuk jari, vilus yang juga memiliki tonjolan yang lebih halus. Mikrovilus bersama-sama, modifikasi permukaan ini sangat meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk melakukan menyerapan aktif dan pasif.
B. 1.
2.
3.
4. 5. 6. 7. 8.
5. Usus Besar (Colon) Colon terutama berfungsi untuk memekatkan dan menyimpan residu makanan yang tidak tercerna danbilirubin sampai dapat di eliminasi dari tubuh sebagai feses. Kontraksi haustra secara perlahan mengaduk isi colon maju-mundur untuk mencampur dan mepermudah penyerapan sebagian besar cairan dan elektrolit yang tersisa. Sekresi mucus basa colon terutama berfungsi sebagai pelindung. Patofisiologi Infeksi virus dan gastroentritis akut Penyebab paling sering adalah infeksi virus di antaranya adalah gastroenteristis akut biasanya oleh virus khususnya rotavirus. Infeksi diare pada anak paling sering disebabkan karena infeksi rotavirus. Infeksi diare karena rotavirus ini sering diistilahkan muntaber atau muntah berak. Gejala infeksi rotavirus atau virus lainnya berupa demam ringan, diawali muntah sering, diare hebat, dan atau nyeri perut. Muntah dan diare merupakan gejala utama infeksi rotavirus dan dapat berlangsung selama 3-7 hari. Infeksi rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak kehilangan nafsu makan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian. Infeksi virus bukan rotavirus biasanya hanya terdapat keluhan muntah sering tanpa diikuti diare yang hebat Penderita alergi dan hipersensitif saluran cerna Pada anak penderita alergi khususnya dengan gastrooesephageal refluks. Pada penderita ini, biasanya keluhan muntah atau gumoh sering saat usia di bawah usia 6- 12 bulan. Setelah usia itu keluhan berangsur berkurang dan akan membaik palaing lama setelah usia 5-7 tahun. Pada umumnya usia 3-6 bulan muntah hanya 2-5 kali perhari dan kan membaik dengan pertambahan usia. Serangan gangguan muntah akan lebih berat saat terjadi infeksi saluran napas atau infeksi virus lainnya. Keluhan infeksi virus biasanya disertai keluhan demam, badan hangat, badan pegal, nyeri otot, sakit kepala, nyeri tenggorokan, batuk atau pilek. Makanan pada penderita alergi makanan bisa menyebabkan muntah tetapi hanya lebih ringan dan dalam beberapa saat akan berkurang. Penderita alergi dengan GER biasanya disertai dengan alergi pada kulit, hidung dan saluran napas. Stenosis pilorus Ini merupakan gangguan yang terjadi pada bayi berupa penyempitan pada bagian ujung lubang tepat makanan keluar menuju ke usus halus. Akibat penyempitan tersebut, hanya sejumlah kecil makanan bisa masuk ke usus, selebihnya akan dimuntahkan sehingga anak mengalami penurunan berat badan. Kondisi ini biasanya menyebabkan "muntah proyektil" sangat kuat dan merupakan indikasi untuk operasi mendesak. Obstruksi usus (sumbatan pada saluran cerna) Terlalu banyak makan Peritonitis (radang pada selaput perut yang membungkus seluruh organ perut dan membatasi rongga perut) Ileus (berhentinya untuk sementara kontraksi normal dinding usus) Kolesistitis (peradangan pada kandung empedu), pankreatitis (peradangan pada pankreas), usus buntu, hepatitis (peradangan pada hati)
9. Keracunan makanan 10. Sistem sensorik dan otak Penyebab dalam sistem sensorik di antaranya adalah gerakan, motion sickness (yang disebabkan oleh overstimulation dari labirin kanal-kanal telinga), dan penyakit ménière (kelainan yang memengaruhi bagian dalam telinga). Penyebab di otak di antaranya, gegar otak, perdarahan otak, migrain, tumor otak, yang dapat menyebabkan kerusakan kemoreseptor dan intrakranial jinak hipertensi dan hidrosefalus. 11. Gangguan metabolik Ini mungkin mengganggu baik pada perut dan bagian-bagian otak yang mengkoordinasikan muntah, hypercalcemia (kadar kalsium tinggi), uremia (penumpukan urea, biasanya karena gagal ginjal), adrenal insufisiensi, hipoglikemia dan hiperglikemia. 12. Hiperemesis (mual berlebihan pada saat kehamilan), morning sickness. 13. Reaksi obat Muntah dapat terjadi sebagai respon somatik akut, efek dari alkohol, opioid, selective serotonin reuptake inhibitor. Banyak obat kemoterapi dan beberapa entheogen (seperti peyote atau ayahuasca) menyebabkan muntah. 14. Penyakit akibat virus norwalk, flu babi dan berbagai penyakit infeksi lainnya. 15. Lain-lain: - Gangguan makan (anoreksia nervosa atau bulimia nervosa) - Untuk menghilangkan racun tertelan (beberapa racun tidak boleh dimuntahkan karena mereka mungkin lebih beracun ketika dihirup atau disedot, karena lebih baik untuk meminta bantuan sebelum menginduksi muntah) - Beberapa orang yang terlibat dalam pesta minuman keras akan mengalami muntah guna memberi ruang dalam perut mereka untuk konsumsi alkohol lebih lanjut. - Pasca operasi (mual dan muntah pasca operasi) - bau atau pikiran (seperti materi membusuk, muntah orang lain, memikirkan muntah), dll - Nyeri ekstrim, seperti sakit kepala yang intens atau infark miokard (serangan jantung) - Kekerasan, emosi - Sindrom muntah siklik (Cyclic Vomiting Syndrome/CVS) (kondisi buruk-dipahami dengan serangan muntah) - Dosis tinggi radiasi pengion kadang-kadang akan memicu refleks muntah di korban - Batuk, cegukan, atau asma - Gugup - Melakukan aktivitas fisik (seperti berenang) segera setelah makan. - Dipukul keras di perut. - Kelelahan (melakukan latihan berat terlalu banyak dapat menyebabkan muntah tak lama kemudian). - Sindrom ruminasi, gangguan kurang terdiagnosis dan kurang dipahami yang menyebabkan penderita memuntahkan makanan yang tak lama setelah dikonsumsi. C. Terapi Sebagian besar kasus gastroenteritis disebabkan oleh virus. Bila virus yang menjadi biang keladi, gastroenteritis akan sembuh dengan sendirinya dalam 2–5 hari. Pengobatan yang
terpenting adalah untuk mencegah dehidrasi. Namun yang perlu dilakukan untuk mencegah dehidrasi adalah minum oralit setiap kali diare terjadi. Bila sulit untuk minum oralit, dapat diganti dengan minum jus buah atau kuah sup. Jika penderita gastroenteritis tidak bisa minum atau muntah terus-menerus tiap kali minum, maka sebaiknya bawa segera ke pusat layanan kesehatan/ rumah sakit terdekat. Dengan demikian penderita bisa mendapatkan pengganti cairan melalui infus. Bila gastroenteritis disebabkan oleh bakteri atau parasit, dokter akan memberikan antibiotik atau anti-parasit untuk mengatasi penyebabnya. D. Diagnosis Gastroenteritis ditentukan dari adanya keluhan muntah dan atau diare lebih dari tiga kali dalam sehari. Apa yang dimaksud dengan diare adalah buang air besar dengan konsistensi feses cair dan tidak berbentuk.Pada beberapa kondisi, dokter perlu menyarankan pemeriksaan feses di laboratorium. Hal ini dapat membantu mengetahui dengan pasti penyebab gastroenteritis.
DAFTAR PUSTAKA 1. Price, Sylvia, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Jilid I. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2. Setiayi, Sitti. Dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I&II ed.VI. Balai Pustaka FK UI: Jakarta 3. DIARE – penydalam-srimaryani2. Available from : http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-srimaryani2.pdf 4. Chapter II. Available from : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21500/4/Chapter%20II.pd