Konsep Manajemen.docx

  • Uploaded by: Anonymous 6L8BG2
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Manajemen.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,833
  • Pages: 24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan pelayanan kesehatan saat ini telah memberikan peluang pada tenaga keperawatan untuk memperoleh status profesional dengan cara proaktif berespon terhadap kebutuhan perubahan dan harapan masyarakat. Sebagai kelompok pemberi pelayanan kesehatan terbesar, profesi tersebut telah diposisikan untuk mempengaruhi, bukan hanya perkembangan sistem, tetapi bagaimana praktik harus dibentuk dengan mengubah tatanan pelayanan kesehatan. proses yang timbal balik tersebut tentu saja akan mempengaruhi setiap aspek praktik profesional dan sangat bergantung pada proses kepemimpinan keperawatan yang terjadi. Organisasi kesehatan ditetapkan disetiap tatanan pelayanan dan bertujuan membantu mengorganisasikan berbagai kegiatan yang mengarah pada pencapaian tujuan institusi dengan penerapan struktur organisasinya. Fungsi organisasi pelayanan kesehatan adalah mengakomodasi berbagai kegiatan dan mengorganisasikan para pelaku organisasi didalamnya. Hal ini berlaku pula pada tenaga keperawatan yang dituntut untuk bekerja secara sinergis dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Ricchiccioli & Tilbury, 1998). Keberadaan organisasi dalam tatanan pelayanan kesehatan akan mempengaruhi motivasi dan kinerja, terutama tenaga keperawatan, yang sebaliknya dipengaruhi oleh ada tidaknya penghargaan terhadap eksistensi para tenaga kesehatan dari penanggungjawab sistem atau pimpinan institusi yang dituangkan kedalam struktur organisasi. Manajemen diartikan secara singkat sebagai proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Dengan demikian manajemen keperawatan berarti proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staff keperawatan untuk meberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/keluarga/masyarakat (Gillies,1999) 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana Konsep Dasar Manajemen? 1.2.2 Bagaiman Konsep Dasar Manajemen Dalam Keperawatan? 1.2.3 Apa Teori – Teori Manajemen Keperawatan? 1.2.4 Bagaimana Fungsi-Fungsi Manajemen dalam pengelolaan asuhan keperawatan dan pengelolaan pelayanan keperawatan 1.2.5 Apa Perbedaan Manajemen dengan Kepemimpinan? 1.3 Tujuan 1.3.1 1.3.2 1.3.3

Mengetahui Konsep Dasar Manajemen Mengetahui Konsep Dasar Manajemen dalam Keperawatan Mengetahui Teori – Teori Manajemen Keperawatan 1

1.3.4 1.3.5

Mengetahui Fungsi-Fungsi Manajemen dalam pengelolaan keperawatan dan pengelolaan pelayanan keperawatan Mengetahui perbedaan manajemen dengan kepemimpinan

asuhan

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR MANAJEMEN 2.1.1

Defenisi Manajemen

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen tersebut mencakup kegiatan planning, organizing, actuating, controlling (POAC) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999). Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang difokuskan pada produksi dan banyak hal lain untuk menghasilkan suatu keuntungan. Defenisi manajemen mengalami perkembangan dari masa ke masa tergantung kebutuhan organisasi, sehingga istilah manajemen yang dikemukakan oleh para ahli sangat beragam. Defenisi manajemen yang diutarakan oleh para ahli tidak ada yang bisa dijadikan patokan dalam pelaksanaan manajerial, akan tetapi seorang menejer harus mampu melaksanakan peranannya memilih konsep manajemen yang akan dijadikan landasan dalam organisasi yang dipimpinnya. Para ahli memandang manajemen manajemen dari sudut yang berbeda yaitu beberapa ahli memandang manajemen sebagai suatu ilmu dan seni, ahli lain memandang manajemen sebagai suatu proses dan sebagai profesi. 1.

Manajemen sebagai ilmu dan seni Manajemen merupakan disiplin ilmu yang bertugas mencari kebenaran dalam predikat dimensi teoritis dan metodologi yang harus diuji dan dibuktikan berdasarkan fakta / data secara objektif kebenarannya. Oleh karena itu manajemen sebagai ilmu penting untuk dikembangkan agar didapatkan kebenaran ilmu. Selain manajemen sebagai ilmu, manajemen dianggap sebagai seni. Hal ini karena dalam menjalankan manajemen diperlukan faktor – faktor seperti karisma, stabilitas emosi, kewibawaan, kejujuran, kemampuan menjalin hubungan antar manusia. Semua itu banyak ditentukan oleh bakat dan tidak dapat dipelajari. Apakah manajemen itu seni atau sains? Seni bersifat dinamis, tidak berpola tunggal dan menuntut adanya kreatifitas dan keterlibatan didalamnya. Sebaliknya, sains cenderung statis, berpola tunggal berdasarkan pembuktian ilmiah, dan menuntut adanya tahapan – tahapan yang sistematis. Kedua pendapat tersebut memiliki keunggulannya masing- masing sekaligus keterbatasannya. Oleh karena itu, manajemen sebagai seni dapat dilatih melalui intuisi dan pengalaman dalam menghadapi kasus-kasus. Manajemen sebagai sains dapat dipelajari melalui pendidikan dan pelatihan. 3

2.

3.

Manajemen sebagai proses Adrew F. Sikula dalam Melayu S.P Hasibuan (2006:2) menyatakan bahwa management in general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, and dicision making activities performed by any organization in order to coordinate the varied resources of the enterprise so as to bring of efficient creation of some product or service (manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktifitas-aktifitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien) Manajemen sebagai profesi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) disebutkan Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Oleh karena itu, manajemen mempunyai sifat profesi karena manajemen adalah suatu ilmu yang dipelajari, dikembangkan melalui lembaga pendidikan untuk memperoleh pengetahuan khusus dan kecakapan yang dibutuhkan, dipakai untuk “memerintah, membimbing, dan menasehati lainnya”. Menajemen berarti memajukan tiap pekerjaan secara profesional sehingga ia berhasil mencapai kedudukan tertinggi untuk kecakapannya bukan karena favoritisme atau faktor lain yang sama sekali tidak berkaitan dengan jabatan yang dipangkunya, para profesional dituntut oleh suatu kode etik yang harus ditaati sepenuhnya.

2.1.2 Asas – Asas Manajemen Asas atau prinsip merupakan pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan (Melayu S.P. Hasibuan, 2006:9). Manajemen yang efektif harus memiiki asas sebagai dasar menjalankan organisasi karena asas tersebut dipakai oleh semua sumber daya dalam organisasi. Henry Fayol dalam Melayu S.P. Hasibuan (2006:10) mengemukakan tiga belas asas manajemen yaitu sebagai berikut: a. Division of work (pembagian kerja). Asas ini berkaitan dengan keterbatasan manusia dalam mengerjakan suatu pekerjaan yaitu keterbatasan waktu, keterbatasan pengetahuan, dan keterbatasan perhatian. Ketiga keterbatasan tersebut harus dilakukan pembagian kerja dengan tujuan memperoleh efisiensi organisasi berdasarkan spesialisasi. b. Authority and responsibility (wewenang dan tanggung jawab). Wewenang dan tanggung jawab atasan dan bawahan dalam suatu organisasi atau perusahaan harus ada sebagai bagian efisiensi dan efektivitas organisasi. Wewenang menimbulkan hak dan tanggung jawab menimbulkan kewajiban. Hak dan 4

kewajiban menyebabkan adanya interaksi atau komunikasi antara atasan dan bawahan. c. Discipline (disiplin). Disiplin berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan perusahaan atau organisasi terhadap perjanjian dan peraturan yang telah disepakati. d. Unity of command (kesatuan perintah). Bawahan hanya menerima perintah dan tanggung jawab kepada seorang atasan, tetapi seorang atasan dapat memberi perintah kepada beberapa orang bawahan. e. Unity of direction (kesatuan arah). Setiap bawahan hanya mempunyai satu rencana, satu tujuan, satu perintah, dan satu atasan, supaya terwujud kesatuan arah, kesatuan gerak, dan kesatuan tindakan menuju sasaran yang sama. Asas ini berkaitan erat dengan seluruh komponen perusahaan. f. Subordination of individual interest into general iterest (kepentingan umum diatas kepentingan pribadi). Setiap orang dalam peusahaan atau organisasi harus mengutamakan kepentingan bersama/ kelompok diatas kepentingan pribadi. g. Renumeration of personnel (pembagian gaji yang wajar). Gaji dan jaminan – jaminan sosial harus adil, wajar, dan seimbang dengan kebutuhan sehingga memberikan kepuasan yang maksimal bagi bawahan dan atasan. h. Centralization (pemusatan wewenang). Setiap perusahaan atau organisasi harus mempunyai pusat wewenang tanpa mengabaikan situasi – situasi khas yang dapat memberikan hasil keseluruhan yang memuaskan. i. Scalar of chain (hierarki atau rantai berkala). Alur perintah atau wewenang dari atasan ke bawahan harus berjenjang dari jabatan tertinggi kejabatan terendah dengan cara yang beururutan. j. Order (keteraturan). Asas ini dibagi atas material order dan social order. Material order adalah barang – barang atau alat – alat organisasi perusahaan harus ditempatkan pada tempat yang sebenarnya. Social order artinya penempatan karyawan harus sesuai dengan keahlian atau bidang spesialisasinya. k. Equity (keadilan). Pemimpin harus berlaku adil terhadap semua karyawan dalam pemberian gaji, jaminan sosial, pekerjaan, penghargaan, dan hukuman. Perlakuan yang adil akan mendorong bawahan mematuhi perintah – perintah atasan dan memotivasi kerja bawahan. l. Initiatif (inisiatif). Pimpinan harus memberikan dukungan dan kesempatan kepada bawahannya untuk berinisiatif dengan memberikan kebebasan agar bawahan secara aktif memikirkan dan menyelesaikan sendiri tugas – tugasnya. m. Esprit de corps (kesatuan). Kesatuan kelompok harus dikembangkan dan dibina melalui sistem komunikasi yang baik sehingga terwujud kekompakan kerja (team work) dan timbul keinginan untuk mencapai hasil yang baik. Pimpinan perusahaan harus membina karyawan agar merasa ikut memiliki perusahaan tersebut. n. Stability of turn-over personnel (kestabilan masa jabatan). Pimpinan perusahaan harus berusaha agar mutasi dan keluar masuknya karyawan tidak sering dilakukan karena akan mengakibatkan ketidakstabilan organisasi, biaya 5

semakin besar dan perusahaan tidak mendapat karyawan yang memiliki pengetahuan. 2.1.3

Prinsip – Prinsip Manajemen A. Prinsip Manajemen Berdasarkan Sasaran Manajemen berdasarkan sasaran atau Management By Objective (MBO) pertama kali dipopulerkan sebagai pendekatan terhadap perencanaan oleh Peter Drucker yang dikenal dalam bukunya The Practice Of Management (1954). MBO merupakan teknik manajemen untuk mendorong partisipasi dan komunikasi bawahan, membantu memperjelas, menjabarkan, dan mengkomunikasikan tujuan, serta hasil yang diharapkan untuk mencapai tujuan organisasi. Kunci utama MBO adalah partisipasi dan komunikasi dalam penetapan tujuan atau perencanaan. John R. Schermenhorn dalam Nanang Fattah (2004:33) berpendapat bahwa pada dasarnya organisasi mempunyai tujuan resmi yang disebut misi dan tujuan operasi. Misi organisasi membantu organisasi dalam identifikasi, interasi, kolaborasi, adaptasi dan pembaharuan diri. Sedangkan tujuan operasi mencapai tingkat keuntungan, posisi pasar, sumber daya, efisiensi, kualitas, inovasi, dan tanggung jawab sosial. Proses MBO dapat dilihat pada bagan dibawah ini. Program MBO

Penetapan tujuan dan rencana organisasi

Penentuan tujuan dan rencana secara kolaboratif

Menjelaskan tujuan dan rencana organisasi

Komunikasi

Pertemuan

Tujuan dan rencana yang jelas

Pelaksanaan

Komitmen manajemen Puncak

Partisipasi

Konseling (konsultasi)

Sumber daya

Otonomi

Review periodik

Evaluasi 6

Bagan 1.1 Proses Management By Objective (Mamduh M. Hanafi, 2011:127) MBO merupakan sistem yang mengandung berbagai unsur. Menurut Reddin (1970) MBO dapat efektif jika mengandung unsur – unsur dibawah ini: a. Komitmen pada program, artinya keterlibatan setiap tingkat manajer sangat dibutuhkan, karena MBO membutuhkan banyak waktu dan tenaga. b. Penentuan sasaran pada tingkat puncak, artinya manajer puncak menetapkan terlebih dahulu tujuan pendahuluan setelah konsultasi dengan anggota organisasi. c. Sasara individu, maksudnya penentuan tujuan setiap tingkat untuk membantu para karyawan mengetahui apa yang diharapkan diri mereka. d. Peran serta aktif semua tingkatan manajer sangat menetukan tercapai tidaknya sasaran. e. Otonomi pelaksanaan rencana, artinya setiap individu mempunyai keleluasaan memilih sarana untuk mencapai sasaran. f. Penilai prestasi, artinya harus ada evaluasi yang dilakukan secara terprogram untuk menilai kemajuan menuju sasaran. Selanjutnya Nanang Fattah (2004:34) mengemukakan kelebihan MBO yaitu: a. b. c. d.

Pengelolaan cenderung lebih baik, karena keharusan membuat program. Peranan dan fungsi struktur organisasi harus jelas. Individu mengikat diri pada tugas – tugasnya. Pengawasan lebih efektif berkembang. Nanang Fattah (2004:35) juga menyatakan kekurangan MBO, yaitu:

a. Tidak mudah menanamkan pemahan tentang konsep – konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari pengunaan teknik MBO secara tepat. b. Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi. c. Tidak mudah menilai prestasi kerja karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara kuantifikasi. d. Perubahan yang diinginkan MBO dalam perilaku manajer kemungkinan akan menimbulkan masalah dalam proses MBO dan titik berat akan bergeser dari menilai menjad membantu bawahan.

7

B. Prinsip Manajemen Berdasarkan Orang (Management By Human/MBH)

Manajemen berdasarkan orang merupakan suatu konsep manajemen modern yang mengkaji keterkaitan dimensi perilaku dan komponen sistem dalam kaitannya dengan perubahan dan pengembangan organisasi. Manajer pada umumnya bekerja pada lingkungan yang selalu berubah. Perubahan lingkungan yang bermacam – macam menuntut organisasi selalu menyesuaikan diri. Salah satu upaya yang paling penting adalah dengan mengembangkan sumber daya manusia dengan diimbangi pengembangan organisasi. Tuntutan perubahan organisasi juga sering ditemukan dalam berbagai konflik, baik konflik individu, kelompok, maupun antar kelompok. C. Prinsip Manajemen Berdasarkan Informasi. Semua kegiatan manajemen pasti membutuhkan informasi. Informasi yang dibutuhkan manajer disediakan oleh Sistem Informasi Manajemen (Management Information System/MIS) yaitu suatu sistem yang menyediakan informasi untuk manajer secara teratur. Informasi ini dimanfaatkan sebagai dasar melakukan pemantauan dan penilaian kegiatan serta hasil – hasil yang dicapai. Sistem ada karena berbagai tekanan untuk mengembangkan informasi dan perkembangan lingkungan. Dengan kata lain, SIM (Sistem Informasi Manajemen) merupakan keseluruhan jaringan informasi yang ditujukan kepada pembuatan keterangan – keterangan bagi manajer yang berfungsi sebagai pengambilan keputusan informasi adalah data yang telah diolah dan dianalisis melalui suatu cara sehingga menjadi berarti. Sedangkan data adalah fakta atau fenomena yang belum dianalisi seperti jumlah, angka, nama, dan lambang yang menggambarkan suatu objek, ide, kondisi, dan situasi. 2.1.4 Fungsi – Fungsi Manajemen

Manajemen diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Efektif adalah “ mengerjakan pekerjaan yang benar “ (doing the right things), sedangkan efisien adalah “mengerjakan pekerjaan dengan benar” (doing things right). manajemen menurut para ahli berbeda – beda, tetapi dari semua ahli yang mengemukakan tentang fungsi manajemen terdapat kesamaan fungsi. Untuk memahami fungsi manajemen menurut para ahli, perhatikan tabel dibawah ini.

8

Tabel 1.1 Fungsi Manajemen Menurut Para Ahli

1 2 3 4

1 2 3 4 5

G.R TERRY Planning Organizing Actuating Controlling

JHON F. MEE Planning Organizing Motivating Controlling

LOUIS A. ALLEN Leading Planning Organizing Controlling

MC. NAMARA Planning Programming Budgeting System

HENRY FAYOL

HAROLD KOONTZ & CYRIL O’DONNEL Planning Organizing Staffing Directing Controlling

S.P SIAGIAN

OEY LIANG LEE

Planning Organizing Motivating Controlling Evaluating

Perencanaan Pengorganisasian Pengarahan Pengkoordinasian Pengontrolan

LUTHER GULLICK Planning Organizing Staffing

LYNDAL F. URWICK Forecasting Planning Organizing

JHON D. MILLET Directing

Directing Coordinating Reporting Badgeting

Commanding Coordinating Controlling

Planning Organizing Commanding Coordinating Controlling W.H. NEWMAN

1 2 3 4 5 6 7

Planning Organizing Assembling Resources Directing Controlling

Facilitating

Jika fungsi manajemen yang dikmukakan semua ahli digabungkan, maka terdapat beberapa fungsi yaitu forecasting, planning termasuk budgeting, organizing, acting, staffing atau assembling resources, facilitating, directing atau commanding, leading, coordinating termasuk system, motivating, controling, reporting. 1.

2.

Forecasting Forecasting adalah kegiatan meramalkan, memproyeksikan, atau mengadakan tafsiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti dapat dilakukan. Misalnya suatu perusahaan industri harus mengadakan forecasting tentang penjualan hasil produksinya dengan memperhatikan jumlah penduduk pada daerah penjualan, income per kapita anggota masyarakat, dan kebiasaan membeli. Planning

9

Pembatasan yang kompleks merumuskan perencanaan sebagai penetapan apa yang harus dicapai. Perumusan perencanaan merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut: a. Tindakan apa yang harus dikerjakan? b. Apakah sebabnya tindakan tersebut harus dikerjakan? c. Dimana tindakan tersebut harus dkerjakan? d. Kapan tindakan tersebut dilaksanakan? e. Siapa yang akan mengerjakan tindakan tersebut? f. Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut? Dalam perencanaan disusun dan ditetapkan budgeting. Oleh karena itu lebih tepat planning dirumuskan sebagai penetapan tujuan, policy, prosedur, budget, dan program dari suatu organisasi. 3.

Organizing Organizing merupakan pengelompokan kegiatan yang diperlukan, yakni penetapan organisasi serta tugas dan fungsi – fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara masing – masing unit tersebut.

4.

Acting Acting merupakan tindakan pelaksanaan dari rencana yang dibuat. Pelaksanaan dilakukan jika fungsi perencanaan sudah matang dibuat. Pelaksanaan dalam manajemen lebih dikenal dengan bahasa implementasi program.

5.

Staffing Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak merekrut tenaga kerja, pengembangan tenaga kerja, sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi. Organizing dan staffing merupakan dua fungsi manajemen yang sangat erat hubungannya, organizing berupa penyusunan wadah legal untuk menampung berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan pada suatu organisasi, sedangkan staffing berhubungan dengan penerapan orang – orang yang aka memangku masing – masing jabatan yang ada didalam organisasi.

6.

Facilitating Facilitting merupakan kegiatan memfasilitasi karyawan dengan alat atau model yang dibutukan. Fasilitas bisa berupa barang atau jasa sesuai kebutuhan karyawan.

7.

Directing atau commanding 10

Directing atau commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah – perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakantugas masing – masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar – benar tertuju kepada realisasi tujuan yang telah ditetapkan. 8.

Leading Leading merupakan pekerjaan yang dilakukan manajer yang menyebabkan orang lain bertindak. Leading terdiri atas lima kegiatan yaitu mengambil keputusan, mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antar manajer dan bawahan ; memeberi semangat, inspirasi, dan dukungan kepada bawahan supaya mereka bertindak; memilih orang – orang yang menjadi anggota kelompok; serta memperbaiki pengetahuan dan sikap – sikap bawahan agar mereka terampil dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

9.

Coordinating Coordinating merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegitan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Usaha tersebut antara lain memberi instruksi, perintah, mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan, bimbingan, atau nasehat.

10.

Motivating Motivating merupakan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat, dan dorongan kepada bawahanagar bawahan melakukan kegiatan secara sukarela sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh atasan.

11.

Controlling Controlling atau pengawasan sering disebut juga pengendalian yaitu mengadakan pemantauan dan koreksi sehingga bawahan dapat melakukan tugasnya dengan benar sesuai tujuan semula.

12.

Reporting Reporting atau pelaporan adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan dan pemberian keterangan mengenai segala hal yang berkaitan dengan tugas dan fungsi – fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi, baik secara lisan maupun tulisan sehingga dalam penerimaan laporan dapat memperoleh gambaran pelaksanaan tugas terhadap orang yang memberi laporan. 11

13.

Evaluating Evaluating merupakan fungsi sebelum pengambilan tindakan korektif oleh pimpinan. Fungsi ini dilaksanakan jika dalam organisasi terdapat hal yang harus dievaluasi. Secara lebih ringkas, ketigabelas fungsi manajemen diatas ditambah fungsi lain dapat dirumuskan dalam bagan di bawah ini: (1) Planning (perencanaan) Planning

Forecasting

Staffing

(2) Organizing (pengorganisasian) Facilitating

(3) Directing (pengarahan) Coordinating

Leading

Motivating

(4) Controlling (pengawasan)

(5) Reporting (pelaporan)

(6) Evaluating (evaluasi)

Bagan 1.2 Fungsi manajemen 2.1.5 Bidang - Bidang Manajemen Sebelum memahami bidang – bidang manajemen terdapat satu kajian dalam ilmu manajemen yang berkaitan dengan bidang manajemen yaitu tools of management (alat manajemen) yang terdiri dari man, money, method, material, dan market (6M). a. Man yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga kerja operasional/ pelaksana. b. Money yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. c. Method yaitu cara yang digunakan dalam usaha mencapai tujuan. d. Material terdiri atas bahan setengah jadi dan bahan jadi. e. Market yaitu tempat untuk memasarkan hasil produk/jasa

12

2.2 KONSEP DASAR MANAJEMEN DALAM KEPERAWATAN Menurut Gillies (1998), diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika Widya Sukmana (1996), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan, mengatur, dan mengerakkan para perawat untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik – baiknya secara efektif dan efisien kepada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan. Agar manajemen yang dilakukan mengarah pada kegiatan keperawatan yang efektif dan efisien, manajemen dalam keperawatan perlu dijelaskan dalam berdasarkan fungsinya atau dikenal sebagai fungsi – fungsi manajemen (managerial functions). Fungsi tersebut sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya. Penerapan fungsi – fungsi manajemen ini dalam keperawatan dijelaskan dalam Bagan 1.3 mengenai hubungan proses keperawatan dengan fungsi manajemen. Pengkajian Dan Diagnosa Keperawatan

Planning

Perencanaan

Planning Staffing Organizing

Implementasi

Organizing Directing

Evaluasi

Controlling

Proses keperawatan

Fungsi Manajemen

Bagan 1.3 Hubungan Proses Keperawatan dan Fungsi Manajemen

13

2.2.1

Prinsip Manajemen Dalam Keperawatan Prinsip dapat didefinisikan sebagai pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang merupakan pedoman untuk berpikir atau bertindak. Prinsip merupakan dasar, namun tidak bersifat mutlak. Dalam hubungan dngan manajemen, prinsip bersifat fleksibel ang berarti bahwa prinsip perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi – kondisi khusus dan situasi yang berubah. Prinsip manajemen dalam keperawatan meliputi sebagai beriku. Pembagian Kerja Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, penempatan perawat harus menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus rasional dan objektif, bukan emosional subjektif yang didasrkan pada like and dislike. Pembagian kerja yang baik merupakan kunci penyelenggaraan kerja. Oleh karena itu, seorang manajer keperawatan yang berpengalaman akan menempatkan pembagian kerja sebagai prinsip utama yang menjadi titik tolak bagi prinsip – prinsip lannya. Wewenang dan Tanggung Jawab Setiap perawat dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti oleh pertanggungjawaban. Tanggung jawab terbesar terletak pada manajer puncak, oleh karena itu apabila manajer puncak tidak mempunyai kehlan dan kepemimpinan, wewenang yang ada padanya merupakan bumerang. Disiplin Disiplin berhubungan erat dengan wewenang, apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, disiplin akan hilang. Oleh karena itu, pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerjaan sesuai dengan wewenang yang dimilikinya. Kesatuan Perintah Dalam melaksanakan pekerjan keperawatan harus memerhatikan prinsip kesatuan perintah sehinnga pelaksanaan kerjadapat dijalankan dengan baik. Perawat harus tau kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang diperolehnya. Kesatuan Pengarahan Dalam melaksanakan tugas – tugas dan tanggung jawabnya, perawat perlu diarahkan menuju sasarannya. Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana perawat mendapat wewenang untuk melakukan pekerjaan dan kepada 14

siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnyaagar tidak terjadi kesalahan. Penggajian Gaji atau upah bagi perawatmerupakan kompensasi yang menentukan terwujudnya kelancaran dalam bekerja. Prinsip penggajian harus mencangkup pertimbangan mengenai cara membuat perawat dapat bekerja dengan tenang. Pemusataan Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpang siuran wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang Hierarki Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Jika pembagian kerja ini mencangkup area yang cukup luas, akan timbul hierarki. Hierarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak. Ketertiban Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utamakarena pada dasarnyatidak ada orang yang dapat bekerja dalam keadaan kacau dan tegang. Keadilan dan Kejujuran Keadilan dankejujuran terkait dengan moral perawat dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan memiliki wewenang yag paling besar. Stabilitas Dalam setiap kegiatan kestabilan perawat harus dijaga demi kelancaran segala pekerjaan. Manusia sebagai makhluk berbudaya memiliki keinginan, perasaan, dan pikiran. Apabila keinginan tidak terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran kacau yang dapat menimbulkan goncangan dalam kerja. Prakarsa Prakarsa atau inisiatif mengandung arti menghargai orang lain, karena pada hakikatnya manusia memerlukan penghargaan. Semangat Kesatuan Setiap perawat harus memiliki rasa kesatuan yaitu rasa senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat kerjasama.

15

2.2.2 Manajer Dalam Manajemen Keperawatan Terdapat beberapa tingkatan manajer dalam manajemen keperawatan. Tingkatan manajer tersebut meliputi sebagai berikut. a. Manajer tingkat puncak (Top Management). Manajer tingkat puncak terdiri atas direktur utama, presiden direktur, atau wakil direktur. Untuk manajemen tingkat ini, keahlian yang terutama diperlukan adalah keahlian dalam hal konseptual, komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen keputusan, mananjemen global, dan manajemen waktu. b. Manajer tingkat menengah (Middle Management). Biasanya terdiri atas kepala divisi atau departemen. Keahlian yang diperlukan diantaranya adalah konseptual, komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen waktu dan teknikal. c. Manajer supervisi atau tingkat pertama (supervisory or first-line management). Biasanya meliputi para supervisor, kepala ruangan. Keahlian yang terutama harus dimiliki adalah keahlian komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen waktu dan teknikal. d. Manajer nonsupervisi atau non-supervisory management. Biasanya terdiri atas para tenaga kerja tingkat bawah pada umumnya seperti buruh, dll. Keahlian yang terutama harus dimiliki adalah keahlian teknikal, komunikasi, dan manajemen waktu.

2.3 TEORI – TEORI MANAJEMEN Teori manajemn dapat membantu memajukan profesi manajemen, kerjasama antara teoritis dan praktisi manajemen dapat membuahkan hasil yang mengagumkan. Perkembangan teori manajemen membuktikan bahwa teori sebenarnya dapat memberikan kontribusi penting. A. Teori Manajemen Kuno Sampai tingkat tertentu, manajemen kuno telah dipraktekan oleh masyarakat kuno. Contohnya bangsa Mesir bisa membuat Piramida, bangunan yang cukup kompleks yang hanya bisa dilakukan dengan koordinasi yang baik. Meskipun manajem telah dipraktekan dan dibicarakan pada zaman kuno, tetapi kejadian semacam itu relatif sporadis dan tidak ada upaya sistematis untuk mempelajari manajemen. Manajemen sering dianggap sebagai seni atau praktik, bukan ilmu. Pada akhir abad ke-19, perkembangan baru membutuhkan studi manajemen yang lebih serius. Pada waktu industriliasasi berkembang pesat dan perusahaan – perusahaan berkembang menjadi perusahaan raksasa seperti IBM, general motors, yang mulai muncul pada awal abad ke-20 dengan pekerja mencapai ribuan orang, produksi dilakukan secara massal, input yang masuk dalam skala besar, proses 16

produksi harus dilakukan dengan cepat (efisien), pengelolaan perusahaan semakin komplek sehingga studi manajemen yang lebih serius semakin dibutuhkan. B. Teori Manajemen Klasik Teori manajemen klasik berawal dari Robert Owen yang merupakan manajer dan pemilik pabrik kapas (cotton) di inggris. Pada waktu itu kondisi kerja di pabrik sangat buruk, Owen sampai pada kesimpulan bahwa manajer harus menjadi pembaharu (reformer). Beliau melihat peranan pekerja yang cukup penting, sebagai aset perusahaan pekerja bukan hanya merupakan input, tetapi merupakan sumber daya perusahaan yang signifikan. Selanjutnya beliau memperbaiki kondisi kerja pekerjanya , Owen berpendapat dengan memperbaiki kondisi kerja atau investasi pada sumber daya manusia, perusahaan dapat meningkatkan output dan keuntungan. Disamping itu, Owen memperkenalkan sistem penilaian terbuka dan dilakukan setiap hari. Dengan cara semacam itu manajer diharapkan bisa melokalisir masalah yang ada dengan cepat. Cara semacam itu juga mendorong sistem feedback yang banyak dibicarakan pada masa – masa berikutnya. Tokoh berikutnya adalah Babbage yang merupakan profesor matematika di inggris. Dengan latar belakang kuantitatifnya, beliau percaya bahwa prinsip – prinsip ilmiah dapat diterapkan untuk meningkatan efisiensi produksi dan berpendapat bahwa jika produktivitas naik, maka biaya operasi akan turun. Kontribusinya terlihat dari bukunya On The Economy of Machinery and Manufactures. Beliau mengajurkan pembagian kerja (division of labor), sehingga kerja operasi setiap pabriknya bisa dianalisis secara terpisah. Dengan ide – ide semacam itu Babbage menjadi pioner manajemen ilmiah. Teori klasik berangkat dari premis bahwa organisasi bekerja dalam proses yang logis dan rasional dengan pendekatan ilmiah dan berlangsung menurut struktur atau anatomi organisasi. Salah satu teori klasik adalah manajemen ilmiah (scientific management) yang dikembangkan oleh Frederik W. Taylor (1856-1915) dan dikenal sebagai Bapak Manajemen Ilmiah. Taylor memfokuskan perhatian pada studi waktu untuk setiap pekerjaan (time and motion study). Teori manajemen ilmiah mempunyai beberapa keterbatasan. Asumsi bahwa manusia (pekerja) akan berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi dan fisiknya, tidak selalu benar. Tujuan produktifitas atau keuntungan cenderung mengarah pada eksploitasi pekerja. Asumsi universalitas pendekatan manajemen ilmiah bahwa manajemen dapat dipakai untuk semua situasi dan tempat tidak sepenuhnya tepat. Hal ini disebabkan ada beberapa pendekatan yang cocok untuk waktu tertentu, tetapi tidak cocok diwaktu/tempat lain. C. Teori Manajemen Neo-Klasik Teori ini timbul sebagian karena pada para manajer terdapat berbagai kelemahan dengan pendekatan klasik. Pada kenyataannya manajer kesulitan dan frustasi karena orang tidak selalu mengikuti pola tingkah laku yang rasional. Teori ini berasumsi bahwa manusia adalah makhluk sosial dengan mengaktualisasikan dirinya. Beberapa pelopor aliran neo-klasik ini antara lain Elton Mayo dengan Studi 17

Hubungan Antar Manusia atau tingkah laku manusia dalam situasi kerja informal lingkungan sosial pekerja mempunyai pengaruh yang besar terhadap produktifitas. Pengikut faham neo-klasik adalah Chester I. Barnard (1976) yang menyatakan bahwa hakikat organisasi adalah kerja sama yaitu kesediaan orang saling berkomunikasi dan berinteraksi untuk mencapa tujuan bersama. Pelopor lainnya adalah Douglas McGregor yang menyatakan bahwa manajemen akan mendapatkan manfaat besar bila ia menaruh perhatian pada kebutuhan sosial dan aktualisasi diri karyawan. Gregor mengemukakan dua teori yaitu teori X yang berasumsi bahwa manusia tidak menyukai kerja, tidak ada ambisi, tidak bertanggungjawab, menolak perubahan, dan lebih baik dipimpin dari pada memimpin. Sedangkan teori Y berasumsi bahwa manajer memandang bawahan bersedia bekerja, bertanggungjawab, mampu mengendalikan diri, dan berpandangan luas serta kreatif. Implikasi dari asumsi – asumsi itu, bila manajer mengikuti teori X cenderung banyak mengarahkan, yang akibatnya tingkat ketergantungan karyawan pada atasan sangat tinggi dan enggan bertindak. Sedangkan manajer penganut teori Y cenderung mendorong partisipasi, ada kebebasan, dan tanggungjawab dalam menyelesaikan tugasnya. Pada akhirnya karyawan akan merasa memiliki dan mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri. D. Teori Manajemen Modern Pendekatan modern didasarkan kepada hal – hal yang sifatnya situasional dan kontemporer, artinya orang menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi dan mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Asumsi yang dipakai bahwa orang itu berlainan dan berubah kebutuhan, reaksi, dan tindakannya yang bergantung pada lingkungan. 1. Pendekatan Sistem Pendekatan sistem terhadap manajemen berusaha memandang organisasi sebagai sebuah sistem yang menyatu dengan maksud tertentu dan terdiri atas bagian – bagian yang saling berhubungan. Pendekatan sistem tidak secara terpisah berhubungan dengan berbagai bagian dari sebuah organisasi melainkan memberikan kepada manajer suatu cara untk memandang organisasi sebagai keseluruhan dan sebagai bagian dari yang lebih besar (lingkungan). Secara eksplisit sistem cenderung lebih bersifat terbuka. Hal ini dinyatakan dengan adanya aspek lingkungan yang berhubungan erat dengan bagian – bagian dari sistem yang berperan penting. Dalam sistem yang terbuka, terdapat batasan sistem yang fleksibel. Sedangkan dalam sistem yang tertutup batasan sistem bersifat kaku. Jika perusahaan tidak mampu memproses feedback dengan baik dan tidak bisa menyesuaikan diri terhadap lingkungan, maka sistem tersebut sedang menuju kehancuran (entropi) dan organisasi akan mati. Menurut teori sistem, pencapaian tujuan organisasi harus didasarkan pada lima asumsi dan lima prinsip kerja yaitu sebagai berikut (Nanang Fattah,2004:30): 18

Tabel 1.2 Asumsi prinsip kerja a. b. c. d. e.

Asumsi Organisasi merupakan sistem terbuka Oranisasi mencari prestasi maksimum Tujuan organisasi sangat berjenis – jenis (bervariasi) Tujuan organisasi saling ketergantungan Tujuan organisasi berubah ubah

Prinsip Service untuk lingkungan Prinsip optimasi Multidimensional Prinsip keharmonisan Prinsip pengurangan resiko

2. Pendekatan Situasional (contingency) Pendekatan situasional menganggap bahwa efektivitas manajemen tergantung pada situasi yang melatarbelakangi. Prinsip manajemen yang yang sukse pada situasi tertentu, belum tentu efektif digunakan pada situasi lainnya. Pendekatan situasional memberikan ‘resep praktis’ terhadap persoalan manajemen. Tidak mengherankan pendekatan ini dikembangkan manajer, konsultan, atau peneliti yang banyak berkecimpung dengan dunia nyata. Pendekatan ini menyadarkan manajer bahwa kompleksitas situasi manajerial, membuat manajer lebih fleksibel atau sensitif dalam memilih teknik – teknik manajemin terbaik berdasarkan situasi yang ada. Pendekatan ini dikritik krena tidak menawarkan sesuatu yang baru. Pendekatan ini belum dapat dikatakan sebagai aliran atau disiplin manajemen baru, yang mempunyai batasan yang jelas. 3. Pendekatan Hubungan Manusiawi Baru (Neo-Human Relation) Pendekatan ini berusaha mengintergrasikan sisi positif manusia dan manajemen ilmiah. Pendekatan ini dimulai pada tahun 1950-an dan memperoleh momentum pada tahun 1960-an. Pendekatan perilaku menyatakan bahwa manusia berusaha mengaktualisasikan dirinya. Pendekatan hubungan manusiawi baru melangkah lebih lanjut. Mereka melihat bahwa manusia merupakan makhluk yang emosional, intuitif dan kreatif. Beberapa ahli yang menggunakan pendekatan hubungan manusiawi adalah W.Edward Deming mengembangkan prinsip – prinsip manajemen, Fayol yang fokus pada kualitas kerja dan hubungan antar karyawan, Thomas J. Peter dan Robert H. Waterman dengan menulis buku in search of excellent (1985). Buku tersebut mencoba mengungkapkan faktor – faktor yang membuat organisasi mampu betahan dengan menjawab kebutuhan konsumen, memberikan suasana kerja yang menantang dan menghasilkan (rewarding) dan mampu memenuhi kebutuhan sosial serta lingkungan secara efektif. Pendekatan hubungan manusiawi baru masih membutuhkan waktu untuk sampa dikatakan sebagai aliran manajemen baru. Meskipun demikian 19

pendekatan tersebut cukup populer baik dilingkungan akademis maupun teknisi. Ide – ide pendekatan tersebut banyak mempengaruhi praktikk manajemen saat ini. 4. Pendekatan Integrtif Pendekatan integratif memadukan beberapa aliran – aliran manajemen menjadi kerangka baru yang efektif dan efisien. Untuk lebih jelas lihat bagan berikut. Bagan 1.4 Pendekatan integratif Mamduh M. Hanafi (2011:46) Pendekatan sistem - Ketergantungan antar subsistem - Melihat pengaruh lingkungan

Klasik - Fokus pada efisiensi dan produktifitas

Pendekatan situasional - Melihat situasi yang dihadapi - Bertindak atas dasar situasi yang dihadapi

Neo Klasik - Perilaku organisasi dan pentingnya sumber daya manusia

Modern - Pendekatan kuantitatif manajemen operasi dan manajemen sains

Manajemen yang efektif dan efisien

2.4 FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN DAN PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN Kegiatan apa saja yang termasuk di dalam fungsi – fungsi manajemen yang dapat dilakukan dalam keperawatan tersebut? Jika kita menggunakan fungsi – fungsi manajemen dalam kegiatan keperawatan, beberapa kegiatan yang terkait dengan setiap fungsi manajemen adalah sebagai berikut. Fungsi Perencanaan. a. Menetapkan tujuan dan target keperawatan b. Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target keperawatan c. Menentukan sumber – sumber daya yang diperlukan dalam pemberian layanan keperawatan d. Menetapkan standar atau indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target keperawatan Fungsi Pengorganisasian 20

a. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas prosedur yang diperlukan dalam asuhan keperawatan b. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggung jawab c. Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan, dan pengembangan sumber daya manusia keperawatan d. Kegiatan penempatan sumber daya manusia keperawatan pada posisi yang tepat. Fungsi Pengimplementasian a. Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada perawat untuk dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan keperawatan b. Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pelayanan asuhan keperawatan c. Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan Fungsi Pengawasan a. Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target asuhan keperawatan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan c. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target asuhan keperawatan Pelayanan asuhan keperawatan diberikan kepada klien merupakan bentuk pelayanan profesional yang bertujuan membantu pasien untuk memulihkan dan meningkatkan kemampuan dirinya. Hal ini dilakukan melalui tindakan pemenuhan kebutuhan klien secara komprehensif dan berkesenambungan sampai klien mampu melakukan kegiatan rutinitasnya tanpa bantuan. DepKes RI (1985) telah menetapkan bahwa pelayanan perawatan dikatakan berkualitas baik apabila perawat meberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan aspek – aspek dasar keperawatan, aspek terseut meliputi: a) Aspek penerimaan. Aspek ini meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum, menyapa semua klien. Perawat perlu memiliki minat terhadap orang lain, menerima klien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial ekonomi dan budaya. b) Aspek perhatian. Aspek ini meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan seperti sikap sabar, murah hati, dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan kepada klien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan peka terhadap setiap perubahan klien, mau mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan klien.

21

c) Aspek komunikasi. Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus dapat melakukan komunikasi yang baik dengan klien dan keluarganya. d) Aspek kerja sama. Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang baik dengan klien dan keluarganya. e) Aspek tanggung jawab. Kualitas pelayanan kesehatan biasannya mengacu kepada kemampuan rumah sakit memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima oleh pasiennya. Pelayanan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya pengertian pasien terhadap kemampuannya dalam melaksanakan aktivitas secara mandiri. Kualitas pelayanan keperawatan adalah sikap profesional perawat yang memberikan perasaan nyaman dan terlindungi pada diri pasien yang sedang menjalani proses penyembuhan. Keberhasilan hubungan profesional terapeutik anatara perawat dan klien sangat menentukan keberhasilan hasil tindakan yang diharapkan. Dalam mewujudkan asuhan keperawatan bermutu, diperlukan motivasi untuk berubah yang harus dilakukan oleh keperawatan. Dari pemahaman ini, keperawatan dapat menyiapkan diri dengan belajar, berusaha, dan bekerja.

2.5 PERBEDAAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN Istilah manajemen dan kepemimpinan sering diartikan hanya berfungsi pada kegiatan supervisi, tetapi dalam keperawatan fungsi tersebut sangatlah luas. Jika posisi anda sebagai seorang ketua tim, kepala ruang atau perawat pelaksana dalam suatu bagian, anda memerlukan suatu pemahaman tentang bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas. Manajer adalah seserorang yang mempunyai wewenang untuk memerintah orang lain, seorang manajer dalam menjalankan pekerjaan dan tanggung jawab menggunakan bantuan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, ia perlu memimpin pegawai, karyawan, pekerja, atau apapun sebutanya. Tidak setiap orang yang ditunjuk menjadi pemimpin bisa menjalankan pekerjaan dengan baik. Selain itu, tidak setiap pemimpin dapat menjadi pemimpin yang baik. Kepemimpinan pada dasarnya bersifat subjektif, dalam arti sempit “ tidak dapat diukur dengan objektif “ dan dalam artian yang sangat luas “tidak didapat atau diajarkan disekolah”. Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk bekerjasama sebaga suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu tujuan umum.

22

BAB III PENUTUP 31 KESIMPULAN Manajemen keperawatan merupakan suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan , mengorganisasian, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga, dan masyarakat berdasarkan kerangka pikir keparawatan. Perkembang teori manajemen membuktikan bahwa teori sebenarnya dapat memberikan kontribusi penting dalam ilmu manajemen, adapun teori – teori manajamen yaitu teori manajemen kuno, teori manajemen klasik, teori manajemen neo-klasik, dan teori manajemen modern. Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang difokuskan pada produksi dan banyak hal lain untuk menghasilkan suatu keuntungan. Sementara kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk bekerjasama sebaga suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu tujuan umum.

23

DAFTAR PUSTAKA Badrudin (2014).Dasar-Dasar Manajemen.Bandung:Alfabeta Nursalam (2012). Manajemen Keperawatan:Aplikasi Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Dalam

Praktik

Keperawatan

Simamora, roymond (2012). Buku Ajar Manajemen Keperawatan.jakarta:EGC

24

Related Documents

Konsep
July 2020 35
Konsep
October 2019 54
Konsep
June 2020 40

More Documents from "Tugiyo Sanyoto"