Berita Aktual
SM Cetak
Suara Warga
Entertainmen
Gaya
Kejawen
Layar
Lelaki
Sehat
Sport
Wanita
Surat Pembaca
WACANA
Home Berita Utama
03 Maret 2008
Komplikasi Pascabanjir di Jateng
Semarang & Sekitarnya
l
Lintas Muria
Oleh Sutopo Patria Jati
BEBERAPA waktu lalu, beberapa daerah di Jawa Tengah ‘’ditenggelamkan ’’ air bah. Bahkan hingga kini genangan air di Kabupaten Pati belum sepenuhnya surut. Dapat dipastikan, penderitaan masyarakat korban banjir belum dapat segera berakhir.
Lintas Pantura Lintas Solo Lintas Kedu B a n y u m a s
Dampak kerusakan lingkungan secara fisik yang berimbas pada menurunnya tingkat kesejahteraan dan martabat masyarakat telah muncul dalam berbagai bentuk. Bahkan di harian ini dikabarkan ada warga yang terpaksa mengonsumsi daun ketela dan keong mas, demi mempertahankan hidup. Masyarakat korban banjir belum tentu sadar, bahwa cepat atau lambat masih akan muncul ancaman masalah kesehatan pascabanjir. Seharusnya ini bukan menjadi tanggung jawab utama mereka, melainkan tugas pemerintah untuk mengantisipasinya.
Yogyakarta Internasional Ekonomi & Bisnis Wacana
Ironisnya, seringkali pemerintah hanya mau dan mampu menghitung dampak kerugian secara fisik/ekonomi, tetapi sering melupakan dampak kerugian nyata dari sisi kesehatan. Itupun terkadang masih diperparah oleh lemahnya kepemimpinan dalam manajemen bencana, kurangnya sumber daya, dan ruwetnya birokrasi.
Olahraga Hiburan & Seni Hukum
Mengingat kondisi korban banjir sudah sangat rentan (khususnya dari sisi kesehatan) dan harus segera mendapat pertolongan, ada baiknya masyarakat korban banjir dapat belajar untuk diberdayakan. Minimal mereka perlu diberi informasi tentang berbagai komplikasi kesehatan pascabanjir, sehingga sedikit banyak dapat mengupayakan pencegahannya secara mandiri, praktis, dan cukup efektif..
P e remp u a n Ragam Pendidikan
Pola Penyakit
Kesehatan
Banyak penyakit yang kemungkinan besar segera muncul pascabanjir, terutama akibat rendahnya kualitas higienitas perorangan dan sanitasi lingkungan. Air bah merupakan media paling kondusif untuk penularan dan berkembangnya berbagai jenis virus, bakteri, dan parasit. Dengan demikian, air bah dapat menimbulkan risiko yang bersifat simultan terhadap kemunculan berbagai penyakit. Mulai dari infeksi saluran cerna, infeksi mata, infeksi pernapasan, infeksi kulit, bahkan infeksi otak. Penyakit infeksi gastroenteritis (infeksi saluran cerna) dengan gejala demam, diare dan muntah sering disebabkan oleh virus rota, disentri, kolera, tifus, hepatitis A, giardiasis, cryptosporidiosis, E coli, norovirus, salmonelosis, atau sigelosis.
Teknologi Kampus Arsip SM Cetak
Penyakit moluskum kontagiosum dan konjungtivitis (adenovirus) adalah penyakit infeksi yang menyerang mata. Sedangkan Pseudomonas aeruginosa bisa menyebabkan infeksi telinga (otitis eksterna). Semuanya bisa ditularkan melalui air. Infeksi saluran nafas dengan gejala umum berupa demam, batuk, dan pilek yang sering menyerang adalah faringokonjungtiva (infeksi tenggorok dan mata belekan yang disebabkan adenovirus). Jika daya tahan tubuh lemah, bahkan dapat berpotensi menjadi pneumonia (radang paru). Ancaman lain berupa infeksi kulit yang penularannya via air adalah Hot Tub Rash, yang disebabkan bakteri Pseudomonas. Gejalanya, kulit terasa panas terbakar, gatal, muncul bintil bintil di kulit seperti jerawat kecil kemerahan, kadang disertai melepuh.
Penyakit lain yang acapkali muncul setelah banjir adalah leptospirosis (penyakit kencing tikus), yang disebabkan kuman Leptospira. Bahkan 10 warga Jakarta diketahui terserang leptospirosis pascabanjir kemarin, empat orang diantaranya meninggal karena terlambat ditangani. Hepatitis A atau infeksi virus pada hati (lever) bisa pula menjangkiti korban banjir. Gejala penyakit ini antara lain kulit dan mata tampak kuning, mual, muntah, demam, serta badan lemas. Meski jarang terjadi, masih ada risiko munculnya meningitis aseptik akibat enterovirus dan infeksi neigleria. Infeksi selaput otak ini memiliki gejala demam tinggi, muntah, kejang, dan kesadaran menurun. Tak kalah penting adalah risiko merebaknya lagi kasus demam berdarah, terutama sekitar satu bulan pascabanjir. Kendati aliran air bah bisa menghilangkan jentik dan nyamuk, usai banjir biasanya terjadi genangan air di mana mana. Ini menjadi tempat pembiakan utama nyamuk aedes aegypti.
Pencegahan Penyakit Menurut WHO, diare dan penyakit lain akibat banjir yang ditularkan lewat air sebenarnya 94 persen dapat dicegah melalui ketersediaan air bersih, menjaga higienitas dan sanitasi. Tapi sumber air bersih, baik berupa sumur atau air keran, seringkali masih terkontaminasi. Karena itu, konsumsi air minum sebaiknya menggunakan air yang telah dimasak. Jika perlu untuk sementara menggunakan air dalam kemasan. Makanan ditutup agar mengurangi kontak dengan lalat atau vektor lain. Saat mengolah dan menyajikan, sebaiknya tangan dan peralatan masak dicuci dengan air bersih. Untuk sementara jangan makan dulu sayuran mentah, serta hindari penyimpanan makanan yang
terlalu lama. Anak anak dijaga agar tidak bermain air/mandi di daerah banjir. Jika tak mungkin, sehabis bermain harus segera mandi hingga bersih. Untuk menghindari luka, sebaiknya memakai alas kaki cukup keras. Pemakaian sepatu boot terlalu lama justru bisa menyebabkan terserang penyakit jamur. Lantai, dinding rumah, peralatan rumah tangga, atau mainan yang basah harus dicuci dengan desinfektan. Jika tidak mungkin, sebaiknya dibuang. Sehabis banjir, sampah biasanya menumpuk di rumah dan sekitarnya. Semuanya harus segera diangkut. Jika belum memungkinkan, untuk sementara disemprot dengan cairan desinfektan secukupnya. Persoalannya, mampukah korban banjir terutama warga miskin melakukan itu semua. Jika dicermati satu persatu, semuanya memerlukan dana yang tak sedikit. Disinilah pentingnya peran pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan, untuk memberikan pelayanan imunisasi rutin dan pelayanan pengobatan keliling secara proaktif. Empati dan tingkat kehadiran para pemimpin di tengah korban dapat memberikan efek psikologis positif yang sangat dibutuhkan. Dengan demikian, korban banjir tak mengalami depresi berkepanjangan. Saat seperti ini pun menjadi momen tepat bagi rakyat untuk menilai dan membuktikan kualitas sebenarnya dari pimpinan daerah, dalam membela kepentingan konstituen yang sedang menderita, terancam kesehatan, bahkan terancam kehidupannya. (32) —dokter Sutopo Patria Jati MM, staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Undip. © 2008 suaramerdeka.com. All rights reserved Groups