Kisi-kisi Uts Audit 1.docx

  • Uploaded by: Sayyidah Aisyah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kisi-kisi Uts Audit 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,616
  • Pages: 8
-Opini, jenis opini: modified, unmodified; apa yang mendasari opini Opini audit merupakan suatu simbol kepercayaan publik terhadap kredibilitas dan kehandalan informasi yang terkandung dalam suatu laporan keuangan. Dalam perkembangannya, peran opini audit menjadi penting dalam kaitannya dengan citra perusahaan di mata para pengguna laporan keuangan, diantaranya para pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat umum. Opini audit menurut kamus standar akuntansi (Ardiyos, 2007) adalah laporan yang diberikan seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Menurut Standar Profesional Akuntan (PSA 29), opini audit terdiri dari lima jenis yaitu: a. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Adalah pendapat yang diberikan ketika audit telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Auditing (SPAP), auditor tidak menemukan kesalahan material secara keseluruhan laporan keuangan atau tidak terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku (SAK). Bentuk laporan ini digunakan apabila terdapat keadaan berikut: - Bukti audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara mencukupi dan auditor telah menjalankan tugasnya sedemikian rupa, sehingga ia dapat memastikan kerja lapangan telah ditaati. - Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja. - Laporan keuangan yang di audit disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim yang berlaku di Indonesia yang ditetapkan pula secara konsisten pada laporan-laporan sebelumnya. Demikian pula penjelasan yang mencukupi telah disertakan pada catatan kaki dan bagian-bagian lain dari laporan keuangan. - Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti (no material uncertainties) mengenai perkembangan di masa mendatang yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya atau dipecahkan secara memuaskan. b. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified Unqualified Opinion) Adalah pendapat yang diberikan ketika suatu keadaan tertentu yang tidak berpengaruh langsung terhadap pendapat wajar. Keadaan tertentu dapat terjadi apabila: - Pendapat auditor sebagian didasarkan atas pendapat auditor independen lain.’ - Karena belum adanya aturan yang jelas maka laporan keuangan dibuat menyimpang dari SAK. - Laporan dipengaruhi oleh ketidak[pastian peristiwa masa yang akan datang hasilnya belum dapat diperkirakan pada tanggal laporan audit. - Tersapat keraguan yang besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. - Diantara dua periode akuntansi terdapat perubahan yang material dalam penerapan prinsip akuntansi. - Data keuangan tertentu yang diharuskan ada oleh BAPEPAM namun tidak disajikan. c. Opini Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Adalah pendapat yang diberikan ketika laporan keuangan dikatan wajar dalam hal yang material, tetapi terdapat sesuatu penyimpangan/ kurang lengkap pada pos tertentu, sehingga harus dikecualikan. Dari pengecualian tersebut yang dapat mungkin terjadi, apabila: - Bukti kurang cukup - Adanya pembatasan ruang lingkup - Terdapat penyimpangan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK). Menurut SA 508 paragraf 20 (IAI, 2002:508.11), jenis pendapat ini diberikan apabila: -

Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak m,empengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.

Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi. d. Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion) Adalah pendapat yang diberikan ketika laporan secara keseluruhan ini dapat terjadi apabila auditor harus memberi tambahan paragraf untuk menjelaskan ketidakwajaran atas laporan keuangan, disertai dengan dampak dari akibat ketidakwajaran tersebut, pada laporan auditnya. e. Opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of opinion) Adalah pendapat yang diberikan ketika ruang lingkup pemeriksaan yang dibatasi, sehingga auditor tidak melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan IAI. Pembuatan laporannya auditor harus memberi penjelasan tentang pembatasan ruang lingkup oleh klien yang mengakibatkan auditor tidak memberi pendapat. Tiga konsep pokok yang menjadi dasar perumusan opini, yaitu kecukupan bukti, salah saji, dan materialitas -asersi manajemen, jelaskan Menurut ISA 315 alinea 4 (a), asersi adalah representasi oleh manajemen, secara eksplisit (dalam bentuk pernyataan) maupun implisit (tersirat) yang terkandung dalam laporan keuangan. Representasi ini digunakan oleh auditor untuk memperhatikan berbagai salah saji dalam laporan keuangan yang mungkin terjadi. Dengan menyerahkan laporan keuangannya kepada auditor atau pihak lain, menajemen membuat representasi secara tersurat maupun tersirat. Representasi oleh manajemen kepada auditor, yang paling umum dikenal adalah laporan keuangan secara menyeluruh disajikan secara wajar sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Jenis-jenis Asersi 1. Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu. Sebagai contoh, perusahaan ABC. memiliki hutang dagang sebesar Rp 100.000.000,-. Dari hutang dagang yang diklaim oleh perusahaan tersebut, asersi keberadaan dan keterjadian ini berkaitan dengan apakah hutang tersebut memang ada pada tanggal tertentu dan apakah pencatatan atas hutang terjadi selama periode tertentu. 2. Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai contoh, perusahaan ABC. memiliki hutang dagang sebesar Rp 100.000.000,-. Asersi ini berkaitan dengan apakah hutang dagang tersebut sudah meliputi semua hutang dagang yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan. 3. Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai contoh perusahaan ABC. memiliki hutang dagang sebesar Rp 100.000.000,-. Perusahaan tidak memiliki hak apapun, melainkan memiliki kewajiban untuk membayar hutang dagang sebesar Rp 100.000.000,- tersebut. 4. Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen- komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, perusahaan ABC. memiliki hutang dagang sebesar Rp 100.000.000,-. Asersi ini berkaitan dengan, apakah hutang dagang sebesar Rp 100.000.000,- tersebut telah dicantumkan dengan jumlah yang benar atau tepat dadalam laporan keuangan. 5. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya. Sebagai contoh, perusahaan ABC. memiliki hutang dagang sebesar Rp 100.000.000,-. Asersi penyajian dan pengungkapan ini berkaitan dengan penggolongan, pengungkapan, dan penguraian, oleh karena itu, ketika perusahaan mengklaim memiliki hutang dagang seperti yang dicontohkan, maka dalam laporan keuangan pun harus digolongkan sebagai hutang jangka pendek, berbeda jika hutang dagang tersebut digolongkan sebagai hutang jangka panjang, maka akan terjadi salah saji.

Secara singkat lima jenis asersi tersebut dapat diringkas seperti berikut: 1. Keberadaan (Exsistence/Occurrence); aktiva dan kewajiban ada pada tanggal tertentu, transaksi pendapatan dan beban terjadi pada periode tertentu 2. Kelengkapan (Completeness); semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan telah disajikan 3. Hak dan Kewajiban (Right and Obligation); aktiva adalah hak, hutang adalah kewajiban entitas pada tanggal tertentu 4. Penilaian dan Alokasi (Valuation and Allocation); komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban telah disajikan pada LK pada jumlah semestinsnya 5. Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure); komponen tertentu pada LK telah digolongkan, diuraikan, dan diungkapkan sebagaimana mestinya -audit prosedur Prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten. Pilihan auditor tentang prosedur audit dipengaruhi oleh faktor dari mana data diperoleh, dikirimkan, diproses, dipelihara, atau disimpan secara elektronik. Berikut ini adalah sepuluh jenis prosedur audit yang dilakukan pada saat pengauditan 1. Prosedur Analitis (analytical procedures) Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan di antara data. Prosedur ini meliputi: - perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana; - analisis vertikal atau laporan persentase; - perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data historis atau anggaran; serta - penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis regresi.. 2. Inspeksi (inspecting) Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing. Istilah-istilah seperti me-review (reviewing), membaca (reading), dan memeriksa (examining) adalah sinonim dengan menginspeksi dokumen dan catatan. Menginspeksi dokumen dapat membuka jalan untuk mengevaluasi bukti documenter. Dengan demikian melalui inspeksi, auditor dapat menilai keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahaan atau item-item yang dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah scanning atau memeriksa secara tepat dan tidak terlampau teliti dokumen dan catatan. 3. Konfirmasi (confirming) Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen di luar organisasi klien. Dalam kasus yang lazim, klien membuat permintaan kepada pihak luar secara tertulis, namun auditor yang mengendalikan pengiriman permintaan keterangan tersebut. Permintaan tersebut juga harus meliputi instruksi berupa permintaan kepada penerima untuk mengirimkan tanggapannya secara langsung kepada auditor. 4. Permintaan Keterangan (inquiring) Permintaan keterangan meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tertulis oleh auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen atau karyawan, umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah dilaksanakannya prosedur analitis atau permintaan keterangan yang berkaitan dengan keusangan persediaan atau piutang yang dapat ditagih. Auditor juga dapat langsung meminta keterangan pada pihak eksteren, seperti permintaan keterangan langsung kepada penasehat hokum klien tentang kemungkinan hasil litigasi. Hasil permintaan keterangan dapat berupa bukti lisan atau bukti dalam bentuk representasi tertulis. 5. Perhitungan (counting)

Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah perhitungan fisik sumber daya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada, dan akuntansi seluruh dokumen dengan nomor urut yang telah dicetak. Yang pertama menyediakan cara untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada, sedangkan yang kedua dapat dipandang sebagai penyediaan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal perusahaan melalui bukti yang objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi. Teknik perhitungan ini menyediakan bukti audit bottom-up, namun auditor seringkali terdorong untuk memperoleh bukti top-down terlebih dahulu guna mendapatkan konteks ekonomi dari prosedur perhitungan. 6. Penelusuran (tracing) Dalam penelurusan (tracing) yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran ulang, auditor memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar). Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen menuju ke catatan akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran data melalui sistem akuntansi. Karena proesdur ini memberikan keyakinan bahwa data yang berasal dari dokumen sumber pada akhirnya dicantumkan dalam akun, maka secara khusus data ini sangat berguna untuk mendeteksi terjadinya salah saji berupa penyajian yang lebih rendah dari yang seharusnya (understatement) dalam catatan akuntansi. 7. Pemeriksaan Bukti Pendukung (vouching) Pemeriksaan bukti (vouching) pendukung meliputi pemilihan ayat jurnal dalam catatan akuntansi, dan mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi. Dalam melakukan vouching, arah pengujian berlawanan dengan yang digunakan dalam tracing. Prosedur vouching digunakan secara luas untuk mendeteksi adanya salah saji berupa penyajian yang lebih tinggi dari yang seharusnya (overstatement) dalam catatan akuntansi. 8. Pengamatan (observing) Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin jenis transaksi tertentu seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan tugas yang diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan. Pengamatan terutama penting untunk memperoleh pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga dapat mengamati kecermatan seorang karyawan klien dalam melaksanakan pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan. Pengamatan yanf terakhir ini memberikan peluang untuk membedakan antara mengamati dan menginspeksi. 9. Pelaksanaan Ulang (reperforming) Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang (reperforming) perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya menghitung ulang total jurnal, beban penyusutan, bunga akrual dan diskon atau premi obligasi, perhitungan kuantitas dikalikan harga per unit pada lembar ikhtisar persediaan, serta total pada skedul pendukung dan rekonsiliasi. Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan pengandalian intern yang telah dirumuskan. Sebagai contoh, auditor dapat melaksanakan ulang pemeriksaan atas kredit pelanggan pada transaksi penjualan untuk menentukan bahwa pelanggan memang memiliki kredit yang sesuai pada saat transaksi tersebut diproses. Pemeriksaan ulang biasanya memberikan bukti bottom-up, dan dengan bukti bottom-up lainnya, auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit tersebut. 10. Teknik Audit Berbantuan Komputer (computer-assisted audit techniques) Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka auditor dapat menggunakan teknik audit berbantuan computer (computer-asssited audit techniques/CAAT) untuk membantu melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan perangkat lunak komputer untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

-

Melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan dalam prosedur analitis. Memilih sampel piutang usaha untuk konfirmasi. Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa semua dokumen yang berurutan telah dipertanggungjawabkan. Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk disesuaikan (seperti harga yang tercantum dalam faktur dengan master file yang memuat harga-harga yang telah disahkan) Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan apakah aspek computer Melaksanakan ulang berbagai perhitungan seperti penjumlahan buku besar pembantu piutang usaha atau file persediaan.

-bukti audit Bukti audit merupakan informasi yang akan digunakan oleh auditor untuk menentukan kesesuaian antara yang diaudit dan kriteria tertentu yang telah di tetapkan. Bukti audit dapat berupa informasi yang sangat persuasif maupun informasi yang kurang persuasif. Contoh bukti audit yang sangat persuasif adalah hasil perhitungan ulang oleh auditor atas bersarnya amortisasi atas beban dibayar di muka. Adapaun contoh bukti audit yang kurang persuasif adalah hasil tanya jawab dengan karyawan klien. Keputusan penting yang dihadapi oleh auditor dalam menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat adalah meliputi penentuan prosedur audit, ukuran sampel, metode pemilihan sampel, dan penetapan waktu. Jenis-jenis bukti audit: 1. Bukti Fisik Bukti fisik merupakan bukti yang akan diperoleh oleh auditor secara langsung dengan melalui pemeriksaan fisik di dalam proses audit itu sendiri. Misalnya, pemeriksaan fisik persediaan secara langsung oleh auditor. Bukti ini merupakan salah satu bukti yang mungkin paling akurat di dalam auditing. Sehingga jika anda memiliki bukti fisik. Maka tidak heran jika anda tidak perlu khawatir apabila memiliki bukti fisik. 2. Bukti Matematis Bukti matematis merupakan bukti yang diperoleh auditor melalui perhitungan langsung, contohnya saja footing untuk penjumlahan vertikal dan cross footing untuk penjumlahan baik secara horizontal ataupun sebaliknya. Bukti matematis ini mungkin perlu proses untuk mendapatkannya. Bukti ini bersifat kuantitatif dan juga sesuai namanya yaitu matematis. Adanya bukti ini memperjelas apakah pekerjaan klien anda teliti atau tidak dalam pembuatan jurnal. (Baca: Manfaat Jurnal Khusus) 3. Bukti Perbandingan Bukti perbandingan biasa disebut dengan bukti rasio, dimana bukti ini digunakan oleh auditor untuk menghitung rasio likuiditas, profitbilitas solvabilitas, quick ratio dan hal lainnya. 4. Bukti Dokumenter Dalam bukti dokumenter sendiri terbagi menjadi beberapa bagian diantarnya, bukti yang dibuat oleh pihak luar dan dikirimkan langsung kepada tim auditor. Selain itu bukti yang sudah dibuat pihak luar namun dikirim kepada auditor melalui kliennya. Terakir yakni bukti yang dibuat dan disimpan oleh klien saja. Bukti yang pertama memiliki kredibilitas sangat tinggi dibanding bukti dokumenter lainnya. 5. Catatan Akuntansi Catatan akuntansi adalah sumber data yang bisa digunakan oleh auditor sebagai bukti audit. Dimana, catatan ini merupakan hasil kerja yang telah dibuat oleh para akuntan. Sumber data yang dimaksud merupakan dasar pembuatan laporan keuangan layaknya jurnal, dan sejenisnya. Karena itulah catatan akuntansi dipergunakan untuk bukti yang bisa mendukung kegiatan auditing. Terutama karena catatan merupakan sistem yang sudah pasti dilakukan semua akuntan dimanapun. 6. Bukti Pengendalian Internal Bukti pengendalian internal adalah bukti yang paling kuat ketika melaksanakan audit. Mengapa kuat ? karena kuat atau lemahnya pengendalian internalah seorang auditor bisa mendapatkan banyak bukti yang bisa dikumpulkan olehnya. Contohnya, bila resiko pengendalian internal cukup tinggi hal ni

berarti resiko audit yang direncanakan harusnya rendah. Dengan judul pengendalian cukup menjelaskan bahwa kegiatan dan bukti ini cukup sulit. 7. Bukti Surat Bukti surat atau biasa disebut surat pernyataan tertulis merupakan surat yang telah ditandatangani seorang individu yang bisa bertanggungjawab dan berpengetahuan mengenai kondisi atau kejadian tertentu, dimana bukti tertulis bisa didapat dari manajemen ataupun sumber eksternal termasuk bukti dari spesialis dan juga jurnal akuntan. 8. Bukti Lisan atau Wawancara Bukti lisan atau wawancara merupakan bukti selanjutnya adalah hal audit. Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak sekali berhubungan dengan manusia, sehingga ia memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan secara lisan dan dalam bentuk wawancara. 9. Bukti Konfirmasi Bukti konfirmasi merupakan salah satu proses untuk memperoleh dan menilai suati komunikasi langsung dari pihak ketiga atas jawaban permintaan informasi tentang unsur tertentu. Hal ini mungkin sangat tinggi reliabilitasnya karena berisikan informasi dari pihak ketiga langsung baik tulis maupun lisan. Dalam konfirmasi sendiri ada yang memiliki nilai positif seperti halnya persetujuan, konfirmasi negatif atau mereka yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap informasi yang telah ditanyakan. Lalu terakhir adalah blank confirmation, dimana konfirmasi yang respondenya diminta untuk memberikan informasi lain atau jawaban atas suatu hal yang sedang ditanyakan. 10. Bukti Inspeksi Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci, terhadap sebuah dokumen dan kondisi fisik yang memiliki kaitan serta menghasilakn bukti untuk mendukung laporan keuangan.Bukti ini dimasukan kedalam bukti dan prosedur dalam audit. -pengertian audit Audit adalah pemeriksaan laporan keuangan untuk memberikan pendapat atas kebenaran penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu faktor dalam pengambilan keputusan. Pentingnya Peranan Audit dalam Sebuah Perusahaan -

-

-

Sebuah perusahaan jika tidak diaudit maka akan ada kesalahan yang disengaja ataupun tidak disengaja. Karena itu, laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercayai kewajarannya oleh pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini wajar yang tentunya tanpa pengecualian dari KAP, maka pengguna laporan keuangan bisa merasa yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. SPT yang sudah diaudit lebih dipercaya oleh lembaga hukum pajak atau perpajakan dibandingkan dengan laporan yang belum melalui proses audit. Perusahaan yang sudah go public dan terkenal, serta memiliki aset Rp25 miliar atau lebih maka harus memasukkan ke audited financial statements-nya ke Departemen Perdagangan dan Perindustrian.

-audit syariah dan kriteria audit syariah Secara umum pengertian audit syariah sama halnya dengan audit. Hanya saja dalam audit syariah, memperhatikan prinsip yang ada dalam islam, seperti akad ijarah dan akad lainnya. Perbedaan yang mendasar tentang auditor tradisional dengan auditor syariah adalah pertanggungjawaban dari auditor tersebut. Auditor tradisional memiliki cakupan tanggung jawab hanya pada klien saja, sedangkan auditor syariah memiliki cakupan tanggung jawab yang luas. Pertama auditor syariah bertanggung jawab kepada Allah SWT terkait kejujurannya dalam bekerja. Kedua, auditor syariah juga bertanggung jawab kepada pemodal terkait kinerja perusahaan tersebut. Terakhir, seorang auditor syariah bertanggung jawab dengan masyarakat. Auditor syariah juga menilai praktik manajemen yang dilakukan

perusahaan, apakan perusahaan tersebut menerapkan manajemen syariah atau tidak. Auditor syariah juga memiliki peran yang tidak ada pada auditor tradisional, yaitu menilai kepatuhan syariah suatu entitas syariah. Penilaian kepatuhan suatu entitas syariah, dilihat dari sejauh mana entitas tersebut mengikuti syariat Islam. Penilaian ini mencakup terkait usaha dari kliennya tersebut apakah sesuai dengan syariah Islam atau tidak. Penilaian selanjutnya terkait laporan keuangan entitas / perusahaan tersebut, jika perusahaan tersebut adalah lembaga zakat maka apakah laporan keuangannya memenuhi standar akuntansi keuangan syariah atau tidak. Kriteria audit syariah: -

Obyeknya LKS maupun non-bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Mengharuskan adanya peran DPS Audit dilakukan oleh auditor bersertifikat SAS Menggunakan standar audit AAOIFI Opini berisi tentang Sharia Compliance atau tidaknya LKS

-etika audit Etika Auditing adalah suatu sikap dan perilaku mentatati ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku dalam suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti secara objektif, yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi. Seorang auditor dalam mengaudit sebuah laporan keuangan harus berpedoman terhadap standar auditing yang telah ditntukan Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masingmasing standar yang tercantum di dalam standar auditing. 1. Kepercayaan Publik Kepercayaan masyarakat terhadap auditor sangat diperlukan bagi perkembangan profesi akuntan publik. Dengan adanya kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat tersebut, akan menambah klien yang akan menggunakan jasa auditor. Untuk mendapatkan kepercayaan dari klien, auditor harus selalu bertanggung jawab terhadap laporan yang diperiksa dan mengeluarkan hasil yang sebenarbenarnya, jujur dalam bekerja. 2. Tanggung Jawab Auditor kepada Publik Profesi akuntan di dalam masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib dengan menilai kewajaran dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Auditor harus memiliki tanggung jawab terhadap laporan keuangan yang sedang dikerjakan. Tanggung jawab disini sangat penting bagi auditor. Publik akan menuntut sikap profesionalitas dari seorang auditor, komitmen saat melakukan pekerjaan. Atas kepercayaan publik yang diberikan inilah seorang akuntan harus secara terus-menerus menunjukkan dedikasinya untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Dalam kode etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap klien yang membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga terhadap publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara keseluruhan. 3. Tanggung Jawab Dasar Auditor - Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan Seorang auditor perlu merencanakan, mengendalikan dan mencatat pekerjan yang ia lakukan, agar apa yang telah dilakukan oleh auditor dapat dibaca oleh yang berkepentingan. - Sistem Akuntansi Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan. - Bukti Audit

Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk memberikan kesimpulan rasional. Dan harus memperoleh bukti yang sangat bermanfaat dalam mengaudit laporan keuangan. - Pengendalian Intern Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada pengendalian internal, hendaknya memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu dan melakukan compliance test. - Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan Auditor melaksanakan tinjau ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam hubungannya dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan. 4. Independensi Auditor Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Independensi akuntan publik mencakup empat aspek, yaitu : - Independensi sikap mental Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak di dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya. - Independensi penampilan. Independensi penampilan berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik bertindak independen sehingga akuntan publik harus menghindari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya. Independensi penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan publik. - Independensi praktisi (practitioner independence) Independensi praktisi berhubungan dengan kemampuan praktisi secara individual untuk mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak dalam perencanaan program, pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan. Independensi ini mencakup tiga dimensi, yaitu independensi penyusunan progran, independensi investigatif, dan independensi pelaporan. - Independensi profesi (profession independence) Independensi profesi berhubungan dengan kesan masyarakat terhadap profesi akuntan publik. -studi kasus, misalnya perusahaan A punya investasi asuransi, 20-50% (equity method), tapi dalam pelaporan ga dibolehin laba ruginya segitu, jadi sebagai auditor, gimana opininya

Related Documents

Kuis Praktik Audit Uts
October 2019 20
Uts Audit 1.docx
November 2019 14
Kisikisi Kuesioner
October 2019 70
Uts
June 2020 48

More Documents from ""

Cover.docx
December 2019 2
Doc1.docx
November 2019 27
Poskesdes.doc
December 2019 36
Mencegah Stroke.docx
December 2019 35