Uts Audit & Atestasi Audit Planning.docx

  • Uploaded by: firman
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Uts Audit & Atestasi Audit Planning.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,215
  • Pages: 17
UTS AUDIT & ATESTASI Audit Plan

Disusun Oleh : Firman Januar Tafaib 2015271097

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016

Audit Planning Firman Januar Tafaib 2015271097 Program Pendidikan Profesi Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Brawijaya Pendahuluan Perencanaan merupakan tahapan yang penting dalam audit, karena perencanaan mengatur mengenai urutan setiap bagian atau tahapan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan audit meliputi Pengembangan strategi yang menyeluruh terhadap pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran kompleksitas badan usaha, pengalaman dan pengetahuan tentang bisnis usaha. Agar dapat membuat perencanaan audit dengan sebaik-baiknya, auditor harus memahami bisnis klien dengan sebaik-baiknya (understanding client business), termasuk sifat dan jenis usaha klien, struktur organisasinya, struktur permodalan, metode produksi, pemasaran, distribusi dll. Audit Plan Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan perencanaan audit awal sampai pada pengembangan rencana audit dan program audit menyeluruh. Variabel ini diukur dengan menggunakan jam perencanaan audit. Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor. 1. Menurut Standar pekerjaan lapangan pertama Profesional Akuntan Publik (SPAP) mensyaratkan adanya perencanaan yang memadai yaitu: Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. (IAI, 2001). 2. Menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya ‘Auditing´, menerangkan bahwa: Perencanaan dan supervisi berlangsung terus menerus selama audit, auditor sebagai penanggung jawab akhir atas audit dapat mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan supervisi auditnya dalam kantor akuntannya (asisten). 3. Menurut Standar Auditing 316 dalam Standar Profesional Akuntan Publik (Ikatan Akuntan Indonesia, 2001) mensyaratkan agar audit dirancang untuk memberikan keyakinan memadai atas pendeteksian salah saji yang material dalam laporan keuangan´. 4. Menurut SA Seksi 326 (PSA No. 07), Paragraf Audit No. 20 menyatakan bahwa Auditor pada hakikatnya harus dirumuskan dalam jangka waktu dan biaya yang wajar .

Audit Plan adalah pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan disusun segera setelah MANAGEMENT LETTER (surat perikatan) disetujui klien. Tujuan Audit Plan adalah untuk mencapai keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah

saji yang diyakini jumlahnya besar, baik secara individual mapun secara keseluruhan, yang secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan. Dalam merencanakan audit : Risiko audit dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, sesuai dengan pertimbangan professional Menetapkan pertimbangan awal mengenai tingkat materialitas untuk audit plan, auditor dapat mempertimbangkan materialitas : Sebelum laporan keuangan yang akan diaudit selesai dususun Setelah laporan keuangan yang akan diaudit selesai diaudit, namun perlu dimodifikasi Untuk kedua keadaan tersebut didasarkan atas laporan keuangan intern klien yang disetahunkan atau laporan keuangan tahunan satu / lebih periode sebelumnya, dengan syarat memperhatikan pengaruh perubahan besar dalam perusahaan klien dan perubahan lain yang relevan dalam perekonomian secara keseluruhan. Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan antara lain : memahami bisnis dan industri klien Kebijakan dan prosedur akuntansi klien, metode pengolahan informasi akuntansi yang digunakan klien, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan, penetapan tingkat resiko pengendalian yang direncanakan Pertimbangan awal tingkat materialitas untuk tujuan audit, pos laporan keuangan yang memerlukan penyesuaian (adjustment) Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti risiko kekeliruan dan ketidakberesan yang material atau adanya transaksi antar pihak yang mempunyai hubungan istimewa, Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi tugas sebagai contoh: laporan audit tentang laporan keuangan konsolidasi,laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak/perjanjian. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas. Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat entitas tersebut. b. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut. c. Metode yang digunakan oleh ent itas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan. d. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan. e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit. f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment). g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. h. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian)

Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasannya dengan baik: a. Untuk memperoleh bahan bukti kompeten yang mencukupi dalam situasi saat itu. b. Untuk membantu menekan biaya audit agar dapat bersaing dengan yang lain. c. Untuk menghindari salah pengertian dengan klien. Mendapatkan bahan bukti kompeten yang cukup merupakan hal yang penting jika kantor akuntan publik ingin menekan tanggung jawab hukum seminimal mungkin dan mempertahankan reputasi yang baik dalam masyarakat profesi. Dengan menekan biaya dalam batas yang wajar, kantor akuntan akan dapat bersaing sehingga para kliennya tidak lari darinya, dengan catatan bahwa kantor akuntan publik itu memang mempunyai reputasi dalam menjalankan pekerjaan yang berkualitas. Menghindari salah pengertian dengan klien adalah penting untuk menjaga hubungan baik dengan klien dan untuk memudahkan pelaksanaan erja yang bermutu dengan biaya yang wajar. Apapun alasan untuk dilakukannya suatu audit, pelaksanaan audit akan melalui empat tahapan berikut: a. Menerima dan mempertahankan klien b. Merencanakan audit c. Melaksanakan pengujian audit d. Melaporkan hasil temuan audit Tahap Perencanaan Audit Perencanaan audit terdiri dari tujuh bagian/ tahapan, yaitu: 1. Perencanaan Awal Audit Perencanaan awal menyangkut keputusan apakah auditor akan menerima atau melanjutkan pelaksanaan audit bagi klien, mengevaluasi alasan-alasan klien untuk diaudit, memilih staf untuk penugasan dan mendapatkan surat penugasan. Menerima klien baru dan melanjutkan klien lama Menyelidiki klien baru. Sebelum menerima klien baru, sebagian besar kantor akuntan publik menyelidiki perusahaan untuk memutuskan apakah klien dapat diterima. Selain itu juga harus dilakukan evaluasi prospektif klien dalam lingkungan usaha, stabilitas keuangan, dan hubungan dengan kantor akuntan publik. Untuk calon klien yang sebelumnya diaudit oleh kantor akuntan publik lain, auditor pengganti diwajibkan oleh PSA 16 (SA 315) untuk berhubungan dengan auditor sebelumnya, agar dapat membantu auditor pengganti dalam mengevaluasi apakah akan menerima penugasan tersebut. Apabila calon klien belum pernah diaudit oleh kantor akuntan publik, perlu diadakan penyelidikan. Sumber informasi bisa berasal dari pengacara lokal, kantor akuntan publik lain, bank dan perusahaan lain. Melanjutkan klien lama. Banyak kantor akuntan publik mengevaluasi klien yang sudah ada setiap tahun untuk memutuskan apakah ada alasan untuk tidak melanjutkan audit. Perselisihan sebelumnya seperti kelayakan ruang lingkup audit, jenis pendapat yang diberikan, atau honorarium dapat menyebabkan auditor tidak melanjutkan hubungan. Auditor dapat juga memutuskan bahwa klien kurang mempunyai integritas dan karena itu tidak layak lagi untuk menjadi kliennya. Mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit Dua faktor utama yang mempengaruhi bahan bukti yang akan dikumpulkan adalah siapa pemakai laporan dan maksud dari penggunaan laporan tersebut. Auditor akan

mengumpulkan lebih bannyak bahan bukti jika laporan digunakan secara luas. Hal seperti ini sering terjadi pada perusahaan publik, perusahaan dengan utang banyak, dan perusahaan yang akan dijual pada waktu yang dekat. Kemungkinan terbesar dalam hal penggunaan laporan dapat ditentukan dengan melihat pengalaman dalam penugasan yang lalu dan diskusi dengan manajemen. Selama audit berlangsung, auditor dapat memperoleh infromasi tambahan mengenai mengapa klien menghendaki audit dan untuk apa laporan keuangan digunakan. Staf untuk penugasan Menentukan staf yang pantas untuk melaksanakan penugasan adalah penting untuk memenuhi standar auditing yang ditetapkan IAI dan meningkatkan efisiensi audit. Standar auditing yang ditetapkan IAI yang pertama menyatakan: “Audit harus dilakukan oleh seorang atau beberapa yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup”. Pertimbang utama yang memperngaruhi penyusunan staf adalah perlunya kesinambungan dari tahun ke tahun. Kesinambungan membantu kantor akuntan publik dalam menjaga mutu persyaratan teknis dan hubungan antar manusia yang lebih erat dengan klien. Pertimbangan lain yaitu bahwa orang-orang yang diserahi tugas harus akrab dengan bidang usaha klien. Memperoleh surat penugasan Suarat penugasan adalah kesepakatan antara kantor akuntan publik dan klien untuk pelaksanaan audit dan pelayanan lain yang terkait. Surat ini menyebutkan apakah auditor akan melaksanakan audit, penelaahan, kompilasi, dan jasa lain seperti pengisian SPT dan jasa manajemen. Dalam surat penugasan dinyatakan pembatasan yang dikenakan terhadap pekerjaan auditor, batas waktu penyelesaian audit, bantuan yang akan diberikan oleh klien untuk memperoleh catatan dan dokumen serta daftar rincian yang perlu disiapkan oleh auditor. Seringkali surat penugasan memuat persetujuan yang menyangkut biaya audit. Surat penugasan merupakan cara untuk memberitahukan klien bahwa auditor tidak bertanggung jawab untuk menemukan kecurangan (fraud). Surat penugasan tidak mempengaruhi tanggung jawab kantor akuntan publik terhadap pihak ekstern laporan keuangan yang diaudit, tetapi dapat mempengaruhi tanggung jawab hukum terhadap klien. Informasi dalam surat penugasan sangat penting dalam perencanaan audit, terutama karena surat itu mempengaruhi saat penyajian dan waktu yang diperlukan untuk audit dan jasa lain.

2. Memperoleh Infromasi Mengenai Latar Belakang Diperlukan pengetahuan yang luas mengenai bidang usaha dan industri klien serta pengetahuan atas operasi perusahaan untuk dapat melakaukan audit yang memadai. Sebagian informasi diperoleh di tempat klien, terutama unutk klien baru. Informasi mengenai latar belakang klien dapat diperoleh dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut: Memahami bidang usaha dan industri klien Ada tiga alasan mengapa diperlukan pemahaman yang baik atas industry klien. Pertama, Memahami aturan-aturan akuntansi yang khas dari industri tersebut untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Kedua, Mengidentifikasi risiko dalam industri yang akan mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima. Ketiga, Agar dapat mengidentifikasi risiko bawaan. Pengetahuan mengenai industri klien dapat diperoleh dengan berbagai cara, seperti: diskusi dengan auditor yang mengaudit di tahun-tahun sebelumnya dan dengan auditor yang sedang melakukan penugasan serupa, serta bisa juga dilakukan dengan mengadakan pertemuan-pertemuan bersama pegawai klien. Infromasi lainnya dapat diperoleh dari pedoman audit industri, teks pelajaran dan majalah-majalah yang memuat informasi mengenai industri klien. Meninjau pabrik dan kantor Peninjauan atas fasilitas klien sangat bermanfaat untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai bidang usaha dan operasi klien karena akan diperoleh kesempatan untuk menemui pegawai kunci dan mengamati operasi dari tangan pertama. Diskusi dengan pegawai di luar bidang akuntansi selama proses peninjauan audit dan audit berguna dalam mendapatkan perspektif yang lebih luas. Peninjauan langsung atas fasilitas fisik akan membantu auditor dalam memahami pengamanan fisik aktiva dan menginterpretasikan data akuntansi dengan memberikan kerangka acuan dalam visualisasi aktiva. Menelaah kebijakan perusahaan Berguna untuk menetapkan apakah manajemen memperoleh wewenang dari dewan komisaris untuk membuat keputusan tertentu dan untuk meyakinkan bahwa keputusan manajemen telah tercermin dalam laporan keuangan. Pendekatan yang digunakan kantor akuntan publik dalam menelaah kebijakan perusahaan adalah dengan memasukkan catatan dalam berkas permanen mengenai kebijakan pentign yang dijalankan oleh klien dan nama orang atau kelompok yang berwenang unutk mengubah kebijakan tersebut. Berkas permanen auditor seringkali memuat sejarah perusahaan, daftar jalur usaha utama, dan catatan kebijakan akuntansi yang paling penting dari tahun ke tahun . Mengidentifikasi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa Hubungan istimewa dalam PSA 34 (SA 334) diidentifikasikan sebagai perusahaan afiliasi, pemilik utama perusahaan klien, atau pihak lainnya yang berhubungan dengan klien dimana salah satu pihak dapat mempengaruhi manajemen atau kebijakan operasi pihak lainnya. Transaksi hubungan istimewa adalah transaksi antara klien dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, misalnya: transaksi penjualan dan pembelian antara perusahaan induk dengan perusahaan anak, pertukaran peralatan antara dua perusahaan yang dimiliki oleh orang yang sama, dan pinjaman kepada pegawai. Karena transaksi hubungan istimewa harus diungkapkan, penting artinya bahwa seluruh pihak yang mempunyai hubungan istimewa diidentifikasi dan dimasukkan dalam berkas permanen pada awal penugasan auditor. Cara umum untuk mengidentifikasi pihak yang memiliki hubungan istimewa adalah dengan bertanya kepada manajemen, menelaah arsip pasar modal, dan memerikasa daftar pemegang saham untuk mengidentifikasi pemegang saham utama. Mengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari luar Auditor harus memiliki pemahaman yang memadai mengenai industri klien untuk menentukan apakah diperlukan seorang spesialis. PSA 39 (SA336) menetapkan aturan untuk memilih spesialis dan menelaah pekerjaannya. Contohnya adalah penggunaaan

seorang spesialis berlian untuk menilai biaya penggantian berlian, atau seorang spesialis aktuaris untuk menetapkan kelayakan nilai yang tertulis dari cadangan kerugian asuransi. Perencanaan yang baik diperlukan untuk meyakinkan bahwa seorang ahli siap jika diperlukan dan bawah ahli itu benar-benar kompeten dan jika mungkin independen terhadap klien. 3. Memperoleh Informasi Mengenai Kewajiban Hukum Klien Tiga dokumen hukum dan catatan yang berkaitan erat dengan klien yang harus diperiksa pada awal penugasan: Akte pendirian dan anggaran dasar perusahaan Akte pendirian perusahaan diterbitkan oleh negara di mana perusahaan didirikan dan merupakan dokumen hukum yang penting untuk mengakui suatu perusahaan sebagai suatu usaha yang berdiri sendiri. Termasuk di dalamnya adalah nama perseroan, tanggal pendirian, jenis dan jumlah modal saham yang disahkan untuk ditempatkan dan jenis kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh perseroan. Anggaran dasar mencakup peraturan dan prosedur yang ditetapkan oleh para pemegang saham perseroan. Di dalamnya diuraikan hal-hal seperti tahun fiskal perseroan, frekuensi rapat pemegang saham, metode pemilihan para direktur, dan kewajiban serta wewenang dari pada pengurus perusahaan. Auditor harus memahami persyaratan akte pendirian dan anggaran dasar perusahaan agar dapat menetapkan apakah laporan keuangan disajikan secara pantas. Notulen rapat Notulen rapat adalah catatan resmi rapat dewan direksi dan pemegang saham. Termasuk di dalamnya adalah ikhtisar masalah terpenting yang didiskusikan dalam rapat dan keputusan yang dibuat oleh direksi dan pemegang saham. Jika auditor tidak memeriksa notulen, dia tidak akan menyadari adanya informasi yang penting unutk menetapkan apakah laporan keuangan telah dibuat dengan benar. Informasi-informasi yang tercakup dalam notulen rapat:  Pengumuman dividen  Otorisasi penggajian untuk pejabat  Persetujuan kontrak dan kesepakatan  Otorisasi atas perolehan aktiva  Persetujuan merger  Otorisasi pinjaman jangka penjang  Persetujuan untuk menggadaikan efek-efek  Otorisasi pegawai yang berhak menandatangani cek  Pelaporan mengenai kemajuan operasional perusahaam Kontrak Kontrak adalah perjanjian kerjasama klien dengan pihak lain. Pada umumnya kontrak sangat diperlukan dalam setiap bagian audit untuk memperoleh gambaran yang lebih baik mengenai perusahaan dan untuk membiasakan diri pada bagian yang mungkin akan menimbulkan masalah. Dalam memeriksa kontrak, perhatian utama dipusatkan pada segi kesepakatan hukum yang memperngaruhi pengungkapan keuangan.

4. Pelaksanaan Prosedur Analitis Pendahuluan Prosedur analitis adalah evaluasi infromasi keuangan yang dilakukan dengan memperlajari hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan yang meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi dari auditor. Tujuan prosedur analisis dalam perencanaan audit adalah membantu perencanaan sifat, saat, dan luas prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti tentang saldo akun atau jenis transaksi tertentu. Tujuan pelaksanaan prosedur analitis pendahuluan:  Memahami bidang usaha klien  Penetapan kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya  Indikasi adanya kemungkikan salah saji dalam laporan keuangan  Mengurangi pengujian audit yang terinci Tahap-tahap dalam prosedur analisis:  Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat  Melaksanakan perhitungan/perbandingan  Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan  Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan tersebut.  Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit. Berikut merupakan jenis prosedur analitis :  Membandingkan data klien dengan data serupa tahun sebelumnya  Membandingkan data klien dengan data rata-rata industry  Membandingkan data klien dengan ekspektasi klien 

Membandingkan data klien dengan ekspektasi auditor

5. Menetukan Materialitas, Menetapkan Risiko Audit dan Risiko Bawaan Mempertimbangkan tingkat materialitas awal Materialitas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kecukupan (kuantitas) bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan antara materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan salah akun material harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan (hubungan terbalik). Semakin besar atau semakin signifikan suatu saldo akun, semakin banyak jumlah bukti yang diperlukan (hubungan langsung). Materialitas awal dapat ditentukan melalui dua tahap, yaitu dengan tingkat laporan keuangan, dan tingkat saldo akun. Mempertimbangkan risiko audit dan risiko bawaan Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tidak memodifikasi pendapatnya sebagainya mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya. Jika diinginkan

tingkat kepastian 99%, risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya adalah 1%. Terdapat tiga unsur risiko audit: (1) risiko bawaan, Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besr pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain. Sebagai contoh, perhitungan yang lebih rumit lebih mungkin mengakibatkan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Faktor ekstern juga mempengaruhi risiko bawaan. Sebagai contoh, perkembangan teknologi mungkin meyebabkan produk tertentu menjadi usang, sehingga mengakibatkan sediaan cenderung dilaporkan lebih besar. (2) risiko pengendalian, Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini ditentukan oleh efektivitas kebijakan dan prosedur pengendalian intern intern untuk mencapai tujuan umum pengendalian intern yang relevan dengan audit atas laporan keuangan entitas. Risiko pengendalian tertentu akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern. Sebagai contoh, pengendalian intern mungkin menjadi tidak efektif karena kelalaian manusia akibat ceroboh atau bosan atau karena adanya kolusi diantara personel pelaksananya. (3) risiko deteksi, Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi ditentukan oleh efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidak pastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%. Risiko deteksi dapat dihitung melalui tahap-tahap berikut ini: a. Menetepkan risiko audit, risiko bawaan, dan risiko pengendalian secara individual berdasarkan pertimbangan profesional auditor. b. Melakukan penghitungan risiko deteksi. 6. Memahami Struktur Pengendalian Intern dan Menetapkan Risiko Pengendalian Struktur pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang di tetapkan untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa tujuan satuan usaha yang spesifik akan dapat di capai. Struktur Pengendalian intern satuan usaha terdiri dari tiga unsur: 1) Lingkungan pengendalian 2) Sistem akuntansi 3) Prosedur pengendalian. Jika struktur pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidak akuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan publik, hal tersebut menimbulkan resiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini yang tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang di berikannya. Struktur pengendalian intern terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu : a. Lingkungan Pengendalian

Merupakan dasar dari komponen pengendalian yang lain yang secara umum dapat memberikan acuan disiplin. Meliputi : Integritas, Nilai Etika, Kompetensi personil perusahaan, Falsafah Manajemen dan gaya operasional, cara manajemen di dalam mendelegasikan tugas dan tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan personil, serta, arahan yang diberikan oleh dewan direksi. Kunci lingkungan pengendalian adalah:  Integritas dan Etika  Komitmen terhadap Kompetensi  Struktur Organisasi  Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab  Praktik dan Kebijakan Sumber Daya Manusia yang Baik b. Penilaian Resiko Identifikasi dan analisa atas resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan yaitu mengenai penentuan “bagaimana resiko dinilai untuk kemudian dikelola”. Komponen ini hendaknya mengidentifikasi resiko baik internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum melakukan penilain resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan terlebih dahulu dan dikaitkan sesuai dengan level-levelnya. Langkah-langkah dalam penaksiran risiko adalah sebagai berikut:  Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko  Menaksir risiko yang berpengaruh cukup signifikan  Menentukan tindakan yang dilakukan untuk me-manage risiko c. Aktivitas Pengendalian Kebijakan dan prosedur yang dapat membantu mengarahkan manajemen hendaknya dilaksanakan. Aktivitas pengendalian hendaknya dilaksanakan dengan menembus semua level dan semua fungsi yang ada di perusahaan. Aktivitas pengendalian meliputi:  Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup  Otorisasi traksaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai  Pendokumentasiaan dan pencatatan yang cukup  Pengendalian secara fisik terhadap aset dan catatan   

Evaluasi secara independen atas kinerja Pengendalian terhadap pemrosesan informasi Pembatasan akses terhadap sumberdaya dan catatan

d. Informasi dan Komunikasi Menampung kebutuhan perusahaan di dalam mengidentifikasi, mengambil, dan mengkomukasikan informasi-informasi kepada pihak yang tepat agar mereka mampu melaksanakan tanggung jawab mereka. Di dalam perusahaan (organisasi), Sistem

informasi merupakan kunci dari komponen pengendalian ini. Informasi internal maupun kejadian eksternal, aktifitas, dan kondisi maupun prasyarat hendaknya dikomunikasikan agar manajemen memperoleh informasi mengenai keputusankeputusan bisnis yang harus diambil, dan untuk tujuan pelaporan eksternal. e. Pengawasan Pengendalian intern seharusnya diawasi oleh manajemen dan personil di dalam perusahaan. Ini merupakan kerangka kerja yang diasosiasikan dengan fungsi internal audit di dalam perusahaan (organisasi), juga dipandang sebagai pengawasan seperti aktifitas umum manajemen dan aktivitas supervise. Adalah penting bahwa defisiensi pengendalian intern hendaknya dilaporkan ke atas. Dan pemborosan yang serius seharusnya dilaporkan kepada manajemen puncak dan dewan direksi, hal ini meliputi :  Mengevaluasi temuan-temuan, reviu, rekomendasi audit secara tepat.  Menentukan tindakan yang tepat untuk menanggapi temuan dan rekomendasi dari audit dan review.  Menyelesaikan dalam waktu yang telah ditentukan tindakan yang digunakan untuk menindaklanjuti rekomendasi yang menjadi perhatian manajemen. Kelima komponen ini terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat memberikan kinerja sistem yang terintegrasi yang dapat merespon perubahan kondisi secara dinamis. Sistem Pengendalian Internal terjalin dengan aktifitas opersional perusahaan, dana akan lebih efektif apabila pengendalian dibangun ke dalam infrastruktur perusahaan, untuk kemudian menjadi bagian yang paling esensial dari perusahaan (organisasi).

7. Mengembangkan Rencana Audit dan Program Audit Dalam perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi, auditor dapat memilih strategi audit awal: a. Primarily subtantive approach Pada strategi ini, auditor lebih mengutamakan pengujian substantive daripada pengujian pengendalian. Auditor relatif lebih sedikit melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman struktur pengedalian intern klien. Strategi ini lebih banyak dipakai dalam audit yang pertama kali daripada atas klien lama. Strategi ini digunakan apabila auditor, atas dasar pengalaman maupun tahap perencanaan sebelumnya, menemukan kondisi sebagai berikut:  Pengendalian yang terkait dengan suatu asersi, tidak efektif. Oleh karena itu, salah saji tidak akan dpat dicegah atau dideteksi oleh struktur pengendalian intern klien. Auditor kemudian menguji apakah salah saji yang tak terdeteksi oleh struktur pengendalian intern klien tersebut, dapat dideteksi oleh prosedur audit. Dengan demikian, auditor akan lebih banyak melakukan pengujian substantive.



Biaya untuk melaksanakan: 1)Prosedur tambahan untuk menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern. 2)Test of control untuk mendukung lower assessed level of control risk melebihi biaya untuk melaksanakan test substsntif yang lebih ekstensif.

Kedua kondisi ini biasanya terkait dengan asersi akun:  Yang dipengaruhi terutama oleh transaksi tidak rutin atau jarang terjadi seperti aktiva tetap, utang obligasi, dan modal saham.  Yang sangat memerlukan jurnal penyesuaian seperti akumulasi depresiasi. b. Lower assessed level of control risk approach Auditor lebih mengutamakan pengujian pengendalian daripada pengujian substantive pada strategi ini. Hal ini bukan berarti auditor sama sekali tidak melakukan pengujian substantive. Auditor tetap melakukan pengujian substantive meskipun tidak seekstensif pada Primarily substantive approach. Auditor lebih banyak melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien. Strategi ini lebih banyak dipakai dalam audit atas klien lama daripada audit yang pertama kali atas klien baru. Strategi ini digunakan apabila auditor, atas dasar pengalaman maupun tahap perencanaan sebelumnya, menemukan kondisi sebagai berikut:  Pengendalian yang terkait dengan suatu asersi dirancang dengan baik, dan sangat efektif. Struktur pengendalian intern klien sangat efektif tersebut akan dapat mengurangi kemungkinan salah saji. Oleh karena itu, auditor harus menguji apakah struktur pengendalian intern klien benar-benar efektif dalam mendeteksi salah saji. Auditor lebih banyak melakukan pengujian pengendalian.  Biaya untuk melaksanakan: 1)Prosedur tambahan untuk menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern. 2)Test of control untuk mendukung lower assessed level of control risk lebih rendah dari pada biaya untuk melaksanakan test substantive yang lebih ekstensif. 3)Akun yang diperiksa adalah akun yang dipengaruhi transaksi rutin, dan volumenya tinggi. Contoh akun seperti itu adalah: 1.Penjualan 2.Piutang dagang 3.Persediaan 4.Biaya upah dan gaji

CONTOH AUDIT PLAN PERUSAHAAN DEALER KENDARAAN ( PERENCANAAN AUDIT )

             

Nama Perusahaan Nama Pimpinan Alamat Perusahaan Bentuk Perusahaan Tgl/bln/Th mulai usaha SIUP Nomor HO Nomor TDP Nomor NPWP Nomor Bidang Usaha Produk Konsumen yang dituju Jumlah Target omset Tenaga Kerja yang Dipekerjakan

A. Struktur Organisasi :  Pimpinan  Staff Pemasaran / Marketing  Staff Keuangan  Karyawan Logistik dan IT  Karyawan / Office boy

: : : : : : : : : : : : : :

: : : : :

B. Kemampuan Karyawan yang diharapkan :

C. Motivasi Karyawan yang Diharapkan :

D. Prasarana dan Peralatan 1) Prasarana 2) Peralatan 3) Kendaraan 1. SUSUNAN PENGURUS Susunan pengurus Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2015 adalah sebagai berikut : Komisaris Utama

:

Komisaris

:

Komisaris Independen

:

Direktur Utama

:

Wakil Direktur Utama

:

Direktur

:

2. EKUITAS

3. KEBIJAKAN AKUNTANSI a) Penyajian Laporan Keuangan b) Piutang Usaha c) Persediaan d) Penyertaan dalam bentuk saham e) Aset Tetap f)

Pengakuan Pendapatan

g) Transaksi dan Penjabaran Mata Uang Asing h) Taksiran Pajak penghasilan (PPh) i)

Tahun Buku

4. BUKU-BUKU YANG DIGUNAKAN PERUSAHAAN

5. NERACA KOMPARATIF ASET ASET LANCAR

Kas dan setara kas Piutang usaha Piutang lain-lain Persediaan Beban dibayar di muka Perlengkapan

TOTAL ASET LANCAR

ASET TETAP Harga perolehan Akumulasi penyusutan Nilai buku

TOTAL ASET

KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang usaha Utang lain-lain Beban yang masih harus dibayar TOTAL KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Kewajiban pajak tangguhan TOTAL KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

EKUITAS Modal disetor Saldo laba TOTAL EKUITAS TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS

6. LAPORAN LABA RUGI KOMPARATIF AKUN Penjualan Beban pokok penjualan Laba kotor Beban usaha Laba usaha Beban (pendapatan) lain-lain, bersih Laba sebelum pajak Beban pajak penghasilan tahun berjalan Tangguhan Laba bersih Saldo awal tahun Saldo akhir tahun

7. MASALAH AKUNTANSI 8. MASALAH PERPAJAKAN

9. NERACA KOMPARATIF

10. RENCANA KERJA Penempatan staff: Partner

:

Manajer

:

Supervisor

:

Senior

:

Junior

:

11. JASA AKUNTAN Pemeriksaan umum pada laporan keuangan perusahaan untuk mengungkapkan pendapat mengenai laporan keuangan tersebut wajar tanpa pengecualian atau dengan kata lain kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

12. BIAYA PEMERIKSAAN

13. BIAYA PEMERIKSAAN Pemeriksaan lapangan dimulai / selesai

:

PemeriksaanS stokfisik / kas

:

Evaluasi pengendalian internal

:

Penyerahaan laporan akuntan

:

Pelaksanaan stock opname

:

Referensi http://irmajhe.blogspot.co.id/2013/04/compliance-test-dan-subtantive-test_2780.html http://eleks-mulyadi.blogspot.co.id/2010/01/audit-plan-audit-program.html

https://www.academia.edu/5598348/AUDIT_PLANNING http://seiyoumi.blogspot.co.id/2012/04/perencanaan-audit.html

Related Documents

Kuis Praktik Audit Uts
October 2019 20
Uts Audit 1.docx
November 2019 14
Audit
April 2020 45
Audit
October 2019 72
Audit
November 2019 37

More Documents from ""