Kerangka Acuan Kerja Akupresur Puskesmas Labuan Bajo
Program : Kegiatan Capaian Program Input Output Outcome
I.
: Upaya Kesehatan Masyarakat : Pengobat Tradisional Akupresure : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan tradisional khususnya akupresur : Masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan terdisional : Terlaksananya Kegiaatan Kesehatan tradisional akupresure : Meningkatnya Pelayanan kesehatan tradisional akupresure
PENDAHULUAN
Undang-undang No 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menyatakan bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, maka pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Dalam undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 pada pasal 59 bahwa pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan dan yang menggunakan ramuan, dibina dan diawasi oleh pemerintah agar dapat di pertanggung jawabkan manfaat dan keamanannya, serta tidak bertentangan dengan norma agama. Di sisi lain pasal 61 dinyatakan bahwa masyrakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya. Undang undang Republik Indonesia No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah menyatakan bahwa bidang kesehatan merupakan urusan bersama/ konkuren antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya kesehatan termasuk di antaranya pelayanan kesehatan tradisional. Dalam Keputusan menteri Kesehatan No.374/MENKES/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa pengobatan tradsional merupakan bagian dari subsistem Upaya kesehatan. Upaya kesehatan diselengagarakan di Puskesmas terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pilihan (pengembangan) dimana pelayanan kesehatan tradisional merupakan upaya kesehatan pilihan (pengembangan)
II.
LATAR BELAKANG
Pelayanan Kesehatan tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang selama ini tumbuh dan berkembang serta terpelihara secara turun temurun di kalangan masyarakat, digunakan sejak dahulu sampai kini dengan kecendrungan yang terus meningkat. Komitmen Asean dalam “Declaration of the 7 th Sean Health Ministers” 22 April 2014 di Penang Malaysia, menghendaki integrasi pelayanan kesehatan tradisional ke dalam sistem pelayanan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan dasar. Salah satu pelayanan kesehantan tradisional jenis keterampilan yang banyak berkembang adalah pijat. Pijat telah dikenal oleh masyarakat sejak dahulu kala sebagai bagian dan upaya untuk membuat mereka lebih sehat dan telah memberi andil yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Jenis pijat yang berkembang saat ini diantaranya adalah akupresur. Dalam rangka mewujudkan pelayanan akupresur yang dapat dipertanggung jawabkan manfaat dan keamanaannya, tidak bertentangan dengan norma yang berlaku serta memberikan perlindungan kepada masyarakat penerima pelayanan, maka dalam penyelenggaraannya perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan. Pembinaan terhadap pelayanan akupresur dilakukan secara berjenjang oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/kota, Puskesmas dengan melibatkan Lintas sektor terkait dan Assosiasi pengobat tradisional pijat, sesuai dengan tugas poko dan fungsinya masing-masing. III.
TUJUAN A. Tujuan Umum Mampu memahami Tatalaksana penyelenggaraan pelayanan akupresur di puskesmas. B. 1) 2) 3)
IV.
Tujuan Khusus Mengetahui dan memahami alur pelayanan akupresur di puskesmas Mengetahui dan memahami tata hubungan kerja sama antar unit pelayanan akupresur Memahami dan melaksanakan pencatatan dan pelaporan pelayanan akupresur
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional akupresur di puskesmas diperlukan persiapan dalam beberapa aspek sebagai berikut : 1. Aspek Regulasi a) Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 b) Kepmenkes RI Nomor HK.03.01/160/I/20120 tentang Rencana Strategis Kemetrian Kesehatan Tahun 2010- 2-14 c) SKN (Sistem Kesehatan Nasional) Untuk pengembangan pelayanan Kesehatan Tradisional diperlukan dukungan Regulasi yang mengacu pada peraturan/kebijakan di pusat terkait dengan pelayanan kesehatan tradisional dan dukungan APBD dari pemerintah Kabupaten/Kota 2. Aspek Menajemen Manajemen pelayanan kesehatan tradisional akupresur terdiri dari perencanaan (Rencana Usulan Kegiatan/RUK dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan /RPK), pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban.
Pelayanan kesehatan tradisional harus dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan dengan manajemen Puskesmas. Beberapa hal penting yang perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan manajemen pelayanan kesehatan trdisional akupresur adalah : a) Tahap perencanaan : 1) Inventarisasi sarana, prasarana dan alat pelayanan akupresur 2) Jenis dan jumlah bahan penunjang yang dibutuhkan 3) Inventarisasi keluhan penyakit yang memerlukan pelayanan akupresur b) Tahap pelaksanaan dan pengendalian 1) Plan of Action (POA) 2) Tim pelaksana pelayanan akupresur 3) Pengadaan sarana dan prasarana 4) Uraian tugas dan Standar Pelayanan Operasional (SOP) 5) Sosialisasi dan koordinasi 6) Lokakarya mini c) Tahap pengawasan dan pertanggung jawaban 1) Pencatatan 2) Penilaian kerja 3) Pelaporan 4) Bimbingan teknis 3.Aspek Sumber Daya a. Tenaga Kesehatan Pelayanan akupresur di puskesmas dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang terlatih akupresur b. Sarana dan Prasarana Ruang pelayanan kesehatan tradisional, puskesmas dapat menyediakan ruangan khusus untuk pelayanan akupresur atau mengoptimalkan ruangan pelayanan yang tersedia. c. Peralatan dan bahan Fasilitas pelayanan akupresur di puskesmas minimal harus tersedia : 1) Meja dan kursi 2) Tempat tidur pelayanan 3) Peralatan cuci tangan : wastafel, handuk kecil, sabun 4) Bahan pelican (minyak urut, handybody) 5) Alat bantu pijat akupresur 4.Aspek Pembiayaan Pembiayaan pelayanan kesehatan tradisional akupresur di puskesmas dapat berasal dari APBD kabupaten/kota, APBD provinsi, APBN, sumber- sumber lain yang tidak mengikat dan tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. V.
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Pasien yang datang ke Puskesmas tetap dilakukan pemeriksaan secara konvensional dan diagnosis menggunakan ICD X. Dalam memberikan pilihan pengobatan terdapat tiga pilihan : 1. Konvensional saja
3. Konvensional + Pelayanan Kesehatan Tradisional (komplemet). Disebut komplemen apabila pelayanan kesehatan tradisional melengkapi pelayanan kesehatan konvensional. 4. Pelayanan kesehatan tradisional (alternative). Disebut alternative apabila pelayanan kesehatan tradisional menjadi pengganti pelayanan kesehatan konvensional dengan indikasi tertentu. Mekanisme integrasi tersebut dapat dilihat dalam bagan berikut: P0LI UMUM
POLI KIA
POLI LAIN
PASIEN DATANG
VI.
PASIEN PULANG
PENDAFTARAN P0LI AKUPRESUR
SASARAN
Sasaran pada akupresure yaitu klien yang memerlukan pelayanan kesehatan tradisional akupresure dengan cara melakukan pendaftaran untuk mendata identitas klien di buku pendaftaran. Adapaun klien yang memerlukan pelayanan akupresure diseleksi layak atau tidak untuk dilakukan tindakan akupresur, maka klien harus diidentifiksai keluhannya.
1. HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN a. Tindakan dapat diberikan oleh tenaga kesehatan yang mendapat pelatihan khusus akupresur b. Klien yang tidak boleh dilayani akupresur 1) Anak usia dibawah 2 tahun 2) Klien sedang berobat dengan obat pengencer darah 3) Klien diketahui menderita kelainan pembekuan darah 4) Luka bakar pada lokasi akupresur 5) Penyakit infeksi pada kulit, koreng pada lokasi akupresur 6) Penyakit infeksi menular : HIV-AIDS, hepatitis, Typhus dll
7) Kondisi umum klien yang sangat lemah dan penyakit berat lainnya 8) Untuk ibu hamil, pelayanan akupresur hanya dapat dilakukan untuk perawatan payudara dan mengurangi mual muntah c. Jenis pelayanan akupresur yang dilayani yaitu : 1. Pelayanan untuk anak diatas 2 tahun a. Sesak Nafas (asma) b. Batuk pilek (common cold) c. Perut kembung (dyspepsia) d. Gangguan nafsu makan (anoreksia) e. Mengompol (enuresis) 2. Pelayaanan akupresur untuk wanita a. Gangguan nyeri haid (Dismenorhea) b. Ibu hamil (untuk perawatan payudara, mual dan muntah) c. Perawatan setelah melahirkan (Post partum care) 3. Pelayanan akupresur untuk gangguan kesehatan umum a. Nyeri gigi b. Mual (nausea) c. Sembelit/ susah buang air besar (konstipasi) d. Susah tidur (insomnia) e. Relaksasi otot f. Pemulihan stamina sehabis sakit g. Arthritis genu (daerah lutut) d. Informconsent,request consent dan terapi 1) Pengisian surat persetujuan pasien atas tindakan alternatif komplementer (inform consent) 2) Pengisian surat permintaan pasien atas pelayanan kesehatan alternative dan komplementer (request consent) 3) Pilihan terapi yang diberikan dokter: a) Konvensional saja b) Konvensional +Yankestradisional (complement) c) Murni Yankes Tradisional (alternative)
VII.
JADWAL KEGIATAN Ruangan Pelayanan kesehatan tradisional akupresur merupakan ruangan tersendiri atau digabung dengan ruang pelayanan PTM dan jadwalnya dilaksanakan bersamaan rawat jalan dalam puskesamas dan pasiennya berasal dari poli umum yang dirujuk oleh dokter. Untuk pelayaanan awal terapi untuk pasien dilaksanakan tiap hari sabtu.
VIII.
RENCANA PEMBIAYAAN PROGRAM Dalam mendukung terselenggaranya pelayanan kesehatan tradisoanl akupresur diperlukan pembiayaan yang memadai. Biaya dimaksud bisa berasal dari dana BOK atau dana-dana lain yang ada di puskesmas sesuai dengan Keputusan kepala puskesamas selaku pengambil kebijakan dalam puskesmas.
IX.
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN 1.
Pencatatan Pencatatan yang diperlukan pada pelayanan kesehatan tradisional akupresur meliputi : a. Pencatatan klien Pencatatan klien menjelaskan informasi tentang : Identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, alamat), keluhan klien, kunjungan klien baru dan kunjungan lama 2. Pelapaoran Mekanisme pelaporan dilakukan secara berjenjang dimulai dari praktik mandiri pengobat tradisional dari griya kesehatan tradisional ke puskesmas. Puskesmas kepada dinas kesehatan Kabupaten/kota. Selanjutnya dinas kesehatan provinsi ke Kementerian kesehatan RI yang dilakukan berkala. 3. Evaluasi Kegiatan monitoring dilakukan melalui pencatatan dan pelaporan yang berlaku atau melalui pengamatan langsung, untuk melihat apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan keberhasilan kegiatan, disamping melihat hambatan/masalah yang timbul serta kinerja petugas Puskesmas . Upaya ini dilakukan juga agar terjadi kesinambungan kegiatan dan peningkatannya. Evaluasi kegiatan dilakukan melalui pemanfataan data hasil pencatatan dan pelaporan, pengamatan, langsung ataupun dengan melakukan studi dan atau penelitian khusus untuk melakukan pengembangan kegiatan selanjutnya. Instrumen monitoring dan evaluasi yang dipergunakan adalah pencatatan kegiatan dalam Puskesmas serta umpan balik laporan dari Kabupaten/Kota