Asuhan Keperawatan penanganan kasus palliative care dengan kasus lansia Kelompok 3 Fitri Indah L Feby Rianny R.H Dettri Megantari Sri Rosalina Laili Nur’azizah Ghina Rahma Siti Nurmaida Aisyah Nurfaidah A Rini Oktorani
1115015 1115025 1115037 1115039 1115044 1115055 1115064 1115068 1115079
Definisi Lanjut Usia (Lansia) Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pengertian lansia digolongkan menjadi 4, yaitu: Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun Lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Keperawatan Paliatif Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif untuk meringankan beban penderita, terutama yang tidak mungkin disembuhkan serta memperbaiki aspek psikologis, sosial, dan spiritual.
Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup maksimal bagi si sakit (lanjut usia) dan keluarganya. Perawatan paliatif tidak hanya diberikan kepada lanjut usia yang menjelang akhir hayatnya, tetapi juga diberikan segera setelah didiagnosisoleh dokter bahwa lanjut usia tersebut menderita penyakit yang tidak ada harapan untuk sembuh (mis. menderita kanker).
Dalam memberi perawatan paliatif, tim tersebut harus berpijak pada pola dasar yang digariskan oleh WHO, yaitu : Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai
proses yang normal. Tidak mempercepat dan menunda kematian lanjut usia. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual. Berusaha agar lanjut usia yang sakit tetap aktif sampai akhir hayatnya. Berusaha membantu mengatasi suasana duka cita keluarga klien lanjut usia.
Tim Perawatan Paliatif Tim perawatan paliatif terdiri atas tim terintegrasi, antara lain dokter, perawat, psikolog, ahli fisioterapi, pekerja sosial medis, ahli gizi, rohaniawan, dan relawan. Jenis-jenis Penyakit Terminal Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal adalah: Penyakit-penyakit kanker Penyakit-penyakit infeksi Congestif Renal Falure (CRF) Stroke Multiple Sklerosis Akibat kecelakaan fatal AIDS
Tahap Kematian 1. Tahap Pertama ( Penolakan ) Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Klien lanjut usia biasanya terpengaruh oleh sikap penolakannya sehingga ia tidak memerhatikan fakta yang mungkin sedang dijelaskan kepadanya oleh perawat. 2. Tahap kedua (marah) Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi tidak terkendali. Klien lanjut usia itu berkata “mengapa saya? ” sering kali klien lanjut usia akan selalu mencela setiap orang dalam segala hal. Kemarahan disini merupakan mekanisme perthanan diri klien lanjut usia. Akan tetapi, kemarahan yang sesungguhnya tertuju kepada kesehatan dan kehidupan.
3. Tahap ketiga (tawar – menawar ) klien lanjut usia biasanya dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi pada dirinya. Akan tetapi menyiapkan beberpa hal misalnya klien lanjut usia mempunyai permintaan terkhir untuk melihat pertandingan olahraga, mengunjungi kerabat, melihat cucu terkecil, atau makan direstoran. Perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu karena membantu klien lanjut usia memasuki tahap berikutnya.
4. Tahap keempat (sedih/ depresi ) klien lanjut usia cenderung tidak banyak bicara dan sering menangis. Saatnya perawat duduk dengan tenang disamping klien lanjut usia yang melalui masa sedihnya sebelum meninggal. 5. Tahap kelima (menerima/ asertif) Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian.menjelang saat ini, klien lanjut usia telah membereskan segala urusan ysng belum selesai dan mungkin tidak ingin berbicara lagi karena sudah menyatakan segala sesuatunya. Dengan kata lain pasrah terhadap maut tidak berarti menerima maut.
Pemenuhan kebutuhan klien menjelang kematian : 1. 2. 3. 4. 5.
Kebutuhan jasmaniah : sering mengubah posisi tidur, perawatan fisik, dan sebagainya . Kebutuhan fisisologis : kebersihan diri, mengontrol rasa sakit, nutrisi, eliminasi dll. Kebutuhan Emosi Kebutuhan sosial Kebutuhan spiritual
Mengkaji Data Psikososial Metode untuk membantu perawat dalam mengkaji data psikososial pada klien terminal yaitu dengan menggunakan metode “PERSON”. P : Personal Strenghat yaitu kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya hidup, kegiatannya atau pekerjaan. Contoh : Bekerja ditempat yang menyenangkan bertanggung jawab penuh dan nyaman E : Emotional Reaction yaitu reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien. Contoh : Tidak berespon (menarik diri) R : Respon to Stress yaitu respon klien terhadap situasi saat ini atau dimasa lalu. S : Support System yaitu keluarga atau orang lain yang berarti Contoh : Keluarga & lembaga di masyarakat O : Optimum Health Goal yaitu alasan untuk menjadi lebih baik (motivasi) Contoh : Menjadi orang tua & melihat hidup sebagai pengalaman positif N : Nexsus yaitu bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang mempunyai penyakit atau mempunyai gejala yang serius. Contoh : Melibatkan diri dalam perawatan dan pengobatan
TINJAUAN KASUS Kasus Ny.R adalah seorang wanita lemah keturunan Irlandia yang berusia 88 tahun. Suaminya, meninggal 14 tahun yang lalu akibat cedera serebrovaskuler. Ny. P tinggal dirumahnya bersama anaknya hingga satu tahun yang lalu. Pada saat itu ia didiagnosis kanker payudara metastasis ,ia telah menjalani pembedahan, radiasi, dan kemoterapi. Pasien diinformasikan bahwa harapan hidupnya hanya tinggal kurang dari setahun, pada suatu saat tiba-tiba kondisinya menurun dan mengalami kondisi yang terminal, pasien mengalami penurunan keyakinan terhadap tuhannya dan keluarganya pun mengalami kecemasan akan kondisi terminal yg dihadapi klien
Pengkajian Problem Oksigenisasi : Respirasi irregular, cepat atau lambat,
pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun Problem Eliminasi : Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit Problem Nutrisi dan Cairan : Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah Problem suhu : Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
Problem Sensori : Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang
saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun. Problem nyeri : Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan. Problem Kulit dan Mobilitas : Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering. Masalah Psikologis : Klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Perubahan Sosial-Spiritual : Klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan.
Diagnosa Ansietas (ketakutan individu, keluarga) yang berhubungan diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada gaya hidup. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain. Distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan, atau ketidakmampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.
Diagnosa I : Ansietas (ketakutan individu, keluarga) yang berhubungan diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup. Tujuan : Kecemasan pasien dan atau keluarga akan berkurang / hilang. Kriteria hasil : Klien atau keluarga akan : o Mengungkapkan ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan. o Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggung jawab, peran dan gaya hidup. Intervensi : Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya. Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan penyuluhan bila tingkatnya rendah atau sedang. Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka. Berikan klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif.
Diagnosa 2 : Berduka yang berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain. Tujuan : Pasien dan keluarga siap secara mental menghadapi kondisi dan kenyataan yang akan terjadi. Kriteria Hasil : Klien akan : o Mengungkapakan kehilangan dan perubahan o Mengungkapakan perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan o Menyatakan kematian akan terjadi Intervensi : Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, didiskusikan kehilangan secara terbuka, dan gali makna pribadi dari kehilangan, jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat. Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang memberikan keberhasilan pada masa lalu. Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri yang positif Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur. Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan ketidak nyamanan dan dukungan.
Diagnosa 3 : Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian. Tujuan : Tidak terjadi distres spiritual pada pasien dan keluarga Kriteria Hasil : o Klien dan keluarga mampu memenuhi kebutuhan spiritualnya yaitu dapat melakukan sholat dalam keadaan sakit. Intervensi : Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual keagamaan atau spiritual yang diinginkan bila yang memberi kesemptan pada klien untuk melakukannya. Ekspesikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan praktik religius atau spiritual klien. Berikan privasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien dapat dilaksanakan Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdo’a bersama klien lainnya atau membaca buku keagamaan. Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan. Jelaskan ketidaksetiaan pelayanan
DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth Ed.8. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC. Depkes R.I. 1999. Kesehatan Keluarga, Bahagia di Usia Senja. Jakarta: Medi Media. Ganong. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Hadi, M dan Pranaka, K. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Mass, Meridean. 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik. EGC: Jakarta. Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC. Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerotik edisi 2. EGC: Jakarta.