Kelompok 3.docx

  • Uploaded by: Hasan
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 739
  • Pages: 7
Tugas Bahasa Indonesia D I S U S U N OLEH: KELOMPOK 3 ANGGOTA : ADRIANSYAH NISMA HAERUDDIN ARFADINA SRI AULIA FARHANAH

SMA NEGERI 1 PAMBOANG TAHUN AJARAN 2018/2019

Bagian (A) Halaman 64 Jelaskan makna ungkapan yang terdapat pada kutipan novel sejarah berikut ini.

JAWABAN: 1. Ia tahu benar Tholib Sungkar Az-Zuaib adalah kucing hitam di waktu malam dan burung merak di siang hari. Makna dari kata: Kalimat ini menjelaskan seseorang yang memiliki kepribadian/sifat yang berbeda di waktu malam dan siang hari.Dalam hati kecilnya bayangan sang Adipati, yang jelas memberanikan istrinya, antara sebentar mengawang dan mengancam hendak. merobek-robek hatinya. 2. Bau kemenyang menyebar menyapa hidung siapa pun tanpa kecuali. Makna dari kata: Siapapun bisa mencium atau melihat segala sesuatu baik buruk maupun hal yang baik. 3. Cakradara sama sekali tidak menyadari seseorang menyadari mengikuti gerak kakinya dengan pandangan tidak berkedip dan zisi dada yang mengembok. Makna dari kata: Jantung yang berdegup kencang, berdebar debar. 4. Majapahit memang bisa berada pada genggamannya, dan kekuasaannya manakah yang lebih tinggi di banding kekuasaan seorang raja? Makna dari kata: Majapahit dalam kendalinya atau dalam kekuasaannya.

Bagian (B) Halaman 67 Nilai-nilai yang terkandung dalam novel Pangeran Diponegoro:

JAWABAN: 1. Nilai moral (Nilai yang yang dapat memberikan atau memancarkan petuah atau ajaran yang berkaitan dengan etika atau moral. Kutipan: "Hm." Jan Willem van Rijnst menerka-nerka ambisi Danurejo di balik pernyataan yang kerang-keroh itu. sambil menatap luruslurus ke muka Danurejo, ..... Nilai moral dalam kutipan di atas adalah orang yang cerdik akan bertindak dengan pengetahuan, tetapi yang bebal akan mengumbar kebodohannya.

2. Nilai Budaya (Nilai yang dapat memberikan atau mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban, atau kebudayaan. Kutipan 1: "Tuan," kata Danurejo II, menundukkan kepala untuk menunjukkan sikap rendah hati, tapi dengan meninggikan rasa percaya diri dalam niat hati untuk mengasut. "Barangkali Tuan akan menganggap enteng perkara ini. Tapi, sebaiknya Tuan ketahui-sebab maaf, Tuan masih baru di sini-bahwa kami, bangsa Jawa, sangat peka terhadap suara hati, yaitu perasaan dalam tubuh insani yang sekaligus menjadi wisesa ruhani" Nilai budaya dalam kutipan di atas adalah bangsa Jawa sangat peka dengan suara hatinya. Kutipan 2: "Perasaan benci yang direka di dalam piranti kebudayaan, yaitu kesenian, khususnya wayang dan tembang macapat, daya tahannya luar bias, dan daya serapnya amat istimewa merasuk dalam jiwa dalam sanubari dalam ruh, sepanjang hayat dikandung badan." "Tunggu," kata Jan Willem van Rijsnt, ragu, dan rasanya asantak-asan. "Tuan bilang wayang dan tembang punya napas panjang? Bagaimana caranya Tuan menyimpulkan itu?" "Maaf, Tuan Van Rijnst, perlu Tuan ketahui, wayang dan tembang berasal dari leluri Hindu-Buddha Jawa. Sekarang,

setelah Islam menjadi agama Jawa, leluri wayang dan tembang itu tetap berlanjut sebagai kebudayaan bangsa. Apakah Tuan tidak melihat itu sebagai kekuatan?" Nilai budaya dalam kutipan di atas adalah piranti kebudayaan, yaitu kesenian, khususnya wayang dan tembang macapat merupakan kekuatan bangsa.

3. Nilai Sosial (Nilai yang berkaitan dengan tata pergaulan antara individu dalam masyarakat) Kutipan: Ketika Danurejo II datang kepadanya, dia menyambut dengan bahasa Melayu yang fasih, sementara pejabat keraton Yogyakarta yang merupakan musuh dalam selimut dari Sultan Hamengku Buwono II ini lebih suka bercakap bahasa Jawa. "Sugeng", kata Danurejo II, menundukkan kepala dengan badan yang nyaris bengkok seperti udang rebus. Jan Willem van Rijnst bergerak menyamping, membuka tangan kanannya, memberi isyarat kepada Danurejo untuk masuk dan duduk. Agaknya untuk penampilan yang berhubungan dengan bahasa Belanda beschaafdheid yang lebih kurang bermakna 'tata krama santun sesuai peradaban', alih-alih Jan Willem van Rijnst sangat peduli, dan hal itu merupakan sisi menarik darinya yang jali di antara sisi-sisi lain yang menyebalkan.

Nilai sosial dari kutipan di atas tampak pada sikap Danurejo II yang tetap menghormatinya dan bersikap dengan ramah dan sopan kepada van Rijnst meski merupakan musuh dari Sultan Hamengkubuwono II. Begitu pula dengan van Rijnst yang sangat peduli dengan tata krama dalam menyambut tamunya.

4. Nilai Ketuhanan (Religi) – (Nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan atau bersumber pada nilai-nilai agama) Kutipan: Terlebih dulu mestilah dibilang, bahwa Jan Willem van Rijnst adalah seorang oportunis bedegong. Asalnya dari Belanda tenggara. Lahir di Heerlen, daerah Limburg yang seluruh penduduknya Katolik. Tapi, masya Allah, demi mencari muka pada pemegang kekuasaan di Hindia Belanda, sesuai dengan agama yang dianut oleh keluarga kerajaan Belanda di Amsterdam sana yang Protestan bergaris kaku Kalvinisme, maka dia pun lantas gandrung bermain-main menjadi bunglon, membiarkan hatinya terus bergerak-gerak sebagaimana air di daun talas. Nilai ketuhanan dalam kutipan di atas adalah van Rijnst adalah seseorang yang taat beragama, karena van Rijnst beragama

khatolik, tetapi ketika hindu Belanda, ia mengikuti agama protestan.

Related Documents

Kelompok
May 2020 52
Kelompok
May 2020 50
Kelompok
May 2020 61
Kelompok
June 2020 49
Kelompok 7 Kelompok 12
June 2020 53

More Documents from "lisa evangelista"