Kelompok 1 Sistem Urogenitalia.docx

  • Uploaded by: rara pramei
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 1 Sistem Urogenitalia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,750
  • Pages: 30
Sistem Urogenitalia

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

Oleh:

NAMA

: RIZKA AMALIA

NIM

: 70600116009

KELOMPOK : I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2019

Sistem Urogenitalia

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

Oleh:

NAMA

: MUFTIA JAURISTIKA S.

NIM

: 70600116010

KELOMPOK : I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2019

Sistem Urogenitalia

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

Oleh:

NAMA

: ALIFIA NURDANI D.

NIM

: 70600116012

KELOMPOK : I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2019

Sistem Urogenitalia

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

Oleh:

NAMA

: ANDI RARA PRAMEI

NIM

: 70600116043

KELOMPOK : I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2019

Sistem Urogenitalia

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

Oleh:

NAMA

: SRI REZKI WAHDANIA J

NIM

: 70600116044

KELOMPOK : I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019 Sistem Urogenitalia

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

Oleh:

NAMA

: NURAENI AZIZAH AMALIA

NIM

: 70600116046

KELOMPOK : I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019 Sistem Urogenitalia

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

Oleh:

NAMA

: A. MUH AKBAR JAYA

NIM

: 70600116031

KELOMPOK : I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019 Sistem Urogenitalia

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

Oleh:

NAMA

: RIVALDY PRAYUDHA A.F

NIM

: 70600116016

KELOMPOK : I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019 Sistem Urogenitalia

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

Oleh:

NAMA

: ABDUL AZIS FAISAL

NIM

: 70600116045

KELOMPOK : I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019 PEMERIKSAAN URINALISIS

A. PENDAHULUAN Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan dasar pada pasien yang dicurigai mengalami gangguan ginjal atau infeksi saluran kemih. Selain itu, banyak pasie yang tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali, pada kasuskasus seperti ini, infeksi saluran kemih, yang sebelumnya tidak terdeteksi, dapat didiagnosis melalui pemeriksaan urine. Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urine untuk tujuan skrining, diagnosis evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, batu ginjal, dan memantau perkembangan penyakit seperti diabetes mellitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum. Urinalisis sebagai salah satu jenis pemeriksaan urine, dapat digunakan untuk evaluasi gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan hematologi, infeksi saluran kemih dan diabetes mellitus, serta screening test pada tes kesehatan, kondisi patologis, atau operasi. Urinalisis ini dapat dilakukan secara makroskopis dan kimiawi serta mikroskopis untuk mengevaluasi sedimen urine. Analisis kimiawi meliputi glukosa, bilirubin, urobilinogen, keton, protein, nitrit, leukosit, pH, kandungan darah, berat jenis, dan asam askorbat. B. METODE 1. Metode Carik Celup a. Pra Analitik 1) Persiapan pasien : tidak perlu persiapan khusus. 2) Persiapan sampel : a) Sampel (urine) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya bersih dan kering.

b) Identifikasi sampel : nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan pengawet urine. c) Sampel urine yang dipakai untuk urinalisis adalah: urine sewaktu, urine pagi dan urine postprandial. 3) Alat dan Bahan a) Tabung reaksi b) Rak tabung reaksi c) Strip urinalisis (disertai skala warna rujukan pada botol strip) d) Sampel urine 4) Prinsip Pemeriksaan: Kandungan zat-zat biokimiawi dalam urine akan menimbulkan perubahan warna pada kertas strip urinalisis yang telah mengandung reagen khusus. b. Analitik 1) Masukkan sampel urine dalam tabung reaksi, 2) Celupkan selembar kertas strip urinalisis ke dalam tabung reaksi selama 1 detik hingga seluruh permukan strip basah, 3) Sentuhkan satu sisi strip urinalisis ke permukaan kertas tissue untuk menghilangkan sisa urine, 4) Letakkan strip di atas permukaan kertas tissue, 5) Tunggu hingga 1-2 menit dan bacalah hasilnya.

c. Pasca Analitik Amati

perubahan

warna

pada

strip

urinalisis

dengan

membandingkannya pada skala warna rujukan. Interpretasi: 1) Glukosa a) Perubahan warna: Biru muda, hijau, hingga coklat. b) Negatif palsu: Vitamin C, benda keton, asam homogentisat, aspirin. c) Nilai rujukan <30mg/dl 2) Bilirubin a) Perubahan warna: Coklat muda hingga merah coklat

b) Nitrit. c) Untuk mengetahui ada tidaknya bakteriuri: merah muda. Negatif : warna tidak berubah. d) Positif palsu : Rifampicin, Chlorpromazine. e) Negatif palsu: Vitamin C dan asam salisilat f) Nilai rujukan: Negatif 3) Urobilinogen a) Perubahan warna: Jingga sampai merah tua. b) Negatif palsu: Kadar nitrit tinggi. c) Nilai rujukan:  Laki-laki 0,3 – 2,1 mg/2 hours.  Perempuan 0,1 – 1,1 mg/2 hours. 4) Keton a) Perubahan warna: Ungu. b) Positif palsu: Pigmen atau metabolit levodopa serta phenylketones. c) Nilai rujukan: Negatif. 5) Protein a) Perubahan warna: Hijau muda. b) Nilai rujukan < 20 mg/dl 6) Nitrit a) Perubahan warna: Merah muda, penanda adanya bakteriuri. b) Nilai rujukan: Negatif. 7) Leukosit a) Perubahan warna: Coklat muda hingga warna ungu. b) Nilai rujukan: Negatif 8) pH a) Perubahan warna: Jingga - kuning kehijauan - hijau kebiruan. b) Nilai rujukan 5-8 9) Blood

a) Perubahan warna: Kuning kehijau-hijauan hingga hijau kebiru-biruan dan biru tua. b) Negatif palsu: Protein kadar tinggi dan vitamin C c) Positif palsu: bakteri. d) Nilai rujukan: Negatif 10) Berat jenis a) Perubahan warna  Berat jenis rendah: Biru tua  hijau  Berat jenis tinggi: berwarna hijau kekuning-kuningan b) Nilai rujukan 1,016 – 1,022 11) Asam Askorbat a) Perubahan warna: Ungu  Kandungan asam askorbat >25mg/dl.

PEMERIKSAAN PROTEIN URINE KUANTITATIF

A. PENDAHULUAN Pengukuran proteinuria penting dilakukan dalam mendiagnosis gangguan ginjal dan mengetahui respon pengobatan. Proteinuria massif biasanya terjadi pada gangguan glomerular, dimana tingkat tertinggi pada sindrom nefrotik. Proteinuria massif dapat ditentukan dengan uji Esbach yang merupakan standar terbaik untuk pengukuran proteinuria. Uji Esbach merupakan pemeriksaan untuk menilai kadar protein dalam urine (proteinuria). Pada uji ini, pemeriksaan kuantitatif albumin dalam urine dengan cara mencampurkan larutan asam pikrat 1% dalam air dan larutan asam sitrat 2% dalam air dengan urine. Asam sitrat ini hanya digunakan untuk tujuan menjaga keasaman cairan. Hasil positif dilihat dengan adanya kekeruhan dan tingkat kekeruhan sesuai dengan jumlah protein. Tes Esbach yang disebut juga metode dipstick, merupakan pemeriksaan kuantitatif dengan nilai 0-4(+). Pemeriksaan ini sensitif terhadap 60mg/l albumin, tetapi kurang sensitif terhadap protein Bence Jones dan protein lain yang berat molekulnya rendah misal β2-mikroglobulin. Pemeriksaan ini terkenal karena kemudahannya. Sampel yang digunakan untuk tes Esbach ini adalah dari pengumpulan urine 24 jam yang ditampung. Jadi untuk mendapatkan sampel urine ini, pasien diharuskan menampung semua urinnya selama 24 jam mulai dari jam 6 pagi sampai jam 6 pagi pada hari berikutnya. Urine yang keluar pertama kali pada pagi hari tidak ditampung, karena merupakan hasil dari malam harinya. Jadi urine mulai ditampung setelah berkemih pertama kali pada pagi hari sampai pasien berkemih pertama kali pada pagi hari di hari berikutnya. B. METODE 1. Metode Esbach a. Pra Analitik 1) Tujuan Pemeriksaan: Mengukur kadar protein dalam urine secara kuantitatif.

2) Metode: Uji Esbach merupakan pemeriksaan untuk menilai kadar protein dalam urine (proteinuria). Pada uji ini, pemeriksaan urine dengan cara mencampurkan larutan asam pikrat 1% dalam air dan larutan asam sitrat 2% dalam air dengan urine. Asam sitrat ini hanya digunakan untuk menjaga keasaman cairan. Hasil positif dilihat dengan adanya kekeruhan dan tingkat kekeruhan sesuai dengan jumlah protein. 3) Persiapan Pasien: Tidak perlu persiapan khusus. 4) Persiapan Sampel: a) Wadah penampung hendaknya bersih dan kering. b) Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, dan umur. c) Cara pengumpulan sampel yang digunakan adalah urine 24 jam. 5) Alat dan Bahan a) Tabung Esbach b) Reagen Esbach (Asam Pikrat 1%, Asam Sitrat 1%, Aquades) c) Asam asetat 6% d) Pipet tetes e) Barium sulfat (BaSO4) bubuk f) Urine 24 jam 6) Prinsip Pemeriksaan: Asam pikrat dapat mengendapkan protein dan endapan ini dapat diukur secara kuantitatif. b. Analitik 1) Ukur volume urine dalam gelas ukur, 2) Pastikan urine bersifat asam dengan memasukkan kertas lakmus, merah ke dalam urine. Urine asam tidak akan merubah warna kertas lakmus, 3) Bila urine belum bersifat asam, tambahkan asam asetat secukupnya kemudian periksa lagi keasaman urine dengan kertas lakmus merah.

4) Masukkan urine ke dalam tabung Esbach hingga tanda U dan tambahkan Reagen Esbach hingga tanda R, 5) Tutup tabung dengan gabus penutupnya, bolak balik beberapa kali agar urine dan reagen Esbach tercampur baik, biarkan pada suhu kamar selama 24 jam, 6) Baca tingginya endapan yang terjadi setelah 24 jam dalam satuan g/L, misalnya X g/L, 7) Untuk mempercepat pengendapan dalam keperluan praktikum, masukkan bubuk barium sulfat lalu tutup tabung dan kocok kembali. Tunggulah 30 menit hingga terbentuk endapan dan ukur kembali tinggi endapan. c. Pasca Analitik 1) Volume urine : 0,5-1 cc/KgBB/jam 2) Protein Loss : Tinggi endapan g/L x Volume urine L/24 jam 3) Nilai rujukan : 0,15 gr/24 jam

PENILAIAN HASIL PEMERIKSAAN SEMEN

A. PENDAHULUAN Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah serta kualitas semen dan sperma seorang pria. Pengertian semen berbeda dengan sperma. Secara keseluruhan, cairan putih dan kental yang keluar dari alat kelamin pria saat ejakulasi disebut semen. Sedangkan sel kecil yang berenang-renang di dalam semen disebut sperma. Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan tahap pertama untuk menentukan kesuburan pria. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah ada masalah pada sistem produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi penyebab ketidaksuburan. B. METODE 1. Analisis Sperma a. Pra Analitik 1) Tujuan Pemeriksaan: Pemeriksaan specimen semen dilakukan terhadap pasien untuk menyingkirkan kemungkinan infertilitas. 2) Metode: Pemeriksaan ini dilakukan melalui penilaian berbagai karakteristik fungsional spermatozoa dalam cairan semen (cairan vesica seminalis). 3) Persiapan Pasien Sebelum melakukan analisis sperma perlu terlebih dahulu untuk memberikan penerangan sejelas-jelasnya kepada pria yang akan diperiksa tersebut mengenai maksud dan tujuan analisis sperma dan juga untuk menjelaskan cara pengeluaran dan penampungan sperma tersebut. Penerangan mengenai cara pengeluaran, penampungan dan pengiriman sperma ke laboratorium. Sebelum pemeriksaan dilakukan sebaiknya pasien dianjurkan untuk memenuhi persyaratan sebagai berikut.

a) Melakukan abstinensia selama 3 – 5 hari, paling lama selama 7 hari. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan harus dikeluarkan di laboratorium. Bila tidak mungkin, harus tiba di laboratorium paling lambat 2 jam dari saat dikeluarkan. b) Ejakulat ditampung dalam wadah / botol gelas bemulut besar yang bersih dan steril ( jangan sampai tumpah ), kemudian botol ditutup rapat-rapat dan diberi nama yang bersangkutan. c) Pasien mencatat waktu pengeluaran mani, setelah itu langsung diserahkan pada petugas laboraturium untuk pemeriksaan dan harus diperiksa sekurang-kurangnya 2 kali dengan jarak antara waktu 1-2 minggu. Analisis sperma sekali saja tidak cukup karena sering didapati variasi antara produksi sperma dalam satu individu. d) Sperma

dikeluarkan

dengan

cara

rangsangan

tangan

(onani/masturbasi), bila tidak mungkin dapat dengan cara rangsangan senggama terputus (koitus interuptus) dan jangan ada yang tumpah. e) Untuk

menampung

sperma

dengan

ukuran

tempat

penampung sperma 50-100ml, maka digunakan tempat penampung:  Tidak terbuat dari plastik atau kondom (mengandung gugus fenol-C6H5OH) sehingga sperma rusak),  Tidak mengandung spermatoksik,  Terbuat dari bahan yang tidak bereaksi apa-apa,  Bermulut lebar supaya muat pada penis,  Memiliki penutup agar tidak terkontaminasi. Adapun cara untuk memperoleh sperma yakni sebagai berikut.  Masturbasi / Onani, merupakan metode yang paling dianjurkan untuk memperoleh sperma, biasanya dengan

tangan (baik tangan sendiri maupun tangan istrinya) atau dengan suatu alat tertentu. Kebaikan cara ini menghindari kemungkinan

tumpah

ketika

menampung

sperma,

menghindari dari pencemaran sperma dengan zat-zat yang lain.  Coitus Interuptus (CI), adalah melakukan persetubuhan secara terputus, hal ini kurang baik dianjurkan sebab memungkinkan sperma dapat tercampur dengan cairan vagina, sehingga banyak mengandung epitel, leukosit, eritosit, bakteri, parasit, jamur dll. Dalam jumlah penampungannya kurang, karena sperma sebagian dapat mesuk ke vagina. Disamping itu terjadi kesalahan pada pemeriksaan pH dan konsentrasi.  Coitus Condomatosus, tetapi pengeluaran sperma dangan cara ini dilarang dan sangat tidak diperkenankan. Karena sebagian besar karet kondom mengandung bahan spermicidal, yaitu bahan yang dapat mematikan sperma.  Reflux poscital, adalah suatu cara coitus dimana setelah sperma keluar dan masuk ke vagina, sperma tersebut dibilas dengan pz atau cairan lainnya. Hal ini akan timbul kekeliruan dalam volume konsentrasi dan viskositas.  Massage prostat, adalah suatu cara pengeluaran dengan cara memijat kelenjar prostat lewat rectum, di sini jelas akan timbul kekeliruan dalam penafsiran pH, konsentrasi dan sebagainya yang keluar adalah cairan prostat. Jadi cara memperoleh sperma yang paling baik adalah dengan onani meskipun faktor psikis ada pengaruhnya. Hal ini dapat terjadi pada orang desa, orang tertentu yang tidak bisa melakukan onani atau orang yang tidak mengerti tentang onani. 4) Persiapan Sampel

a) Pengambilan spesimen semen dilakukan sendiri oleh pasien memasukkan cairan semen yang ke dalam suatu botol yang bersih dan kering; selanjutnya, botol berisi semen tersebut dikirimkan ke laboratorium sesegera mungkin, paling baik dalam 30 menit atau kurang setelah pengambilan sampel. b) Spesimen ini tidak langsung diperiksa karena semen merupakan cairan berviskositas tinggi sehingga harus “mencair” dahulu. c) Waktu yang diperlukan untuk pencairan ini sekitar 15-30 menit an harus diperiksa sesegera mungkin setelahnya. d) Untuk

pemeriksaan

pergerakan

sperma,

Pemeriksaan

sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (200C – 250C). Dalam memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa setelah 20 menit karena dalam waktu 20 menit sperma tidak kental sehingga spermatozoamudah bergerak akan tetapi jangan lebih dari 60 menit setelah ejakulasi sebab dengan bertambahnya waktu maka spermatozoa akan memburuk pergerakannya serta pH dan bau mungkin akan berubah. 5) Alat dan Bahan a) Mikroskop b) Kaca objek c) Penutup kaca objek d) Pipet sahli e) Pipet elliason f) Gelas ukur 10 ml g) Kertas indicator pH h) Kamar hitung Improved Neubauer i) Stopwatch j) Natrium bikarbonat k) Larutan fenol atau formalin (formaldehid 37%) l) Air suling

m)Vaselin n) Pengencer semen (Natrium bikarbonat 5gr, Fenol/formalin 1ml, Air suling 100ml) b. Analitik 1) Pemeriksaan Makroskopis a) Volume  Tunggu hingga cairan semen mencair  Tampung seluruh cairan semen dalam gelas ukur dengan skala volume 0.1ml  Baca hasilnya b) Warna  Pasanglah latar belakang putih di belakang tabung reaksi yang mengandung cairan semen  Dengan penerangan yang cukup, amati warna dan kekeruhan dalam tabung. c) Bau  Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya  Dalam laporan bau dilaporkan: khas/ tidak khas d) pH  Celupkan kertas pH dalam cairan semen yang homogeny dalam tempat penampungnya  Bacalah hasilnya pada skala rujukan warna e) Liquefaction Liquefaction diperiksa 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat dengan jalan melihat coagulumnya. f) Viskositas (Kekentalan) Cara Subjektif  Sentuhlah permukaan cairan semen dengan pipet atau batang pengaduk

 Tariklah ke atas dan perhatikan adanya benang yang terlihat. Cara Pipet Elliason  Pastikan cairan semen homogeny dan gunakan pipet yang kering  Pipetlah cairan semen sampai angka 0.1  Tutup bagian atas pipet dengan jari  Arahkan pipet tegak lurus  Jalankan stopwatch  Jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan hitung waktunya dengan detik. g) Fruktosa Kualitatif  Pipetkan 0.05ml cairan semen ditambah 2ml larutan resolsinol (0.5% dalam alcohol 96%) ke dalam tabung reaksi,  Campurkan hingga rata,  Panaskan dalam air mendidih selama 5 menit  Amati perubahan warna yang terjadi 2) Pemeriksaan Mikroskopis a) Jumlah sperma per-lapangan pandang  Aduklah

cairan

semen

hingga

homogeny

sebelum

pemeriksaan mikroskopis Sebelum menentukan atau menghitung konsentrasi sperma perlu dilakukan perkiraan kasar jumlah sperma agar dapat menentukan prosedur pengenceran yang akan digunakan dan untuk mempersiapkan sediaan apus untuk analisis morfologi.  Diambil 1 – 3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu ditutup dengan cover glass,  Lihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 40X,

 Hitunglah berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang. Misalnya, dihitung berturut-turut lapang pandang: I = 6 spermatozoa II = 5 spermatozoa III = 7 spermatozoa IV = 8 spermatozoa  Dalam laporan dituliskan terdapat 5 – 10 spermatozoa perlapangan pandang. Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan

dengan

106 berarti

perkiraan

konsentrasi

spermatozoa adalah 5-10 juta/ml. Jika jumlah spermatozoa banyak dihitung perkuadran (1/4 lapang pandang). b) Motilitas sperma  Pipetkan setetes semen ke kaca objek  Tutup tetesan tersebut dengan penutup kaca objek  Oleskan vaselin di sekeliling penutup kaca objek untuk mencegah terjadinya evaporasi  Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x  Gerak spermatozoa yang baik adalah gerak kedepan dan arahnya lurus, gerak yang kurang baik adalah gerak zigzag, berputar-putar dan lain-lain.  Estimasikan persentasi spermatozoa motil dan non-motil pada beberapa lapangan pandang mikroskop  Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak kemudian dihitung yang bergerak kurang baik, lalu yang bargerak baik misal: o Yang tidak bergerak = 25% o Yang bergerak kurang baik = 50% o Yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25%  Persentase pergerakan cukup ditulis dengan angka bulat (umumnya kelipatan 5 misalnya: 10%,15%, 20%).

 Jika sperma yang tidak bergerak > 50% maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut guna mengetahui viabilitas sperma (banyaknya sperma yang hidup) sebab spermatozoa yang tidak bergerakpun kemungkinan masih hidup. c) Perhitungan Jumlah Sperma Jumlah spermatozoa total ialah jumlah spermatozoa dalam ejakulat. Sedangkan konsentrasi sperma adalah jumlah spermatozoa/ml sperma. Perhitungan konsentrasi spermatozoa dapat ditentukan dengan mengunakan metode hemositometer atau ”electronic coulter counter”. Metode hemositometer lebih sering digunakan untuk sperma yang mempunyai perkiraan spermatozoa yang sangat rendah (misalnya 10 juta/ml) atau pemeriksaan sperma yang memerlukan penentuan jumlah dengan segera.  Siapkan pengencer yang berisi NaHCO3 50gr, Formalin 35% 10ml, Gentian Violet pekat 5ml, Aquadestilata 1L,  Ambil semen dengan pipet leukosit hingga tanda batas 0.6uL selanjutnya ambil larutan pengencer semen memakai pipet yang sama hingga tanda batas 11uL,  Masukkan pipet tersebut ke dalam rotator atau bolakbalikkan pipet dengan menutup kedua ujungnya untuk menghasilkan campuran yang benar-benar homogeny,  Segera pindahkan ke hemositometer (kamar hitung Neubauer) yang telah ditutup dengan gelas penutup.  Biarkan hemositometer selama 15 menit sampai 20 menit agar semua sel mengendap,  Hitung dibawah mikroskop pembesaran 40X untuk spermatozoa (sel benih yang matang yang mempunyai ekor yang dihitung). Cara perhitungan

Hitung jumlah sperma dengan objek 40x pada daerah leukosit pada 4 bidang. Luas = 1 mm2, Tinggi = 0,1 mm Vol = 0,1 mm2 Jumlah sperma/ml =

n x 10 x 20x 1000 4

dengan n = jumlah total spermatozoa dalam keempat persegi pada bilik hitung. d) Morfologi Sperma Perhatikan bentuk spermatozoa dengan memperhatikan:  Panjang spermatozoa  Bentuk, ukuran, dan jumlah kepala spermatozoa  Panjang leher  Bentuk ekor  Rasio panjang ekor terhadap panjang spermatozoa  Laporkan pula adanya sel darah, sel epitel, sel imatur testis, kristal-kristal urine. c. Pasca Analitik 1) Pemeriksaan Makroskopis a) Volume  Volume normal sperma, tergantung ras. Bagi orang indonesia volume yang normal 2 – 3 ml.  Volume yang lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia. Kondisi ini dapat disebabkan oleh  Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat  Obat perangsang hormon laki – laki  Volume yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia. Kondisi ini dapat disebabkan oleh  Ejakulasi yang berturut-turut  Vesica seminalis kecil  Penampung sperma tidak sempurna b) Warna

 Sperma yang normal biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan.  Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi putih kekuningan. c) Bau  Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik,  Untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk membaui sperma.  Baunya sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat.  Dalam keadaan infeksi, sperma berbau busuk/ amis.  Secara biokimia sperma mempunyai bau seperti klor/ kaporit. d) pH  Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter.  Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7.2 – 7.8  Pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak (terinfeksi oleh kuman gram negatif (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya.

 pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak. e) Liquefaction  Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan (semininnya jelek).  Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika seminalis. f) Viskositas  Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna.  Cara Subjektif: Panjang benang 3-5 cm. Makin panjang benang terlihat maka makin tinggi viskositasnya.  Cara Pipet Elliason  Nilai rujukan <2 detik  Semakin

kental

sperma

tersebut

semakin

besar

viskositasnya. Hal ini mungkin disebabkan karena Spermatozoa

terlalu

banyak,

Cairannya

sedikit,

Gangguan liquedaction, Perubahan komposisi plasma sperma, Pengaruh obat-obatan tertentu g) Fruktosa Kualitatif Pemeriksaan

fruktosa

kualitatif

ini

harus

merupakan

pemeriksaan rutin pada sperma azoospermia. Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis.  Bila tidak didapati fruktosa dalam sperma, hal ini dapat disebabkan karena:  Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens

 Kedua duktus ejakulatorius tersumbat  Kelainan pada kelenjar vesika seminalis  Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas menjadi merah coklat atau merah jingga,  Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna 2) Pemeriksaan Mikroskopis a) Jumlah sperma per-lapangan pandang  Misalnya, Lapang pandang = 50 spermatozoa, jadi perlapangan

pandang

200

spermatozoa.

Perkiraan

konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi spermatozoa adalah 200 juta/ml.  Jika perlapang pandang didapatkan nol spermatozoa maka tidak usah dilakukan pemeriksaan konsentrasi disebut Azoospermia. b) Motilitas sperma  Gerak spermatozoa yang baik adalah gerak kedepan dan arahnya lurus, gerak yang kurang baik adalah gerak zigzag, berputar-putar dan lain-lain.  Catatan: Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa mati, yang benar adalah spermatozoa tidak bergerak  Nilai rujukan: 80% spermatozoa bergerak aktif, 20% spermatozoa bergerak lambat/tidak bergerak sama sekali.  Pada pemeriksaan setelah 3 jam pertama, motilitas spermatozoa seharusnya sedikit berkurang atau tidak berkurang sama sekali.  Pada pemeriksaan berikutnya, motilitas

spermatozoa

biasanya akan berkurang terus dan pada suhu kamar menjadi benar-benar non-motil setelah 12 jam.

 Berkurangnya motilitas spermatozoa mungkin merupakan salah satu penyebab infertilitas.  Sebab menurunnya motilitas spermatozoa:  Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama sejak sperma dikeluarkan  Cara penyimpanan sampel yang kurang baik c) Perhitungan Jumlah Sperma  Jumlah spermatozoa yang normal adalah 60-150 juta/ml (menurut beberapa sumber, 100-500 juta/ml).  Pada pasien-pasien yang jumlah spermatozoanya di bawah 60 juta/ml, hitung spermatozoanya (jumlah spermatozoa pada bilik hitung) pasti rendah; meskipun begitu, pasienpasien ini mungkin masih tetap fertil. d) Morfologi Sperma Nilai rujukan  Spermatozoa normal memiliki panjang 50-70um  Bentuk kepala spermatozoa normal besar dan oval Kepala spermatozoa berukuran 3-6um x 2-3um  Leher spermatozoa pendek  Ekor spermatozoa panjang dan langsing  Panjang ekor mencapai kira-kira 90% panjang total spermatozoa  Tidak ditemukan >20% spermatozoa bentuk abnormal Bentuk abnormal       

Bentuk Pir (seperti buah pir) Bentuk Terato (tidak beraturan dan berukuran besar) Bentuk Lepto (ceking) Bentuk Mikro (kepala seperti jarum pentul) Bentuk Strongyle (seperti larva stongyloides) Bentuk Lose Hezel (tanpa kepala) Bentuk Immature (spermatozoa belum dewasa, terdapat cytoplasmic)

Related Documents


More Documents from ""