Kasus Ppok.docx

  • Uploaded by: fitrahfajrianihaming
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kasus Ppok.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 676
  • Pages: 5
BAB III PEMBAHASAN

Kasus: Seorang pria 49 tahun dengan riwayat medis hipertensi, datang dengan keluhan sesak nafas sejak sekitar 3-4 tahun lalu, dengan gejala bertahap semakin memburuk. Sekarang ia tidak berjalan 100 meter tanpa harus berhenti dan beristirahat. Ia juga tiap hari mengalami batuk produktif di sertai dahak kekuningan. Ia merokok sekitar 1½ bungkus sehari dan telah merokok selama 30 tahun terakhir. Dia juga minum bir rata-rata 6-7 gelas sehari. Ia tidak terpapar secara signifikan oleh debu, gas, atau asap.

Riwayat kesehatan pasien: hipertensi selama 6 tahun, saat ini dapat di kendalikan Riwayat sosial: pasien bekerja sebagai akuntan; menikah dengan dua orang anak Riwayat keluarga: ayah penderita emfisema dan kanker paru-paru. Tidak ada keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2 atau penyakit jantung. Obat yang di konsumsi: Lisinopril 40 mg tablet sekali sehari Hydrochlorothiazide 25 mg tablet sekali sehari Tanda vital: tekanan darah 134/82 mmHg. Nadi 80 denyut per menit, tingkat pernapasan 20/menit, suhu 35,8ºC, berat 60 kg/ tinggi 163 cm, indeks massa tubuh 22,7 kg / m2. Pemeriksaan paru-paru: dada emfisematous (barel chest), membran mukosa lembab, suara pau-paru yang cukup jauh, ronki kering atau wheeing. x-ray dada: hiperlusensi dan hiperinflasi paru-paru, sugestif perubahan emphysematous.

Pertanyaan: a. Apa faktor risiko yang dimiliki pasien untuk CPOD/PPOK? b. PPOK pasien ini dapat diklasifikasikan sebagai tahap apa?

c. Susunlah rencana perawatan untuk pasien ini, meliputi tujuan terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi?

Penyelesaian: A. Identitas pasien Nama

:-

Umur

: 49 tahun

Jenis kelamin

: Pria

B. Riwayat Pasien 1. Riwayat Sosial

: Ia merokok sekitar 1½ bungkus sehari dan telah merokok selama 30 tahun terakhir. Dia juga minum bir rata-rata 6-7 gelas sehari. Ia tidak terpapar secara signifikan oleh debu, gas, atau asap. Pasien bekerja sebagai akuntan; menikah dengan dua orang anak

2. Riwayat Keluarga

: Ayah penderita emfisema dan kanker paru-paru. Tidak ada keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2 atau penyakit jantung.

3. Riwayat Kesehatan

: Hipertensi selama 6 tahun, saat ini dapat di kendalikan

4. Riwayat Terapi

: Lisinopril 40 mg tablet sekali sehari Hydrochlorothiazide 25 mg tablet sekali sehari

C. Permasalahan Pasien Sesak nafas sejak sekitar 3-4 tahun lalu, dengan gejala secara bertahap semakin memburuk. Sekarang ia tidak dapat berjalan 100 meter tanpa harus berhenti dan beristirahat. Ia juga tiap hari mengalami batuk produktif di sertai dahak kekuningan.

D. Pengukuran 1. Berat badan

: 60 kg

2. Tinggi badan

: 163 cm

3. Suhu

: 35,8ºC

4. Tekanan darah

: 134/82 mmHg

5. Nadi

: 80 denyut per menit

6. Tingkat pernapasan

: 20/menit

7. Indeks masa tubuh

: 22,7 kg / m2

8. Pemeriksaan paru

: dada emfisematous (barel chest), membran mukosa lembab, suara pau-paru yang cukup jauh, ronki kering atau wheezing.

9. X-ray dada

: hiperlusensi dan hiperinflasi paru-paru, sugestif perubahan emphysematous.

E. Faktor Resiko 1. Kebiasaan merokok 2. Mengkonsumsi alkohol 3. Predisposisi genetik

F. Klasifikasi PPOK Pasien Klasifikasi PPOK pasien termasuk dalam tipe I (eksaserbasi berat), dengan ciri-ciri seesak bertambah, produksi sputum meningkat, dan perubahan warna sputum (sputum menjadi purulent).

G. Tata Laksana Terapi 1. Tujuan terapi Mengurangi gejala, mencegah eksaserbasi berulang, meperbaiki dan mencegah penurunan faal paru, meningkatkan kualitas hidup penderita. 2. Diagnosis : -

PPOK eksaserbi berat

-

Ciri-ciri PPOK eksaserbasi akut adalah batuk berkepanjangan, betuk disertai produksi lendir yang berlebihan, sesak dada, sesak napas yang semakin parah saat beraktivitas fisik, berkurangnya ketahanan otot, perubahan warna lendir menjadi kuning, hijau, coklat atau berdarah.

3. Tata laksana a. Non farmakologi (Lilyana, 2017) -

Berhenti merokok

-

Latihan dan rehabilitasi paru, berupa latihan fisik dan latihan napas khusus serta bantuan psikis

-

Asupan nutrisi yang adekuat

-

Menjaga pola makan yang sehat

-

Rutin berolahraga

b. Farmakologi -

Inhaler salbutamol 100 mcg/puff lag No I Sprn (saat serangan asma)

-

Prednisolon 30 mg/hari, 10-14 hari

-

Ambroksol 30 mg 3x1 (ekspektoran gol. Mukolitik)

-

Lisinopril 40 mg tablet sekali sehari

4. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) -

Menghindari paparan asap rokok

-

Menghindari minuman keras

-

Menghindari kelelahan

-

Mengkonsumsi makanan yang bergizi

-

Minum air yang cukup untuk menghindari dehidrasi.

Lilyana, N.T.A., 2017, Managemen Nonfarmakoterapi Bagi Pasien PPOK, Jurnal Ners Lentera, Vol. 5(2).

Related Documents

Kasus
June 2020 54
Kasus Tht.docx
May 2020 30
Kasus Ppm.docx
October 2019 39
Kasus Raskin
April 2020 34

More Documents from ""

Cover Ppok.docx
May 2020 12
Makalah Ppok.docx
May 2020 13
Cover Ppok.docx
May 2020 17
Kasus Ppok.docx
May 2020 15
Dapus Lvp.docx
May 2020 39