Kasus Non Infeksi Fix.docx

  • Uploaded by: Sitti Mutmainnah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kasus Non Infeksi Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,896
  • Pages: 26
KASUS NON INFEKSI

A.

Studi Kasus I.

Identitas Pasien

II.

Nama Penderita

: Tn. B

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Umur

: 57 tahun

Alamat

: Jl. Rudal I Blok B 19

Pekerjaan

: Pensiunan Tentara

Tanggal Pemeriksaan

: 26/02/2019

Anamnesis

: Autoanamnesis

Riwayat Penyakit Pasien laki-laki berumur 57 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan

nyeri pada kedua lutut sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya nyeri hanya pada lutut kanan namun lama kelamaan lutut kiri juga nyeri. Nyeri memberat terutama bila digerakkan saat berjalan dan membaik saat istirahat. Pasien merasa lututnya berbunyi saat berjalan. Riwayat keluhan yang sama sejak 3 tahun yang lalu, setelah pasien pensiun dari pekerjaannya sebagai TNI. Keluhan lain demam (-), nyeri kepala (-), batuk (-), batuk darah (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), riwayat sesak dan nyeri dada sebelumnya (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), riwayat nyeri ulu hati (-), nafsu makan biasa. Buang air besar saat ini lancar 2 kali sehari berwarna kuning konsistensi lunak. Buang air kecil lancar berwarna kuning jernih. Riwayat merokok (-) 

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat keluhan yang sama sejak 3 tahun yang lalu, setelah pasien pensiun dari pekerjaannya sebagai TNI. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit jantung,DM, atau tekanan darah.



Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada



Riwayat Penyakit dilingkungan sekitar : Tidak ada



Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien berada di tingkatan sosial ekonomi menengah ke bawah. Pasien seorang kepala rumah tangga. Pasien tinggal bersama istri dan 2 anak kandung.

Riwayat Kebiasaan : Pasien makan tiga sampai empat kali sehari dengan makanan yang tinggi kalori. Riwayat aktivitias berat 3 tahun yang lalu saat menjadi tentara. Olahraga tidak teratur.

III.

Pemeriksaan Fisis 

Keadaan umum: Sakit Sedang/Gizi Lebih/ Compos mentis BB= 70 kg; TB= 165 cm; LLA=22 cm; IMT=25,71 kg/m2 (obesitas 1)







Tanda Vital: Tensi

: 130/80 mmHg

Nadi

: 77 kali/ menit (Reguler, kuat angkat)

Pernapasan

: 20 kali/ menit (Thoraco abdominal)

Suhu

: 36,5oC

(axilla)

Kepala: Ekspresi

: Normal

Simetris Muka

: Simetris kiri dan kanan

Deformitas

: (-)

Rambut

: Hitam, lurus, sulit dicabut

Mata: Eksoptalmus/ Enoptalmus : (-) Gerakan

: Ke segala arah

Tekanan Bola Mata

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Kelopak Mata

: Edema palpebra (-), ptosis (-)

Konjungtiva

: Anemis (-)

Sklera

: Ikterus (-)

Kornea

: Jernih, reflex kornea (+)

: Bulat, isokor, ∅ 2,5mm/2,5mm,

Pupil

RCL +/+, RCTL +/+ 

Telinga: Tophi

: (-)

Pendengaran

: Tidak ada kelainan

Nyeri Tekan di Proc. Mastoideus : (-) 

Hidung: Perdarahan: (-) Sekret





: (-)

Mulut: Bibir

: Kering (-), lidah kotor (-), stomatitis (-)

Gigi Geligi

: Karies (-)

Gusi

: Candidiasis oral (-), perdarahan (-)

Farings

: Hiperemis (-)

Tonsil

: T1 – T1, hiperemis (-)

Lidah

: Kotor (-)

Leher: Kel. Getah Bening : Tidak teraba, nyeri tekan (-) Kel. Gondok

: Tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)

DVS

: R+2 cmH2O

Pembuluh Darah : Bruit (-)



Kaku Kuduk

: (-)

Tumor

: (-)

Dada: - Inspeksi

: Simetris hemithoraks kiri dan kanan

- Bentuk

: Normothoraks

- Pembuluh Darah

: Bruit (-)

- Buah Dada

: Tidak ada kelainan

- Sela Iga

: Tidak ada pelebaran

- Lain-lain

: Barrel chest (-), massa tumor (-)



Paru: o Palpasi: 

Fremitus Raba

: Kiri = Kanan



Nyeri Tekan

: (-)

o Perkusi: 

Paru Kiri

: Sonor



Paru Kanan

: Sonor



Batas Paru Hepar : ICS V-VI anterior dextra



Batas Paru Belakang Kanan :Vertebra thorakal X dextra



Batas Paru Belakang Kiri :Vertebra thorakal XI sinistra

o Auskultasi:





Bunyi Pernapasan : Vesikuler



Bunyi Tambahan : Rhonki (-/-) , Wheezing (-/-)

Jantung: o Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

o Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

o Perkusi

:

Batas jantung kanan ICS IV linea sternalis dextra Batas jantung kiri ICS V linea midklavikula sinistra Batas pinggang jantung ICS III linea parasternalis sinistra o Auskultasi :





BJ I/II



Bunyi Tambahan : Bising (-)

: Murni reguler

Abdomen : o Inspeksi

: Cembung, ikut gerak napas

o Palpasi

: Massa tumor (-), nyeri tekan epigastrik (-)



Hati

: Tidak teraba



Limpa

: Tidak teraba



Ginjal

: Ballotement (-)



Lain-lain : Kulit tidak ada kelainan

o Perkusi

: Timpani (+) , Shifting dullness (-)

o Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal 

Ekstremitas Tungkai Dextra: ada pembesaaran pada lutut (+), krepitasi (+) Tungkai Sinistra : dalam batas normal

IV.

Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Kolesterol 172 Asam Urat 7,2 Rencana foto polos genu

V.

Diagnosis Osteoartritis Genu+ Hiperurichemia

VI.

Penatalaksanaan a.

Medikamentosa - Natrium diklofenat 25mg/12jam/oral - Allopurinol 300mg /24jam/oral - Vit B komples/12jam/oral

b.

Non-medikamentosa - Menurunkan berat badan - Mengurangi aktivitas berat yang membebani lutut - Menghindari benturan pada lutut - Olahraga ringan ( senam 3 kali seminggu selama 30 menit)

B.

Pendekatan Holistik

Profil Keluarga Pasien Tn. B (57 tahun) adalah kepala keluarga suami dari Ny. N (50 tahun) dan memiliki 2 anak kandung Nn.L (23 tahun) dan Nn.A (20 tahun). Karakteristik Demografi Keluarga -

Identitas kepala keluarga

: Tn. B

-

Identitas pasangan

: Ny. N

-

Alamat

:Jl. Rudal I Blok B 19

-

Bentuk Keluarga

: Nuclear Family

Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah No

Nama

1

Tn. B

2

Ny.N

3. 4.

Status

Jenis

Keluarga

Kelamin

Kepala

Usia

Pendidika n

Pekerjaan Pensiunan

Laki- laki

57 tahun

Tentara

Istri

Perempuan

50 tahun

SMA

IRT

Nn. L

Anak 1

Perempuan

23 tahun

S1

Mahasiswi

Nn. A

Anak 2

Perempuan

20

S1

Mahasiswi

keluarga

Tentara

Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup Keadaan Rumah Pasien di Jl. Rudal I Blok B 19 Status kepemilikan rumah: Milik Sendiri Daerah perumahan : Padat Karakteristik Rumah dan Lingkungan

Kesimpulan

Luas rumah : 10 x 8 m2 (2 lantai)

Keluarga Tn.B tinggal di rumah

Jumlah penghuni dalam satu rumah : 4

dengan kepemilikian rumah pribadi.

orang

Tn.B tinggal dalam rumah yang

Luas halaman rumah : 3 x 8 m2

sedang dengan lingkungan rumah

Lantai rumah dari : tegel

yang cukup padat dan ventilasi yang

Dinding rumah dari : tembok dan papan

cukup memadai dan dihuni oleh 4

Jamban keluarga : ada dua

orang. Dengan penerangan listrik

Tempat bermain : tidak ada

1200 watt. Air PDAM sebagai

Penerangan listrik : 1200 watt

sarana air bersih keluarga.

Ketersediaan air bersih : ada Tempat pembuangan sampah : ada

Kepemilikan Barang-Barang Berharga Keluarga Tn.B memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya antara lain yaitu, satu buah televisi yang terletak di ruang tamu, kipas angin di kamar tidur, satu buah rice cooker, kulkas dan satu buah dispenser di dapur.

Penilaian Perilaku Kesehatan - Jenis tempat berobat

: Puskesmas

- Asuransi / Jaminan Kesehatan

: BPJS

Pola Konsumsi Keluarga Menu makanan sehari-hari keluarga ini bervariasi. Menu makanan yang biasa dihidangkan istri dari Tn.B terdiri dari nasi, sayur, dan lauk yang digoreng yang biasanya dimasak sendiri. Sayur yang dikonsumsi cukup bervariasi antara lain sayuran hijau, terutama kangkung dan bayam baik direbus atau ditumis dan jarang mengonsumsi buah. Lauk yang dihidangkan bervariasi seperti ayam, ikan, telur, tahu maupun tempe. Untuk buah-buahan sangat jarang dikonsumsi oleh keluarga ini. Pola makan keluarga ini tiga kali sehari, terdiri dari sarapan pagi, makan siang dan makan malam, diantaranya terkadang

keluarga ini

mengkonsumsi gorengan yang dibeli sebagai cemilan. Di dalam sehari, Tn. B memiliki kebiasaan makan sebanyak tiga sampai empat kali sehari.

Pola Dukungan Keluarga a.

Faktor Pendukung Terselesaikannya Masalah Dalam Keluarga Pasien memiliki anak dan istri yang membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

b.

Faktor Penghambat Terselesaikaanya Masalah Dalam Keluarga Di antara yang merupakan faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga yaitu kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien sehingga tidak ada upaya pencegahan faktor penyebab Osteoartritis, disertai dukungan gaya hidup sehat yang kurang dari keluarga.

Fungsi Fisiologis (Skor APGAR) Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rosan, Guyman dan Leyton, dengan menilai 5 Fungsi pokok keluarga, antara lain: - Adaptasi : Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang dibutuhkan. - Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah. - Growth : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota keluarga. - Affection : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang berlangsung. - Resolve : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga. Penilaian: Hampir Selalu

= skor 2

Kadang-kadang

= skor 1

Hampir tidak pernah = skor 0 Total Skor: 8-10

= Fungsi keluarga sehat

4-7

= Fungsi keluarga kurang sehat

0-3

= Fungsi keluarga sakit

Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita Penilaian No.

1.

Pertanyaan

Hampir Selalu (2)

KadangKadang (1)

Adaptasi Apakah keluarga anda selalu



menemani anda ketika berobat dan kontrol perihal penyakit yang anda derita? 2.

Partnership (Kemitraan) Jika Anda merasa kesakitan akibat penyakit yang anda derita, apakah ada anggota keluarga yang selalu merawat



anda dan membantu memberikan anda obat penghilang nyeri? 3.

Growth (Pertumbuhan) Jika Anda tidak bisa membantu melakukan pekerjaan rumah seperti mengangkat berat karena keterbatasan



anda akibat penyakit yang anda derita, apakah istri dan anak anda mau mengerti dengan anda? 4.

Affection (Kasih Sayang) Jika Anda merasa cemas akibat penyakit anda, apakah anggota keluarga yang lain selalu mendampingi Anda dalam mengatasi kecemasan tersebut?



Hampir Tidak Pernah (0)

Penilaian No.

5.

Pertanyaan

Hampir Selalu (2)

KadangKadang (1)

Hampir Tidak Pernah (0)

Resolve (Kebersamaan) Anda disarankan untuk mengurangi konsumsi makanan berlebihan √

karena dapat meningkatkan berat badan. Apakah anggota keluarga yang lain mengkonsumsi menu yang sama dan makan bersama? Total Skor

6

Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 6 ini menunjukkan Fungsi keluarga kurang sehat. Fungsi Patologis (SCREEM) Aspek sumber daya patologi - Sosial: Pasien baik dalam bermasyarakat dengan tetangga. - Cultural: Pasien adalah orang Indonesia (Makassar) yang makanan pokoknya adalah nasi dimana makannya tidak sah jika tidak memakan nasi, sehingga kalori yang dikonsumsi sangat tinggi. Selain itu Makassar juga terkenal dengan makanan tradisionalnya yang banyak mengandung tinggi glukosa dan tinggi lemak seperti coto dan pallubasa yang dapat meningkatkan berat badan. - Religious: Keluarga pasien rajin melakukan sholat 5 waktu di masjid dan puasa di bulan Ramadhan.

- Economy: Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi belum tercukupi karena anaknya masih kuliah. - Education: Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu S1 - Medication: Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan kesehatan dari puskesmas dan memiliki asuransi kesehatan BPJS.

Genogram (Fungsi Genogram) Dalam keluarga pasien hanya pasien yang menderita Osteoartritis

Keterangan : : Keluarga Tn. R : Laki-laki normal : Wanita normal : Laki-laki Osteoartritis

a.

Bentuk Keluarga Bentuk keluarga ini adalah Nuclear Family yaitu keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak. Pasien sehari-hari melakukan aktivitas dalam rumah.

b.

Hubungan Anggota Keluarga

Tn.B dan Ny. N merupakan pasangan suami istri dengan dua orang anak. Hubungan antara anggota keluarga cukup baik, mereka sering berkumpul dan berkomunikasi.

Pembahasan Diagnosis pada pasien ini adalah Osteoartritis, didapatkan berdasarkan anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko internal, dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.

Foto Keadaan Rumah

Tampak Depan Rumah Pasien

Ruang keluarga

Kondisi Dapur, Tempat Cuci Piring, dan WC

Penjelasan kepada Pasien Mengenai Penyakitnya

OSTEOARTRITIS

1.1 DEFINISI Osteoartritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai dengan perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang rawan/kartilago hialin. Hal tersebut disertai dengan peningkatan

ketebalan

dan

sklerosis

dari

subchondral

yang bisa

disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, peregangan kapsul artikular, synovitis ringan pada persendian, dan lemahnya otot-otot yang menghubungkan persendian1. Osteoartritis merupakan penyakit sendi menahun yang ditandai adanya kemunduran tulang rawan sendi dan tulang di dekatnya, disertai pembentukan tulang baru dan jaringan lunak didalam dan sekitar sendi yang bersangkutan. Osteoartritis dapat menyebabkan patahnya bantalan tulang rawan yang menjadi bantalan tulang secara keseluruhan. Osteoartritis terjadi karena proses perbaikan sendi tidak mampu mengimbangi kerusakan yang terjadi2. 1.2 EPIDEMIOLOGI 1.2.1 Epidemologi Osteoartritis Berdasarkan Trias Epidemologi Agent Penyebab utama osteoartritis masih belum diketahui sampai saat ini namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoartritis. Beberapa kemungkinan agen penyebab tersebut diantaranya: - Trauma Riwayat trauma pada sendi dapat mengakibatkan rusaknya kartilago yang menjadi bantalan sendi - Gaya Hidup Gaya hidup seperti aktivitas yang berlebihan dapat memperberat kerja sendi dan menyebabkan kerusakan pada sendi. Selain itu

olah raga yang tidak teratur dapat meningkatkan risiko osteoartritis. Host (Pejamu) Penjamu adalah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit - Umur dan jenis kelamin Risiko OA akan terus meningkat seiring bertambahnya usia. Di Indonesia, prevalensi OA mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun, dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki - Ras Penelitian membuktikan bahwa ras berkulit hitam lebih tinggi terkena OA dari pada kulit putih. - Obesitas : obesitas menyebabkan ketegangan berlebih pada sendi manusia, terutama yang menanggung sebagian besar berat badan, seperti lutut dan pinggul. Environment Penyakit osteoartritis paling banyak ditemukan di daerah pekerja. Aktivitas yang sering dan berulang pada sendi dapat menyebabkan lelahnya otot-otot yang membantu pergerakan sendi.

1.2.2 Epidemologi Osteoartritis Berdasarkan Variabel Epidemologi a. Distribusi menurut orang (person)2 - Distribusi menurut umur Prevalensi beratnya Osteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. OA hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa OA bukan akibat ketuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada ketuaan berbeda dengan perubahan pada OA.

- Distribusi menurut jenis kelamin Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi dan lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun frekuensi OA lebih banyak pada wanita. - Distribusi menurut etnik Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampakya terdapat perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya OA paha lebih sering pada orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup dan

perbedaan

pada

frekuensi

kelainan

kongenital

dan

pertumbuhan. b. Distribusi menurut tempat2 - Lingkungan Penyakit osteoartritis dapat menyerang di lingkungan mana saja, terutama jika daerah tersebut merupakan daerah pekerja yang melakukan pekerjaan secara berulang-ulang. - Kondisi Sosial Ekonomi Penyakit osteoartritis dapat menyerang siapa saja baik dari kalangan menengah atas maupun menengah bawah. - Distribusi menurut waktu Penyakit osteoartritis dapat menyerang kapan saja tanpa mengenal waktu.

2.3 FAKTOR RISIKO Penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi beberapa hal dianggap meningkatkan risiko pengembangan osteoartritis, termasuk: 

Cedera sendi : penggunaan sendi yang berlebihan setelah cedera dan post operasi.



Artritis sekunder : osteoartritis dapat terjadi pada sendi yang rusak parah oleh kondisi sebelumnya atau yang sudah ada, seperti rheumatoid artritis atau gout.



Usia : Risiko meningkat seiring bertambahnya usia



Riwayat keluarga : osteoartritis dapat terjadi dalam keluarga, meskipun penelitian tidak mengidentifikasi satu gen yang bertanggung jawab



Obesitas : obesitas menyebabkan ketegangan berlebih pada sendi manusia, terutama yang menanggung sebagian besar berat badan, seperti lutut dan pinggul2.

2.4

PATOFISIOLOGI Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan

matriks rawan sendi. Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan dan kolagen. Perkembangan perjalanan penyakit osteoartritis dibagi menjadi 3 fase, yaitu sebagai berikut : 1. Fase 1 Terjadinya

penguraian

proteolitik

pada

matriks

kartilago.

Metabolisme kondrosit menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim seperti metalloproteinases yang kemudian hancur dalam matriks kartilago. Kondrosit juga memproduksi penghambat protease yang mempengaruhi proteolitik. Kondisi ini memberikan manifestasi pada penipisan kartilago. 2. Fase 2 Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen kedalam cairan sinovia.

3. Fase 3 Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi responsinflamasi pada sinovia. Produksi magrofag sinovia seperti interleukin 1 (IL-1), tumor nekrosis faktor-alpha (TNF-α), dan metalloproteinase menjadi meningkat. Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada kartilago dan secara langsung memberikan dampak adanya destruksi pada kartilago. Molekul-molekul proinflamasi lainnya seperti nitric oxide (NO) juga ikut terlibat. Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan arsitektur sendi dan memberikan dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan arsitektur sendi dan stress inflamasi memberikan pengaruh pada permukaan artikular menjadi kondisi gangguan yang progresif7.

A: Gambar Sendi Lutut Normal. B: Gambar sendi lutut yang mengalami osteoartritis. (Sumber : HI – LAB 2008)

2.5

KLASIFIKASI Ada lebih dari satu klasifikasi artritis. Dua dari yang umum adalah

sistem Kellgren - Lawrence Grading dan Outerbridge. Sistem Kellgren dan Lawrence didasarkan pada xrays dan terdiri dari Normal, Grade I, Grade II, Grade III dan Grade IV. Hal ini berdasarkan dari ada tidaknya ciri khas dari osteoartritis, yaitu; Joint space narrowing bone terlihat pada rontgen tapi ligamen tulang

rawan yang mencakupnya tidak. Persendian normal tampak memiliki ruang antar tulang. Setiap penurunan ruang menandakan penipisan tulang rawan penutup. Osteofit adalah proyeksi dari tulang kecil yang terbentuk di sekeliling persendian. Dianggap sebagai akibat dari tubuh yang mencoba untuk meningkatkan luas permukaan persendian untuk mengurangi tekanan. Osteofit inilah yang menyebabkan terbatasnya rentang gerak dan dapat menyebabkan rasa sakit. Sklerosis

yang

berarti

'pengerasan'

dan

merupakan

tanda

osteoartritis, yang terlihat sebagai peningkatan daerah putih di tulang pada persendian 

Grade I

: Penyempitan ruang sendi, bisa terdapat osteofit



Grade II

: Terlihat ada osteofit yang kecil, bisa terdapat

penyempitan 

Grade III

:

Osteofit

berukuran

sedang

dan

multipel,

penyempitan ruang sendi, beberapa sklerotik area, bisa terdapat deformasi tulang 

Grade IV

: Osteofit luas dan multipel, penyempitan ruang

sendi yang parah, sklerosis dan terjadi deformitas The Outerbridge Classification juga menilai dari Grade 0-IV. Namun lebih mengacu pada kondisi yang terlihat melalui athroskopi daripada dari rontgen 

Grade 0

: Normal



Grade I

: Pelunakan dan pembengkakan dari persendian

kartilago 

Grade II

: Penebalan dari sebagian fissura sendi



Grade III

: Penebalan seluruhya dari fissura sendi



Grade IV

: Erosi keseluruhan kartilago sendi

Menurut penyebabnya osteoartritis dikategorikan menjadi: a. Osteoartritis primer, degeneratif artikular sendi yang terjadi pada sendi tanpa adanya abnormalitas lain pada tubuh. Penyakit ini sering menyerang sendi penahan bebantubuh atau tekanan yang normal pada sendi dan kerusakkan akibat proses penuaan. Paling sering terjadi pada sendi lutut dan sendi panggul, tapi ini juga ditemukan pada sendi lumbal, sendi jari tangan, dan jari pada kaki. b. Osteoartritissekunder, paling sering terjadi pada trauma atau terjadi akibat dari suatu pekerjaan, atau dapat pula terjadi pada kongenital dan adanya penyakit sistem sistemik. Osteoartritis sekunder biasanya terjadi pada umur yang lebih awal daripada osteoartritis primer1,2

2.6

DIAGNOSIS2,8 Gejala osteoartritis yang paling umum adalah nyeri sendi. Rasa sakit

cenderung memburuk dengan aktivitas, terutama setelah periode istirahat; ini disebut fenomena gelling. Osteoartritis dapat menyebabkan kekakuan di pagi hari, tetapi biasanya berlangsung kurang dari 30 menit, tidak seperti rheumatoid artritis, yang menyebabkan kekakuan selama 45 menit atau lebih. Pasien dapat melaporkan penguncian sendi atau ketidakstabilan sendi. Gejala-gejala ini mengakibatkan hilangnya fungsi, dengan pasien membatasi aktivitas mereka sehari-hari karena rasa sakit dan kekakuan. Sendi yang paling sering terkena adalah tangan, lutut, pinggul, dan tulang belakang, tetapi hampir semua sendi dapat dilibatkan. Osteoartritis sering asimetris. Seorang pasien mungkin memiliki osteoartritis berat yang melemahkan satu lutut dengan fungsi hampir normal dari kaki yang berlawanan. Pemeriksaan fisik penting dalam membuat diagnosis. Nyeri pada berbagai gerakan dan pembatasan rentang gerak umum untuk semua bentuk osteoartritis. Bambang (2003) menyatakan bahwa untuk diagnosis Osteoartritis digunakan klasifikasi dari American College of Rheumatology. Pasien positif Osteoartritis bila mengalami nyeri sendi dengan minimal 3 dari 6 kriteria berikut.

a. Umur >40 tahun b. Kaku pagi < 30 menit c. Krepitasi d. Nyeri tekan e. Pembesaran tulang f. Tidak panas pada perabaan. Kriteria Kellgren dan Lawrence yang membagi Osteoartritis: 

Grade 0: Tidak ada fitur radiografi OA



Grade1: Penyempitan ruang sendi yang menyimpang dan kemungkinan adanya osteofit.



Grade 2: Ada osteofit dan kemungkinan ruang sendi menyempit pada bantalan sendi anteroposterior



Grade 3: Multipel osteofit, penyempitan ruang sendi yang pasti, sklerosis, kemungkinan adanya deformitas tulang.



Grade 4: Osteofit besar, penyempitan ruang sendi, sklerosis berat dan deformitas tulang yang pasti.

Gambar 1. Kellgren and Lawrence grading

2.7

PENATALAKSANAAN8,9

1. Farmakoterapi Terapi farmakologi untuk osteoartritis tersedia dalam bentuk pil, sirup, krim atau lotion, atau injeksi ke dalam sendi. 

Analgesik. Penghilang rasa sakit dan termasuk acetaminophen, opioid (narkotika) dan opioid atipikal yang disebut tramadol. Harus dengan resep dokter.



Obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID). Obat yang paling sering digunakan untuk meredakan peradangan dan nyeri terkait. NSAID termasuk aspirin, ibuprofen, naproxen dan celecoxib.



Injeksi kortikosteroid intraartikuler.

2. Nonfarmakoterapi Tujuan utama dari terapi nonfarmakologis berkaitan dengan mengurangi beban pada sendi yang sakit dan meningkatkan fungsi mekanisme

protektif

sendi

sehingga

dapat

mengurangi

pembebanan pada sendi. Beberapa cara yang dilakukan untuk mengurangi pembebanan sendi antara lain : 

Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dapat membantu, terutama untuk nyeri punggung karena OA pada tulang belakang lumbal.



Olahraga untuk mempertahankan berbagai gerakan dan memperkuat otot-otot di sekitar sendi. Latihan isometrik umumnya lebih baik daripada latihan isotonik, karena mereka meminimalkan ketegangan sendi.

Terapi non obat terdiri dari edukasi, penurunan berat badan, terapi fisik dan terapi kerja. Pada edukasi, yang penting adalah meyakinkan pasien untuk dapat mandiri, tidak selalu tergantung pada orang lain. Walaupun OA tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan.

3. Tindakan operatif Tindakan

operasi

seperti

arthroscopic

debridement,

joint

debridement, dekompresi tulang, osteotomi, dan artroplasti merupakan tindakan yang efektif pada penderita dengan OA yang sudah parah. Tindakan operatif ini dapat menghilangkan nyeri pada sendi OA, tetapi kadang fungsi senditersebut tidak dapat diperbaiki secara adekuat, sehingga terapi fisik pre dan pasca operatif harus dipersiapkan dengan baik.

Gambar 5. Sebelum dan sesudah Arthroplasty

2.8

DIAGNOSIS BANDING 1. Rheumatoid Artritis10 Rheumatoid artritis (RA) adalah penyakit autoimun progresif kronis yang tidak diketahui penyebabnya. Hal ini ditandai dengan peradangan persisten yang terutama mempengaruhi sendi perifer. Biasanya dimulai sebagai artritis simetris yang berbahaya dan memiliki jalur yang tidak dapat diprediksi dan bervariasi, meskipun rasa sakit dan kecacatan dapat diminimalkan jika kondisi tersebut diketahui dini dan ditangani dengan segera dan tepat.

RA

OA

2. Artritis Gout11 Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik (metabolic syndrom) yang terkait dengan pola makan diet tinggi purin dan minuman beralkohol. Penimbunan kristal monosodium urat (MSU) pada sendi dan jaringan lunak merupakan pemicu utama terjadinya keradangan atau inflamasi pada gout artritis. Serangan artritis gout akut terjadi ditandai dengan nyeri pada sendi yang berat dan biasanya bersifat monoartikular. Pada 50% serangan pertama terjadi pada metatarsophalangeal1 (MTP-1) yang biasa disebut dengan podagra. Semakin lama serangan mungkin bersifat poliartikular dan menyerang ankle, lutut, pergelangan tangan, dan sendi-sendi pada tangan.

OA

GOUT

DAFTAR PUSTAKA 1. David, T. 2006. Osteoartritis of the knee. The New England Journal of Medicine. 2. Joewono Soeroso. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III ed. VI. Jakarta: Interna Publishing 3. Todd P Stitik. Osteoartritis. Department of Physical Medicine and Rehabilitation. UMDNJ. 2010;(2) 4. Sudoyo AW, Setiyohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI;2006.p.1195-201 5. Amilia Bunga. 2011. Gambaran Penderita Osteoartritis di Bagian Bedah RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Riau:FKUNILA 6. Sun BH, Wu CW. New Developments in Osteoartritis. Rheuma Dis Clin North Am. 2007;33:135-48 7. Kevi R. Vincen. 2013. The Pathophysiology of Osteoartritis: A Mechanical

Perspective on THE knee Joint.University of Florida

Gainesville, FL, USA: National Institutes of Health 8. Helmi, Zairin N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba medika. 9. Fauci, Anthony S, et al. 2012. Osteoartritis. Dalam : Harrison’s Principles Of Internal Medicine Eighteenth Edition. The McGraw-Hill Companies. 10. International Assosiation For the Study of Pain. 2009. Global year Againts Muskuloskeletal Pain. Rheumatoid Artritis. 11. Widyanto, Fendy W. 2017. Artritis Gout dan Perkembangannya. Blitar : RS Aminah. (e-journal)

Related Documents


More Documents from "tengku zadeq"

Dok Prolanis Nov 18.docx
November 2019 25
Rihuresshu Suru
June 2020 26
Dictionary
June 2020 41