BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Osteoartritis merupakan suatu penyakit degeneratif pada persendian yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Penyakit ini mempunyai karateristik berupa terjadinya kerusakan pada kartilago (tulang rawan sendi). Kartilago merupakan suatu jaringan keras bersifat licin yang melingkupi sekitar bagian akhir tulang keras di dalam persendian. Jaringan ini berfungsi sebagai penghalus gerakan antar tulang dan sebagai peredam (shock absorber) pada saat persendian melakukan aktivitas atau gerakan1,2. Osteoartritis adalah penyakit sendi umum yang paling sering menyerang orang setengah baya ke orang tua. Hal ini sering disebut sebagai "kelelahan" dari sendi, tetapi kita sekarang tahu bahwa OA adalah penyakit dari seluruh sendi, yang melibatkan tulang rawan, lapisan sendi, ligamen, dan tulang. ini lebih sering terjadi pada orang tua, Hal ini ditandai dengan pemecahan kartilago (jaringan yang menutupi ujung tulang di antara sendi), perubahan tulang sendi, kerusakan tendon dan ligamen, dan berbagai derajat peradangan lapisan sendi1. Insiden OA di Amerika pada usia 18-24 tahun, 7% laki-laki dan 2% perempuan menggambarkan OA pada tangan. Pada usia 55-64 tahun yaitu 28% terkena OA genu dan 23% terkena OA panggul. Pada usia 65-74 tahun, 39% menggambarkan OA lutut dan 23% OA panggul. Pada usia >70 tahun 100% baik laki-laki maupun perempuan mempunyai gejala-gejala osteoartritis3. Di Indonesia, prevalensi OA mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun. Menurut Riskedas tahun 2013, prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan di Indonesia 11,9% dan berdasarkan gejala 24,7%. Berdasarkan diagnosis tertinggi di Bali 19,3% sedangkan berdasarkan gejala tertinggi di NTT 33,1%, Jawa Barat 32,1%, Bali 30%, Jakarta 21,8%. Prevalensi tertinggi pada umur ≥75 tahun (54,8%). Dimana wanita lebih banyak (27,5%) dibanding pria (21,8%)4,5.
1
OA adalah penyebab utama kecacatan pada orang yang lebih tua. Tujuan pengobatan osteoartritis adalah mengurangi rasa sakit dan memperbaiki fungsi. Tidak ada obat untuk penyakit ini, tetapi beberapa perawatan berusaha memperlambat perkembangan penyakit4.
1.2
Rumusan Masalah -
Apa saja faktor yang mengakibatkan terjadinya Osteoartritis pada pasien?
-
Bagaimanakah menegakkan diagnosa secara klinis dan diagnosa psikososial?
-
Bagaimanakah tingkat pengetahuan keluarga dalam menyikapi penyakit Osteoartritis?
-
Bagaimanakah hasil dari terapi yang telah diberikan kepada penderita Osteoartritis?
-
Bagaimana upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita Osteoartritis?
1.3
Aspek Disiplin Ilmu yang Terkait dengan Pendekatan Diagnosis Holistik Komprehensif pada Osteoartritis
Untuk pengendalian permasalahan Osteoartritis pada tingkat individu dan masyarakat secara komprehentif dan holistik yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), maka mahasiswa program profesi dokter Universitas Muslim Indonesia melakukan kegiatan kepanitraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas dilayanan primer (Puskesmas) dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi yang dilandasi oleh profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif. Selain itu kompetensi mempunyai landasan berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan.
2
Kompetensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.3.1
Profesionalitas yang luhur (Kompetensi 1) : untuk mengidentifikasi
dan menyelesaikan permasalahan dalam pengendalian Osteoartritis secara individual, masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama, etik moral dan peraturan perundangan. 1.3.2
Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2) : Mahasiswa
mampu mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis, sosial dan budaya sendiri dalam penangan penyakit Osteoartritis, melakukan rujukan bagi kasus Osteoartritis, sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang berlaku serta mengembangkan pengetahuan. 1.3.3
Komunikasi efektif (Kompetensi 3) : Mahasiswa mampu
melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian Osteoartritis. 1.3.4
Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4) : Mahasiswa mampu
memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam praktik kedokteran. 1.3.5
Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5) : Mahasiswa
mampu menyelesaikan masalah pengendalian Osteoartritis secara holistik dan komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas berdasarkan landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang optimum. 1.3.6
Keterampilan Klinis (Kompetensi 6) : Mahasiswa mampu
melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah Osteoartritis dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain. 1.3.7
Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7) : Mahasiswa
mampu
mengelola
masalah
kesehatan
individu,
keluarga
maupun
masyarakat secara komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif, dan berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
3
1.4
Tujuan Dan Manfaat Studi Kasus Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah menatalaksanakan
masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai individu yang utuh terdiri dari unsur biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan penyakit promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Proses pelayanan dokter keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence based medicine).
1.4.1
Tujuan Umum: Tujuan dari penulisan laporan Studi Kasus ini adalah untuk dapat
menerapkan penatalaksanaan penderita Osteoartritis dengan pendekatan kedokteran keluarga secara paripurna (komprehensif) dan holistik, sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), berbasis Evidence Based Medicine (EBM) pada pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis serta prinsip penatalaksanaan penderita Osteoartritis dengan pendekatan kedokteran keluarga di Puskesmas Sudiang Raya tahun 2019.
1.4.2
Tujuan Khusus:
1. Untuk
mengidentifikasi
faktor
resiko
yang
mengakibatkan
terjadinya Osteoartritis di Puskesmas Sudiang Raya tahun 2019. 2. Untuk mengetahui cara penegakan diagnosis klinis dan diagnosis psikososial pada penyakit Osteoartritis di Puskesmas Sudiang Raya tahun 2019. 3. Mengidentifikasi permasalahan yang didapatkan dalam keluarga dan lingkungan sosial yang berkaitan dengan penyakit Osteoartritis di Puskesmas Sudiang Raya tahun 2019. 4. Untuk mengetahui upaya penatalaksanaan penyakit Osteoartritis di Puskesmas Sudiang Raya tahun 2019. 5. Untuk mengetahui upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit Osteoartritis di Puskesmas Sudiang Raya tahun 2019.
4
1.4.3 Manfaat Studi Kasus 1. Bagi Institusi pendidikan. Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan. 2. Bagi Penderita (Pasien). Menambah wawasan akan Osteoartritis yang meliputi proses penyakit dan penanganan menyeluruh Osteoartritis sehingga dapat memberikan keyakinan untuk tetap berobat secara teratur. 3. Bagi tenaga kesehatan. Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di dalamnya mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita Osteoartritis. 4. Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa) Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai evidenve based medicine dan pendekatan diagnosis holistik Osteoartritis serta dalam hal penulisan studi kasus.
1.5
Indikator Keberhasilan Tindakan Indikator keberhasilan tindakan setelah dilakukan penatalaksanaan
penderita Osteoartritis dengan pendekatan diagnostik holistik, berbasis kedokteran keluarga danevidence based medicine adalah: a. Kepatuhan pasien datang berobat di layanan primer (puskesmas) b. Perbaikan gejala dapat dievaluasi setelah pengobatan Osteoartritis dan dengan dilakukannya pencegahan terhadap penyakit tersebut. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Penilaian keberhasilan tindakan pengobatan didasarkan pada Osteoartritis dan gejala yang dikeluhkan. Hal ini disebabkan Osteoartritis umumnya bersifat cepat asal berobat teratur. Selain itu, kepatuhan untuk menghindari faktor resiko juga merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan.
5
BAB II ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS
2.1
Kerangka Teori
Faktor Prediposisi P E N Y
Faktor demografi (Usia, Jenis Kelamin, Ras) Faktor Genetik
E
Faktor Gaya Hidup (Merokok)
B
Obesitas
A
Faktor Biomekanis
B
Riwayat Trauma Aktifitas fisik/ Pekerjaan
Kelainan Pada Kartilago
OSTEO ARTRITIS
Kebiasaan Olahraga
6
2.2 Pendekatan Konsep Mandala
2.3
Pendekatan Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer Pendekatan secara holistik adalah memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososio-kultural-spiritual pada ekosistemnya. Sebagai mahluk biologis manusia adalah merupakan sistem organ yang terbentuk dari jaringan serta sel-sel yang kompleks fungsionalnya. Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukan dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta kegawatan yang diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien, pemeriksaan
fisik,
hasil
pemeriksaan
penunjang,
penilaian
risiko
internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta keluarganya.
7
Sesuai dengan arah yang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional 2004, maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan sebagai pelaku pelayanan pertama (layanan primer). Tujuan Diagnostik Holistik: 1.
Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat
2.
Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien
3.
Pembatasan kecacatan lanjut
4.
Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah sosial dalam kehidupanya)
5.
Jangka waktu pengobatan pendek
6.
Tercapainya percepatan perbaikan fungsi social
7.
Terproteksi dari resiko yang ditemukan
8.
Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah.
Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan terapi, tujuaanya yakni: 1. Menentukan kedalaman letak penyakit 2. Menentukan kekuatan serangan patogen penyakit 3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi organ 4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya 5. Menentukan interval kunjungan terapi. Diagnosis Holistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu: 1.
Membentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi (penerimaan, pencatatan biodata) dengan pasien
2.
Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien. Melakukan pemeriksaan saringan (Triage), data diisikan dengan lembaran penyaring
3.
Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
4.
Melakukan anamnesis
5.
Melakukan pemeriksaan fisik
8
6.
Penentuan
derajat
keparahan
penyakit
berdasarkan
gejala,
komplikasi, prognosis, dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi 7.
Menentukan resiko individual diagnosis klinis sangat dipengaruhi faktor individual termasuk perilaku pasien
8.
Menentukan pemicu psikososial dari pekerjaan maupun komunitas kehidupan pasien
9.
Menilai aspek fungsi sosial.
Dasar-dasar dalam pengembangan pelayanan/pendekatan kedokteran keluarga di layanan primer antara lain: 1.
Pelayanan kesehatan menyeluruh (holistik) yang mengutamakan upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
2.
Pelayanan kesehatan perorangan yang memandang seseorang sebagai bagian dari keluarga dan lingkungan komunitasnya
3.
Pelayanan yang mempertimbangkan keadaan dan upaya kesehatan secara terpadu dan paripurna (komprehensif).
4.
Pelayanan medis yang bersinambung
5.
Pelayanan medis yang terpadu
Pelayanan
komprehensif
yaitu
pelayanan
yang
memasukkan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus (preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran. Pelayanan medis yang bersinambung merupakan pelayanan yang disediakan
dokter
keluarga
merupakan
pelayanan
bersinambung,
yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan pasien. Pelayanan medis yang terpadu artinya pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas
9
program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik dari formal maupun informal.
Prinsip Pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer adalah: a.
Comprehensive care and holistic approach
b.
Continuous care
c.
Prevention first
d.
Coordinative and collaborative care
e.
Personal care as the integral part of his/her family
f.
Family, community, and environment consideration
g.
Ethics and law awareness
h.
Cost effective care and quality assurance
i.
Can be audited and accountable care Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya. Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat dari beberapa aspek yaitu: I. II.
Aspek Personal : Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan diagnosis kerja dan diagnosis banding.
III.
Aspek Internal : Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku. Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, sosial
IV. V.
ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
Aspek Eksternal : Psikososial dan ekonomi keluarga. Derajat Fungsi Sosial : -
Derajat 1
: Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
-
Derajat 2
: Pasien mengalami sedikit kesulitan.
-
Derajat 3
: Ada beberapa kesulitan, perawatan
diri masih bisa
dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan.
10
-
Derajat 4
: Banyak kesulitan. Tak melakukan aktifitas kerja,
tergantung pada keluarga. -
2.4
Derajat 5
: Tak dapat melakukan kegiatan
OSTEOARTRITIS 2.4.1 DEFINISI Osteoartritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai dengan perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang rawan/kartilago hialin. Hal tersebut disertai dengan peningkatan ketebalan
dan sklerosis dari
subchondral
yang bisa
disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, peregangan kapsul artikular, synovitis ringan pada persendian, dan lemahnya otot-otot yang menghubungkan persendian1. Osteoartritis merupakan penyakit sendi menahun yang ditandai adanya kemunduran tulang rawan sendi dan tulang di dekatnya, disertai pembentukan tulang baru dan jaringan lunak didalam dan sekitar sendi yang bersangkutan. Osteoartritis dapat menyebabkan patahnya bantalan tulang rawan yang menjadi bantalan tulang secara keseluruhan. Osteoartritis terjadi karena proses perbaikan sendi tidak mampu mengimbangi kerusakan yang terjadi2. 2.4.2
EPIDEMIOLOGI 2.4.2.1 Epidemologi
Osteoartritis
Berdasarkan
Trias
Epidemologi Agent Penyebab utama osteoartritis masih belum diketahui sampai saat ini namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoartritis. Beberapa kemungkinan agen penyebab tersebut diantaranya:
11
- Trauma Riwayat trauma pada sendi dapat mengakibatkan rusaknya kartilago yang menjadi bantalan sendi - Gaya Hidup Gaya hidup seperti aktivitas yang berlebihan dapat memperberat kerja sendi dan menyebabkan kerusakan pada sendi. Selain itu olah raga yang tidak teratur dapat meningkatkan risiko osteoartritis. Host (Pejamu) Penjamu adalah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit - Umur dan jenis kelamin Risiko OA akan terus meningkat seiring bertambahnya usia. Di Indonesia, prevalensi OA mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun, dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki - Ras Penelitian membuktikan bahwa ras berkulit hitam lebih tinggi terkena OA dari pada kulit putih. - Obesitas : obesitas menyebabkan ketegangan berlebih pada sendi manusia, terutama yang menanggung sebagian besar berat badan, seperti lutut dan pinggul. Environment Penyakit osteoartritis paling banyak ditemukan di daerah pekerja. Aktivitas yang sering dan berulang pada sendi dapat menyebabkan lelahnya otot-otot yang membantu pergerakan sendi.
12
2.4.2.2 Epidemologi Osteoartritis Berdasarkan Variabel Epidemologi a. Distribusi menurut orang (person)2 - Distribusi menurut umur Prevalensi beratnya Osteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. OA hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa OA bukan akibat ketuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada ketuaan berbeda dengan perubahan pada OA. - Distribusi menurut jenis kelamin Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi dan lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun frekuensi OA lebih banyak pada wanita. - Distribusi menurut etnik Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampakya terdapat perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya OA paha lebih sering pada orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup dan
perbedaan
pada
frekuensi
kelainan
kongenital
dan
pertumbuhan. b. Distribusi menurut tempat2 - Lingkungan Penyakit osteoartritis dapat menyerang di lingkungan mana saja, terutama jika daerah tersebut merupakan daerah pekerja yang melakukan pekerjaan secara berulang-ulang. - Kondisi Sosial Ekonomi Penyakit osteoartritis dapat menyerang siapa saja baik dari kalangan menengah atas maupun menengah bawah.
13
- Distribusi menurut waktu Penyakit osteoartritis dapat menyerang kapan saja tanpa mengenal waktu.
2.4.3 FAKTOR RISIKO Penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi beberapa hal dianggap meningkatkan risiko pengembangan osteoartritis, termasuk:
Cedera sendi : penggunaan sendi yang berlebihan setelah cedera dan post operasi.
Artritis sekunder : osteoartritis dapat terjadi pada sendi yang rusak parah oleh kondisi sebelumnya atau yang sudah ada, seperti rheumatoid artritis atau gout.
Usia : Risiko meningkat seiring bertambahnya usia
Riwayat keluarga : osteoartritis dapat terjadi dalam keluarga, meskipun penelitian tidak mengidentifikasi satu gen yang bertanggung jawab
Obesitas : obesitas menyebabkan ketegangan berlebih pada sendi manusia, terutama yang menanggung sebagian besar berat badan, seperti lutut dan pinggul2.
2.4.4 PATOFISIOLOGI Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan matriks rawan sendi. Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan dan kolagen. Perkembangan perjalanan penyakit osteoartritis dibagi menjadi 3 fase, yaitu sebagai berikut : 1. Fase 1 Terjadinya
penguraian
proteolitik
pada
matriks
kartilago.
Metabolisme kondrosit menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim seperti metalloproteinases yang kemudian hancur dalam 14
matriks kartilago. Kondrosit juga memproduksi penghambat protease yang mempengaruhi proteolitik. Kondisi ini memberikan manifestasi pada penipisan kartilago. 2. Fase 2 Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen kedalam cairan sinovia. 3. Fase 3 Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi responsinflamasi pada sinovia. Produksi magrofag sinovia seperti interleukin 1 (IL-1), tumor nekrosis faktor-alpha (TNF-α), dan metalloproteinase menjadi meningkat. Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada kartilago dan secara langsung memberikan dampak adanya destruksi pada kartilago. Molekul-molekul proinflamasi lainnya seperti nitric oxide (NO) juga ikut terlibat. Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan arsitektur sendi dan memberikan dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan arsitektur sendi dan stress inflamasi memberikan pengaruh pada permukaan artikular menjadi kondisi gangguan yang progresif7.
A: Gambar Sendi Lutut Normal. B: Gambar sendi lutut yang mengalami osteoartritis. (Sumber : HI – LAB 2008)
15
2.4.5 KLASIFIKASI Ada lebih dari satu klasifikasi artritis. Dua dari yang umum adalah sistem Kellgren - Lawrence Grading dan Outerbridge. Sistem Kellgren dan Lawrence didasarkan pada xrays dan terdiri dari Normal, Grade I, Grade II, Grade III dan Grade IV. Hal ini berdasarkan dari ada tidaknya ciri khas dari osteoartritis, yaitu; Joint space narrowing bone terlihat pada rontgen tapi ligamen tulang rawan yang mencakupnya tidak. Persendian normal tampak memiliki ruang antar tulang. Setiap penurunan ruang menandakan penipisan tulang rawan penutup. Osteofit adalah proyeksi dari tulang kecil yang terbentuk di sekeliling persendian. Dianggap sebagai akibat dari tubuh yang mencoba untuk meningkatkan luas permukaan persendian untuk mengurangi tekanan. Osteofit inilah yang menyebabkan terbatasnya rentang gerak dan dapat menyebabkan rasa sakit. Sklerosis
yang
berarti
'pengerasan'
dan
merupakan
tanda
osteoartritis, yang terlihat sebagai peningkatan daerah putih di tulang pada persendian
Grade I
: Penyempitan ruang sendi, bisa terdapat osteofit
Grade II
: Terlihat ada osteofit yang kecil, bisa terdapat
penyempitan
Grade III
:
Osteofit
berukuran
sedang
dan
multipel,
penyempitan ruang sendi, beberapa sklerotik area, bisa terdapat deformasi tulang
Grade IV
: Osteofit luas dan multipel, penyempitan ruang
sendi yang parah, sklerosis dan terjadi deformitas
16
Menurut penyebabnya osteoartritis dikategorikan menjadi: a. Osteoartritis primer, degeneratif artikular sendi yang terjadi pada sendi tanpa adanya abnormalitas lain pada tubuh. Penyakit ini sering menyerang sendi penahan bebantubuh atau tekanan yang normal pada sendi dan kerusakkan akibat proses penuaan. Paling sering terjadi pada sendi lutut dan sendi panggul, tapi ini juga ditemukan pada sendi lumbal, sendi jari tangan, dan jari pada kaki. b. Osteoartritissekunder, paling sering terjadi pada trauma atau terjadi akibat dari suatu pekerjaan, atau dapat pula terjadi pada kongenital dan adanya penyakit sistem sistemik. Osteoartritis sekunder biasanya terjadi pada umur yang lebih awal daripada osteoartritis primer1,2 2.4.6 DIAGNOSIS2,8 Gejala osteoartritis yang paling umum adalah nyeri sendi. Rasa sakit cenderung memburuk dengan aktivitas, terutama setelah periode istirahat; ini disebut fenomena gelling. Osteoartritis dapat menyebabkan kekakuan di pagi hari, tetapi biasanya berlangsung kurang dari 30 menit, tidak seperti rheumatoid artritis, yang menyebabkan kekakuan selama 45 menit atau lebih. Pasien dapat melaporkan penguncian sendi atau ketidakstabilan sendi. Gejala-gejala
ini
mengakibatkan
hilangnya
fungsi,
dengan
pasien
membatasi aktivitas mereka sehari-hari karena rasa sakit dan kekakuan. Sendi yang paling sering terkena adalah tangan, lutut, pinggul, dan tulang belakang, tetapi hampir semua sendi dapat dilibatkan. Osteoartritis sering asimetris. Seorang pasien mungkin memiliki osteoartritis berat yang melemahkan satu lutut dengan fungsi hampir normal dari kaki yang berlawanan. Pemeriksaan fisik penting dalam membuat diagnosis. Nyeri pada berbagai gerakan dan pembatasan rentang gerak umum untuk semua bentuk osteoartritis. Bambang (2003) menyatakan bahwa untuk diagnosis Osteoartritis digunakan klasifikasi dari American College of Rheumatology. Pasien positif Osteoartritis bila mengalami nyeri sendi dengan minimal 3 dari 6 kriteria berikut.
17
a. Umur >40 tahun b. Kaku pagi < 30 menit c. Krepitasi d. Nyeri tekan e. Pembesaran tulang f. Tidak panas pada perabaan. Kriteria Kellgren dan Lawrence yang membagi Osteoartritis:
Grade 0: Tidak ada fitur radiografi OA
Grade1: Penyempitan ruang sendi yang menyimpang dan kemungkinan adanya osteofit.
Grade 2: Ada osteofit dan kemungkinan ruang sendi menyempit pada bantalan sendi anteroposterior
Grade 3: Multipel osteofit, penyempitan ruang sendi yang pasti, sklerosis, kemungkinan adanya deformitas tulang.
Grade 4: Osteofit besar, penyempitan ruang sendi, sklerosis berat dan deformitas tulang yang pasti.
Gambar 1. Kellgren and Lawrence grading
18
2.4.7 PENATALAKSANAAN8,9 1. Farmakoterapi Terapi farmakologi untuk osteoartritis tersedia dalam bentuk pil, sirup, krim atau lotion, atau injeksi ke dalam sendi.
Analgesik. Penghilang rasa sakit dan termasuk acetaminophen, opioid (narkotika) dan opioid atipikal yang disebut tramadol. Harus dengan resep dokter.
Obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID). Obat yang paling sering digunakan untuk meredakan peradangan dan nyeri terkait. NSAID termasuk aspirin, ibuprofen, naproxen dan celecoxib.
Injeksi kortikosteroid intraartikuler.
2. Nonfarmakoterapi Tujuan utama dari terapi nonfarmakologis berkaitan dengan mengurangi beban pada sendi yang sakit dan meningkatkan fungsi mekanisme
protektif
sendi
sehingga
dapat
mengurangi
pembebanan pada sendi. Beberapa cara yang dilakukan untuk mengurangi pembebanan sendi antara lain :
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dapat membantu, terutama untuk nyeri punggung karena OA pada tulang belakang lumbal.
Olahraga untuk mempertahankan berbagai gerakan dan memperkuat otot-otot di sekitar sendi. Latihan isometrik umumnya lebih baik daripada latihan isotonik, karena mereka meminimalkan ketegangan sendi.
Terapi non obat terdiri dari edukasi, penurunan berat badan, terapi fisik dan terapi kerja. Pada edukasi, yang penting adalah meyakinkan pasien untuk dapat mandiri, tidak selalu tergantung pada orang lain. Walaupun OA tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan. 19
3. Tindakan operatif Tindakan
operasi
seperti
arthroscopic
debridement,
joint
debridement, dekompresi tulang, osteotomi, dan artroplasti merupakan tindakan yang efektif pada penderita dengan OA yang sudah parah. Tindakan operatif ini dapat menghilangkan nyeri pada sendi OA, tetapi kadang fungsi senditersebut tidak dapat diperbaiki secara adekuat, sehingga terapi fisik pre dan pasca operatif harus dipersiapkan dengan baik.
Gambar 5. Sebelum dan sesudah Arthroplasty
2.4.8 DIAGNOSIS BANDING 1. Rheumatoid Artritis10 Rheumatoid artritis (RA) adalah penyakit autoimun progresif kronis yang tidak diketahui penyebabnya. Hal ini ditandai dengan peradangan persisten yang terutama mempengaruhi sendi perifer. Biasanya dimulai sebagai artritis simetris yang berbahaya dan memiliki jalur yang tidak dapat diprediksi dan bervariasi, meskipun rasa sakit dan kecacatan dapat diminimalkan jika kondisi tersebut diketahui dini dan ditangani dengan segera dan tepat.
20
RA
OA
2. Artritis Gout11 Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik (metabolic syndrom) yang terkait dengan pola makan diet tinggi purin dan minuman beralkohol. Penimbunan kristal monosodium urat (MSU) pada sendi dan jaringan lunak merupakan pemicu utama terjadinya keradangan atau inflamasi pada gout artritis. Serangan artritis gout akut terjadi ditandai dengan nyeri pada sendi yang berat dan biasanya bersifat monoartikular. Pada 50% serangan pertama terjadi pada metatarsophalangeal1 (MTP-1) yang biasa disebut dengan podagra. Semakin lama serangan mungkin bersifat poliartikular dan menyerang ankle, lutut, pergelangan tangan, dan sendi-sendi pada tangan.
OA
GOUT
21
BAB III METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS
3.1
METODOLOGI Studi kasus ini menggunakan desain studi Kohort untuk mempelajari
hubungan antara faktor risiko dan efek (penyakit atau masalah kesehatan), dengan memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko. Kemudian melihat berapa banyak subjek dalam masing-masing kelompok yang mengalami efek penyakit atau masalah kesehatan untuk melakukan penerapan pelayanan dokter layanan primer secara paripurna dan holistik. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan observasi dengan pasien dan keluarganya dengan cara melakukan home visit untuk mengetahui secara holistik keadaan penderita.
3.2
LOKASI DAN WAKTU STUDI KASUS 3.2.1 Waktu studi kasus Studi kasus dilakukan pertama kali saat penderita datang berobat di Puskesmas Sudiang Raya pada tanggal 26 Februari 2019. Selanjutnya dilakukan home visit untuk mengetahui secara holistik keadaan dari penderita. 3.2.2 Lokasi Studi Kasus Studi kasus bertempat di Puskesmas Sudiang Raya Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
3.3
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.3.1 Letak Geografis Puskesmas Sudiang Raya dibangun pada tahun 2003 atas bantuan Rotary Club of Leiden yang diresmikan pada tanggal 9 Desember 2003 oleh Walikota Makassar dengan pihak donator. Puskesmas ini memiliki bangunan seluas 1.300 m2 dengan luas 3.600 m2 serta mempunyai daya listrik 6.300 watt.
22
Puskesmas Sudiang Raya terletak di Kelurahan Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya dengan berbatasan wilayah : Sebelah utara
:
Berbatasan dengan kelurahan Pai
Sebelah selatan
:
Berbatasan dengan kelurahan Paccerakkang
Sebelah barat
:
Berbatasan dengan kelurahan Bira
Sebelah timur
:
Berbatasan dengan kelurahan Mandai/Maros
Luas wilayah
:
1.459 Ha, terdiri dari 2 kelurahan yakni, Kelurahan Sudiang Raya : 878 Ha Kelurahan Daya
: 581 Ha
3.3.2 Keadaan Demografis Data Jumlah Penduduk di Wilayah KerjaPuskesmas Sudiang Raya Tahun 2016 Kelurahan
Jumlah penduduk
Jumlah penduduk
Jumlah penduduk
laki-laki
perempuan
2016
2016
2016
Sudiang Raya
23.808
60.605
64.399
Kel. Daya
6.289
6.607
12.896
Jumlah
30.097
35.359
64.456
Tabel 1. Data Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Raya Tahun 2016
23
Data Jumlah Kepala Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Raya Periode 2016 Jumlah kepala keluarga ( KK ) KELURAHAN
2016 14.884
Sudiang Raya Daya
2.436
Jumlah
17.320
Tabel 2. Data Jumlah Kepala Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Raya Periode 2016 Data jumlah RW dan RT di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016 Wilayah kerja
Tahun 2015 RW
RT
Kel. Sudiang Raya
24
123
Kel. Daya
10
37
Tabel 3. Data jumlah RW dan RT di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016
24
Data jumlah Penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016 Jumlah Penduduk Umur (tahun)
Laki laki
Perempuan
0-4
3.884
3.085
5-9
2.436
3.447
10-14
2.775
2.621
15-19
2.812
2.539
20-24
2.134
3.933
25-29
2.175
3.145
30-34
2.350
2.899
35-39
1.989
1.473
40-44
2.012
1.263
45-49
1.843
1.473
50-54
1.523
1.259
55-59
755
571
>60
579
584
Tabel 4. Data jumlah Penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016
25
Data jumlah Penduduk berdasarkan pendidikan yang diperoleh menurut jenis kelamin wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016 Jumlah Penduduk Laki laki
Perempuan
Tidak memiliki ijazah
3.884
3.085
SD/MI
2.436
3.447
SMP/MTs
2.775
2.621
SMA/MA
2.812
2.539
20
2.134
3.933
25-29
2.175
3.145
30-34
2.350
2.899
35-39
1.989
1.473
40-44
2.012
1.263
45-49
1.843
1.473
50-54
1.523
1.259
55-59
755
571
>60
579
584
Pendidikan
Tabel 5. Data jumlah Penduduk berdasarkan pendidikan yang diperoleh menurut jenis kelamin wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016
26
Data jumlah Penduduk berdasarkan pendidikan kegiatan ekonomi di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016 Jumlah kepala keluarga ( KK ) PEKERJAAN
2016
PNS
3.025
Pedagang
1.500
Polri/TNI
1.256
Buruh
5.567
Tabel 6. Data jumlah Penduduk berdasarkan pendidikan kegiatan ekonomi di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016 Data jumlah Penduduk berdasarkan agama di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016 Jumlah kepala keluarga ( KK ) AGAMA
2016
Islam
50.259
Protestan
10.082
Katholik
5.288
Hindu
66
Tabel 7. Data jumlah Penduduk berdasarkan agama di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016
27
3.3.3
Tenaga Kesehatan Sarana kesehatan milik Pemerintah, Swasta dan partisipasi masyarakat yang terdapat dalam wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya turut berperan dalam peningkatan status derajat kesehatan masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya. Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Sudiang Raya tahun 2015 sebanyak 44 orang dengan berbagai spesifikasi, yang terdiri dari :
3.3.4
-
Dokter Umum
: 2 orang
-
Dokter Gigi
: 2 orang
-
Perawat
: 15 orang
-
Bidan
: 4 orang
-
Sanitarian
: 1 orang
-
Nutrisionis
: 2 orang
-
Pranata Laboratorium : 1 orang
-
Apoteker
: 1 orang
-
Asisten Apoteker
: 1 orang
-
Perawat Gigi
: 3 orang
-
Rekam Medik
: 4 orang
-
Sarjana Kesehatan Masyarakat : 3 orang
-
Security
: 1 orang
-
Cleaning service
: 2 orang
-
Sopir
: 1 orang
-
Manajemen
: 1 orang
Struktur Organisasi Struktur Organisasi Puskesmas Sudiang Raya berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Nomor : 800/1682/SK/IV/2010 Tanggal 21 April 2010 terdiri atas : Kepala Puskesmas Kepala Subag Tata Usaha
28
Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas Unit Kesehatan Masyarakat Unit Kesehatan Perorangan Unit Jaringan Pelayanan Puskesmas Unit Puskesmas Pembantu ( Pustu ) Unit Puskesmas Keliling ( Puskel ) Unit Bidan Komunitas
Gambar 3. Struktur Organisasi Puskesmas Sudiang Raya
3.3.5
Visi Dan Misi Puskesmas Visi Puskesmas Sudiang Raya Mewujudkan Puskesmas Sudiang Raya yang bermutu menuju masyarakat sehat Misi Puskesmas Sudiang Raya -
Meningkatkan pelayanan yang cepat, tepat, dan terjangkau
-
Meningkatkan sarana dana prasarana yang memadai untuk menciptakan pelayanan yang lebih baik
29
3.3.6
-
Meningkatkan peran aktif masyarakat dan lintas sector
-
Memberikan pelayanan tanpa diskriminasi
Upaya Kesehatan Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan oleh Puskesmas Sudiang Raya, didapatkan hasil tentang 10 besar penyakit terbanyak dari kunjungan pasien ke Puskesmas Sudiang Raya. Penyakit-penyakit tersebut adalah Common Cold, Dyspepsia, Hipertensi, Artritis, Luka, Dermatitis, Faringitis, Diabetes Melitus Tipe 2, Diare, ISPA. Upaya kesehatan di Puskesmas Sudiang Raya terbagi atas 2 upaya Kesehatan yaitu: Upaya Kesehatan Wajib, meliputi : 1.
Upaya Promosi Kesehatan ( Promkes )
2.
Upaya Kesehatan Lingkungan ( Kesling )
3.
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) dan Keluarga Berencana (KB)
4.
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.
5.
Upaya Pencegahan Penyakit Menular ( P2M )
6.
Upaya Pengobatan Upaya Kesehatan Pengembangan, meliputi :
1.
Upaya Kesehatan Sekolah
2.
Upaya Kesehatan Olahraga
3.
Upaya Kesehatan kerja
4.
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
5.
Upaya Kesehatan Jiwa
6.
Upaya Kesehatan Usia lanjut
30
3.3.7
Alur Pelayanan Pasien Datang
Loket Pendaftaran
Kartu Berobat
Tidak Membawa
Membawa
Registrasi Pasien
Menunjukkan Kartu
Dibuatkan Rekam Medis yang Sesuai Registrasi Pasien
Mencari Rekam medis yang sesuai
Pasien Menuju ruang tunggu dan menunggu panggilan dari poli yang ingin dituju
Laboratorium Pasien diperiksa oleh dokter dan menuliskannya pada rekam medis
Rujukan Kamar Tindakan
Apotek
Pasien Pulang
Gambar 4. Alur Pelayanan
31
3.3.8
Hasil Kegiatan Sepuluh penyakit umum terbanyak yang tercatat di Puskesmas Sudiang Raya di bulan Januari tahun 2019 adalah:
1.
CC
: 131
Kasus
2.
Dyspepsia
: 126 Kasus
3.
Hipertensi
: 119 Kasus
4.
Artritis
: 116 Kasus
5.
Luka
: 106
6.
Dermatitis
: 101 Kasus
7.
Faringitis
: 85
Kasus
8.
Diabetes
: 79
Kasus
9.
Diare
: 73
Kasus
10.
ISPA
: 63
Kasus
Kasus
32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1
Hasil Studi Kasus
Identitas Pasien Nama Penderita
: Tn.B
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal Lahir
: 06 Februari 1962 (57 tahun)
Alamat
: Jl. Rudal I Blok B 19
Tanggal Pemeriksaan
: 26-02-2019
Anamnesis
: Autoanamnesis
Keluhan Utama Nyeri pada lutut Anamnesis Terpimpin Pasien laki-laki berumur 57 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri pada kedua lutut sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya nyeri hanya pada lutut kanan namun lama kelamaan lutut kiri juga nyeri. Nyeri memberat terutama bila digerakkan saat berjalan dan membaik saat istirahat. Pasien merasa lututnya berbunyi saat berjalan. Riwayat keluhan yang sama sejak 3 tahun yang lalu, setelah pasien pensiun dari pekerjaannya sebagai TNI. Keluhan lain demam (-), nyeri kepala (-), batuk (-), batuk darah (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), riwayat sesak dan nyeri dada sebelumnya (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), riwayat nyeri ulu hati (-), nafsu makan biasa. Buang air besar saat ini lancar 2 kali sehari berwarna kuning konsistensi lunak. Buang air kecil lancar berwarna kuning jernih. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-). Riwayat DM tidak ada. Riwayat DM pada keluarga tidak ada. Riwayat jika mendapatkan luka sukar sembuh tidak ada. Riwayat Hipertensi (-) Riwayat penyakit jantung (-), Riwayat penyakit jantung pada keluarga (-) Riwayat batuk lama (-), Riwayat OAT (-)
33
Riwayat minum obat diuretik (-) Riwayat minum kopi (-) Riwayat merokok (-) Riwayat penyakit maag (-) Riwayat minum minuman beralkohol (-) Riwayat penyakit kuning (-) Riwayat benjolan (-)
Pemeriksaan Fisik
Status Present: Sakit Sedang/Gizi Lebih/ Compos mentis BB= 70 kg; TB= 165 cm; LLA=22 cm; IMT=25,71 kg/m2 (obesitas 1)
Tanda Vital: Tensi
: 130/80 mmHg
Nadi
: 77 kali/ menit (Reguler, kuat angkat)
Pernapasan
: 20 kali/ menit (Thoraco abdominal)
Suhu
: 36,5oC
(axilla)
Kepala: Ekspresi
: Normal
Simetris Muka
: Simetris kiri dan kanan
Deformitas
: (-)
Rambut
: Hitam, lurus, sulit dicabut
Mata: Eksoptalmus/ Enoptalmus : (-) Gerakan
: Kesegala arah
Tekanan Bola Mata
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak Mata
: Edema palpebra (-), ptosis (-)
Konjungtiva
: Anemis (-)
Sklera
: Ikterus (-)
Kornea
: Jernih, reflex kornea (+)
34
: Bulat, isokor, ∅2,5mm/2,5mm, RCL +/+,
Pupil
RCTL +/+
Telinga: Tophi
: (-)
Pendengaran
: Tidak ada kelainan
Nyeri Tekan di Proc. Mastoideus : (-)
Hidung: Perdarahan: (-) Sekret
: (-)
Mulut: Bibir
: Kering (-), stomatitis (-)
Gigi Geligi
: Karies (-)
Gusi
: Candidiasis oral (-), perdarahan (-)
Farings
: Hiperemis (-)
Tonsil
: T1 – T1, hiperemis (-)
Lidah
: Kotor (-)
Leher: Kel. Getah Bening : Tidak teraba, nyeri tekan (-) Kel. Gondok
: Tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)
DVS
: R+2 cmH2O
Pembuluh Darah : Bruit (-)
Kaku Kuduk
: (-)
Tumor
: (-)
Dada: - Inspeksi
: Simetris hemithoraks kiri dan kanan
- Bentuk
: Normothoraks
- Pembuluh Darah
: Bruit (-)
- Buah Dada
: Tidak ada kelainan
- Sela Iga
: Tidak ada pelebaran
- Lain-lain
: Barrel chest (-), pigeon chest (-)
35
Paru: o Palpasi:
Fremitus Raba
: Kiri = Kanan
Nyeri Tekan
: (-)
o Perkusi:
Paru Kiri
: Sonor
Paru Kanan
: Sonor
Batas Paru Hepar : ICS V-VI anteriordextra
Batas Paru Belakang Kanan :Vertebra thorakal X dextra
Batas Paru Belakang Kiri :Vertebra thorakal XI sinistra
o Auskultasi:
Bunyi Pernapasan :Vesikuler
Bunyi Tambahan :
Ronkhi
- -
Wheezing
- -
- -
- -
- -
- -
Jantung: o Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
o Palpasi
: Ictus cordis tidak teraba
o Perkusi
: Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung
kanan:linea parasternalis dextra, batas jantung kiri: linea midclavicularis sinistra) o Auskultasi :
BJ I/II
Bunyi Tambahan : Bising (-)
: Murni reguler
Abdomen: o Inspeksi
: Datar, ikut gerak napas
o Palpasi
: Massa tumor (-), nyeri tekan epigastrik (-)
Hati
: Tidak teraba
Limpa
: Tidak teraba
Ginjal
: Ballotement (-)
36
Lain-lain : Kulit tidak ada kelainan
o Perkusi
: Timpani (+) , Shifting dullness (-)
o Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Alat Kelamin
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan Rektum
: Tidak ada kelainan
Punggung
: Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
o Palpasi
: Gibbus (-)
o Nyeri Ketok
: (-)
o Auskultasi
: Rh
o Gerakan
: Dalam batas normal
-/-
Wh -/-
Ekstremitas - Pembesaran pada lutut kanan, krepitasi lutut kanan (+)
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium : Kolesterol 172 Asam Urat 7,2 Diagnosis Osteoartritis Genu+ Hiperurichemia Penatalaksanaan Awal dan Edukasi A. Medikamentosa - Natrium diklofenat 25mg/12jam/oral - Allopurinol 300mg /24jam/oral - Vit B komples/12jam/oral B. Non-medikamentosa - Menurunkan berat badan dengan diet rendah kalori dan berpuasa senin kamis. - Mengurangi aktivitas berat yang membebani lutut - Menghindari benturan pada lutut - Olahraga ringan ( senam 3 kali seminggu selama 30 menit) Anjuran Pemeriksaan - Kontrol Darah Rutin - Foto Radiologi
37
Prognosis Ad Vitam
: Dubia ad bonam
Ad Functionam
: Dubia ad bonam
Ad Sanationam
: Dubia ad bonam
Pendekatan Holistik Profil Keluarga Pasien Tn.B adalah kepala keluarga. Tn.B tinggal bersama istrinya dan 2 anak. Pekerjaan sehari-hari Tn.B adalah memelihara ayam, shalat di masjid, karena beliau pensiunan tentara.
Karakteristik Demografi Keluarga -
Identitas kepala keluarga
: Tn. B
-
Identitas pasangan
: Ny. N
-
Alamat
:Jl. Rudal I Blok B 19
-
Bentuk Keluarga
: Nuclear Family
Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah No
Nama
Status
Jenis
Keluarga
Kelamin
Kepala
Usia
Pendidikan
Laki- laki
57 tahun
Tentara
Pekerjaan Pensiunan
1
Tn. B
2
Ny.N
Istri
Perempuan
50 tahun
SMA
IRT
3.
Nn. L
Anak 1
Perempuan
23 tahun
S1
Mahasiswi
4.
Nn. A
Anak 2
Perempuan
20
S1
Mahasiswi
keluarga
Tentara
38
Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup Keadaan Rumah Pasien di Jl. Rudal I Blok B 19 Status kepemilikan rumah: Milik Sendiri Daerah perumahan : Padat Karakteristik Rumah dan Lingkungan
Kesimpulan
Luas rumah : 10 x 8 m2 (2 lantai)
Keluarga Tn.B tinggal di rumah
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 4
dengan kepemilikian rumah pribadi.
orang
Tn.B tinggal dalam rumah yang
Luas halaman rumah : 3 x 8 m2
sedang dengan lingkungan rumah
Lantai rumah dari : tegel
yang cukup padat dan ventilasi yang
Dinding rumah dari : tembok dan papan
cukup memadai dan dihuni oleh 4
Jamban keluarga : ada dua
orang. Dengan penerangan listrik
Tempat bermain : tidak ada
1200 watt. Air PDAM sebagai
Penerangan listrik : 1200 watt
sarana air bersih keluarga.
Ketersediaan air bersih : ada Tempat pembuangan sampah : ada
Kepemilikan Barang-Barang Berharga Keluarga Tn.B memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya antara lain yaitu, satu buah televisi yang terletak di ruang tamu, kipas angin di kamar tidur, satu buah rice cooker, kulkas dan satu buah dispenser di dapur.
Penilaian Perilaku Kesehatan - Jenis tempat berobat
: Puskesmas
- Asuransi / Jaminan Kesehatan
: BPJS
Pola Konsumsi Keluarga Menu makanan sehari-hari keluarga ini bervariasi. Menu makanan yang biasa dihidangkan istri dari Tn.B terdiri dari nasi, sayur, dan lauk yang digoreng yang biasanya dimasak sendiri. Sayur yang dikonsumsi cukup bervariasi antara lain sayuran hijau, terutama kangkung dan bayam baik direbus atau ditumis dan 39
jarang mengonsumsi buah. Lauk yang dihidangkan bervariasi seperti ayam, ikan, telur, tahu maupun tempe. Untuk buah-buahan sangat jarang dikonsumsi oleh keluarga ini. Pola makan keluarga ini tiga kali sehari, terdiri dari sarapan pagi, makan siang dan makan malam, diantaranya terkadang
keluarga ini
mengkonsumsi gorengan yang dibeli sebagai cemilan. Di dalam sehari, Tn. B memiliki kebiasaan makan sebanyak tiga sampai empat kali sehari.
Pola Dukungan Keluarga a.
Faktor Pendukung Terselesaikannya Masalah Dalam Keluarga Pasien memiliki anak dan istri yang membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
b.
Faktor Penghambat Terselesaikaanya Masalah Dalam Keluarga Di antara yang merupakan faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga yaitu kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien sehingga tidak ada upaya pencegahan faktor penyebab Osteoartritis, disertai dukungan gaya hidup sehat yang kurang dari keluarga.
Fungsi Fisiologis (Skor APGAR) Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rosan, Guyman dan Leyton, dengan menilai 5 Fungsi pokok keluarga, antara lain: - Adaptasi : Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang dibutuhkan. - Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah. - Growth : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota keluarga. - Affection : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang berlangsung.
40
- Resolve : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga. Penilaian: Hampir Selalu
= skor 2
Kadang-kadang
= skor 1
Hampir tidak pernah = skor 0 Total Skor: 8-10
= Fungsi keluarga sehat
4-7
= Fungsi keluarga kurang sehat
0-3
= Fungsi keluarga sakit
Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita Penilaian No.
1.
Pertanyaan
Hampir Selalu (2)
KadangKadang (1)
Hampir Tidak Pernah (0)
Adaptasi Apakah keluarga anda selalu
√
menemani anda ketika berobat dan kontrol perihal penyakit yang anda derita? 2.
Partnership (Kemitraan) Jika Anda merasa kesakitan akibat penyakit yang anda derita, apakah ada anggota keluarga yang selalu merawat
√
anda dan membantu memberikan anda obat penghilang nyeri?
41
Penilaian No.
3.
Pertanyaan
Hampir Selalu (2)
KadangKadang (1)
Hampir Tidak Pernah (0)
Growth (Pertumbuhan) Jika Anda tidak bisa membantu melakukan pekerjaan rumah seperti mengangkat berat karena keterbatasan
√
anda akibat penyakit yang anda derita, apakah istri dan anak anda mau mengerti dengan anda? 4.
Affection (Kasih Sayang) Jika Anda merasa cemas akibat penyakit anda, apakah anggota keluarga yang lain selalu
√
mendampingi Anda dalam mengatasi kecemasan tersebut? 5.
Resolve (Kebersamaan) Anda disarankan untuk mengurangi konsumsi makanan berlebihan karena dapat meningkatkan berat badan.
√
Apakah anggota keluarga yang lain mengkonsumsi menu yang sama dan makan bersama? Total Skor
6
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 6 ini menunjukkan Fungsi keluarga kurang sehat.
42
Fungsi Patologis (SCREEM) Aspek sumber daya patologi - Sosial: Pasien baik dalam bermasyarakat dengan tetangga. - Cultural: Pasien adalah orang Indonesia (Makassar) yang makanan pokoknya adalah nasi dimana makannya tidak sah jika tidak memakan nasi, sehingga kalori yang dikonsumsi sangat tinggi. Selain itu Makassar juga terkenal dengan makanan tradisionalnya yang banyak mengandung tinggi glukosa dan tinggi lemak seperti coto dan pallubasa yang dapat meningkatkan berat badan. - Religious: Keluarga pasien rajin melakukan sholat 5 waktu di masjid dan puasa di bulan Ramadhan. - Economy: Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi belum tercukupi karena anaknya masih kuliah. - Education: Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu S1 - Medication: Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan kesehatan dari puskesmas dan memiliki asuransi kesehatan BPJS.
Genogram (Fungsi Genogram) Dalam keluarga pasien hanya pasien yang menderita Osteoartritis
43
Keterangan : : Keluarga Tn. B : Laki-laki normal : Wanita normal : Laki-laki Osteoartritis
a.
Bentuk Keluarga Bentuk keluarga ini adalah Nuclear Family yaitu keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak. Pasien sehari-hari melakukan aktivitas dalam rumah.
b.
Hubungan Anggota Keluarga Tn.B dan Ny. N merupakan pasangan suami istri dengan dua orang anak. Hubungan antara anggota keluarga cukup baik, mereka sering berkumpul dan berkomunikasi.
Pembahasan Diagnosis pada pasien ini adalah Osteoartritis, didapatkan berdasarkan anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko internal, dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.
44
Analisa Kasus Tabel Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien post Osteoartritis. Masalah
Skor Awal
Upaya Penyelesaian
Resume Hasil
Skor
Akhir Perbaikan
Akhir
Faktor biologis - Osteoartritis
2
- Edukasi mengenai
-Terselenggara
4
merupakan
penyakit
penyuluhan
penyakit
osteoartritis dan
degeneratif
pencegahannya
memahami
yang
melalui penyuluhan
penyakit
dipengaruhi
gaya hidup sehat
Osteoartritis
oleh umur,
yaitu tidak
memerlukan
jenis kelamin,
merokok, tidak
perhatian terhadap
ras, genetik,
melakukan aktivitas
faktor
merokok,
berat, menghindari
terutama obesitas
trauma,
hal yang
pekerjaan,
mengakibatkan
menerapkan
kebiasaan
benturan pada lutut,
hidup sehat dengan
olahraga dan
melakukan olahraga
mengonsumsi
obesitas.
ringan seperti
makanan
senam aerobik
kalori
tanpa membebani
berpuasa
tubuh selama 30
kamis
-Keluarga bahwa
risiko
-Keluarga
dan
mau gaya
rendah mulai senin
menit sehari tiga kali seminggu, dan yang terpenting adalah menurunkan berat badan dengan mengonsumsi makanan yang rendah kalori dan
45
rajin berpuasa senin kamis. Faktor ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
4
- Kondisi
- Motivasi mengenai - Keluarga perlunya
ekonomi
memiliki
tabungan
cukup
baik
tapi
tidak
4
menyisihkan pendapatan untuk tabungan
3
- Mengingatkan
- Memiliki
memiliki
untuk
tabungan
bertawakkal kepada
Allah,
Allah, dan yakinkan
menjalin hubungan
bahwa semua akan
yang baik dengan
sosial dengan
baik-baik saja. Serta
tetangga
lingkungan
tetap
cukup baik
silaturahmi dengan
- Kehidupan
tetap
rasa
4
Tawakkal kepada dan
menjaga
tetangga. Faktor
perilaku
kesehatan - Pasien
tidak
patuh
atas
2
- Edukasi
tentang
pentingnya
- Pasien
mulai
5
mengurangi
edukasi dokter
menurunkan
berat
mengonsumsi
untuk
badan agar beban
makanan
menurunkan
lutut bisa berkurang
berlebihan
berat badan
sehingga rasa nyeri
mulai
dapat berkurang
senin kamis
secara dan
berpuasa
Faktor Psikososial - Kurangnya perhatian
- Menyarankan 4
kepada keluarga
- Anggota keluarga
anggota untuk
5
bersedia memberi perhatian
lebih
46
keluarga
lebih
pasien
dengan
terhadap
pasien
perhatian
kepada pasien
kondisi
penyakit yang diderita pasien
- Memotivasi pasien
- Kekhawatiran
3
serta
meyakinkan
- Pasien termotivasi untuk
semangat
penderita yang
pasien untuk dapat
dan
berlebihan
mandiri, tidak selalu
beraktivitas sesuai
terhadap
tergantung
kemampuannya
penyakitnya
orang lain karena
karena
walaupun OA tidak
takut
pada
akan
dapat disembuhkan,
mengalami
tetapi kualitas hidup
kelumpuhan
pasien
sehingga
ditingkatkan.
cukup
4
tetap
dapat
jarang
beraktivitas Total Skor
15
26
Rata-rata Skor
2,5
4,3
Skor 1
: Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor2
: Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya
keinginan),
penyelesaian
masalah
dilakukan
sepenuhnyaoleh provider. Skor 3
: Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum
dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian
besar oleh Skor 4
provider.
: Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada upaya provider.
Skor 5
:
Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
47
Diagnosis Holistik, Tanggal Intervensi, dan Penatalaksanaan Selanjutnya Pertemuan ke 1 : 26 Februari 2019 Saat kedatangan yang pertama dilakukan beberapa hal yaitu : 1. Memperkenalkan diri dengan pasien. 2. Menjalin hubungan yang baik dengan pasien. 3. Menjelaskan maksud kedatangan dan meminta persetujuan pasien 4. Menganamnesa pasien, mulai dari identitas sampai riwayat psiko-sosioekonomi dan melakukan pemeriksaan fisik. 5. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan dan mempersiapkan alat yang akan dipergunakan. 6. Memastikan pasien telah mengerti tujuan prosedur pemeriksaan. 7. Meminta persetujuan pemeriksaan kepada pihak pasien. 8. Membuat diagnosis holistik pada pasien. 9. Mengevaluasi pemberian penatalaksanaan farmakologis
Anamnesis Holistik a.
Aspek Personal Pasien datang ke Puskesma Sudiang Raya dengan harapan mendapat terapi
yang baik dan dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya saat ini agar bisa beraktifitas seperti sedia kala. b.
Aspek Klinik Pasien laki-laki berumur 57 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
nyeri pada kedua lutut sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya nyeri hanya pada lutut kanan namun lama kelamaan lutut kiri juga nyeri. Nyeri memberat terutama bila digerakkan saat berjalan dan membaik saat istirahat. Pasien merasa lututnya berbunyi saat berjalan. Riwayat keluhan yang sama sejak 3 tahun yang lalu, setelah pasien pensiun dari pekerjaannya sebagai TNI. Status gizi pasien adalah obesitas 1 dengan IMT =25,71 kg/m2 Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang, didapatkan diagnosis Osteoartritis.
48
c.
Aspek Faktor Risiko Internal Dari usia, jenis kelamin, dan obesitas pasien memiliki risiko terkena
osteoartritis. Pasien kurang menerapkan pola hidup sehat berupa diet rendah kalori sehingga pasien kesulitan menurunkan berat badannya. d.
Aspek Faktor Risiko Eksternal Kurangnya pengawasan dari keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
Keluarga pasien jarang mengontrol makanan yang dikonsumsi pasien. Keluarga tidak tegas dalam mengingatkan pasien untuk mengurangi makanan yang memperberat penyakitnya. e.
Aspek Fungsional Tn.B selalu berada di rumah karena pasien adalah pensiunan tentara. Pasien
memelihara ayam di rumah dan berusaha membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah. Namun akibat penyakitnya pasien tidak dapat membantu istrinya untuk mengerjakan pekerjaan berat mengangkat galon dan menaiki tangga untuk menjemur cucian. f.
Derajat Fungsional Derajat 2 yaitu pasien memiliki sedikit kesulitan.
g.
Rencana Pelaksanaan Pertemuan ke-1: Rumah pasien Jl. Rudal I Blok B 19 tanggal 26 Februari 2019 pukul 11.00 WITA.
49
Anamnesis Holistik Pasien Osteoartritis Aspek Aspek
Kegiatan Memberikan edukasi
Sasaran Pasien
personal kepada pasien mengenai
Waktu
Hasil yang diharapkan
Pada
Pasien dapat
saat
sadar dan
penyakit Osteoartritis
kunjung mengerti
dan komplikasi serta
an
akan
memberikan informasi
rumah
pentingnya
mengenai perkembangan
pola hidup
penyakitnya.
sehat
Aspek
Memberikan obat
klinik
Pasien
Pada
Keluhan
Osteoartritis untuk
saat
yang
mengontrol serangan
kunjun
dirasakan
penyakit dan untuk
gan
pasien
mengurangi gejala
rumah
berkurang
Pada
Biaya
Ket.
Tidak
Tidak
ada
menolak
Tidak Tidak ada
menolak
Berat badan
Tidak
Tidak
saat
berkurang.
ada
menolak
kunjun
Keluhan
mengajarkan diet rendah
gan
berkurang
kalori agar berat badan
rumah
Aspek
Menganjurkan pasien
risiko
untuk menurunkan berat
internal badan dengan
Pasien
pasien bisa berkurang. Aspek
Menganjurkan keluarga Keluarga Pada
Keluarga
Tidak
Tidak
risiko
selalu memberi
saat
memberi
ada
menolak
kunjun
perhatian
pasien agar selalu
gan
dan
menjaga kesehatannya
rumah
dukungan
external dukungan kepada
dan selalu tegas
lebih kepada
mengingatkan pasien
pasien dan
untuk menurunkan
pasien lebih
berat badan dengan diet
termotivasi
50
rendah kalori.
untuk menurunkan berat badan
Aspek
Menganjurkan untuk
Pasien
Pada
Agar
fungsio rajin melakukan
saat
kondisi
nal
fisioterapi serta
kunjun
tubuh selalu
menghindari hal-hal
gan
sehat dan
yang bisa mencederai
rumah
bugar, agar
pasien.
Tidak
Tidak
ada
menolak
nyeri lutut pasien bisa berkurang
Pemeriksaan Fisik Keadaan umum baik, Tanda Vital: Tekanan Darah: 130/80 mmHg, Nadi : 77 x/menit, Pernapasan : 20 x/menit, Suhu : 36,5oC. Tampak kelemahan pada kedua kaki. Sensibilitas pada keempat ekstremitas normal. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium : Kolesterol 127 mg/dl Asam Urat 7,2 mg/dl Diagnosis Holistik -
Diagnose Klinis: Diagnosis pada pasien ini adalah Osteoartritis, didapatkan berdasarkan anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko internal, dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik. Menurut Bambang (2003) menyatakan bahwa untuk diagnosis Osteoartritis digunakan klasifikasi dari American College of Rheumatology. Pasien positif Osteoartritis bila mengalami nyeri sendi dengan minimal 3 dari 6 kriteria berikut. g. Umur >40 tahun h. Kaku pagi < 30 menit
51
i. Krepitasi j. Nyeri tekan k. Pembesaran tulang l. Tidak panas pada perabaan.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi pencegahan primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien dan keluarga pasien) 1. Pencegahan Primer Pencegahan primer diperlukan agar orang sehat tidak menderita penyakit Osteoartritis antara lain: -
Menurunkan berat badan
-
Mengontrol kesehatan
-
Mengatur pola makan
-
Mengontrol diet
2. Pencegahan Sekunder a.
b.
Pengobatan Farmakologi -
Natrium diklofenak 25mg/12jam/oral
-
Allopurinol 300mg/24jam/oral
-
Vit B kompleks /24 jam/oral
Pengobatan Non Farmakologi -
Menurunkan berat badan
-
Mengurangi aktivitas berat yang membebani lutut
-
Menghindari benturan pada lutut
-
Olahraga ringan ( senam 3 kali seminggu selama 30 menit)
Terapi Untuk Keluarga Terapi untuk keluarga hanya berupa terapi non farmakologi terutama yang berkaitan dengan emosi, psikis dan proses pengobatan pasien. Dimana anggota keluarga diberikan pemahaman agar bisa memberikan dukungan dan motivasi
52
kepada pasien diet rendah kalori agar berat badannya bisa berkurang. Selain itu apabila kita kembali mengingat bahwa silsilah keluarga ini dengan resiko penyakit metabolik yang tinggi sehingga penting mengingatkan ke anggota keluarga untuk menjaga pola makan serta melakukan kebiasaan hidup yang sehat dan menjaga berat badan.
53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN Dari studi kasus yang telah dilakukan, dapat diarik kesimpulan sebagai berikut: -
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis klinis pasien yaitu Osteoartritis Genu.
-
Dari aspek psikososial dapat diidentifikasi kurangnya kesadaran akan pentingnya menurunkan berat badan untuk mengurangi progresifitas penyakitnya. Kurangnya perhatian keluarga pasien terhadap penyakit yang diderita pasien. Serta kekhawatiran penderita yang berlebihan terhadap penyakitnya
-
Prinsip kedokteran keluarga yang memandang pasien secara holistik harus senantiasa dijalankan dalam praktik sehari-hari karena ternyata banyak faktor baik dari internal maupun eksternal pasien yang dapat memengaruhi perjalanan suatu penyakit.
-
Faktor-faktor risiko osteoartitis pada pasien terbagi menjadi faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah yaitu, umur, jenis kelamin, dan ras. Sedangkan faktor yang dapat diubah yaitu obesitas, aktivitas fisik dan olahraga.
-
Dengan mengetahui faktor-faktor resiko yang ada, maka pencegahan dapat dilakukan dengan diet rendah kalori untuk menurunkan berat badan, mengurangi aktifitas fisik yang berlebihan agar tidak memperberat kerja sendi lutut, dan melakukan senam dapat membantu mengurangi gejala.
54
5.2. SARAN Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Tn. B, maka disarankan untuk: - Menyarankan pasien untuk menurunkan berat badan dengan diet rendah kalori dan rajin berpuasa. - Menyarankan pasien untuk mengurangi aktivitas fisik berlebihan dan rajin senam 3 kali seminggu selama 30 menit - Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit osteoartritis serta komplikasi yang ditimbulkan jika tidak rutin mengontrol penyakitnya di Puskesmas. - Menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberi perhatian dan dukungan lebih kepada pasien dan pasien lebih termotivasi untuk sembuh.
55
DAFTAR PUSTAKA 1. David, T. 2006. Osteoartritis of the knee. The New England Journal of Medicine. 2. Joewono Soeroso. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III ed. VI. Jakarta: Interna Publishing 3. Todd P Stitik. Osteoartritis. Department of Physical Medicine and Rehabilitation. UMDNJ. 2010;(2) 4. Sudoyo AW, Setiyohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI;2006.p.1195-201 5. Amilia Bunga. 2011. Gambaran Penderita Osteoartritis di Bagian Bedah RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Riau:FKUNILA 6. Sun BH, Wu CW. New Developments in Osteoartritis. Rheuma Dis Clin North Am. 2007;33:135-48 7. Kevi R. Vincen. 2013. The Pathophysiology of Osteoartritis: A Mechanical
Perspective on THE knee Joint.University of Florida
Gainesville, FL, USA: National Institutes of Health 8. Helmi, Zairin N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba medika. 9. Fauci, Anthony S, et al. 2012. Osteoartritis. Dalam : Harrison’s Principles Of Internal Medicine Eighteenth Edition. The McGraw-Hill Companies. 10. International Assosiation For the Study of Pain. 2009. Global year Againts Muskuloskeletal Pain. Rheumatoid Artritis. 11. Widyanto, Fendy W. 2017. Artritis Gout dan Perkembangannya. Blitar : RS Aminah. (e-journal)
56