Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1 Ungaran
Perilaku
Penanganan
The Correlation between Knowledge about Dysmenorrhoea and Behavior in Treating Dysmenorrhoea in Female Adolescents at Ungaran 1 State Senior High School Irene Fitriane 1, Heni Hirawati Pranoto, S.SiT., M.Kes 2, Vistra Veftisia, S.SiT
[email protected] Program Studi D III Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Pengetahuan remaja tentang dismenorhea dapat berpengaruh pada penanganan dalam mengatasi dismenorea. Remaja di Indonesia yang mengalami dismenorhea lebih banyak mengatasinya dengan mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri yang beredar di pasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang dismenorhea dengan perilaku penanganan dismenorhea pada remaja puteri. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi sejumlah 179 siswi. Besar sampel sejumlah 124 responden, dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Analisis data penelitian ini menggunakan uji Kendal tau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan dismenorea baik menangani dismenorea dengan sangat baik yaitu 61 responden (81,3%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan tentang dismenorea kurang menangani dismenorea dengan salah yaitu 16 responden (94,1%). Hasil Uji Kendal tau didapatkan hasil p-value 0,000<α = 0,05 disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang dismenorea dengan perilaku penanganan dismenorea pada remaja puteri di SMA Negeri 1 Ungaran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi yang berguna dalam meningkatkan pengetahuan khususnya dismenorea dengan cara penanganan dismenorea pada saat menstruasi.
Kepustakaan : 36 (2004 – 2013) Kata Kunci : pengetahuan tentang Dismenorea, perilaku penanganan Dismenorea ABSTRACT The adolescents’ knowledge about dysmenorrhea can affect the ways to treat dysmenorrhoea. In Indonesia, most of female adolescents use pain reliever medications provide in the market freely to treat dysmenorrhea. This study aims to find the correlation between knowledge about dysmenorrhea and behavior in treating dysmenorrhea in female adolescents. This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The population in this study was 179 students. The samples in this study were 124 respondents sampled by using stratified random sampling technique. The data analysis in this study used Kendal tau test.
Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1 Ungaran
1
The results of this study indicated that most respondents with good knowledge about dysmenorrheal treated dysmenorrhea very well in 61 respondents (81.3%) and a few respondents with less knowledge about dysmenorrhea incorrectly in 16 respondents (94.1%). Test result of the Kendal tau test obtained p-value of 0.000 <α = 0.05, which meant that there was a significant correlation between knowledge about dysmenorrhoea and behavior in treating dysmenorrhoea in female adolescents at Ungaran 1 State Senior High School. The results of this study should be used as a useful information in improving knowledge, especially about dysmenorrhea by making the proper treatment for dysmenorrhea during menstruation. Bibliographies Keywords
: 36 (2004 – 2013) : Knowledge about dysmenorrhea, behavior in treating dysmenorrhea
PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan wanita dapat dibagi dalam beberapa masa yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa pubertas, masa reproduksi, masa klimaksterium dan masa senium. Masing-masing masa itu mempunyai kekhususan, karena itu gangguan pada setiap masa tersebut juga dapat dikatakan khas karena merupakan penyimpangan dari fisiologis yang khas pula dari masa yang bersangkutan (Soetjiningsih, 2004). Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda. Sebagian wanita mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan menstruasi disertai keluhan sehingga mengakibatkan rasa ketidaknyamanan berupa dismenorea. Dismenorea merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang rasa nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Dismenorea dibagi menjadi dua yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Dismenorea primer adalah rasa nyeri haid yang dijumpai tanpa adanya kelainan pada alat reproduksi yang nyata. Keadaan ini lebih sering pada wanita yang belum pernah mengandung. Sedangkan dismenorea sekunder disebabkan oleh penyebab organik yang bisa diidentifikasi
seperti endometriosis atau infeksi (Arya, 2010). Remaja di Indonesia yang mengalami dismenorea lebih banyak mengatasinya dengan mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri yang beredar di pasaran. Padahal, tindakan tersebut adalah hal yang salah karena kandungan obat pereda nyeri mempunyai efek samping bagi tubuh (Admin, 2005). Efek samping yang paling menonjol dalam penggunaan obat pereda nyeri adalah kemampuannya merangsang dan merusak lambung. Sebab itu, obat pereda nyeri sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang cenderung mempunyai sakit lambung atau perdarahan lambung. Selain dapat menyebabkan gangguan lambung (kembung, nyeri, keram, dan perdarahan lambung), obat pereda nyeri juga dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, diare, mual dan muntah bagi orang-orang yang peka. Kadangkadang juga dapat terjadi gangguan penglihatan dan pendengaran, penglihatan menjadi kabur dan telinga berdenging (Taruna, 2003). Perilaku didefinisikan sebagai respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) (Notoadmodjo, 2005). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain terpenting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1 Ungaran
2
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Kholid, 2012). Berdasarkan studi pendahuluan tanggal 26 Februari 2014 dengan wawancara guru bimbingan konseling di SMA Negeri 1 Ungaran ada 28 siswi sering ijin, 8 orang diantaranya seringkali ijin untuk tidak mengikuti proses belajar setiap bulannya karena mengalami dismenorea. Dari 6 siswi yang saya wawancarai 2 siswi belum mengetahui mengenai dismenorea dan 4 siswi sudah mengetahui tentang dismenorea tetapi belum begitu mengerti. Upaya penanganan dismenorea yang dilakukan oleh 6 siswi tersebut adalah mengoleskan minyak kayu putih pada daerah nyeri, tiduran, minum obat pengurang rasa sakit, dan sebagian lagi hanya membiarkan gejala tersebut karena terbatasnya informasi tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang menstruasi dan permasalahannya, yaitu dismenorea. Dari fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan tentang Dismenorea dengan perilaku penanganan Dismenorea pada remaja putri di SMA Negeri 1 Ungaran”. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
2.
c.
Mengetahui hubungan pengetahuan tentang dismenorea dengan perilaku penanganan dismenorea pada remaja puteri di SMA N 1 Ungaran. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran tentang dismenorea pada remaja puteri di SMA N 1 Ungaran. b. Mengetahui gambaran perilaku penanganan dismenorea pada remaja puteri di SMA N 1 Ungaran. Mengetahui hubungan pengetahuan tentang dismenorea dengan perilaku penanganan dismenorea pada remaja puteri di SMA N 1 Ungaran.
Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian sederhana secara ilmiah dalam rangka mengembangkan diri dalam melaksanakan fungsi bidan sebagai peneliti. b. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan terutama bidan untuk menambah wawasan tentang penanganan dismenorea sehingga peran dan fungsi bidan dapat terwujud sebagai pengelola untuk meningkatkan kesehatan reproduksi remaja. c. Bagi Instansi Kesehatan
d.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka meningkatkan pelayanan dalam penanganan dismenorea. Bagi Masyarakat Sebagai bahan informasi khususnya remaja putri untuk meningkatkan pengetahuan mengenai dismenorea sehingga dapat membantu mengantisipasi permasalahan mengenani penanganan dismenorea.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian bersifat analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Variabel independen mengenai pengetahuan remaja puteri tentang dismenorea, variable dependen mengenai perilaku penanganan dismenorea. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini semua remaja putri yang sudah menstruasi di bersekolah di SMA Negeri 1 Ungaran yang berjumlah 179 siswi, dengan sampel sebanyak 124 siswi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode strastified random sampling. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja puteri kelas XII yang sudah menstruasi, dan bersedia
Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1 Ungaran
3
menjadi responden. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi yang tidak ada ditempat saat penelitian dan siswi yang mengalami dismenorea sekunder. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner. Dilakukan uji instrumen penelitian. Analisis univariat dan analisis bivariat. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil A. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan remaja putri tentang Dismenorea di SMA Negeri Ungaran. Pengetahuan tentang dismenorea Baik Cukup Kurang Jumlah
Frekuensi
Persentase
75 32 17
60,5 % 25,8 % 13,7 % 100
124
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa pengetahuan remaja putri tentang disminorea di SMA Negeri 1 Ungaran, sebagian besar dalam kategori baik yaitu sejumlah 75 siswi (60,5%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku penanganan dismenorea remaja puteri di SMA Negeri 1 Ungaran. Perilaku Penanganan Dismenorea Kurang Baik Sangat baik Jumlah
Frekuensi
Persentase
22 17 85 124
17,7 % 13,7% 68,5 % 100
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa Perilaku penanganan dismenorea remaja puteri di SMA Negeri 1 Ungaran, sebagian besar dalam kategori sangat baik yaitu sejumlah 85 siswi (68,5%).
B. Analisis Bivariat Tabel 3 Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Dismenorea dengan Pengetahu Perilaku Penanganan Dismenorea an Sangat Tentang Baik Baik Dismenore a F % F %
Total
Kurang
P-value
Baik Cukup Kurang
61 81,3 24 75,0 0 0
10 6 1
13,3 18,8 5,9
f % 4 5,3 2 6,2 16 94,1
f % 75 100 0,000 32 100 17 100
Jumlah
85 68,5
17
13,7
22 17,7
124 100
Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri di SMA Negeri 1 Ungaran. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 75 responden dengan pengetahuan dalam kategori baik, paling banyak perilaku penanganannya sangat baik yaitu sejumlah 61 responden (81,3%) dan sebagian kecil yang perilaku penanganannya baik yaitu sejumlah 10 responden (13,3%) dan kurang yaitu sejumlah 4 responden (5,3%). Dan dari 32 responden yang pengetahuan dalam kategori cukup, paling banyak perilaku penanganannya sangat baik sejumlah 24 responden (75,0%), dan sebagian kecil yang perilaku penanganan dismenorea baik yaitu sejumlah 6 responden (18,8%) dan kurang yaitu 2 responden (6,2%). Dan dari 17 responden yang pengetahuannya dalam kategori kurang sebagian besar perilaku penangannya kurang yaitu sejumlah 16 responden (5,9%), dan sebagian kecil pada perilaku penanganannya baik yaitu sejumlah 1 responden (23,5%). Pembahasan A. Analisis Univariat 1. Pengetahuan tentang dismenorea Hasil penelitian didapatkan sebagian besar pengetahuan tentang dismenorea pada remaja puteri adalah baik yaitu sejumlah 75 responden (60,5%), dan cukup yaitu sejumlah 32 responden (25,8%).
Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1 Ungaran
4
Para responden menjawab berdasarkan pengalaman yang sering mereka alami, dari pengalaman tersebut para responden kemudian mencari informasi lewat media yang ada. Faktor lingkungan tempat tinggal mereka yang berada di perkotaan memudahkan mereka untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan yang baik tentang dismenorea pada sebagian besar responden diperoleh dari berbagai sumber informasi yang diterima oleh responden, sumber informasi dapat diperoleh dari majalah dan internet yang sekarang sangat mudah diakses oleh responden dalam penelitian ini. Menurut Tjipjono (2006), sumber informasi bisa diperoleh dari buku, jurnal, majalah, radio, televisi dan internet, sumber informasi paling familiar diperoleh dari buku dan internet, bahkan keterbatasan dari faktor ekonomi menjadikan internet sebagai sumber informasi yang paling mudah didapatkan. Berkembangnya berbagai media cetak maupun elektronik makin memudahkan remaja untuk mendapatkan berbagai informasi khususnya tentang kesehatan reproduksi. Informasi yang didapatkan dari berbagai sumber tentang kesehatan reproduksi akan mempengaruhi pengetahuan remaja khususnya mengenai dismenorea. Pengetahuan
remaja yang baik mengenai nyeri haid tidak luput dari banyaknya informasi yang dapat digali dan diperoleh oleh remaja dalam hal pendidikan kesehatan reproduksi. Hasil penelitian juga didapatkan data sebanyak 17 responden (13,7%) mempunyai pengetahuan yang kurang terhadap dismenore, hal ini ditunjukan dengan banyaknya responden yang tidak menjawab dengan tepat tentang berbagai hal yang berhubungan dengan dismenorea. Beberapa responden masih salah dalam menjawab pernyataan mengenai dismenorea. Kekurangtauan responden tentang dismenorea menyebabkan beberapa responden tersebut juga tidak mengetahui tentang tanda gejala dan akibat yang ditimbulkan apabila dismenorea tersebut tidak dilakukan penanganan dengan baik dan tepat. Ada 21 responden yang menjawab masih sering meminum jamu yang beredar di pasaran saat sedang mengalami nyeri haid. Mereka belum mengetahui efek dari mengkonsumsi jamu secara sering. Padahal, mengkonsumsi jamu secara sering dapat berdampak buruk bagi kesehatan terutama pada usus dan lambung. Kandungan yang terdapat pada jamu tersebut dapat mengiritasi mukosa lambung, apabila hal ini dibiarkan maka bisa membahayakan bagi tubuh 2. Perilaku Penanganan Dismenorea. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden menangani dismenorea dengan sangat baik yaitu sebanyak 85 responden (68,5%) dan baik yaitu sebanyak 17 responden (13,7%). Perilaku yang baik tersebut ditunjukan dari kesadaran siswi untuk selalu memperhatikan rasa nyeri yang dirasakannya saat menstruasi. Berawal dari kesadaran siswi, munculah rasa ketertarikan untuk mengetahui penyebab dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani keluhan
Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1 Ungaran
5
dismenorea yang mereka rasakan sehingga pada akhirnya mereka dapat menerima kondisi tersebut. Seperti yang diungkapkan Notoatmodjo (2007), bahwa perilaku terbentuk karena adanya suatu proses tahapan awareness (kesadaran), interest (ketertarikan), evaluation (menimbang-nimbang), trial (mencoba), adaption (menerima) pada diri seseorang. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa ada sebagian responden yang memiliki cara penanganan dismenorea yang salah yaitu sebanyak 22 responden (17,7%). Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban kuesioner nomor 7 mengenai konsumsi minuman berkafein saat nyeri haid dan didapatkan bahwa 22 responden yang masih tetap mengkonsumsi minuman berkafein saat dismenorea, padahal mengkonsumsi minuman berkafein saat haid dapat meningkatan rasa nyeri. Sesuai pendapat Proverawati & Misaroh (2009), minuman yang mengandung kafein dapat meningkatkan kadar estrogen yang nantinya dapat memicu lepasnya prostaglandin dan menambah intensitas nyeri saat haid. Cara penanganan dismenorea merupakan wujud dari perilaku kesehatan yang dimiliki seseorang untuk merespon rasa sakit akibat adanya nyeri haid yang dideritanya sehingga menimbulkan respon untuk mencari cara guna mengurangi rasa sakit yang dideritanya. Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), adalah bentuk respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit, penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Dari pernyataan yang dikemukakan Notoatmodjo tersebut, yang dimaksud dengan perilaku penanganan dismenorea adalah bentuk respon seseorang terhadap keluhan dismenorea yang dirasakannya untuk menangani kebutuhan tersebut.
Beragam cara penanganan dismenorea telah dilakukan oleh sebagian siswi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penanganan dismenorea dilakukan untuk mengurangi rasa nyerinya agar tidak semakin parah sehingga tidak mengganggu aktifitas keseharian mereka. Akan tetapi, sebagian remaja juga beranggapan bahwa dismenorea bukanlah penyakit yang berbahaya dan merupakan suatu hal yang sering terjadi dan menyertai wanita pada saat menstruasi sehingga memerlukan tidak memerlukan penanganan lebih lanjut seperti misalnya pergi ke dokter. Adanya persepsi yang kurang tepat pada sebagian remaja tersebut menjadikan kurang tepatnya penanganan dismenorea, sehingga kejadian tersebut akan terus berulang dan sering menimpa pada sebagian remaja. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kartono (2006), bahwa penanganan yang kurang tepat membuat remaja puteri selalu mengalaminya setiap siklus menstruasinya. Perilaku penanganan dismenorea didasarkan oleh cara berfikir dan bersikap positif tentang keluhan dismenorea yang dialaminya, sehingga terbentuk perilaku berupa pemberian kompres hangat, olahraga teratur dan istirahat, konsumsi makanan bergizi. Hal itu sesuai pendapat Wiknjosastro (2007), bahwa untuk menurunkan angka kejadian dismenorea dan mencegah keadaan dismenorea tidak bertambah berat, beberapa usaha dapat dilakukan seperti penerangan dan nasihat, pola hidup sehat, terapi obat sesuai petunjuk dokter. B. Analisis Bivariat Dari hasil uji statistik menggunakan uji Kendal tau dengan taraf signifikansi 5% (0,05) didapatkan p value sebesar 0,000. Jika p value = 0,000 dan α = 0,05 maka p value lebih kecil dari α (p < 0,05), jadi H0 ditolak.
Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1 Ungaran
6
Kesimpulan dari uji tersebut adalah ada hubungan antara pengetahuan tentang dismenorea dengan perilaku penanganan dismenorea pada remaja puteri di SMA Negeri 1 Ungaran. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 75 responden yang berpengetahuan baik, ada 4 responden (5,3%) yang berperilakunya masih kurang. Dan dari 32 responden yang berpengetahuan cukup, ada 2 responden (6,2%) yang berperilakunya masih kurang baik. Perilaku penanganan yang kurang pada responden tersebut dapat disebabkan karena faktor lingkungan keluarga. Banyak orang tua yang masih kurang pengetahuannya mengenai cara mengatasi dismenorea dan mengajarkan kepada responden untuk mengatasi nyeri haid tersebut dengan cara yang kurang tepat seperti meminum jamu, mengkonsumsi obat-obatan yang beredar di pasaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010), peranan lingkungan dan budaya akan berpengaruh pada perilaku seseorang. Hal ini dapat dipahami bahwa terdapat perbedaan perilaku orang atau remaja dari kelompok pemukiman tertentu, misalnya di pemukiman padat penduduk yang struktur sosial penghuninya dari golongan bawah, dibandingkan dengan perilaku orang atau remaja dari pemukiman yang struktur sosial penghuninya dari golongan menengah ke atas. Responden juga menggabungkan pengalaman dan pengamatan mereka untuk membentuk suatu perilaku, mereka mengamati kebiasaan orangorang terdekat mereka dalam mengatasi nyeri haid. Kemudian mereka mengambil keputusan untuk menerapkan hal yang sama pada diri mereka. Seperti pendapat Notoatmodjo (2010), bahwa perilaku kesehatan seseorang ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah personal autonomy : otonomi pribadi yang
bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan. Hasil penelitian juga didapatkan dari 17 responden dengan pengetahuan kurang ada 16 responden (94,1%) perilaku penanganannya masih kurang baik. Kondisi dismenorea dapat dipengaruhi oleh pengetahuan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan yang kurang akan cenderung mengabaikan kesehatan dan pada akhirnya ia akan memiliki tindakan yang akan membahayakan bagi dirinya sendiri. Maka seseorang yang memiliki pengetahuan kurang tentang dismenorea akan memilih perilaku yang kurang tepat untuk menangani gangguan menstruasi berupa dismenorea tersebut (Indriastuti,2009). Kondisi tersebut diperparah dengan kurangnya informasi karena adanya anggapan atau persepsi yang salah tentang menstruasi dan hal-hal yang menyertainya. Kecenderungan orang tua untuk tidak memberikan informasi seputar masalah kesehatan reproduksi karena dianggap tabu menjadikan seorang anak putri yang baru menginjak remaja merasa takut untuk bertanya seputar masalah kesehatan reproduksi kepada orangtuanya. Hal tersebut menjadikan kurangnya informasi dan pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi khususnya tentang dismenorea. Keterbatasan pengetahuan dan informasi tentang kesehatan reproduksi orang tua juga dapat menjadi pencetus perilaku atau kebiasaan tidak sehat pada remaja. Hal ini berawal dari sikap orang tua yang menabukan pertanyaan remaja tentang fungsi dan proses reproduksi, serta penyebab menstruasi dan dismenorea. Orang tua cenderung risih dan tidak mampu memberikan informasi yang memadai mengenai alat reproduksi dan proses reproduksi tersebut. Tiadanya informasi dari orang tua membuat remaja mengalami kebingungan akan fungsi dan proses
Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1 Ungaran
7
reproduksinya. Ketakutan kalangan orang tua dan guru, bahwa pendidikan yang menyentuh isu perkembangan organ reproduksi dan fungsinya akan mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah, namun justru akan mengakibatkan remaja diliputi keingintahuan atau mencari informasi yang belum tentu benar, yang pada akhirnya justru dapat menjerumuskan remaja kepada ketidaksehatan reproduksi (Wahyuni, 2007). Hal tersebut menjadikan remaja mempunyai perilaku yang kurang dalam menangani dismenorea. Semakin baik pengetahuan tentang dismenorea yang dimiliki siswi, maka perilaku yang ditunjukkan untuk menangani dismenorea juga semakin baik. Dengan pengetahuan yang baik akan mempengaruhi sikap siswi untuk menangani dismenorea dengan tepat. Menurut Azwar (2003), hal tersebut karena pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal akan mempengaruhi sikapnya. Sikap positif maupun negative tergantung dari pemahaman individu tentang suatu hal tersebut, sehingga sikap ini selanjutnya akan mendorong individu melakukan perilaku tertentu pada saat dibutuhkan, tetapi kalau sikapnya negative, justru akan menghindari untuk melakukan perilaku tersebut. Individu mengerti dampak positif atau negatif suatu perilaku yang terkait.
3.
sejumlah 17 responden (13,7%), dan kurang sejumlah 22 responden (17,7%). Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang dismenorea dengan perilaku penanganan dismenorea dengan nilai ρ-value = 0,000 <α = 0,05.
Saran 1. Bagi Peneliti Bagi peneliti lain agar melakukan penelitian mengenai dismenorhea dengan cara mengatasi dismenorhea dengan faktor-faktor dan metode yang lain. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan dapat bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memberikan penyuluhan di sekolah khususnya mengenai kesehatan reproduksi agar masalah kesehatan yang akan timbul bisa dicegah sedini mungkin. 3. Bagi Instansi Kesehatan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka meningkatkan pelayanan dalam penanganan dismenorea. 4. Bagi Siswi SMA Responden dapat menerapkan perilaku penanganan dismenorea dengan lebih baik lagi agar tidak membahayakan organ reproduksinya.
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Simpulan 1. Gambaran pengetahuan tentang dismenorea pada remaja puteri dalam kategori baik yaitu sejumlah 75 responden (60,5%), kategori cukup yaitu sejumlah 32 responden (25,8%), dan kategori kurang yaitu sejumlah 17 responden (13,7%) 2. Perilaku penanganan dismenorea pada remaja puteri yaitu sangat baik sejumlah 85 responden (68,5%), baik
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hurlock, Elizabeth. 2007. Psikologi perkembangan. Edisi ke 5. Jakarta: Erlangga Kartono. 2006. Psikologi Abnormal dan Psikologi Seks. Bandung: Munandar Maju Kholid, Ahmad. 2012. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku,
Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1 Ungaran
8
Media, dan Aplikasinya. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Mansjoer, Arief. 2004. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC. Mujaddid. 2006. Gangguan Disminorea. Jakarta: Salemba medika Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Saryono, Ari Setiawan. 2011. Metode Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika. Soetjiningsih. 2004. Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Winkjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan edisi ke 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo.
Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1 Ungaran
9