BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme seperti halnya organisme lain yang berada dalam lingkungan yang komplek senantiasa berhubungan baik dengan pengaruh faktor abiotik dan pengaruh faktor biotik. Sedikit sekali di alam ada suatu jenis mikroorganisme yang hidup secara individual. Sekalipun suatu biakan mikroorganisme murni yang tumbuh dalam suatu medium, tetap akan beruhubungan dengan pengaruh faktor lingkungan secara terbatas. Mikroorganisme umumnya hidup dalam bentuk asosiasi membentuk suatu konsorsium laksana suatu “Orkestra” yang satu dengan lainnya bekerja sama. Hubungan mikroorganisme dapat terjadi baik dengan sesama mikroorganisme, dengan hewan dan dengan tumbuhan. Hubungan ini membentuk suatu pola interaksi yang spesifik yang dikenal dengan simbiosis atau interaksi. Pada laporan prakatikum kali ini kami membahas interaksi sinergisme dan antagonisme. Sinergisme adalah dua spesies hidup bersama dan mengadakan kegiatan yang tidak saling menggangu, akan tetapi kegiatan masing-masing itu justru berupa suatu urutan yang salinag menguntungkan, maka hubungan hidup anatara kedua spesies itu disebut sinergisme. Contohnya Ragi (adonan) untuk membuat tape terdiri atas kumpulan spesies-spesies aspergillus, Saccharomyces, Candida, Hansenula, dan mungkin juga Acetobacter. Masing-masing spesies mempunyai kegiatan-kegiatan sendiri, sehingga zat tepung (amilum) dapat berubah menjadi gula, dan gula menjadi bermacam-macam asam organik, alkohol, dan lain-lain. Antagonisme menyatakan suatu hubungan yang asial. Spesies yang satu mengasilkan sesuatu yang meracuni spesies yang lian, sehingga pertumbuhan spesies yang terkhir itu sangat terganggu karenanya. Zat yang dihasilkan oleh spesies yang pertama mungkin berupa suatu akskret, mungkin juga zat itu berupa suatu sisa makanan. Yang jelas ialah, zat itu “menentang” kehidupan mikroorganisme yang lain.
1
Olahkarena itu, maka zat penentang tersebut dinamakan antibiotic. Kejadian inilah yang menyebabkan Alexander Fleming dalam tahun 1929 menemukan penisilin. Beberapa bentuk antagonisme telah dapat kita ketahui, missal anatara Streptococcus lactis dan Bacillus subtilis atau Proteus vugaris. Jika ketiga spesies ini ditumbuhkan bersama-sama di dalam suatu medium, maka pertumbuhan Bacillus dan Proteus akan segera tercekik karena adanya asam-susu yang dihasilkan oleh Streptococcus lactis.
1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum teknik pewarnaan ini adalah : 1. Untuk mempelajari antibiosis / antagonisme beberapa jenis mikroba. 2. Untuk mempelajari interaksi beberapa jenis mikroba yang saling menguntungkan /sinergis.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Pustaka Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan
tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktorfaktor abiotik terdiri atas faktor fisika (Hadioetomo, 1982). Interaksi antar mikroorganisme yang menempati suatu habitat yang sama akanmemberikan pengaruh positif, saling menguntungkan dan pengaruh negatif, saling merugikan dan netral, tidak ada pengaruh yang berarti mikroorganisme harus berkompetisi
dengan
organisme
lain
dalam memperoleh nutrisi dari
lingkungannya, sehingga dapat terus “lulus hidup” dandapat berkembangbiak dengan sukses. Hubungan antara mikroorganisme dengan organisme lain yang saling menekan pertumbuhannya disebut antagonisme. Bentuk interaksi ini merupakan suatu hubungan asosial. Biasanya Spesies yang satu menghasilkansuatu
senyawa
kimia yang dapat meracuni spesies lain yang menyebabkan pertumbuhan spesies lain tersebut terganggu. Biasanya
bentuk interaksi ini muncul karena ada
beberapa jenis miktororganisme yang menempati ruang dan waktu yang sama, sehingga mereka harus memperebutkan nutrisi untuk tetap dapat tumbuh dan berkembangbiak. Akhirnya dari interaksi semacam inimemberikan efek beberapa mikroorganisme tumbuh dengan optimal, sementara mikroorganisme lain tertekan pertumbuhannnya (Kusnadi, 2003).
3
Aktivitas mikroorganisme akan berpengaruh terhadap lingkungannya. Mikroorganisme seperti halnya organisme lain yang berada dalam lingkungan yang kompleks senantiasa berhubungan baik dengan pengaruh faktor biotik dan faktor biotik. Sedikit sekali suatu mikroorganisme yang hidup di alam mampu hidup secara individual.
Hubungan
mikroorganisme
dapat
terjadi
baik
dengan
sesama
mikroorganisme, hewan ataupun dengan tumbuhan. Hubungan ini membentuk suatu pola interaksi yang spesifik yang dikenal dengan simbiosis (Kusnadi. 2003). Perubahan yang terjadi di dalam lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan sifat fisiologi mikroba. Beberapa golongan sangat tahan terhadap perubahan lingkungan, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Adapula golongan mikroba yang sama sekali peka terhadap perubahan lingkungan sehingga tidak dapat menyesuaikan diri. Faktor lingkungan sangat penting artinya di dalam usaha mengendalikan kegiatan mikroba baik untuk kepentingan proses ataupun pengendalian. Mikroba memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dapat berupa faktor abiotik (fisikawi maupun kimiawi) dan faktor biotik (meliputi kehidupan aksenik dan adanya asosiasi kehidupan). Faktor abiotik diantaranya temperatur, pH, kebutuhan air, tekanan osmosis dan oksigen molekuler (Suharni. 2008). 1. Sinergisme Sinergisme adalah suatu bentuk asosiasi hidup bersama antara dua jenis atau lebih mikroba, dimana semua jenis mikroba tersebut tidak saling mengganggu tetapi justru masing-masing mikroba melakukan aktivitas yang saling berurutan dan kait mengkait sehingga mampu melakukan perubahan kimia tertentu dalam suatu medium atau substrat tempat hidupnya (Astri dan Sintorini. 2018). Ragi tempe merpakan kumpulan dari berbagai mikroba seperti Candida, Saccharomyces, Hansenula, Aspergillus, dan Acetobacter. Sinergisme pada ragi tape menyebabkan zat tepung (amilum) dapat berubah menjadi gula, alkohol dan asmaasam organic lainnya (Astri dan Sintorini. 2018).
4
2. Antagonisme Seperti halnya makhluk hidup lain, mikroba (mikroorganisme) juga melakukan interaksi baik dengan individu sejenis maupun individu yang berlainan. Interaksi microbial tidak hanya terjadi antar mikroba saja, melainkan juga dengan tumbuhan dan hewan. Interaksi ini bisa bersifat positif maupun negatif (Dwijoseputro. 1978). Selain itu, secara garis besar interaksi microbial (interaksi antar mikroba) terbagi menjadi interaksi simbiotik dan non-simbiotik. Dikatakan simbiotik apabila spesies yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan membutuhkan. Dalam asosiasi ini, hubungan antar mikroba terbagi menjadi hubungan mutualisme, komensalisme, dan parasitisme. Sementara asosiasi non-simbiotik terjadi pada 2 spesies yang tidak saling terkait untuk mendukung kehidupannya. Dalam hubungan ini terdapat hubungan sinergisme dan antagonism (Burrows. 2004). Antagonisme merupakan suatu bentuk asosiasi antara spesies yang tidak saling berkaitan (secara alamiah) dan akan terbentuk (asosiasi ini) ketika terjadi persaingan komunitas. Asosiasi ini ditunjukkan dengan adanya interaksi antara 2 spesies yang saling merusak satu sama lain. Dalam hal ini, suatu mikroba mensekresikan substansi kimia tertentu ke lingkungan sekitar yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroba lain di habitat yang sama. Mikroba yang mensekresikan substansi tersebut biasanya mendapat keuntungan karena dapat memperluas wilayah dan menyerap nutrisi yang ada pada daerah tersebut (Hadioetomo. 1982). Biasanya, interaksi ini terjadi di lingkungan tanah, dimana pada lingkungan tersebut banyak terdapat nutrisi dan koloni-koloni microbial. Namun begitu, interaksi antagonisme juga terdapat di dalam tubuh manusia, semisal pada sistem respiratori, di usus besar, maupun di sistem reproduksi (Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 1986).
5
2.2 Alat dan Bahan Tabel 2.1 Alat dan Bahan Antagonisme No. 1
Nama Alat Cawan petri berisi medium
Ukuran Jumlah
Nama Bahan
Konsentrasi Jumlah
-
2
Bacillus
-
1
2
Lampu spiritus
-
1
Staphylococcus
-
1
3
Kawat ose
-
1
-
-
-
4
Tabung reaksi
-
2
-
-
-
5
Korek api
-
1
-
-
-
6
Spidol permane
-
1
-
-
-
Tabel 2.2 Alat dan Bahan Sinergisme No.
Nama Alat
1
Pipet tetes
-
1
Bacillus
-
1
2
Lampu spiritus
-
1
Staphylococcus
-
1
3
Tabung reaksi
-
6
Kaldu Laktosa
-
1
4
Korek api
-
1
Kaldu Sukrosa
-
1
-
6
-
-
-
-
1
-
-
-
5
6
Tabung durham Spidol permanen
Ukuran Jumlah
6
Nama Bahan
Konsentrasi Jumlah
2.3 Cara Kerja Tabel 2.3 Cara Kerja Antagonisme No. 1
Cara Kerja
Gambar
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Kemudian
nyalakan
spiritus menggunakan korek api. Sterilkan kawat ose yang akan digunakan
menggunakan
lampu
spiritus.
2
Buka tabung reaksi yang berisi Bacillus, lewatkan mulut tabung ke lampu
spiritus,
ambil
Bacillus
menggunakan kawat ose yang telah disterilkan sebelumnya, kemudian tutup kembali tabung reaksi tadi.
3
Buka cawan petri yang telah di gambarkan garis lurus menyilang dengan spidol OHP, sterilkan dengan lampu spiritus, kemudian osekan bakteri yang telah di ambil tadi dan bentuklah zigzag menyilang sesuai dengan gambar garis di cawan petri tsb.
Setelah selesai, tutup kembali
cawan petri dan inkubasi kan selama 48 jam pada suhu 37C.
7
No. 4
Cara Kerja Lakukan
langkah
menggunakan
Gambar
yang
Bacillus
sama yang
disilangkan dengan Staphylococcus . Setelah selesai, tutup kembali cawan petri dan inkubasi kan selama 48 jam pada suhu 37C.
(Sumber: Google)
Tabel 2.4 Cara Kerja Sinergisme No. 1
Cara Kerja
Gambar
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Kemudian
nyalakan
spiritus menggunakan korek api. Sterilkan pipet tetes menggunakan api spiritus.
8
No. 2
Cara Kerja
Gambar
Ambil bakteri Staphylococcus menggunakan pipet tetes yang telah disterilkan tadi, kemudian teteskan di tabung reaksi yang berisi kaldu laktosa dan tabung durham. Homogen kan tabung reaksi yang berisi Staphylococcus tersebut.
3
Setelah selesai, lanjutkan dengan langkah yang sama dengan bakteri yang berbeda yaitu
Bacillus dan
Staphylococcus + Bacillus.
4
Lanjutkan dengan memasukkan bakteri Bacillus, Staphylococcus, dan Staphylococcus + Bacillus ke tabung reaksi yang berisi Sukrosa dan tabung durham. Setelah semua selesai, inkubasikan keenam tabung selama 48 jam pada 37C.
9
No.
Cara Kerja
Gambar
(Sumber: Google)
10
BAB III HASIL PENGAMATAN
3.1 Hasil Pengamatan Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Antagonisme (Kelompok 1, 2, 3) Kelompok
Bakteri E. Coli + E. Coli
Bacillus + Bacillus
E. Coli + Bacillus
Kelompok 1
-
Bakteri E. Coli: +
Bakteri E. Coli: +
Bakteri E. Coli: +
Bakteri Bacillus: +
Tidak antagonis
Tidak antagonis
Kelompok 2
Bakteri Bacillus: +
Bakteri E. Coli: +
Bakteri Bacillus: +
Bakteri Bacillus: -
Tidak antagonis
Antagonis
11
Kelompok
Bakteri E. Coli + E. Coli
Bacillus + Bacillus
E. Coli + Bacillus
Kelompok 3
Bakteri E. Coli: +
Bakteri E. Coli: +
Bakteri E. Coli: +
Bakteri Bacillus: +
Tidak antagonis
Tidak antagonis
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Antagonisme (Kelompok 4, 5, 6) Bakteri Kelompok
Staphylococcus + Staphylococcus
E. Coli + E. Coli
Staphylococcus + E. Coli
Kelompok 4
Bakteri Staphylococcus: +
Bakteri Staphylococcus:-
Bakteri Staphylococcus: +
Bakteri E. Coli: +
Tidak antagonis
Antagonis
12
Bakteri Kelompok
Staphylococcus + Staphylococcus
E. Coli + E. Coli
Staphylococcus + E. Coli
Kelompok 5
-
Bakteri E.Coli: +
Bakteri Staphylococcus:+
Bakteri E. Coli: +
Bakteri E. Coli: +
Tidak antagonis
Tidak antagonis
Kelompok 6
-
Bakteri Staphylococcus: +
Bakteri Staphylococcus:+
Bakteri Staphylococcus: +
Bakteri E. Coli: +
Kontaminasi
Tidak antagonis
13
Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Antagonisme (Kelompok 7, 8, 9) Bakteri Kelompok
Staphylococcus + Staphylococcus
Bacillus + Bacillus
Staphylococcus + Bacillus
Kelompok 7
-
Bakteri Staphylococcus: +
Bakteri Staphylococcus:-
Bakteri Staphylococcus: +
Bakteri Bacillus: +
Tidak antagonis
Antagonis
Kelompok 8
-
Bakteri Bacillus: +
Bakteri Staphylococcus:+
Bakteri Bacillus: +
Bakteri Bacillus: +
Kontaminasi
Tidak antagonis
14
Bakteri Kelompok
Staphylococcus + Staphylococcus
Bacillus + Bacillus
Staphylococcus + Bacillus
Kelompok 9
-
Bakteri Staphylococcus: +
Bakteri Staphylococcus:+
Bakteri Staphylococcus: +
Bakteri E. Coloi: +
Tidak antagonis
Tidak antagonis
Keterangan: (+) Bakteri tumbuh (--) Bakteri tidak tumbuh Tabel 3.4 Hasil Pengamatan Kaldu Laktosa Sinergisme (Kelompok 1, 2, 3) Kelompok
Bakteri E. Coli
Bacillus
E. Coli + Bacillus
Kelompok 1
Warna: Bening (+)
Warna: Bening (+)
Oksigen: Tidak ada
Oksigen: Tidak ada
oksigen (-)
oksigen (-)
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
15
Warna: Sedikit keruh (++) Oksigen: Sedikit oksigen (+) Hasil: Sinergis
Kelompok
Bakteri E. Coli
Bacillus
E. Coli + Bacillus
Kelompok 2
Warna: Sedikit
Warna: Bening (+)
Warna: Sedikit keruh
keruh (++)
Oksigen: Tidak ada
(++)
Oksigen: Sedikit
oksigen (-)
Oksigen: Sedikit
oksigen (+)
Hasil: Sinergis
oksigen (+)
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Kelompok 3
Warna: Keruh (+++)
Warna: Bening (+)
Warna: Sedikit keruh
Oksigen: Banyak
Oksigen: Sedikit
(++)
oksigen (+++)
oksigen (+)
Oksigen: Sedang (++)
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
16
Tabel 3.5 Hasil Pengamatan Kaldu Laktosa Sinergisme (Kelompok 4, 5, 6) Bakteri Kelompok
Staphylococcus
E. Coli
Staphylococcus + E. Coli
Kelompok 4
Warna: Bening (+)
Warna: Sedikit
Warna: Keruh (+++)
Oksigen: Sedang
keruh (++)
Oksigen: Sedikit
(++)
Oksigen: Sedikit
oksigen (+)
Hasil: Sinergis
oksigen (+)
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis Kelompok 5
Warna: Sedikit
Warna: Keruh (+++)
Warna: Keruh (+++)
keruh (++)
Oksigen: Sedikit
Oksigen: Tidak ada
Oksigen: Sedang
oksigen (+)
okigen (-)
(++)
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
17
Bakteri Kelompok
Staphylococcus
E. Coli
Staphylococcus + E. Coli
Kelompok 6
Warna: Bening (+)
Warna: Sedikit
Warna: Sedikit keruh
Oksigen: Sedang
keruh (++)
(++)
(++)
Oksigen:Sedang(++)
Oksigen: Sedang (++)
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Tabel 3.6 Hasil Pengamatan Kaldu Laktosa Sinergisme (Kelompok 7, 8, 9) Bakteri Kelompok
Staphylococcus
Bacillus
Staphylococcus + Bacillus
Kelompok 7
Warna: Bening (+)
Warna: Bening (+)
Warna: Sedikit keruh
Oksigen: Sedikit
Oksigen: Banyak
(++)
oksigen (+)
oksigen (+++)
Oksigen: Sedang (++)
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
18
Bakteri Kelompok
Staphylococcus
Bacillus
Staphylococcus + Bacillus
Kelompok 8
Warna: Sedikit
Warna: Sedikit
Warna: Sedikit keruh
keruh (++)
keruh (++)
(++)
Oksigen: Tidak ada
Oksigen: Sedikit
Oksigen: Tidak ada
okesigen (-)
oksigen (+)
okesigen (-)
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Warna: Keruh (+++)
Warna: Bening (+)
Warna: Bening (+)
Oksigen: Banyak
Oksigen: Sedikit
Oksigen: Sedikit
oksigen (+++)
oksigen (+)
oksigen (+)
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Kelompok 9
19
Tabel 3.7 Hasil Pengamatan Kaldu Sukrosa Sinergisme (Kelompok 1, 2, 3) Kelompok
Bakteri E. Coli
Bacillus
E. Coli + Bacillus
Kelompok 1
Warna: Keruh (+++)
Warna: Bening (+)
Warna: Keruh (+++)
Oksigen: Banyak
Oksigen: Tidak ada
Oksigen: Banyak
oksigen (+++)
oksigen (-)
oksigen (+++)
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Warna: Sedikit
Warna: Bening (+)
Warna: Keruh (+++)
keruh (++)
Oksigen: Tidak ada
Oksigen: Sedang(++)
Oksigen: Sedikit
oksigen (-)
Hasil: Sinergis
oksigen (+)
Hasil: Sinergis
Kelompok 2
Hasil: Sinergis
20
Bakteri
Kelompok
E. Coli
Bacillus
E. Coli + Bacillus
Kelompok 3
Warna: Keruh (+++)
Warna: Bening (+)
Warna: Sedikit keruh
Oksigen: Sedang
Oksigen: Sedikit
(++)
(++)
oksigen (+)
Oksigen: Banyak
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
oksigen (+++) Hasil: Sinergis
Tabel 3.8 Hasil Pengamatan Kaldu Sukrosa Sinergisme (Kelompok 4, 5, 6) Bakteri Kelompok
Staphylococcus
E. Coli
Staphylococcus + E. Coli
Kelompok 4
Warna: Bening (+)
Warna: Gagal (-)
Warna: Keruh (+++)
Oksigen: Sedang
Oksigen: Sedikit
Oksigen: Banyak
(++)
oksigen (+)
oksigen (+++)
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
21
Bakteri Kelompok
Staphylococcus + E.
Staphylococcus
E. Coli
Warna: Keruh (+++)
Warna: Keruh (+++)
Warna: Keruh (+++)
Oksigen: Banyak
Oksigen: Banyak
Oksigen: Banyak
oksigen (+++)
oksigen (+++)
oksigen (+++)
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Warna: Keruh (+++)
Warna: Keruh (+++)
Warna: Keruh (+++)
Oksigen: Banyak
Oksigen: Banyak
Oksigen: Banyak
oksigen (+++)
oksigen (+++)
oksigen (+++)
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Coli
Kelompok 5
Kelompok 6
22
Tabel 3.9 Hasil Pengamatan Kaldu Sukrosa Sinergisme (Kelompok 7, 8, 9) Bakteri Kelompok
Staphylococcus
Bacillus
Staphylococcus + Bacillus
Kelompok 7
Warna: Bening (+)
Warna: Bening (+)
Warna: Sedikit keruh
Oksigen: Sedikit
Oksigen: Sedikit
(++)
oksigen (+)
oksigen (+)
Oksigen: Sedikit
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
oksigen (+) Hasil: Sinergis
Kelompok 8
Warna: Sedikit
Warna: Bening (+)
Warna: Bening (+)
keruh (++)
Oksigen: Sedikit
Oksigen: Sedikit
Oksigen: Sedang
oksigen (+)
oksigen (+)
(++)
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
23
Hasil: Sinergis
Bakteri Kelompok
Staphylococcus
Bacillus
Staphylococcus + Bacillus
Kelompok 9
Warna: Sedikit
Warna: Sedikit
Warna: Sedikit keruh
keruh (++)
keruh (++)
(++)
Oksigen: Sedikit
Oksigen: Sedikit
Oksigen: Sedikit
oksigen (+)
oksigen (+)
oksigen (+)
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
Hasil: Sinergis
3.2 Pembahasan Praktikum mikrobiologi kali ini dilakukan pengamatan faktor biotik sinergisme dan antagonisme terhadap pertumbuhan mikroba. Praktikum tersebut untuk mempelajari tentang dua percobaan yaitu antagonisme antara dua jenis atau lebih mikroba dan sinergisme antara individu sejenis maupun individu yang berlainan. Dalam percobaan sinergisme menggunakan laktosa dan sukrosa cair, karena bakteri Staphylococcus, Bacillus dan E. Coli terdapat keasaman sehinnga membuat larutan menjadi keruh, dan memiliki banyak gas pada larutan tersebut. Pada praktikum tersebut alat yang digunakan dalam percobaan harus dalam keadaan steril karena dapat menyebabkan kontaminasi oleh bakteri lain. Pada kedua percobaan ini digunakan bakteri yang berlainan jenis, yaitu bakteri E.coli, Bacillus, Staphylococcus dan E. Coli. Percobaan ini dilakukan dengan melihat interaksi antara bakteri E.Coli
24
dengan Bacillus , Staphylococcus dengan E. Coli, dan antara Staphylococcus dengan Bacillus. Percobaan pertama yaitu percobaan antagonisme yaitu dengan menyilangkan E. Coli dengan E. Coli didapatkan hasil pada kelompok 1 dan 3 tumbuh menyilang yang berarti bahwa keduanya tidak antagonis. Pada bakteri Bacillus dengan Baciullus kelompok 2 didapatkan bahwa keduanya tidak antagonis dan pada Bakteri E. Coli dengan Bacillus kelompok 1 dan 3 mendapatkan hasil tidak antagonis sedangkan pada kelompok 2 terjadi antagonis dikarenakan hanya satu bakteri yang hidup yaitu E. Coli. Pada percobaan antagonisme menggunakan bakteri Staphylococcus dengan Sthapylococcus didapatkan hasil dari kelompok 4,5, 7 dan 9 kedua bakteri tumbuh yang berarti tidak antagonis namun pada kelompok 6 mengalami kontaminasi yang disebabkan ketidak setrilnya alat yang digunakan. Percobaan menggunakan bakteri E.Coli dengan E.Coli didapatkan hasil dari kelompok 5 bahwa kedua bakteri tumbuh, yang berarti tidak antagonis. Percobaan Staphylococcus dengan E.Coli pada kelompok 5 dan 6 bakteri tumbuh menyilang yang berarti tidak antagonis namun pada kelompok 4 bakteri E. Coli tidak tumbuh yang berarti antagonis. Selanjutnya percobaan dengan menggunhakan bakteri Bacillus dengan Bacillus didapatkan hasil dari kelompok 8 bakteri sama sama tumbuh namun mengalami kontaminasi dan pada bakteri Staphylococcus dengan Bacillus mendapatkan hasil dari kelompok 8 dan 9 yaitu bakteri tumbuh keduanya yang berarti tidak antagonis namun kelompok 7 mengalami antagonis dikarenakan bakteri Staphlococcus tidak tumbuh. Percobaan yang kedua yaitu mengenai sinergisme mikroba berlainan jenis dengan menggunakan kaldu laktosa yang dinokulasikan dalam tabung reaksi dan juga tabung durham. Percobaan bakteri E. Coli, dimasukkan sendiri kedalam kaldu laktosa. Kelompok 3 dan 5 mendapatkan hasil bahwa berwarna keruhan dengan oksigen yang terkandung banyak, kelompok 2 dan 6 mendapatkan hasil berwarna sedikit keruh dengan oksigen sedang dan kelompok 1 dengan 4 hasil yang diperoleh berwarna bening namun tidak terkandung oksigen di kelompok 1, sedangkan pada kaldu sukrosa kelompok 1, 3, 5, dan 6 mendapatkan hasil yaitu berwarna keruh 25
dengan terdapat banyak oksigen, namun pada kelompok 2 mendapatkan hasil berwarna sedikit keruh dan terkandung sedikit oksigen sedangkan kelompok 4 mengalami kegagalan karena bakteri tidak cocok dengan kandungan nutrisi kaldu sukrosa. Percobaan tersebut tumbuh semua bakteri yang berarti sinergisme terkecuali kelompok 4 tidak sinergis. Percobaan bakteri Bacillus yang dinokulasikan kaldu laktosa pada kelompok 1, 2, 3, 7, 8 dan 9 mendapatkan hasil berwarna bening dengan sedikit oksigen namun kelompok 7 memiliki banyak oksigen dan pada kelompok 1, 2 tidak ada oksigennya, sedangan dalam kaldu sukrosa kelompok 1, 2, 3, 7, 8, 9 mendapatkan hasil yaitu berwarna bening dengan sedikit oksigen, tetapi pada kelompok dan 2 tidak adanya oksigen dengan tumbuh semua bakteri yang berarti sinergisme. Percobaan bakteri Staphylococcus yang dinokulasikan kaldu laktosa pada kelompok 4, 6 dan 7 mendapatkan hasil yaitu berwarna bening dengan oksigen sedang, namun kelompok 5, 8 dan 9 mendapatkan hasil berwarna sedikit keruh dengan oksigen sedang, dan percobaan dengan kaldu sukrosa kelompok 5, 6, 8 dan 9 mendapatkan hasil berwarna keruh dengan banyak oksigen, tetapi kelompok 8 dan 9 memiliki oksigen yang sedikit, dan kelompok 4 dan 7 didapatkan hasil berwarna bening dengan sedikit oksigen dengan tumbuh semua bakteri yang berarti sinergisme. Percobaan bakteri Staphylococcus dengan E. Coli yang diinokulasikan kaldu laktosa pada kelompok 1, 2 dan 3 mendapatkan hasil bahwa larutan tersebut berwarna sedikit keruh dengan sedikit oksigen, dan pada kaldu sukrosan mendapatkan hasil berwarna keruh dengan banyak oksigennya. Percobaan bakteri Staphylococcus dengan E. Coli yang diinokulasikan ke dalam kaldu laktosa dalam kelompok 4, 5 dan 6 mendapatkan hasil yaitu berwarna keruh dengan sedikit oksigennya, tetapi pada kaldu sukrosan mendapatkan hasil berwarna keruh dengan banyak oksigen. Percobaan yang terakhir menggunakan bakteri Staphylococcus dengan Bacillus yang diinokulasikan ke dalam kaldu laktosa mendapatkan hasil berwarna sedikit keruh dengan sedikit oksigen, namun pada kelompok 8 tidak adanya oksigen, dan pada
26
larutan sukrosa mendapatkan hasil berwarna sedikit keruh dengan sedikit oksigennya dengan tumbuh semua bakteri yang berarti sinergisme. Perbedaan hasil percobaan yang didapatkan dari beberapa kelompok diatas bisa saja dikarenakan oleh beberapa kesalahan yang praktikan lakukan saat melakukan percobaan. Contohnya yaitu bakteri yang akan dipercobakan yang seharusnya murni terkontaminasi dengan bakteri lain sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai, bias juga dikarenakan tidak sterilnya peralatan yang digunakan, atau bakteri yang digunakan itu sendiri memang sudah terkontaminasi sebelumnya.
27
BAB IV SIMPULAN Dari percobaan teknik pewarnaan kali ini, didapatkan simpulan sebagai berikut: 1. Percobaan sinergisme menggunakan laktosa dan sukrosa cair, karena bakteri Staphylococcus, Bacillus dan E. Coli terdapat keasaman sehinnga membuat larutan menjadi keruh, dan memiliki banyak gas pada larutan tersebut. 2. Percobaan sinergisme pada bakteri E. Coli bisa mengalami kegagalan karena bakteri tidak cocok dengan kandungan nutrisi kaldu sukrosa atau bisa terjadi karena kesalahan praktikan (Human Error). 3. Pada praktikum tersebut alat yang digunakan dalam percobaan harus dalam keadaan steril karena dapat menyebabkan kontaminasi. 4. Adanya zona hambat menandakan adanya reaksi antagonisme pada bakteri yang menghambat pertumbuhanya. 5. Pada bakteri E. Coli dan Bacillus tidak sinergisme dikarenakan kedua bakteri dapat hidup dengan tidak saling mengganggu.
28