Intoksikasi Makanan.docx

  • Uploaded by: dila
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Intoksikasi Makanan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,556
  • Pages: 24
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Makanan merupakan hal yang penting bagi kehidupan

manusia. Makanan

merupakan kebutuhan pokok manusia karena didalamnya mengandung nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Akan tetapi makanan dapat membahayakan tubuh apabila tidak diolah dengan benar, sehingga dapat menyebabkan keracunan makanan. Keracunan makanan dapat disebabkan kesalahan dalam menyiapkan makanan. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan makanan yaitu, proses penyimpanan dan pengolahan makanan yang tidak tepat,faktor kebersihan dan bahan makanan ya tidak aman. Menurut Badan POM (2010), kasus-kasus keracunan pangan di Indonesia bulan Januari hingga Agustus 2010 meliputi sakit sebanyak 3316 orang dan meninggal sebanyak 14 orang. Keracunan makanan disebabkan karena memakan makanan yang berbahaya atau terkontaminasi oleh bakteri patogen. Makanan yang terkontaminasi oleh bakteri patogen rasa dan aromanya tidak berubah sehingga tidak bisa dideteksi oleh mata telanjang. Selain itu faktor kurangnya pengetahuan tentang pencegahan keracunan makanan dan faktor penanganan dan penyimpanan makanan yang tidak benar juga turut mempengaruhi timbulnya keracunan makanan. Gejala yang paling umum adalah sakit perut,muntah, dan diare ( Sumoprastowo, 2000 ). Penatalaksanaan keracunan harus segera dilakukan tanpa menunggu hasil penapisan toksikologi. Walaupun dalam sebagian kasus, diagnosis etiologi sulit ditegakkan, dengan penilaian dan pemeriksaan klinis yang cermat dapat ditemukan beberapa kelompok kelainan yang memberi arah kepada diagnosis etiologi. Oleh karena itu, pada kasus keracunan, bukan hasil laboratorium toksikologi saja yang harus diperhatikan, standar pemeriksaan kasus di tiap rumah sakit juga perlu dibuat untuk memudahkan penanganan tepat guna.

Makalah Keracunan Makanan

Page 1

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian keracunan makanan ? 2. Apa saja faktor resiko keracunan makanan ? 3. Apa etiologi keracunan makanan ? 4. Bagaimana patofisiologi keracunan makanan ? 5. Apa sajakah manifestasi klinis dari keracunan makanan ? 6. Bagaimanakah penatalaksanaan keracunan makanan ? 7. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan keracuan makanan ?

1.3 Tujuan 1. Mengetahui apa pengertian keracunan makanan 2. Mengetahui apa saja faktor resiko keracunan makanan 3. Mengetahui apa etiologi keracunan makanan 4. Mengidentifikasi bagaimana patofisiologi keracunan makanan 5. Mengetahui apa sajakah manifestasi klinis dari keracunan makanan 6. Mengetahui bagaimanakah penatalaksanaan keracunan makanan 7. Mengetahui bagaimanakah konsep asuhan keperawatan keracuan makanan

Makalah Keracunan Makanan

Page 2

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung (inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan ( Sartono, 2001 ) Intoksikasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi ( Brunner & Suddarth, 2002) Intoksikasi makanan adalah gangguan akibat mengkonsumsi toksin dari bakteri yang telah terbentuk dalam makanan, sedangkan infeksi pangan disebabkan masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui makanan yang telah terkontaminasi dan sebagai akibat reaksi tubuh terhadap bakteri atau hasil-hasil metabolismenya.

2.2 Faktor Resiko 1) Produsen makanan kurang / tidak menyadari dan memahami sepenuhnya arti kebersihan dan keselamatan makanan. Hal ini di sebabkan antara lain oleh latar belakang pendidikan dan lingkungan yang tidak mendukung. 2) Produsen menutup diri terhadap kontak dengan pihak luar dan instansi yang berwenang dalam masalah kesehatan dan keselamatan makanan yang di sebabkan, antara lain oleh faktor – faktor psikologi dan rahasia usaha. 3) Produsen kurang / sama sekali tidak mendapat bimbingan dan petunjuk dari instansi yang berwenang dengan masalah kesehatan dan keselamatan makanan. 4) Kurang / belum ada pengaturan yang tegas dari pemerintah yang berhubungan dengan kontrol kualitas dan kontrol keselamatan setiap jenis makanan yang di produksi, sebelum di edarkan untuk di pasarkan.

Makalah Keracunan Makanan

Page 3

2.3 Etiologi 1) Bakteri (1) Botulisme, disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum (2) Stapilokoki, disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus 2) Non bakteri (1) Kapang (a) Infeksi oleh fungi yang disebut mikosis,mikosis tidak melalui makanan tetapi melalui kulit atau lapisan epidermis,rambut dan kuku akibat sentuhan, pakaian, atau terbawa angin. (b) keracunan yang disebabkan oleh tertelannya metabolik beracun dari fungi atau mikotoksikosis. (2) Virus Beberapa virus dapat menyebabkan ganggun pencernaan dan ciri-cirinya hampir sama dengan yang ditimbulkan oleh bakteri. Sebagian virus juga dapat menginfeksi tanpa adanya simpton sampai virus tersebut menyerang jaringan sel yang lain, misalnya jaringan saraf, melalui aliran darah. Transmisi virus yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan dapat melalui aerosol atau kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. Enterovirus diketahui menyebar melalui rute fekal-oral. (3) Rickettsiae Coxiella burnetii menimbulkan sakit kepala dan demam. Penularannya melalui susu dari sapi yang terinfeksi. C. burnetii telah dilaporkan relatif tahan panas dan dapat membentuk spora, sehingga kemungkinan bisa terdapat pada susu pasteurisasi jika susu tersebut berasal dari sapi yang terinfeksi. (4) Prion Prion menyebabkan penyakit degeneratif pada sistem syaraf pusat pada hewan dan manusia. Penyakit scrapie pada kambing merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh prion. Penyakit yang sama juga telah ditemukan pada sapi, bovine spongiform encephalopathy (BSE). Pencegahan penularan melalui pencegahan pemberian pakan dari bahan-bahan yang terinfeksi dan pencegahan komsumsi daging dan bagian-bagian hewan yang terinfeksi. (5) Protozoa dan parasite Giardia, Cryptosporidium, Balantidium, Entamoeba dan protozoa lainnya serta parasit seperti cacing pita, dapat menginfeksi melali air dan makanan. Makalah Keracunan Makanan

Page 4

Gejala-gejala yang ditimbulkan dapat sama dengan gejala gangguan perut yang ditimbulkan oleh bakteri dan penularannya melalui rute fekal-oral. 2.4 Sumber-sumber Infeksi Terdapat tiga jalur yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk mengkontaminasi makanan, yaitu bahan baku dan ingredien, pekerja pada pengolahan makanan dan lingkungan pengolahan. 1) Bahan Baku dan Ingredien (1) Daging Bahan pangan yang berasal dari hewan merupakan sumber utama bakteri penyebab infeksi dan intoksikasi . Mikroorganisme yang terdapat pada hewan hidup dapat terbawa ke dalam daging segar dan mungkin bertahan selama proses pengolahan. Banyak hewan-hewan yang disembelih membawa mikroorganisme seperti Salmonella dan Campylobacter, selain mikrooranisme yang secara alami terdapat pada saluran pencernaan seperti Clostridium perfringens, Escherichia coli,

Yersinia

entercolitica

dan

Listeria

monocytogenes.Demikian

juga

penggilingan daging dalam pembuatan daging cincang dapat menyebarkan mikroorganisme, sehingga dagin cincang merupakan produk daging yang beresiko tinggi. (2) Telur Kulit telur kemungkinan mengandung Salmonella yang berasal dari kotoran ayam dan mungkin mengkontaminasi isi telur pada waktu telur dipecahkan. (3) Produk-produk Susu Susu yang telah mengalami pengolahan yang benar, misalnya pasteurisasi dan sterilisasi, merupakan produk yang aman. Akan tetapi susu segar yang diperoleh dari hewan sehat bisa terkontaminasi dari hewan yang menyusui atau dari peralatan dan lingkungan pemerahan susu. Produk-produk susu yang disiapkan dari susu yang tidak mengalami proses pemanasan merupakan produk yang potensial mengandung Staphylococus auerus, Bacillus cereus, Yersenia enterocolitia monocytogenes. Pengasaman susu dan fermentasi susu dapat menghilangkan atau menghambat mikroorganisme patogen enterik, tetapi beberapa mikroorganisme masih bisa tahan.

Makalah Keracunan Makanan

Page 5

(4) Ikan dan Kerang-kerangan Ikan dan kerang-kerangan dapat terkontaminasi dari lingkungan hidup ikan tersebut atau dari lingkungan pengolahan. Jika ikan tersebut diperoleh dari laut yang telah terkena polusi limbah, ikan tersebut kemungkinan terkontaminasi bakteri patogen.Vibrio parahaemolyticus adalah kontaminan yang umum terdapat pada ikan dan makanan laut lainnya. Dalam kerang-kerangan telah ditemukan mikroorganisme patogen seperti Salmonella, E. coli, V. parahemolyticus, clostridia dan virus. (5) Buah-buahan, Sayur-sayuran dan Serealia Dalam keadaan segar, bahan pangan nabati kemungkinan terkontaminasi oleh mikroorganisme dari tanah dimana tanaman tersebut tumbuh. Buah-buahan karena jauh daru tanah, kemungkinan untuk terkontaminasi lebih kecil dibandingkan dengan sayuran atau bahan pangan yang lain yang kontak langsung dengan tanah. Kebersihan saluran juga berpengaruh terhadap kualitas mikrobiologi pangan bahan pangan nabati. Penggunaan air dari irigasi yang tercemardan penggunaan pupuk kandang atau kotoran manusia sebagai pupuk beresiko terhadap kontaminasi oleh salmonella (termasuk S. typhi), Shigella dan V. cholerae serta virus. Pencucian dan pembilasan dengan air yang mengandung semua bakteri kecuali sporanya. (6) Makanan kering Bakteri yang dominan mengkontaminasi makanan kering adalah kelompok Clostridium dan Bacillus. Spora kedua bakteri ini dapat bertahan pada proses pengeringan. Penggunaan suhu pengeringan yang tidak bekterisidal, memungkinkan bakteri seperti salmonella dan E. coli tetap ada setelah pengeringan.Makanan-makanan yang demikian aman dalam keadaan kering, akan tetapi jika direhidrasi maka harus diperlakukan seperti halnya makanan segar. (7) Makanan siap santap Makanan siap santap biasanya dijual dalam bentuk beku atau didinginkan. Makanan beku, selama masih beku dapat dinyatakan aman akan tetapi untuk makanan yang didunginkan haru sdiperhatikan umur simpannya. Mikroorganisme

yang

ditemikan

pada

makanan

siap

santap

adalah

mikroorganisme yang tahan proses pemanasan, Misalnya Clostridium dan Bacillus (Sporanya) dan mikroorganisme yang mengkontaminasi selama penaganan misalnya Y. Enterocolitica Dan I. Monocytogenes. Kedua bakteri ini Makalah Keracunan Makanan

Page 6

dapat tumbuh pada suhu rendah (Refrigertor). Dengan demikian dalam memproduksi makanan siap santap yang disimpan dingin harus diperhatikan sanitasi dan hingga selama pengolahan, kontrol suhu selama penyimpanan dan umur simpan produk. 2.5 Patofisiologi Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan

menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung, gangguan

pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat dari bahan kimia ). Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat. Makanan yang mengandung bahan kimia beracun dapat menghambat ( inaktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh. Dalam keadaan normal enzim asrtikolinesterase tubuh bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid. Dengan jalan mengikat arakhnoid dan enzim asrtikolinesterase tubuh yang bersifat inaktif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan bahan kimia beracun dan enzim asrtikolinesterase lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan arakhnoid di tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan arakhnoid yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan SSP ( menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP ).

Makalah Keracunan Makanan

Page 7

2.6 Pathway Keperawatan Faktor Resiko : 1. Kebersihan makanan 2. Produsen makanan menutup diri dari pihak luar 3. Kurang pengaturan yang jelas konrol kualitas makanan

Etiologi keracunan makanan : 1. Bakteri 2. Non Bakteri

Makanan dan bahan makanan terkontaminasi yang telah dikonsumsi Pengaruh pada vaskuler sistemik Penurunan fungsi organ

Sistem SSP Sistem gastrointestinal

Proses difusi terganggu

inaktivasi enzim asrtikolinesterase Oksigen berkurang

Terjadi iritasi pada lambung

Inaktivasi hidrolisis arakhnoid Hiperventilasi

HCl dalam lambung meningkat

Penumpukan arakhnoid Gejala rangsangan arakhnoid

Pola nafas tidak efektif

Mual, muntah Depresi SSP Penurunan kesadaran

Intake makanan inadekuat

Pengeluaran elektrolit secara berlebihan

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Magnesium dan kalsium

Tonus otot menurun Defisit volume cairan Kelemahan fisik

Makalah Keracunan Makanan

Page 8

2.7 Macam-macam Keracunan Makanan 1) Keracunan singkong (Manihot Utilisslma) Bagian yang dimakan dari tumbuhan singkong atau cassava ialah umbi akarnya dan daunnya. Baik daun maupun umbinya, mengandung suatu glikosida cyanogenik, artinya suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN (cyanida) yang bersifat sangat toksik. Zat glikosida ini diberi nama Linamarin. Penyebab keracunan singkong adalah asam cyanida yang terkandung didalamnya. Bergantung pada jenis singkong kadar asam cyanida berbeda-beda. Namun tidak semua orang yang makan singkong menderita keracunan. Hal ini disebabkan selain kadar asam cyanida yang terdapat dalam singkong itu sendiri, juga dipengaruhi oleh cara pengoahannya sampai di makan. Diketahui bahwa dengan merendam singkong terlebih dahulu di dalam air dalam jangka waktu tertentu, kadar asam cyanida (HCN) dalam singkong akan berkurang oleh karena HCN akan larut dalam air. HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan mengganggu oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzym sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya ikatan ini, 02 tidak dapat digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan 02 akan sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada permukaan suatu tingkat stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusul oleh tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler. (1) Gejala Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong. Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare, sesak nafas dan cyanosis, perasaan pusing, lemah, kesadaran menurun dari apatis sampai koma, renjatan. (2) Diagnosa Diagnosa keracunan singkong ditegakkan berdasarkan gejala-gejala klinik dan anamnese makanan, ditopang oleh data laboratorik hasil pemeriksaan contoh muntahan dan bahan makanan yang tersisa. (3) Pengobatan Pengobatan harus dilakukan secepatnya. Bila makanan diperkirakan masih ada di dalam lambung (kurang dari 4 jam setelah makan singkong), Makalah Keracunan Makanan

Page 9

dilakukan pencucian lambung atau membuat penderita muntah. Diberikan Natrium thiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara intravena perlahan. Bila timbul cyanosis dapat diberikan 02. 2) Keracunan jengkol (Pithecolobium Lobatum) Jengkol sering menimbulkan gejala keracunan. Yang menyebabkan keracunan tersebut ialah asam jengkol, yaitu suatu asam amino yang mengadung belerang yang dapat diisolasi dari biji jengkol (Pithecolobium lobatum). Timbulnya keracunan tidak bergantung dari jumlah biji jengkol yang di makan dan apakah jengkol itu dimakan mentah atau di masak lebih dahulu. Demikian juga tidak ada hubungan dengan muda atau tuanya biji jengkol yang di makan. Van Veen dan Hyman berkesimpulan bahwa timbulnya gejala keracunan tergantung dari kerentanan seseorang terhadap asam jengkol. (1) Gejala Gejala yang timbul disebabkan oleh hablur (kristal) asam jengkol yang menyumbat tractus urinarius. Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 5-12 jam setelah memakan jengkol. Keluhan yang tercepat 2 jam dan yang terlambat 36 jam sesudah makan biji jengkol. Umumnya penderita menceritakan setelah memakan beberapa biji jengkol, ia akan merasa nyeri perut, kadang-kadang disertai muntah, adanya serangan kolik pada waktu berkemih. Volume air kemih juga berkurang bahkan sampai terjadi anuria. Kadang-kadang terdapat hematuria. Nafas dan urine berbau jengkol. (2) Laboratorium Pada pemeriksaan urine dengan mikroskop dapat ditemukan hablur asam jengkol berupa jarum runcing yang kadang-kadang bergumpal menjadi ikatan atau berupa roset. (3) Pengobatan Jika gejala penyakit ringan (muntah, sakit perutjpinggang saja) penderita tidak perlu dirawat, cukup dinasehati untuk banyak minum serta memberikan natrium bikarbonat saja. Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat minum) penderita perlu dimuat dan diberi infus natrium bikarbonat dalam larutan glukosa 5%. 3) Keracunan tempe bongkrek Bongkrek ialah sejenis tempe yang dalam proses pembuatannya di campur dengan ampas kelapa dan kacang tanah. Sering pada proses pembuatan ini terjadi Makalah Keracunan Makanan

Page 10

kontaminasi dengan Clostridium botalinum suatu kuman anaerob yang membentuk spora atau dan Bacterium cocovenenans yang mengubah gliserinum menjadi racun toksoflavin. (1) Gejala Gejala timbul setelah 12-48 jam. Gejala intoksikasi ini serupa dengan gejala yang ditumbulkan oleh kurare yaitu : pusing, diplopia, anorexia, merasa lemah, ptosis, strabismos, kesukaran bernafas, menelan atau berbicara. Kematian bisa timbul dari 1 -8 hari. Biasanya sekaligus beberapa anggota suatu keluarga terkena. (2) Pengobatan Lavase lambung, katarsis, dapat pula diberikan antitoxin yang disertai dengan pemberian glukosa intravena. Pemberian glukosa intravena ini sebaiknya disertai dengan larutan garam fisiologis dan plasma. Cairan ini harus diberikan secepatcepatnya bila ada persangkaan. 4) Keracunan Aflatoksin Aflatoksin ialah sejenis racun yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus dan penicillium. Racun inibanyak terdapat pada bahan makanan yang dikontaminiasi oleh jamur tersebut. Aflatoksin tidak menyebabkan keracunan secara akut tetapi secara kronik dapat menimbulkan kelainan hati pada binatang dan manusia. Sifat khas aflatoksin ialah menunjukkan fluoresensi jika terkena sinar ultraviolet dan sifat khas ini dipakai dalam penentuan kadar kwantitatif maupun kwalitatif. Aflatoksin dapat dibagi dalam jenis B1, B2, G1 dan G2, M1 dan M2. Aflatoksin jenis B2 yang paling toksik. Jenis aflatoksin M1 dan M2 banyak ditemukan dalam susu dan kacang yang berjamur. Aflatoksin banyak ditemukan dalam makanan misalnya : susu, kacang tanah, oncom, tembakau, minyak kacang dan jamu-jamuan di duga mengandung aflatoksin tersebut. Penyimpananm lama menyebabkan kerusakan pada bahan makanan tersebut oleh mikroorganisme dan jamur yang dapat menghasilkan aflatoksin. 2.8 Manifestasi Klinis 1) Gejala yang paling menonjol meliputi : (1)

Kelainan Visus

(2)

Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat

(3)

Gangguan Saluran pencernaan

(4)

Kesukaran bernafas

Makalah Keracunan Makanan

Page 11

2) Keracunan ringan (1)

Anoreksia

(2)

Nyeri kepala

(3)

Rasa lemah

(4)

Rasa takut

(5)

Tremor pada lidah dan kelopak mata

(6)

Pupil miosis

3) Keracunan sedang (1)

Nausea

(2)

Muntah – muntah

(3)

Kejang dan kram perut

(4)

Hipersalifa

(5)

Hiperhidrosis

(6)

Fasikulasi otot

(7)

Bradikardi

4) Keracunan berat (1)

Diare

(2)

Reaksi cahaya negative

(3)

Sesak nafas

(4)

Sianosis

(5)

Edema paru

(6)

Inkontinensia urine dan feses

(7)

Konvulsi

(8)

Koma

(9)

Blokade jantung akhirnya meninggal

2.9 Komplikasi 1) Syok Neurogenik 2) CHF 3) Gagal ginjal

Makalah Keracunan Makanan

Page 12

2.10 Penatalaksanaan 1) Penatalaksanaan gawat darurat Setiap keracunan dapat mengancam jiwa. Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan, setiap kasus keracunan harus diperlakukan seperti keadaan kegawatan yang

mengancam

nyawa.

Penilaian

terhadap

tanda

vital

seperti

jalan

nafas/pernafasan, sirkulasi dan penurunan kesadaran harus diakukan secara cepat dan seksama sehingga tindakan resusitasi yang meliputi ABC (airway, breathing, circulaton) tidak terlambat dimulai. (1) Airway :

Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan intubasi

(2) Breathing: Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas

spontan atau

pernafasan tidak adekuat. (3) Circulasi:

Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat

dan perbaiki perfusi jaringan. 2) Resusitasi Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag – valve – mask. 3) Identifikasi penyebab Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan. 4) Mengurangi absorbsi Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif dan membersihkan usus. 5) Meningkatkan eliminasi Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfusi. 6) Penilaian klinis Penatalaksanaan keracunan harus segera dilakukan tanpa menunggu hasil penapisan toksikologi. Walaupun dalam sebagian kasus, diagnosis etiologi sulit Makalah Keracunan Makanan

Page 13

ditegakkan, dengan penilaian dan pemeriksaan klinis yang cermat dapat ditemukan beberapa kelompok kelainan yang memberi arah kepada diagnosis etiologi. Oleh karena itu, pada kasus keracunan, bukan hasil laboratorium toksikologi saja yang harus diperhatikan, standar pemeriksaan kasus di tiap rumah sakit juga perlu dibuat untuk memudahkan penanganan tepat guna. Beberapa keadaan klinik yang perlu mendapat perhatian karena dapat mengancam nyawa ialah koma, kejang, henti jantung, henti nafas, dan syok. 7) Dekontaminasi Dilakukan dekontaminasi saluran cerna agar bahan yang tertelan hanya sedikit diabsorpsi. Biasanya dapat diberikan arang aktif, pencahar, obat perangsang muntah, dan kumbah lambung. Muntah hanya boleh dilakukan bila pasien sadar dan berbaring pada sisi tubuhnya dengan kepala agak direndahkan. 8) Pemberian antidote/penawar Tidak semua racun ada penawarnya sehingga prinsip utama adalah mengatasi keadaan sesuai dengan besarnya masalah. Prinsip ini sangat diperlukan karena antidote belum tentu tersedia setiap saat. 9) Terapi suportif, konsultasi, dan rehabilitasi Terapi suportif, konsultasi, dan rehabilitasi medic harus dilihat secara holistic dan efektif dalam biaya, disesuaikan dengan kondisi tiap pelayanan. kesehatan. 10) Eliminasi racun. (1) Racun yang ditelan a) Rangsang muntah Akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam pertama sesudah menelan bahan beracun, bila sudah lebih dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsang muntah kecuali bila bahan beracun tersebut mempunyai efek yang menghambat motilitas ( memperpanjang pengosongan ) lambung. Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan merangsang palatum mole atau dinding belakang faring,atau dapat dilakukan dengan pemberian obat- batan : (1) Sirup Ipecac Dapat diberikan pada anak diatas 6 bulan. Pada anak usia 6 - 12 bulan 10 ml 1 – 12 tahun 15 ml > 12 tahun 30 ml. Pemberian sirup ipecac diikuti dengan pemberian 200 ml air putih. Bila sesudah 20 Makalah Keracunan Makanan

Page 14

menit tidak terjadi muntah pada anak diatas 1 tahun pemberian ipecac dapat diulangi. (2) Apomorphine Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir 100%, dapat menyebabkan muntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB secara subkutan. (3) Kontraindikasi rangsang muntah : Keracunan

hidrokarbon,

kecuali

bila

hidrokarbon

tersebut

mengandung bahan-bahan yang berbahaya seperti camphor, produk-produk yang mengandung halogenat atau aromatik, logam berat dan pestisida. Keracunan bahan korossif Keracunan bahan-bahan perangsang CNS ( CNS stimulant , seperti strichnin ) Penderita kejang Penderita dengan gangguan kesadaran b) Kumbah lambung Kumbah lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah menelan bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang dapat menghambat pengosongan lambung. Kumbah lambung seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada : (1) Keracunan bahan korosif (2) Keracunan hidrokarbon (3) Kejang c) Pemberian Norit ( activated charcoal ) Jangan diberikan bersama obat muntah, pemberian norit harus menunggu paling tidak 30 - 60 menit sesudah emesis. Dosis 1 gram/kg BB dan bisa diulang tiap 2 - 4 jam bila diperlukan, diberikan per oral atau melalui pipa nasogastrik. Indikasi pemberian norit untuk keracunan : (1) Obat-obat analgesik/ antiinflammasi : acetamenophen, salisilat, antiinflamasi non steroid,morphine,propoxyphene. (2) Anticonvulsants/

sedative

:

barbiturat,

carbamazepine,

chlordiazepoxide, iazepam phenytoin, sodium valproate. Makalah Keracunan Makanan

Page 15

(3) Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis, quinine, theophylline, cyclic anti – depressants Norit tidak efektif pada keracunan Fe, ithium, cyanida, asam basa kuat dan alcohol. d) Catharsis Efektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan diberikan bila ada gagal ginjal, diare yang berat ( severe diarrhea ), ileus paralitik atau trauma abdomen. e) Diuretika paksa ( Forced diuretic ) Diberikan pada keracunan salisilat dan phenobarbital ( alkalinisasi urine). Tujuan adalah untuk mendapatkan produksi urine 5,0 ml/kg/jam, hati-hati jangan sampai terjadi overload cairan. Harus dilakukan monitor dari elektrolit serum pada pemberian diuresis paksa. Kontraindikasi : edema otak dan gagal ginjal. f) Dialysis Hanya dilakukan bila usaha-usaha lain sudah tidak membawa hasil. Bermanfaat hanya pada bahan beracun yang bisa melewati filter dialisis ( dialysa ble toxin ) seperti phenobarbital, salisilat, theophylline, methanol, ethylene glycol dan lithium. Dialysis dilakukan bila : (1) Asidosis berat (2) Gagal ginjal (3) Ada gejala gangguan visus (4) Tidak ada respon terhadap tindakan pengobatan. (5) Hemoperfusi masih merupakan kontroversi dan jarang digunakan.

2.11 Pemeriksaan Penunjang 1) BGA 2) Laboratorium Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma, penting untuk memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik Keracunan Akut : Ringan 40 – 70 % Sedang 20 – 40 % Berat 20% Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 25–50%. Makalah Keracunan Makanan

Page 16

3) Patologi Anatomi Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas. Sering hanya di temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ–organ lainnya. 2.12 Pencegahan 1) Masak masakan sampai benar – benar matang karena racun akan tidak aktif dengan pemanasan makanan pada suhu di atas 450 C selama 1 menit, pada suhu 800 C selama 5 menit, selain itu spora juga tidak aktif dengan pemanasan 1200 C 2) Letakkan bahan – bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari jangakauan anak – anak 3) Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya 4)

Hindari pemakaian botol / kaleng bekas

5)

Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat – obatan

6)

Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluarsa

Makalah Keracunan Makanan

Page 17

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN INTOKSIKASI/KERACUNAN MAKANAN

3.2.1 Pengkajian 1. Identitas pasien Umur : biasa terjadi pada semua usia Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan beresiko sama Pendidikan : Alamat : Tanggal masuk : Jam masuk : untuk mengetahui berapa lama klien terpajan zat beracun DX medis : Keracunan 2. Riwayat kesehatan a. Keluhat utama Pasien mengeluh mules, sakit perut, muntah, diare, pusing b. Riwayat kesehatan sekarang c.

Riwayat kesehatan dahulu

3. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum Kesadaran menurun b. Pernafasan Nafas tidak teratur c. Kardiovaskuler Hipertensi, nadi aritmia. d. Persarafan Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise e. Gastrointestinal Muntah, diare f. Integumen Berkeringat g.

Muskuloskeletal Kelelahan, kelemahan

h. Integritas Ego Gelisah, pucat Makalah Keracunan Makanan

Page 18

i.

Eliminasi Diare

3.2.2 Diagnosa keperawatan 1. Pola nafas tidak efiktif b/d hiperventilasi 2. Defisit volume cairan b.d muntah, diare 3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan proses digestifus 4. Kelelahan b/d perubahan kimia tubuh

Makalah Keracunan Makanan

Page 19

No 1

Diagnose keperawatan

Tujuan dan KH

Intervensi

Rasional

Pola nafas tidak efiktif Setelah dilakukan

1. Kaji keadaan pola nafas

1. Mengetahui adanya pola nafas

b/d hiperventilasi

tindakan keperawatan

2. Kaji adanya distress pernafasan

selama 1x1jam

3. Ubah posisi klien semifowler

diharapkan pola nafas

4. Berikan oksigen dan lakukan

kembali normal dengan

suction serta ventilator mungkin

kriteria :

bisa diperlukan

yang tidak efektif 2. Mencegah ke kadaan yan lebih parah 3. Meningkatkan pengembangan paru

 Distress pernafasan

4. Membantu

tidak terjadi

memberikan

oksigen yang adekuat

 Hiperventilasi/ hipoventilasi tidak terjadi 2

Defisit volume cairan Setelah dilakukan

1. Kaji tanda vital

b.d muntah, diare

tindakan keperawatan

2. Kaji turgor kulit

diharapkan

3. Evaluasi

kekurangan volume

perubahan

keadaan klien . mual

dan 2. Pengisian

muntah

kapiler

4. Penuhi kebutuhan individu

dehidrasi,

dengan kriteria hasil :

5. Berikan cairan tambahan IV sesuai

penggatian cairan.

indikasi

dan

kelembaban mukosa Indicator

cairan tidak terjadi  Muntah berkurang

Makalah Keracunan Makanan

frekuensi

1. Mengetahui

keadekuatan

3. Kehilangan cairan besar dapat

 mual berkurang

mengakibatkan

 turgor < 2 detik

magnesium

pemurunan dan

kalsium,

Page 20

 mempertahankan

mengakibatkan kelemahan

volume cairan

4. Memungkinkan

penghentian

adekuat dengan

tindakan

keseimbangan

invasive dam mempengaruhi

masukan dan

kembalinya fungsi normal

haluaran

dukungan

5. Menggantikan cairan

dan

cairan

kehilangan memperbaiki

keseimbangan cairan. 3

Resiko nutrisi kurang

Setelah

dilakukan 1. Catat adanya muntah

dari kebutuhan tubuh

tindakan

b/d perubahan proses

diharapkan tidak terjadi

digestifus

nutrisi

keperawatan 2. Berikan makanan dengan porsi

yang

1. Untuk mengetahui berapa cairan yang keluar dari tubuh

sedikit tapi sering

serta untuk memperkirakan

tidak 3. Berikan makanan enteral bila

berapa cairan yang akan di

adekuat dengan kriteria hasil  Mual muntah hilang  Pasien

diindikasikan 4. Kolaborasi dengan ahli gizi

berikan kepada pasien 2. Meningkatkan asupan nutrisi klien 3. Pada kelemahan pada masukan

menghabiskan porsi

per oral, digunakan untuk

makan

menambah kebutuhan komponen pada penyembuhan dan pencegahan status katabolisme

Makalah Keracunan Makanan

Page 21

4. Membuat program diet yang disesuaikan dengan keadaan klien 4

Kelemahan

b/d Setelah

perubahan kimia tubuh

dilakukan 1. Pantau respon fisiologi terhadap

tindakan sela

keperawatan 1x24

diharapkan kimia kembali

jam

normal

kelemahan

aktivitas misalnya perubahan TD /

tergantung pada tahan proses

frekuensi jantung

penyakit, status nutrisi, dan

proses 2. Rencanakan perawatan untuk

tubuh

dapat

memung-kinkan periode istirahat

dan 3. Pertahankan tempat tidur pada dapat

teratasi dengan kriteria hasil:

1. Toleransi sangat bervariasi,

posisi rendah

keseimbangan cairan 2. Latihan harian terprogram dan aktivitas membantu pasien mempertahankan kekuatan 3. Melindungi pasien dari resiko cedera

 Klien menunjukkan perubahan

pada

aktivitasnya  Tidak

tejadi

hipokalsemia

Makalah Keracunan Makanan

Page 22

BAB 3 PENUTUP

3.1

Kesimpulan Intoksikasi makanan adalah gangguan akibat mengkonsumsi toksin dari bakteri yang telah terbentuk dalam makanan, sedangkan infeksi pangan disebabkan masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui makanan yang telah terkontaminasi dan sebagai akibat reaksi tubuh terhadap bakteri atau hasil-hasil metabolismenya. Etiologi dari keracunan makanan meliputi bakteri non bakteri. Dari bakteri meliputi botulisme dan stapilokoki sedangkan dari non bakteri meliputi kapang, virus, rickettsiae prion, protozoa dan parasite. Manifestasi klinis dari keracunan makanan meliputi kelainan visus, hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat, gangguan Saluran pencernaan, dan kesukaran bernafas. Setiap keracunan dapat mengancam jiwa. Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan, setiap kasus keracunan harus diperlakukan seperti keadaan kegawatan yang mengancam nyawa. Penilaian terhadap tanda vital seperti jalan nafas/pernafasan, sirkulasi dan penurunan kesadaran harus diakukan secara cepat dan seksama sehingga tindakan resusitasi yang meliputi ABC (airway, breathing, circulaton) tidak terlambat dimulai

3.2

Saran Dengan mengetahui gejala dari keracunan makanan yang mengarah ke dalam keadaan

yang

mengancam

nyawa

diharapkan

perawat

dapat

melakukan

penatalaksanaan kepada penderita keracunan makanan dengan tepat dan cepat.

Makalah Keracunan Makanan

Page 23

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medical Bedah, Jakarta : EGC Sartono, Drs. 2002. Racun dan keracunan, Jakarta : Widya medika. Adilla, (2011). Asuhan keperawatan klien dengan keracunan , http://blogspot.com. Di akses pada tanggal 01 Desember 2011 pukul 07.30 wib Iim, (2011). askep keracunan, http://www.wordpress.com November 2011 pukul 15.15 wib

diakses pada tanggal 25

Umi, (2010). askep keracunan makanan, http://www.wordpress.com. Diakses pada tanggal 25 November 2011 pukul 15.00 wib

Makalah Keracunan Makanan

Page 24

Related Documents


More Documents from "Dicky Aris Setiawan"

Dila Fisika.docx
October 2019 26
Solving Problems
June 2020 16
Tug As
May 2020 19
Jerman.docx
November 2019 28