BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping memberikanmanfaat yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar terhadap manusiaterutama di bidang kesehatan. Keracunan adalah salah satu masalah kesehatan yang semakinmeningkat baik di Negara maju maupun negara berkembang. Angka yang pasti dari kejadiankeracunan di Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun banyak dilaporkan kejadiankeracunan di beberapa rumah sakit, tetapiangka tersebut tidak menggambarkan kejadian yangsebenarnya di masyarakat. Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di Indonesia adalah akibat paparan pestisida, obat obatan, hidrokarbon, bahan kimiakorosif, alkohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolatdan beberapa tanaman beracun lainnya. Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan akibat obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan rentang waktuterlalu singkat, biasanya digunakan secara bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan bersama alkohol. Atau menelan
obat tidur
seperti golongan
barbiturat
(luminal) atau
obat penenang (valium, xanax, mogadon/BK). B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian intoksikasi dan overdosis ? 2. Apa etiologi intoksikasi dan overdosis ? 3. Bagaimana manifestasi klinis intoksikasi dan overdosis ? 4. Bagaimana patofisiologi intoksikasi dan overdosis ? 5. Apa saja komplikasi intoksikasi dan overdosis ? 6. Apa pemeriksaan penunjang intoksikasi dan overdosis ? 7. Bagaimana penatalaksanaan intoksikasi dan overdosis ?
1
C. Tujuan 1. Memahami pengertian intoksikasi dan overdosis 2. Memahami etiologi intoksikasi dan overdosis 3. Memahami manifestasi klinis intoksikasi dan overdosis 4. Memahami patofisiologi intoksikasi dan overdosis 5. Memahami komplikasi intoksikasi dan overdosis 6. Memahami pemeriksaan penunjang intoksikasi dan overdosis 7. Memahami penatalaksanaan intoksikasi dan overdosis
2
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Intoksikasi & Overdosis Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu. Seperti paru-paru, hati ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang. Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia
yang
menimbulkan
efek
merugikan
pada
yang
menggunakannya. Keracunan atau intoksikasi menurut WHO adalah kondisi yang mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesaadran, kognisi, persepsi, afek, perilaku, fungsi, dan respon psikofisiologis. Sumber lain yang menyebutkan bahwa keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat kedalam tubuh yang dapat menyebabkan ketidaknormalan mekanisme dalam tubuh bahkan sampai dapat menyebbkan kematian. Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan akibat obat. Overdosis sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan rentang waktu terlalu singkat, biasanya digunakan secara bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan bersama alkohol. Atau menelan obat tidur seperti golongan barbiturat ( luminal ) atau obat penenang ( valium, xanax, mogadon/BK). Overdosis merupakan keadaan dimana seseorang mengalami gejala terjadinya keracunan yang mengakibatkan ketidaksadaran akibat obat yang melebihi dosis yang bisa diterima oleh tubuh. Overdosis obat adalah hal yang sangat serius dan mengancam nyawa. Apabila overdosis obat terjadi maka akan bisa menyebabkan kerusakan setiap sistem tubuh manusia, tergantung jenis obat dan dosis obat yang dikonsumsi.
3
B. Etiologi Intoksikasi & Overdosis Sebuah situs penanganan overdosis di Amerika Serikat, Drug Abuse, menjelaskan overdosis biasanya terjadi dipicu karena mengonsumsi obat yang diresepkan dalam jumlah yang berlebihan demi mendapatkan hasil tertentu atau menyalah gunakan obat ilegal seperti heroin atau kokain demi mendapatkan reaksi yang berlebihan.
American Addiction Centers
menjelaskan overdosis terjadi karena tubuh tidak dapat lagi mentoleransi dosis obat yang dikonsumsi. Akibatnya, dosis obat yang masuk ke dalam tubuh dianggap sebagai racun yang mengakibatkan tubuh bereaksi hebat untuk kembali mendapat keseimbangan.Pada kondisi yang parah, ketika tubuh tak dapat melawan obat yang masuk, bahaya kematian dapat terjadi pada penderita overdosis dalam kurun waktu yang singkat. Sumber racun bermacam-macam seperti polusi limbah industri yang mengandung logam berat, bahan makanan yang terkontaminasi oleh kuman seperti salmonella, sthapilococcus clostridiumbotulinum, jamur beracun. Begitu pula berbagai macam obat jika diberikan melampaui dosis normal, tidak menyembuhkan penyakitnya melainkan memberikan efek samping yang merupakan racun bagi tubuh. (A) Keracunan a. Keracunan singkong Singkong banyak ditanam varietas singkong dengan kadar sianida tinggi, memang bukan singkong untuk dikonsumsi melainkan diambil tepungnya untuk diekspor ke luar negeri sebagai bahan pengeras tekstil.Singkong demikian banyak dicuri dari perkebunan dan dijual pada pedagang makanan atau pada konsumen langsung. Biasanya gejala-gejala sudah timbul beberapa jam setelah anak makan singkong beracun atau makanan yang dibuatnya seperti peyem dengan: 1. Mual dan muntah. 2. Pernafasan cepat. 3. Sianosis.
4
4. Kesadaran menurun hingga koma. b. Keracunan jamur beracun Keracunan setelah macam jamur yang disebut belakangan ini dapat saja terjadi. Ada jamur yang mengandung racun amanitin dan muskarin. Gejala Racun tersebut bekerja sangat cepat dan menyebabkan 1. Rasa mual 2. Muntah 3. Sakit perut 4. Mengeluarkan banyak ludah dan keringat 5. Miosis 6. Diplopia 7. Bradikardi sampai konvulsif 8. Manitin dapat menyebabkan disfungsi hepatoseluler dan ginjal c. Keracunan bahan makanan yang terkontaminasi Tidak jarang terjadi keracunan bahan makanan yang tercemar oleh kuman, parasit, virus, maupun bahan kimia. Kuman-kuman yang dapat
menyebabkan
keracunan
bahan
makanan
ialah
staphilococcus, salmonella, clostridium botulinum, E. Coli, proteus,
klebsiella,
enterobacter,
dll.Tercemarnya
makanan
biasanya melalui lalat, udara, kotoran rumah tangga, dan terutama melalui juru masak yang menjadi pembawa kuman. Kuman yang masuk
kedalam
makanan
cepat
memperbanyak
diri
dan
memproduksi toksin. Akibat keracunan tergantung dari virulensi, banyaknya kuman, sifat kuman ialah tidak tahan panas. Gejala timbul 3-24 jam setelah makan makanan yang tercemar kuman terdiri dari mual muntah, diare,sakit perut, disertai pusing dan lemas d. Keracunan kerang-kerangan dan ikan laut
5
Jarang-jarang juga terjadi kasus keracunan setelah makan kerangkerangan atau ikan laut. Gejala timbul 30 menit atau kurang setelah makan bahan makanan tersebut, berupa kemerah-merahan pada muka, dada, dan lengan, gatal-gatal, urtikaria, angiodema, edema, takikardi, palpitasi,sakit perut, diare.Pada keadaan yang berat terdapat gangguan pernafasan e. Keracunan limbah gas dan partikel Proses pencemaran udara semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang bersih disebut kontaminan. Kontaminan
pada
konsentrasi
yang
cukup
tinggi
dapat
mengakibatkan efek negative terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi,
kontaminan
diklasifikasikan
disebut
menjadi
2
cemaran yaitu
(pollutant).Cemaran
cemaran
primer
dan
sekunder.Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan langsung dari sumber cemaran.Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer. 5 cemaran primer yang secara total meberikan sumbangan 90% pencemaran udara global adalah: 1. Karbonmonoksida (CO) 2. Nitrogen oksida (Nox) 3. Hidrokarbon (HC) 4. Dulfur oksida (Sox) 5. Partikulat 5 cemaran sekunder yang mengakibatkan dampak penting baik local,regional, maupun global yaitu: 1. CO2 (karbonmonoksida) 2. Cemaran asbut (asap kabut) 3. Hujan asam 4. CFC (chloro-fluoro-carbon/Freon) 5. CH4 (metana)
6
Dampak yang biasanya timbul akibat keracunan limbah gas atau partikel yaitu: 1. Sesak nafas 2. Kematian akibat limbah B3 (berdampak, berakibat, dan berbahaya ) 3. Pupil menjadi midriasis 4. Kulit terluka, kering atau keriput 5. Bibir kering atau pucat f. Keracunan sengatan lebah Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil dapat mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia (Brunner & Suddar th,2001). Gejala yang ditimbulkan dari sengatan lebah yaitu di antaranya: 1. Gatal-gatal 2. Bengkak kemerahan atau kebiruan 3. Panas 4. Wajah pucat g. Keracunan gigitan ular Gigitan ular berbisa dan 1o menit kemudian terasa sakit dan bengkak, maka bisa ular telah masuk ke dalam tubuh. Gejala yang ditimbulkan 1. Badan panas/demam 2. Menggigil 3. Bibir dan badan kebiruan ( akibat pembekuan darah ) 4. Muntah-muntah 5. Sesak nafas 6. Kematian h. Keracunan asam atau basa kuat Zat asam kuat seperti asam sulfat, asam klorida dan zat basa kuat seperti kalium hidroksida, natrium hidroksida banyak di pakai
7
sebagai bahan kimia untuk keperluan rumah tangga, seperti pembersih porselen, bahan anti sumbat saluran air, pembasmi serangga, maupun untuk memasak seperti cuka bibit. Zat asam atau basa kuat dapat merusak epitel atau mukosa dan disebut bahan korosif(corrosive=memakan perlahan-lahan). Bahan ini akan membuat nekrosis di bagian tubuh yang terkena, seperti kulit dan mata jika tersiram, saluran pernafasan jika terhirup, saluran pencernaan seperti kulit mukosa mulut, esofagus, lambung jika terminum. Dalam fase penyembuhan pada lokasi luka akan terbentuk jaringan granulasi yang akan menyebabkan stiktura dan stenosis, sehingga menimbulkan kesukaran menelan. Untuk menghindarkan kejadian ini maka pada keracunan demikian tindakan cepat dan tepat sangat penting. (B) Overdosis Overdosis obat ternyata tidak hanya menimpa pecandu narkoba saja. Overdosis bisa terjadi pada siapapun, baik anak-anak maupun orang dewasa. Hal ini terjadi karena konsumsi obat melebihi dosis yang direkomendasikan. Bukan hanya karena seseorang mengalami kecanduan obat-obatan, overdosis juga dapat terjadi karena kelalaian dalam memerhatikan dosis obat yang dikonsumsi. Dampak dari overdosis tentu sangat berbahaya bagi tubuh, mulai dari memperparah penyakit yang sudah diderita, hingga berisiko menyebabkan kematian. Reaksi yang muncul pada tiap orang juga bisa berbeda-beda, umumnya berupa mual, muntah, bahkan penurunan kesadaran. National Council on Alcoholism and Drug Dependence (NCADD) menjelaskan gejala dan tanda pada seseorang yang mengalami overdosis sangat beragam tergantung dari jenis obat yang dikonsumsi. Overdosis obat, dapat menyebabkan seseorang mengalami: a. Muntah-muntah b. Diare c. Pusing hingga kehilangan keseimbangan
8
d. Sesak napas e. Kejang f. Gelisah, kecemasan, dan halusinasi g. Gangguan penglihatan h. Kulit, ujung jari, dan bibir tampak kebiruan (sianosis), yang merupakan tanda kekurangan oksigen i. Penurunan kesadaran Jika pasien mengalami tanda-tanda overdosis obat, maka dianjurkan untuk segera membawanya ke rumah sakit. Dokter akan memberikan penanganan yang sesuai untuk menetralkan kelebihan obat-obatan yang sudah terlanjur dikonsumsi oleh pasien, serta mengatasi gejala yang timbul. Makin cepat Anda membawanya ke rumah sakit, makin besar pula kemungkinan nyawa penderita bisa tertolong. Jika penderitanya adalah anak-anak, setelah dilakukan pertolongan dan pengobatan oleh dokter, Anda perlu menenangkannya. Anak-anak mungkin akan merasa ketakutan dan mengalami trauma. Hindari membuat mereka merasa bersalah. Jika diperlukan, Anda bisa membawa anak berkonsultasi ke dokter untuk membantu mencegah dan mengatasi trauma yang dialaminya. Bila penderita overdosis adalah orang dengan gangguan mental atau orang yang dengan sengaja minum obat melebihi dosis sebagai usaha untuk bunuh diri, maka perlu dirujuk ke psikiater untuk menangani masalah kejiwaannya.
C. Manifestasi Klinik Intoksikasi & Overdosis Ciri- ciri keracunan umumnya tidak khas dan di pengaruhi oleh cara pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung atau suntikan, karena hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorbsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lainnya meliputi perbedaan respons jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti adanya bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint), muntah,
9
depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu- satunya tanda, karena biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat kesadarannya, pupilnya mungkin menyempit tetapai tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit muka merah,banyak berkeringat¸ tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin). Onset (Masa Awitan)
Gejala Utama
Jasad Remik/ Toksin
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) Yang Dominan < 1 jam
Mual,
muntah,
yang
tak
mulut,
rasa Garam logam
lazim
mulut
di
terasa
panas. 1 – 2 jam
Mual, muntah, sianosis, Nitrit sakit
kepala,
pusing,
sesak nafas, gemetar, lemah, pingsan. 1 – 6 jam (rerata 2 – 4) Mual, muntah, diare, Staphylococcus Aureus nyeri perut. 8 – 16 jam (2 – 4 Muntah,
dan enterotoksiknya
kram
perut, Bachillus Cereus
muntah)
diare, rasa mual.
6 – 24 jam
Mual, muntah, diare, Jamur berjenis Amanita rasa
haus,
pelebaran
pupil, pingsan, koma. Radang Tenggorokan Dan Gejala Saluran Nafas 12 – 72 jam
Radang
tenggorokan, Streptococcus Pyogene
demam, mual, muntah, pengeluaran secret dari hidung terkadang ruam kulit.
10
2 – 5 hari
Radang dan
tenggorokan Corinebacteriu
hidung,
eksudat dipththeriae
berwarna
keabuan,
demam,
menggigil,
nyeri
tenggorokan,
levah, sulit menelan, pembengkakan kelenjar betah bening leher. Gejala Saluran Cerna Bawah (Kram Perut, Diare) Yang Dominan 2 – 36 jam (rerata 6 – Kram perut, diare, diare C. 12)
yang
di
perfringens;
B.
sebabkan Cereus; S. faecalis; S.
Clostridium
faecium
perfringens,
kadang-
kadang rasa mual dan muntah. 12 – 72 jam (rerata 18 Kram – 36)
perut,
muntah,
diare, Salonella spp, E.coli demam, enteropatogenik,
dan
menggigil, lemah hebat, entero bakteriacae, V. mual,
sakit
kepala, Cholera, vulvinicus.
kadang- kadang diare berdarah dan berlendir, lesi
kulit
yang
sebabkan
di
vibrio
vunificuis,
yersinia
enterocolitica menyebabkan
gejala
yang menyerupai flu appendisitis akut. 3 – 5 hari
Diare, demam, muntah Virus – virus enterik dengan
nyeri
11
perut,
gejala saluran nafas. 1 – 6 minggu
Diare
lengket
(tinja Glardia lamblia
berlemak), sakit perut, berat badan menurun. 1 – beberapa minggu
Sakit
perut,
diare, Entamoeba hystolitica
sembelit, sakit kepala, mengantuk,
kadang
tanpa gejala 3 – 6 bulan
Sulit tidur, tidak ada Taenia sanginata dan nafsu
makan,
berat taenia solium
badan menurun, sakit perut,
kadang
gastroenteristis Gejala neurologis (gangguan visual, vertigo, gell, paralisis) < 1 jam
Gastroenteristis, cemas, Fosfat organik penglihatan nyeri
kabur,
dada,
sianosis,
kedutan, kejang. 1 – 6 jam
Rasa
gatal,
pusing, tetrodotoxin
pucat, perdarahan perut, pengelupasan
kulit,
mata terinfeksi, reflek hilang,
kedutan
paralisis otot. Gejala
Infeksi
Umum
(Demam,
Menggigi,
Lemah,
Sakit,
Pembengkakan Kelenjar Limfe) 4 – 28 hari (rerata 9 Gastroenteristis, hari)
demam,
edema
sekitar
Trichinella spiralis di mata,
berkeringat, nyeri otot,
12
menggigil, lemah, sulit bernafas. 7 – 28 hari (rerata 14 Lemah hari)
yang
hebat, Salonella thypi
sakit kepala, demam, batuk, mual, muntah, sembelit, sakit perut, menggigil, bintik merah di kulit, tinja berdarah.
10 – 13 hari
Demam, sakit kepala, Toxoplasma gondii nyeri otot, kemerahan.
Manifestasi Klinis Overdosis Umumnya manifestasi klinis yang timbul pada pasien overdosis adalah : 1.
Kelainan virus
2.
Hiperaktivitas kelenjar ludah
3.
Keringat
4.
Gangguan saluran pencernaan
5.
Kesukaran bernafas
Gejala ringan meliputi : 1.
Anoreksia
2.
Nyeri kepala
3.
Rasa lemah
4.
Rasa takut
5.
Tremor pada lidah, kelopak mata
6.
Pupil miosis
Keracunan sedang meliputi : 1.
Nausea
2.
Muntah- muntah
3.
Kejang atau kram perut
4.
Hipersaliva
5.
Hiperhidrosis
13
6.
Fasikulasi otot dan bradikardi
Keracunan berat meliputi : 1.
Diare
2.
Pupil pipoint
3.
Reaksi cahaya negatif
4.
Sesak nafas
5.
Sianosis
6.
Edema paru
7.
Inkontinensia urine dan feses
8.
Kovulsi
9.
Komablokade jantung akhirnya meninggal.
D. Patofisiologi Intoksikasi & Overdosis (A) Intoksita Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia. (B) Overdosis IFO bekerja dengan cara menghambat (inaktivasi) enzim asetikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh-KhE yang bersifat inaktif. Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh yang
14
berlebihan, yang akan menimbulkan efek mescarinik, nikotinik dan SSP (menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP). Pada
keracunan
IFO,
ikatan-ikatan
IFO-KhE
bersifat
menetap
(Ireversible), sedangkan keracunan carbamate ikatan ini bersifat sementara (reversible). Secara farmakologis efek Akh dapat dibagi 3 golongan : 1. Muskarini, terutama pada saluran pencernaan, kelenjar ludah dan keringat, pupil, bronkus dan jantung. 2. Nikotinik, teruama pada otot-otot skeletal, bola mata, lidah, kelopak mata dan otot pernafasan. 3. SSP, menimbulkan nyeri kepala, perubahan emosi, kejang-kejang (konvulsi) sampai koma.
E. Komplikasi Intoksikasi & Overdosis (A) Komplikasi keracunan: 1. Keracunan zat padat a. Obat Salisilat : perdarahan, edema paru, depresi Pernafasan, Nekrosis tubular akuta b. Makanan : Dehidrasi, Gangguan Kesadaran 2. Keracunan gas a. CO : Edema Paru, Depresi Pernapasan, syok, koma b. Toksit Iritan : Edema paru c. Hidrokarbon: Depresi Pernapasan 3. Keracunan zat cair a. Alkohol 1. Perdarahan lambung dan usus 2. Kerusakan ginjal dengan zat gula dalam kencing 3. Kerusakan hati (Liver) 4. Kegagalan jantung 5. Oedema paru-paru (paru-paru berisi air) 6. Pembentukan methemoglobine (oleh amly alkohol) b. Metil Alkohol
15
1. Kejang 2. Syok 3. Koma
(B) Komlikasi Overdosis : 1. Pada dosis biasa akan mengalami gangguan lambung usus (mual, muntah obstipasi) efek saraf pusat (kegelisahan, rasa kantuk) dan lain lain 2. Pada dosis tinggi akan mendapatkan efek yang lebih berbahaya seperti sulit bernafas tekanan darah turun, sirkulasi darah terganggu, koma, dan sampai pernafasan terhenti 3. Gangguan susunan sayaraf pusat akan terjadi penekanan sistem pernafasan miosis, hypothermia dan perubahan suasana jiwa 4. Saluaran sistem pernafasanakan mengalami seak nafas yang pernafasannya lebih dangkal dan frekuensi menjadi menurun 5. Sistem sirkulasi darah mengalami kerusakan sehingga jantung tidak dapat memompa darah maka akan mudah terkena penyakit hipertensi dan gagal jantung
F. Pemeriksaan Penunjang Intoksikasi & Overdosis (A) Pemeriksaan Laboratorium Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting untuk memastikan diagnosis keracunan IFO (Isektida Fosfat Organic) akut maupun kronik (Menurun sekian % dari harga normal ). Kercunan akut : Ringan : 40 - 70 % Sedang : 20 - 40 % Berat : < 20 % Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 % setiap individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segara disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kemballi kadar KhE telah meningkat > 75 % N 2. (B) Patologi Anatomi ( PA )
16
Pada keracunan akut,hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas.sering hanya ditemukan edema paru,dilatsi kapiler,hiperemi paru,otak dan organoragan lainnya. (C) Toxicological Screening Dengan uji ini kita dapat mengetahui dengan pasti racun apa yang tertelan. Toxicological Screening digunakan sebagai dasar untuk menyediakan pengobatan dengan antidot yang spesifik atau untuk meningkatkan eliminasi obat dan juga mengidentifikasi obat yang digunakan untuk terapi selanjutnya serta mencari tanda-tanda karakteristik dari berbagai jenis keracunan sementara tindakan pengobatan di awal juga dilakukan. (D) Gambaran Radiologi Edema paru (atau ARDS dapat disebabkan karena keracunan CO, sianida, opioid, paraquat, phencyclidine, hipnotik sedatif, atau salisilat; juga karena inhalasi gas iritan, asap atau uap (ammonia, metal oksida, merkuri); juga oleh anoksia yang berkepanjangan, hipertermia, atau syok. Pneumonia aspirasi
umum
terjadi
pada
pasien
dengan,
kejang
dan
keracunanpetroleum. (E) EKG EKG berguna untuk mengarahkan diagnosis dan terapi. Bradikardi dan AV block apat terjadi pada pasien yang keracunan α agonis, antiaritmia, βblocker, calcium channel blocker, obat kolinergik (karbamat dan insektisida organofosfat), glikosida
jantung, litium, magnesium, atau
trisiklik antidepresan. Pemanjangan QRS dan interval QT dapat disebabkan oleh hiperkalemia dan oleh obat-obat membran aktif.
G. Penatalaksanaan Intoksikasi & Overdosis (A) Mempertahankan Keseimbangan elektrolit, air, asam dan basa Pada kondisi dehidrasi yang disebabkan antara lain karena diare atau muntahmaka dapat diberikan cairan oralit untuk mengganti cairan tubuh yanghilang. Pada kasus metabolik asidosis, dapat diberikan infsus larutannatriumhidrogenkarbonat
8,5%
17
atau
larutan
trometamol
0,3
molar.Sedangkan
pada
metabolik
alkalosis,
maka
diberikan
infus
Largininhidroklorida1 molar atau L-lisinhidroklorida 1 molar dengan selalumengawai kesetimbangan asam –basa. (B) Decontamination (Pembersihan) Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi absorbsi bahan racun denganmelakukan pembersihan. Hal ini tergantung dari bagaimana cara bahan tersebut masuk kedalam tubuh. a. Pertolongan pada keracunan eksterna
Keracunan pada kulit Apabila racun mengenai kulit, maka pakaian yang terkena racun harusdiganti. Kemudian daerah yang terkena dibilas dengan air hangat ataupasien diharuskan untuk mandi. Jika kulit terluka parah maka cucidengan air (yang tidak terlalu hangat) dan sabun. Penanganan lain yangdapat dilakukan yaitu membersihkan dengan polietilenglikol 400.
Kerusakan pada mata Jika zat merangsang mata (zat apapun tanpa membedakan jenisbahannya), maka mata harus dicuci bersih dengan menggunakan banyakair, sebaiknya pada kondisi kelopak mata terbalik. Kemudian mata dapatdibilas dengan larutan seperti larutan hidrogenkarbonat 2% jika matatekena zat asam ATAU dibilas dengan asam asetat 1% / larutan asamborat 2% jika mata terkena alkali. Mata harus dibilas terus menerusselama 5- 10 menit sebelum dilakukan pemeriksaan. Bila mata terkenabenda padat maka harus digunakan anastesi lokal untuk mengeluarkanbenda tersebut dari mata. Untuk mencegah menutupnya
mata
dengankuat
sehingga
dapat
mempermudah
pembersihan, dapat diberikanbeberapa tetes larutan anastesi lokal. Jika terdapat air kapur masuk kemata, hal ini dapat menyebabkan pengeruhan kornea tau penimbunancalsium pada permukaan mata. Penanganan hal ini dilakukan denganpemberian Natrium edetan (dinatrium – EDTA – 0.35 sampai 1,85%).Larutan ini akan membuat endapan kalsium menjadi larut. Larutan lainyang kadang-kadang juga
18
digunakan adalah amonium tartrat netral10%. Apabila mata terkena gas air mata mengakibatkan terjadainyarangsangan yang intensif pada konjungtiva, menimbulkan nyerimenusuk pada mata sehingga terbentuk air mata yang banyak. Padamata yang hanya terpejan sedikit gas air mata, maka pembentukan airmata adalah merupakan pertolongan yang dapat memulihkan matadengan sendirinya. Tetapi pada kasus yang berat, maka mata sebaiknyadibilas dengan air atau lebih baik menggunakan larutan natriun hidrogenkarbonat 2% dalam waktu cukup lama. Jika rasa sakit tetap dirasakanmaka perlu digunakan anastesi lokal dengan dibawah pengawasandokter. Pada konsentrasi yang tinggi, gas air mata dapat menyebabkanterjadinya kerusakan selaput lendir paru-paru dan bahkan kemungkinandapat terjadi udema paru-paru. b. Penanganan pada keracunan oral Pada kasus keracunanan secara oral, ada beberapa penanganan yangbisa dilakukan:
Menghindari
absorbsi
sejumlah
racun
yang
ada
dalam
saluranpencernaan dengan memberikan adsorbensia dan atau laksansia danpada kasus keracunan tertentu diberikan parafin cair. Adsorben yang paling banyak digunakan dan bermanfaat adalah karbon aktif. Dosis yang digunakan pada orang dewasa normal adalah 50 gramdalam ½ - 1 liter air. Racun akan diabsorbsi oleh karbon aktif dan airminum yang diminum bersama karbon aktif tersebut akan membantumengencerkan racun. Pada keracunan basa organik dapat digunakancampuran Magnesium Oksida dan karbon aktif dengan perbandingan1:2. Adsorbsi zat organic akan paling kuat bila zat tersebut dalam bentuk terdisosiasi. Penetralan lambung yang asam oleh magnesiumhidroksida pada keracunan basa akan meningkatkan kerja adsorben.Pada suasana yang basa, akan membuat basa organik tetap dalam bentuksenyawanya dan tidak terdisosisi. Disamping itu dengan adanyapeningkatan pH akan
19
meningkatkan pengendapan ion logam berat. Sidatadsorbs dari karbon aktif tidak akan terpengaruh dengan keberadaanmagnesium oksida atau laksansia garam (magnesium sulfat dan natriumsulfat.) Kadang tanin juga ditambahkan, dengan komposisi karbon aktif:magnesium oksida: tannin = 2 :1: 1. Kombinasi ini dikenal dengan antidote universal. Tanin berfungsi untuk mengndapkan zat tertentuyang berasal dari tanaman terutama alkaloid. Pemakaian karbon aktif initidak mempengaruhi pembilasan lambung. Tetapi jika direncanakanakandilakukannya pembilasan lambung maka sebaiknya cairan yangdiberikan bersama karbon aktif dibatasi. Hal ini untuk mencegahmasuknya racun dari lambung ke usus. Jika racun bersifat korosif (asamatau basa kuat) maka pemberian protein (seperti
susu)
sangatbermanfaat
karena
dapat
menetralisasi,
mengadsorbsi, dan meringankankeluhan. Garam Laksansia bekerja dengan merangsang peristaltik pada salurancerna dan penggunaan pada penanggulangan keracunan dapatmemberikan
hasil
yang
baik.
Garam
laksansia
dapat
mengencerkanracun dengan memperlambat absorbsi air karena efek osmotic yangditimbulkan. Contoh garam laksansia adalah natrium sulfat. Untukpenggunaannya:10 gram natrium sulfat dilarutkan dalam 100 ml airhangat. Efek kerja terjadi setelah 3 – 5 jam.Minyak parafin
digunakan
untuk
mengatasi
keracunan
pelarut
organik.Minyak parafin ini mempunyai sifat yang sulit untuk diabsorbsi.Minyak parafin akan bercampur dengan pelarut organik, dengan cara inimaka akan menurunkan absorbsi dari pelarut organic tersebut.
Menetralkan atau menginaktivasi racun secara kimia menjadi bentukyang kurang/tidak toksik, yaitu dengan membentuk garam yang sukarlarut atau perubahan menjadi senyawa yang tidak berkhasiat atau tidaktoksik.
20
Penetralan racun yang bersifat asam dapat dinetralkan dengan susu atauantasida, dan Basa dapat dinetralkan dengan asam encer (seperti dengan3 sendok makan cuka dapur dalam segelas air).Pembentukan garam yang sukar larut, misalnya dilakukan pada kasuskeracunan asam oksalat. Pemberian kalsium gluconat dapat membentukgaram kalsium oksalat yang sukar larut dalam air.Contoh perubahan menjadi senyawa yang tidak aktif : pemberiankalium permanganate bersama cairan pembilas lambung (padaperbandingan 1:10000) pada keracunan Hal ini akan merusak secaraoksidatif menjadi fosfat yang tidak toksik.
Mengosongkan saluran cerna dengan cepat dengan cara seperti: bilaslambung atau membuat muntah sebelum absorbsi terjadi. Pembilasan lambung dapat dilakukan pada indikasi tertentu (misalnyakeracunan organo fosfat seperti baygon), sehingga racun yang masukdapat dihilangkan. Pembilasan lambung harus selalu dibawahpengawasan dokter sesuai dengan keadaan pasien. Setelah dilakukanbilas lambung, lebih baik diberikan adsorbensia dan laksansia garamjika didapat dugaan bahwa sebagian racun masuk ke usus.Merangsang muntah dapat dilakukan oleh orang awam. Merangsangmuntah tidak boleh dilakukan pada keracunan bahan korosif danminyak tanah, serta penderita dengan kesadaran menurun / kejangkejang.Merangsang muntah ini dapat dilakukan dengan beberapa
caraantara
lain:
dengan
rangsangan
mekanis
(=
memasukkan jari kedalamkerongkongan), atau pemberian larutan natriumm klorida hangat (2sengok makan penuh dalam segelas air), tetapi hal ini tidak bolehdilakukan pada anak-anak. Bila tidak terjadi muntah setelah pemberiannatrium klorida maka dapat terjadi hipernatriemia dengan udema otak.Pada kasus ini, maka harus segera dilakukan pembilasan lambung. Keracunan
pada
anak-anak
dapat
diberikan
Sirup
Ipecacuanhae. Padaorang yang pingsang tidak boleh diberikan zat
21
yang merangsang muntahkarena dapat menyebakan bahaya aspirasi. Selain itu juga tidak bolehdiberikan kepada orang yang keracunan detergen, hidrokarbon (sepertibensin) atau hidrokarbon terhalogenasi ( Carbon tetraklorida), atauasam/ basa / obat yang melumpuhkan pusat muntah (seperti sedativa).Tindakan merangsang muntah pada kasus keracunan, seringkali masihmenimbulkan pertanyaan. Misal pemakaian sirup ipecacuanhae baruefektif bekerja15 – 30 menit setelah pemberian. Selama waktu tersebutmaka racun dapat masuk ke usus sehingga penggunaan emetika tidakbermanfaat. Usaha merangsang muntah dapat memperlambatpenggunaan adsorbensia, yang sering lebih efektif dalampenanggulangan keracunan. Dan pada pasien penggunaan adsorbensialebih menyenangkan. Selain itu karbon aktif adapat mengadsorbsi zatemetika sehingga zat tersebut menjadi tidak efektif.Pada dasarnya , penanganan keracunan harus disesuaikan dengankondisi pasien dan sebaiknya dipilih cara yang lebih mudah terlebihdahulu jika keadaan memungkinkan. Yang lebih penting diatas semuanya adalah keselamatan pasien. (C) Eliminasi Pada tindakan ini, dilakukan pembersihan racun dimana diperkirakan racuntelah beredar dalam darah, dengan cara antara lain: peningkatan ekskresikedalam urin dengan cara diuresis dan pengubahan pH urin dan hemodialisa.
Peningkatan
ekskresi
kedalam
urin
dengan
cara
diuresis
danpengubahan pH urin Zat lipofil yang umumnya termasuk asam dan basa lemah, bila dalam bentuktak terionisasi dapat melewati sawar lipid tanpa kesulitan sehingga dapatmasuk kedalam organ – organ penting seperti otak. Pada ginjal, setelahracun melewati proses ultrafiltrasi maka 90 % elektrolit dan air akandireabsorbsi dari urin, sehingga racun akan dipekatkan kurang lebih 10 kalikonsentrasi dalam plasma. Dari jumlah ini, yang tidak terikat pada proteinplasma tergantung dari jumlah racun yang pada urin.
22
Selanjutnya racundapat berdifusi kembali kedalam plasma melalui membran lipid epitel.Sehingga hampir 90% racun dalam urin dapat diabsorbsi kembali. Jadi hanyasekitar 10% saja yang benar-benar keluar bersama urin. Jika prosesreabsorbsi pasif dapat dikurangi maka laju ekskresi dapat ditingkatkansehingga waktu paruh akan turun. Cara yang dapat dilakukan adalah denganmengubah pH urin yaitu: membasakan urin / meningkatkat pH urinsehingga memperbesar ionisasi asam organik lemah, atau mengasamkan urin/ menurunkan pH urin yang akan menaikkan ionisasi basa organik lemah.Zat organik yang terionisasi, tidak akan dibsorbsi kembali. Maka kecepatanekskresi dalam urin akan meningkat. Dengan melihat nilai kecepatanabsorbsi maka akan diketahui apakah pengubahan pH urin akan bermanfaat. Cara yang lain untuk meningkatkan ekskresi kedalam urin adalahpenggunaan diuresis. Diuresis adalah zat yang dapat merangsang terjadinyaekskresi melalui urin. Diuresis paksa dapat dilakukan dengan pemberianOsmodiuretika (seperti manitol) atau diuretic jerat henle (seperti:furosemida) dalam bentuk infus. Selanjutnya dilakukan terapi penggantiancairan dan elektrolit yang hilang.Diuresis paksa tidak boleh dilakukan pada keadaan syok, dekompensasijantung, gagal ginjal, edema paru, dan keracunan akibat bahan yang tidakdapat diekskresi melalui ginjal.
Hemodialisa Pengertian proses hemodialisa dalam hal ini adalah terjadinya difusi pasifracun dari plasma kedalam cairan diálisis melalui sebuah membran.Tindakan ini dilakukan pada keracunan dengan koma yang dalam, hipotensiberat, kelainan asam basa dan elektrolit, penyakit ginjal berat, penyakitjantung, penyakit paru, penyakit hati, dan pada kehamilan. Umumnyadilakukan pada keracunan pada dosis letal dari bahan alcohol,barbiturat,karbamat, paracetamol, aspirin, amfetamin, logam berat danstriknin.
23
Pada proses hemodialisis ini menguntungkan karena susunan caiaran diálisisdapat diatur sesuai dengan kebutuhan.Pada proses dialisis in dapat ditambahkan adsorbensia. Adsorbensia cukupmenguntungkan karena sifat ikatan yang kuat serta kapasitas ikatan yangtinggi untuk beberapa zat . Tetapi penggunanaan zat ini memiliki kerugianyaitu komponen yang tidak toksis seperti vitamin, hormon, asam amino danbahan makanan juga dapat ditarik dari plasma.Pelaksanaan tindakan ini cukup merepotkan dan mahal, tetapi tindakan iniharus dilakukan pada kasus keracunan berat seperti pada keracuanan zatnefrotoksik kuat (misal : raksa (II florida). Zat nefrotoksik dapatmenimbulkan kerusakan ginjal yang parah sehingga eliminasi ginjal akansangat berkurang. Langkah ini berlaku pada racun yang dapat melewatimembran diálisis. Pada umumnya pada zat yang mengalami ultraflitrasi olehginjal. Berikut ini adalah zat yang perlu dilakukan diálisis jika kadar padaplasma melampaui konsentrasi berikut ini, antara lain untuk: metanol (50mg/100 ml plasma), fenobarbital (20 mg/ 100 ml plasma), dan asam salisilat(90 mg / 100 ml plasma). Untuk zat yang eliminasinya cepat sehingga waktuparuh dalam plasma lebih singkat atau kurang lebih sama dengan denganyang digunakan pada diálisis, tentu tidak perlu menggunakan proses ini.
24
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia
menggunakannya.
yang
menimbulkan
Overdosis
efek
merupakan
merugikan
keadaan
pada
dimana
yang
seseorang
mengalami gejala terjadinya keracunan yang mengakibatkan ketidaksadaran akibat obat yang melebihi dosis yang bisa diterima oleh tubuh. Penanganan intoksikasi dan overdosis dapat dilakukan dengan mempertahankan keseimbangan elektrolit, air, asam dan basa, melakukan decontamination (pembersihan), ataupun eliminasi. B. Saran Sebagai seorang mahasiswa dan perawat harus lebih memperhatikan langkah-langkah yang tepat untuk diberikan kepada pasien intoksikasi dan overdosis agar tidak terjadi komplikasi yang berlanjut.
25
DAFTAR PUSTAKA Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ganiswara, S.G., 2007,Farmakologi dan Terapi,Edisi V, 826, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta.
26