Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) PELAKSANAAN PROGRAM K-3 PERUSAHAAN Pada jaman dahulu, sekarang, sampai di masa yang akan datang, manusia hidup di dunia ini membutuhkan beberapa faktor penunjang untuk dapat bertahan hidup. Salah satu faktor agar manusia dapat bertahan hidup adalah membutuhkan pekerjaan. Manusia bekerja tergantung kepada kondisi yang bersifat fisiologis dan psikologis, dan tidak semata-mata untuk mendapatkan uang. Gaji yang tinggi tidak selalu menjadi faktor utama untuk meningkatkan kerja, Mereka bekerja juga untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan memperoleh perhatian pada segi kemanusiaanya (As’ad, 1995).
A. Latar Belakang Keberhasilan dalam mencapai tujuan merupakan cita-cita dan harapan setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, sedang, hingga perusahaan besar. Oleh karena itu sudah selayaknya pimpinan perusahaan dapat memahami dan memperhitungkan besarnya pengaruh dari faktor-faktor produksi terhadap proses produksi. Faktor-faktor produksi dalam suatu perusahaan antara lain tenaga kerja/manusia, biaya, material, metode dan pasar. Kehadiran manusia dalam kegiatan produksi suatu perusahaan menjadi sangat penting karena manusia tidak dapat digantikan oleh apapun termasuk kecanggihan mesin. Perusahaan yang menggunakan mesin dengan kecanggihan yang luar biasa tetap memerlukan peran manusia sebagai pengoperasi. Oleh sebab itu menjadi keharusan bagi perusahaan untuk memperhatikan tenaga kerja sebagai faktor penting dalam meningkatkan
produksi dan
produktivitas. Upaya meningkatkan produktivitas karyawan mutlak dilakukan oleh setiap perusahaan agar sumber daya yang dimiliki dapat digunakan secara efektif dan efisien sehingga besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak banyak yang sia-sia dan hasil produksi/target yang diharapkan dapat tercapai dengan
maksimal.
Uraian
tersebut
menegaskan
pentingnya
produktivitas
karyawan diantara faktor yang lain. Namun sayangnya permasalahan di negara Indonesia
1
adalah
rendahnya
produktivitas
kerja karyawan. Berbagai faktor
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) dapat mempengaruhi rendahnya produktivitas kerja karyawan yaitu disiplin kerja, sikap mental, kemampuan dan kecakapan, motivasi, minat, etos kerja, usia, teknologi, kepemimpinan, iklim kerja, pendidikan dan latihan, upah dan jaminan sosial, dan sebagainya. Upah dan jaminan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas kerja karyawan. Pengorbanan yang dikeluarkan oleh karyawan kepada perusahaan tentu membutuhkan penghargaan yang layak dan sesuai. Perusahaan dan karyawan sama-sama memiliki hak dan kewajiban yang berbeda namun tetap harus dipenuhi dalam
melaksanakan
setiap
pekerjaannya, dan diharapkan jika hak serta kewajiban tersebut terpenuhi oleh masing-masing pihak maka akan tercipta suatu hubungan yang harmonis antara perusahaan dan karyawan. Selain faktor upah dan jaminan sosial, faktor lain yang dapat menunjang produktivitas kerja karyawan adalah faktor teknologi. Teknologi menjadi faktor utama bagi produksi modern seperti saat ini. Era industrialisasi ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan berbagai industri dengan menggunakan teknologi dalam proses produksinya. Namun disisi lain penggunaan teknologi dengan penanganan yang tidak direncanakan dengan baik akan menimbulkan banyak efek negatif terutama bagi karyawan yang langsung bersentuhan dengan teknologi tersebut. Efek tersebut antara lain meningkatnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Seperti pada sebuah wacana berikut: Berdasarkan data Depnakertrans, angka kecelakaan kerja dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2007 tercatat angka kecelakaan kerja sebanyak 83.714 orang, tahun 2008 menurun menjadi 58.600, dan 2009 Sebanyak 54.398. (http://news.okezone.com/read/2009/11/04/337/272174/muhaimin-fokuspada-kesehatan-pekerja. Rabu, 30 Januari 2013 pukul 11.34). Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih cukup tinggi. Sebanyak 56 pekerja meninggal dunia setiap hari akibat rendahnya standar keselamatan kerja dan sebab lain. (http://news.okezone.com/read/2008/01/24/1/77664/keselamatan
kurang-5-6-
pekerja-tewas-per-hari.Rabu,30 Januari 2013 pukul 11.40). Wacana tersebut semakin memperjelas bahwa angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong tinggi. Oleh sebab itu upaya menerapkan program K3
2
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) diharapkan mampu menekan angka kecelakaan kerja yang sering terjadi. Usaha yang perlu dilakukan dalam upaya mencegah kecelakaan ditempat kerja adalah pihak perusahaan sebagai pengguna tenaga kerja wajib
menyediakan alat
perlindungan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja sesuai dengan kebutuhannya, hal ini dimaksudkan agar tenaga kerja merasa aman dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaanya. Selain itu, pihak tenaga kerja hendaknya mematuhi dan manjalankan K3 serta peraturan yang telah dibuat oleh perusahaan dalam upaya menerapkan K3 diperusahaan, sehingga akan tercipta hubungan yang harmonis dan saling memahami peran masing-masing dalam perusahaan, dan dengan begitu usaha dalam meningkatkan produksi dan produktivitas akan berjalan sesuai dengan harapan. Luce Neni (2005) mengatakan, pada dasarnya kekuatan yang ada dalam suatu perusahaan terletak pada orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Apabila tenaga kerja diperlakukan secara tepat dan sesuai dengan harkat dan martabatnya perusahaan akan mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh perusahaan. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa faktor sumber daya manusia memegang peranan yang paling penting dan utama dalam proses produksi, karena alat produksi tidak akan berjalan tanpa dukungan dan keberadaan sumber daya manusia.
B. Pengertian K-3 a. Pengertian Keselamatan Kerja Setiap perusahaan atau industri memiliki tingkat resiko kecelakaan yang berbeda-beda, namun setiap perusahaan selalu berusaha mencegah atau menghindari resiko tersebut. Anwar Prabu Mangkunegara (2009: 161) mengemukakan bahwa: “Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja”. Pendapat lain dikemukakan oleh Daryanto (1993: 146), yang mengemukakan bahwa: “Keselamatan kerja ialah selamatnya karyawan, alat-alat kerja dan perusahaan serta produksi dan daerah lingkungannya, sehingga perlu pada waktu karyawan bekerja, topi, helm pengaman, sarung tangan, kaca mata pengaman, masker pelindung muka” Dari penjelasan
3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) beberapa ahli, maka dapat
diambil
kesimpulan bahwa pengertian
keselamatan adalah selamatnya karyawan, alat produksi dan perusahaan serta lingkungannya dari kerusakan dan penderitaan. b. Pengertian Kesehatan Kerja Manusia sebagai sumber daya memiliki peran yang sangat penting di perusahaan. Kehadiran manusia menjadi penting karena manusia tidak dapat digantikan oleh kecanggihan mesin. Oleh sebab itu kesehatan manusia sudah selayaknya diperhatikan agar tidak mengganggu proses produksi. Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin (2009: 101) mengemukakan bahwa: “sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata bebas dari penyakit dan cacat atau kelemahan”. Sedangkan Anwar Prabu Mangkunegara (2009: 161), mengemukakan bahwa: “kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja”. Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, “kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.
Kesehatan
kerja
diselenggarakan
untuk
produktivitas kerja yang optimal”. Sedangkan
mewujudkan
Suma’mur (1989: 1)
mengemukakan bahwa: Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakit-penyakit
atau
gangguan-gangguan
kesehatan
yang
diakibatkan faktor–faktor pekerja dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. c. Maksud dan Tujuan Program Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemerintah turut ikut dalam meningkatkan produktivitas karyawan salah satunya dengan mengusahakan kesejahteraan baik secara fisik maupun
mental
“Pengembangan
4
sebagaimana ketenagakerjaan
tertuang merupakan
dalam upaya
GBHN
(1993):
menyeluruh
dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) ditujukan pada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja berkualitas, produktif, efisien, efektif dan berjiwa wirausaha sehingga mampu mengisi, menciptakan, dan
memperluas lapangan kerja serta
kesempatan kerja. Peningkatan kesadaran efektifitas,
efisiensi
akan
produktivitas,
dan kewiraswastaan serta etos kerja produktif
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan motivasi, penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan kualitas berdasarkan rencana ketenagakerjaan”. Lebih lanjut Suma’mur (1985: 27) mengemukakan bahwa tujuan keselamatan kerja pada tingkat perusahaan adalah: 1) Mencegah terjadinya kecelakaan. 2) Pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja. 3) Pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya cacat akibat kerja. 4) Pengamanan material, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi, dan lain-lain. 5) Peningkatan produktivitas atas dasar tingkat keamanan kerja yang tinggi. 6) Penghindaran pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat, dan sumber produksi lainnya sewaktu bekerja. 7) Pemeliharaan tempat kerja yang bersih, sehat, nyaman, dan aman. 8) Peningkatan dan pengamanan produksi dalam rangka industrialisasi dan pembangunan. d. Ruang Lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja memiliki ruang lingkup, Basir Barthos (1995: 138) mengemukakan bahwa: 1) Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja berlaku disetiap tempat kerja yang mencakup 3 (tiga) unsur pokok (tenaga kerja, bahaya kerja, dan usaha baik bersifat ekonomis maupun sosial) 2) Ketentuan K3 berkaitan dengan perlindungan: a) Tenaga kerja b) Alat, bahan, dan mesin c) Lingkungan
5
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) d) Proses produksi e) Sifat pekerjaan f)
Cara kerja
3) Persyaratan
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
ditetapkan
sejak
perencanaan, pembuatan, pemakaian barang ataupun produk teknis dan seterusnya. 4) Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab semua pihak, khususnya pihak yang terkait dengan proses penyelenggaraan suatu usaha. e. Syarat-syarat Keselamatan Kerja Upaya untuk memaksimalkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, baik karyawan, perusahaan maupun pemerintah. Oleh sebab itu pihak perusahaan beserta karyawan harus mengetahui syarat-syarat Keselamatan Kerja sesuai dengan Undang-undang No 1 Tahun 1970 yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu:
Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran.
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
Memberi pertolongan pada kecelakaan.
Memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja.
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu kotoran, asap, uap, gas, hembusan, angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
6
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
Memelihara kebersihan, kesehatan, ketertiban.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3)
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerja.
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang,
tanaman dan barang.
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah lagi.
f. Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja Penggunaan teknologi dalam proses produksi pada
perusahaan
memiliki kecenderungan mengakibatkan kecelakaan bagi penggunanya, oleh sebab itu penerapan dan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu lebih diperhatikan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi para pekerjanya. Namun hal tersebut bukan semata-mata menjadi kewajiban pihak perusahaan saja, semua pihak yang terkait dalam perusahaan harus melaksanakan perannya masing-masing dalam mengoptimalkan K3 sehingga angka kecelakaan ditempat kerja dapat dihindari. Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson diterjemahkan oleh Abdul Rasyid (1999: 207) mengemukakan bahwa “kecelakaan bergantung pada perilaku pekerja, tingkat bahaya dalam lingkungan pekerjaan, dan sematamata
nasib
sial”.
Sedangkan
Sumanto
Imam
Khasani
(1990:
7)
mengemukakan bahwa “sikap dan tingkah laku pekerja yang lalai, menganggap remeh setiap kemungkinan bahaya dan enggan memakai alat pelindung diri menempati urutan pertama penyebab kecelakaan”. Tasliman (1991: 8) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja
dibedakan menjadi dua, yaitu:
“… faktor pertama adalah kecelakaan yang disebabkan kesalahan manusia (human error) seperti kelalaian, hilangnya konsentrasi waktu kerja, dan sikap mental kerja. Faktor kedua penyebab kecelakaan adalah faktor
7
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) lingkungan kerja seperti alat dan mesin perkakas yang berbahaya, sistem kerja yang tidak aman, bahan dan material yang berbahaya, dan bahaya dari panas dan api”. Menurut Suma’mur (1985: 96) penyakit kerja dibedakan berdasarkan faktor penyebabnya, antara lain: “…1) golongan fisik seperti suara, radiasi sinar radioaktif, suhu yang tinggi, tekanan yang tinggi, penerangan lampu yang kurang baik. 2) Golongan chemist, yaitu seperti debu, uap, gas, larutan. 3) golongan infeksi, seperti bibit penyakit dan brucella. 4) golongan fisiologis seperti kesalahan- kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang kurang baik, dan cara melakukan pekerjaan. 5) golongan mental-psikologis, seperti hubungan kerja yang tidak baik”. g. Pengertian Tenaga Kerja Salah satu faktor di perusahaan dalam usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan adalah faktor tenaga kerja/karyawan. Oemar Hamalik (2007: 7) mengemukakan bahwa: tenaga kerja (ketenagakerjaan) adalah sumber daya manusia yang memiliki potensi, kemampuan, yang tepat guna, berdaya guna, berpribadi dalam kategori tertentu untuk bekerja dan berperan serta dalam pembangunan, sehingga berhasil guna bagi dirinya dan masyarakat secara keseluruhan.
C. Program K-3 Ketika
seorang keryawan/tenaga kerja merasa aman dan nyaman serta
memiliki fisik yang sehat dalam bekerja maka tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan akan sesuai dengan harapan. Menurut Dewan K3 Nasional, program K3 adalah upaya untuk mengatasi ketimpangan pada empat unsur produksi yaitu manusia, sarana, lingkungan kerja dan manajemen. Program ini meliputi administrasi dan manajemen, P2K3, kebersihan dan tata ruang, peralatan K3, pengendalian bahaya dan beracun, pencegahan kebakaran, keadaan darurat, penerapan K3 dan sistem evaluasi program (DK3N, 1993). Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya program keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan semaunya.
Suatu
program
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
dibuat
berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan
8
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya. Dalam usaha tersebut pihak perusahaan pun sudah selayaknya ikut serta dalam mengoptimalkan peran K3 tersebut. Hal ini dapat digambarkan dalam kerangka pikir sebagai berikut:
Program K3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Manajemen K3 Pengawasan kerja Pelatihan K3 Tersedianya alat pelindung diri (APD) SOP Sosialisasi K3 Poliklinik/ruang kesehatan Kantin Rest Area
Kesadaran pentingnya K3
Budaya penggunaan APD
Meminimalisirkan kecelakaan kerja
Produktivitas Kerja
Gambar 1. Alur kerangka pikir Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian resiko dan paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman, meliputi : 1.
Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya kesehatan.
2.
Membuat prosedur keamanan.
3.
Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan
9
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya. 4.
Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
5.
Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
6.
Rapat bulanan P2K3
7.
Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti alat pelindung diri, standar keselamatan yang baru.
8.
Pembagian pernyataan kebijakan organisasi. Program keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik
untuk masing-masing perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain (Ramli, 2010). Efektifitas program keselamatan dan kesehatan kerja sangat tergantung kepada komitmen dan keterlibatan semua pekerja. Keterlibatan pekerja akan meningkatkan produktivitas. Beberapa kegiatan yang harus melibatkan pekerja antara lain (Nasution, 2005) : 1.
Kegiatan pemeriksaan bahan berbahaya dan beracun dan menyusulkan rekomendasi bagi perbaikan.
2.
Mengembangkan atau memperbaiki aturan keselamatan umum.
3.
Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja baru.
4.
Membantu proses analisis penyebab kecelakaan kerja. Unsur-unsur program keselamatan dan kesehatan kerja yang terpenting
adalah pernyataan dan kebijakan perusahaan, organisasi dan personil, menjaga kondisi kerja untuk memenuhi syarat-syarat keselamatan, membuat laporan dan analisis penyebab kecelakaan dan menyediakan fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan (Nasution, 2005). Program keselamatan dan kesehatan kerja akan memperbaiki kualitas hidup pekerja melalui jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat menciptakan situasi kerja yang aman, tenteram dan sehat sehingga dapat mendorong pekerja untuk bekerja lebih produktif. Melalui program keselamatan dan kesehatan kerja, terjadinya kerugian dapat dihindarkan sehingga perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pekerjanya (Siregar, 2005). Heinrich menyatakan prinsip dasar dari program keselamatan dan kesehatan kerja yang perlu diterapkan dalam upaya pencegahan kecelakaan, yaitu :
10
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) 1.
Melakukan usaha inspeksi keselamatan kerja untuk mengidentifikasikan kondisi- kondisi yang tidak aman.
2.
Mengadakan usaha pendidikan dan pelatihan para pekerja untuk meningkatkan pengetahuan pekerja akan tugasnya sehari-hari dan cara kerja yang aman.
3.
Membuat peraturan-peraturan keselamatan kerja yang harus ditaati oleh semua pekerja.
4.
Pembinaan displin dan ketaatan terhadap semua peraturan di bidang keselamatan kerja.
D. Tujuan Program K-3 pada Perusahaan Tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja secara umum adalah mempercepat proses gerakan nasional K3 dalam upaya memberdayakan keselamatan dan kesehatan kerja guna mencapai kecelakaan nihil. Sasaran dari program keselamatan dan kesehatan kerja antara lain : 1.
Meningkatkan pengertian, kesadaran, pemahaman dan penghayatan K3 semua unsur pimpinan dan pekerja pada sutau perusahaan.
2.
Meningkatkan
fungsi
manajemen
K3
atau
Panitia
Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 3.
Mendorong terbentuknya manajemen K3 pada setiap perusahaan.
4.
Mendorong pembinaan K3 pada sektor informal dan masyrakat umum.
E. Pelaksanaan Program K-3 pada Perusahaan Sebagai contoh pada PT. Bitratex Industries PT. Bitratex Industries didirikan pada tahun 1981, namun kegiatan operasional perusahaan baru dimulai pada tahun 1982 yang peresmiannya dilakukan oleh Ir. Suhartoyo, Ketua BPKN Pusat bersama Wakil Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah waktu itu, yaitu Drs. Sukardjan. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Brigjen S. Sudiarto KM. 11 Semarang, Jawa Tengah. PT. Bitratex Industries merupakan perusahaan swasta asing, dimana sebagian besar saham dimiliki oleh orang India. Perusahaan ini mempekerjakan banyak tenaga kerja, dimana lebih dari dua ribu orang bekerja di sana tiap harinya.
11
PT. Bitratex
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) Industries, Pada pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, ketersediaan alat pelindung diri, jaminan keselamatan dan kesehatan, beban kerja dan jam kerja untuk dijadikan sebagai kerangka pemikiran, dan model yang diajukan adalah sebagai berikut:
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja harus diprioritaskan atau diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga kerja merasa ada jaminan atas pekerjaan yang mereka lakukan, baik yang beresiko maupun tidak
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat
menerapkan K3 di tempat kerja (www.sucofindo.co.id).
Pelatihan K3 bertujuan agar karyawan dapat memahami dan berperilaku pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, mengidentifkasi potensi bahaya
di
mengelola
tempat
kerja,
bahan-bahan
melakukan
beracun
pencegahan
berbahaya
dan
kecelakaan
kerja,
penanggulangannya,
menggunakan alat pelindung diri, melakukan pencegahan dan pemadaman kebakaran
serta
menyusun
program
pengendalian
keselamatan
dan
kesehatan kerja perusahaan (Putut Hargiyarto, 2010).
Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari: - Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung. - Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain) - Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur. - Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya. - Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. - Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat
12
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) bekerja di ketinggian. - Penutup Telinga (Ear Plug/ Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising. - Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misal mengelas). - Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal berdebu, beracun, berasap, dan sebagainya). - Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda). - Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat).
Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu (Adil Kurnia, 2010).
Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu (www.gajimu.com).
13
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) Elemen-elemen Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Bitratex Industries
Alat
Pelatihan K3 Pelindung Diri
Keselamatan
Jaminan Keselamatan dan
dan Kesehatan
Beban Kerja
Kerja
Kesehatan
Jam Kerja
Gambar 2 elemen program K3 Sebagai contoh pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Dalam proses produksi PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk banyak menggunakan mesin dan alat-alat yang mempunyai hazard yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti kebisingan, suhu panas, lingkungan kerja, posisi kerja yang tidak ergonomis, debu, kimia, dan perilaku pekerja. Sebagai solusi untuk mengurangi angka kecelakaan kerja maka perlu dilakasanakannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk telah mengikuti peraturan perundangundangan yang berlaku mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan
14
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) Kesehatan Kerja yang kemudian dituangkan dalam kebijakan K3 yang merupakan bagian dari kebijakan perusahaan. Kebijakan K3 ini sebagai dasar implementasi K3 antar karyawan dan perusahaan. Salah satu perwujudan dari kebijakan itu adalah dengan melakukan program-program Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Tempat Kerja
Kecelakaan
Penerapan SMK3 Program K3
Lingkungan kerja aman, nyaman dan sehat Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pelaksanaan
dan
penerapan
Sistem
Manajemen
Kesehatan
dan
Keselamatan Kerja di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk telah memiliki pedoman dan petunjuk dari ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001. Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengacu pada peraturan Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Perhatian PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini ditandai denagn adanya kebijakan perusahaan di bidang K3LH, meliputi: 1. Senantiasa menjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undangundang peraturan yang berlaku dan standar relevan. 2. Senantiasa menjalankan perusahaan dengan melaksanakan pengendalian resiko untuk menciptakan lingkungan kerjasama yang sehat dan selamat. 3. Senantiasa berusaha untuk menghemat sumber daya alam, mengutamakan
15
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak lingkungan terutama emisi debu melalui kegiatan perbaikan ssecara terus menerus. 4. Senantiasa meningkatkan program untuk menciptakan hubungan kerja sama yang harmonis dengan lingkungan sekitar. Perwujudan dari kebijakan perusahaan diatas adalah dengan melakukan program-program Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Prosedur program-program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini termasuk di dalam Dokumen Level III SSCD-SAF-001. Pelaksanaan program-program Keselamatan dan Kesehatan Kerjayang telah direncanakan oleh manajemen K3 mengacu pada ISO 900, ISO 1400, dan OHSAS 18001. Pihak manajemen K3 bertanggung jawab terhadap masalah K3 di perusahaan, di samping itu dalam pelaksanaanya di bantu oleh pengurus P2K3 Kebijakan dasar tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk secara umum telah sesuai dengan Permenaker
No.
05/MEN/1996
tentang
penerapan
Sistem
Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Perwujudan dari kebijakan K3 di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk adalah dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja : 1.
Penyelidikan (Investigasi) Kecelakaan dan Nyaris Celaka
2.
Penyebaran Statistik Kecelakaan
3.
Safety Monitoring
4.
Safety Talk
5.
Safety Pause
6.
Joint Safety Inspection (JSI)
7.
Pembuatan Surat Ijin Kerja dan Ijin Kerja Berbahaya
8.
Pelabelan Bahan Kimia
9.
I-SOP (Indocement Safety Observation Program)
10. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 11. Sertifikasi Peralatan 12. Emergensy Response 13. Alat Pelindung Diri.
16