Impaksi Delfianto.docx

  • Uploaded by: I Komang Wijayantha
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Impaksi Delfianto.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,201
  • Pages: 37
1

A. PENGERTIAN Gigi ampaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang sekitar, jaringan patologis dan gigi yang posisinya tidak sesuai dengan lengkung rahang. Gigi permanen manusia yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi molar ketiga bawah, lalu gigi molar ketiga atas selanjutnya gigi caninus atas. Archer menulis bahwa frekwensi impaksi gigi molar ketiga atas yang terbanyak dibandingkan dengan molar ketiga bawah (Kresnanda, 2008). Frekwensinya berturut-turut gigi molar ketiga bawah, gigi molar ketiga atas, gigi caninus atas, gigi premolar bawah, gigi caninus bawah, gigi premolar atas, gigi incisivus atas atau bawah (Rusli, 2013) B. PENYEBAB 1. Penyebab lokal: a. Posisi yang tidak teratur dari gigi-geligi dalam lengkung rahang. b. Densitas (kepadatan) tulang di atas dan sekitarnya. c.

Keradangan yang menahun dan terus menerus sehingga dapat menyebabkan bertambahnya

jaringan mukosa di sekitarnya.

d. Tanggalnya gigi sulung yang terlalu cepat, ini mengakibatkan hilang atau berkurangnya tempat untuk gigi permanen penggantinya. 2. Penyebab sistemik : a. Herediter : Dimana rahangnya sempit sedangkan gigi geliginya besar. b. Miscegenation (percampuran ras) : Misalnya, perkawinan campuran dari satu ras yang mempunyai gen dominan, c. gigi besar dan ras lainnya dominan pada rahang yang kecil atau sempit. 3. Penyebab postnatal Semua keadaan-keadaan yang dapat mengganggu pertumbuhan anak, misalnya penyakit: ricketsia, anemia, syphilis, TBC, gangguan kelenjar endokrin, malnutrisi. Keadaan yang jarang ditemukan:

2

a. Cleidoncranial disostosis Keadaan kongenital yang jarang ditemukan, dimana terlihat cacat ossifikasi dari tulang tengkorak, hilangnya sebagian atau seluruhnya tulang clavicula, terlambatnya exfoliasi gigi sulung, gigi permanen tidak erupsi dan terdapat rudimenter supernumerary teeth. b. Oxycephali Suatu keadaan dimana terlihat kepala yang meruncing seperti kerucut. Pada keadaan ini terdapat gangguan pada tulang-tulang kepala. c. Progeria Bentuk tubuh yang kekanak-kanakan ditandai dengan perawakan kecil, tidak adanya rambut pubis, kulit berkerut, rambut berwarna keabu-abuan tetapi wajah, sikap serta tingkah lakunya seperti orang tua. C. Tanda dan Gejala Beberapa orang merasa terganggu dengan terjadinya gigi impaksi. Gangguanyang ditimbulkan oleh gigi impaksi tersebut menimbulkan rasa kurang nyaman melakukan hal-hal yang berhubungan dengan ronggamulut.Tanda-tanda umum dan gejala terjadinya gigi impaksi adalah : a. Inflamasi, yaitu pembengkakan disekitar rahang dan warna kemerahan pada gusi disekitar gigi yang diduga impaksi b. Resorpsi gigi tetangga, karena letak benih gigi yang abnormalsehingga mereabsorbsi gigi disebelahnya c. Kista ( folikuler ) d. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang lama (neuralgia) e. Fraktur rahang ( patah tulang rahang)

D. FATOPISIOLOGI Beberapa peneitian menunjukkan bahwa

gangguan impaksi

gigi

disebabkan oleh karena factor lokal dan sistemik. Akibat dari adanya pengaruh

3

beberapa faktor menimbulkan gejala-gejala seperti gangguan saluran cerna, sakit kepala, telinga berdengung, sakit leher, rematik, kencing manis, gangguan jantung, gangguan pada kulit, badan cepat lelah. Gangguan ini sering hilang timbul berkepanjangan atau gejala-gejala lain pada tubuh yang tidak bisa diobati maka gigi ini mulai dicurigai sebagai penyebab. Sementara itu berbagai gejala itu juga sering dialami oleh penderita alergi. Padahal kaitan antara gangguan pencernaan, gangguan kulit dan badan cepat lelah secara teori patobiologis tidak bisa dijelaskan secara baik kaitannya. Bila gangguan itu berkaitan dengan penderita alergi, secara imunopatobiologis kaitan antara impaksi gigi dan penderita alergi bisa dijelaskan. Secara teori penyebab impaksi gigi adalah reaksi inflamasi noninfeksi pada jaringan di sekitar gigi. Saat terjadi pembengkakkan tersebut menekan persarafan di sekitarnya yang menyebabkan rasa ngilu dan nyeri di sekitar lokasi tersebut. Pada penderita alergi saat terjadi kekambuhan bisa mengakibatkan rekasi di seluruh organ tubuh termasuk gusi dan jaringan sekitarnya. Pembengkakan tersebut juga terjadi pada daerah gusi lainnya. Hal inilah yang juga sering dikeluhkan pada penderita gigi hipersensitif yang sangat mungkin mekanisme terjadi gangguan tidak berbeda. Demikian juga pada anak di bawah usia 2 tahun sering terjadi pembengkakkan gusi sering dianggap tumbuh gigi. Tetapi saat gejala alergi lainnya membaik bengkak tersebut berkurang tetapi tidak diikuti tumbuhnya gigi. Pembengkakkan jaringan pada gigi molar yang tumbuh di dasar gigi dan tumbuh tidak sempurna mengakibatkan desakan inflamasi atau pembengkakkan tersebut lebih mengganggu dan menekan persarafan. Hal ini juga dijelaskan oleh beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa impaksi gigi tidak terjadi pada gigi molar ketiga tetapi dapat terjadi pada gigi lainnya. Posisi gigi yang belum erupsi sempurna akan memudahkan makanan, debris dan bakteri terjebak di bawah gusi yang di bawahnya terdapat gigi bungsu sehingga menyebabkan infeksi pada gusi yang disebut pericoronitis. Jika tidak segera ditangani infeksi tersebut akan menyebar ke tenggorokan atau leher. Gigi

impaksi

dapat

mendorong

gigi-gigi

lain

di

depannya

sehingga bergerak dan berubah posisi. Posisi gigi impaksi sulit dijangkau sehingga sulit dibersihkan dan menjadi berlubang. Tidak hanya gigi impaksinya

4

saja yang berlubang tetapi gigi di depannya juga berlubang karena sulit dibersihkan. Para ahli menyatakan bahwa 50% kasus kista berhubungan dengan gigi geraham impaksi pada rahang bawah. Mahkota gigi impaksi tumbuh dalam suatu selaput. Jika selaput tersebut menetap dalam tulang rahang, dapat terisi oleh cairan yang akhirnya membentuk kista yang dapat merusak tulang, gigi dan saraf. Mengingat komplikasi yang ditimbulkan oleh gigi geraham impaksi maka kita perlu mengetahui waktu terbaik gigi tersebut dicabut. Kalsifikasi gigi geraham bungsu terjadi mulai umur 9 tahun dan mahkota gigi selesai terbentuk umur 12-15 tahun. Jadi gigi geraham bungsu sudah dapat dilihat melalui rontgen pada umur 12-15 tahun walaupun gigi tersebut belum tumbuh.

F. KOMPLIKASI a. Kerusakan syaraf pada gigi b. Kista pada gigi yang menyebabkan wajah tidak simetris c. Perikonoritis atau infeksi dan peradangan gusi yang disebabkan oleh sisasisa makanan yang terjebak di dalam gusi karena gigi yang tidak dapat tumbuh sempurna. Penderitanya biasanya akan mengalami sakit pada gusi, pipi dan pada saat menelan. d. Penumpukan plak e. Sering sakit kepala f. Demam g. Bau pada mulut h. Gigi berjejal/crowded teeth yang merusak penampilan pada gigi karena letak gigi menjadi berjejal dengan gigi lain dan tidak beraturan i. Rasa nyeri pada pundak, nyeri pada saat buka tutup mulut dan telinga berdengung j. Gigi berluban

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan umum harus dilakukan dengan cara yang sama dengan prosedur pembedahan lainnya. Adanya gangguan sistemik atau penyakit sistemik

5

harus dideteksi dan kehati-hatian harus diterapkan sebelum pembedahan. Klien juga harus diperiksa apakah sedang menjalani terapi tertentu, seperti terapi irradiasi, terapi cytostatic, dan transplantasi organ. 1.Pemeriksaan lokal a). Status erupsi gigi impaksi. Status erupsi gigi impaksi harus diperiksa karena status pembentukan mendeterminasikan waktu pencabutan. Idealnya, gigi dicabut ketika dua pertiga akar terbentuk. Jika akar telah terbentuk sempurna, 25 maka gigi menjadi sangat kuat, dan gigi terkadang displitting untuk dapat dicabut. b). Resorpsi molar kedua. Karena kurangnya ruang molar ketiga yang impaksi sehingga memungkin terjadi resorpsi akar pada molar kedua. Setelah pencabutan gigi molar ketiga yang impaksi, molar kedua harus diperiksa untuk intervensi endodontik atau periodontik tergantung pada derajat resorpsi dan keterlibatan pulpa. c). Adanya infeksi lokal seperti periokoronitis. Infeksi ini merupakan sebuah inflamasi jaringan lunak yang menyelimuti mahkota gigi yang sedang erupsi yang hampir seluruhnya membutuhkan penggunaan antibiotik atau prosedur yang jarang dilakukan, eksisi pembedahan pada kasus rekuren. Periokoronitis rekuren terkadang membutuhkan pencabutan gigi impaksi secara dini. d). Pertimbangan ortodontik. Karena molar ketiga yang sedang erupsi, memungkinkan terjadi berjejal pada regio anterior setelah perawatan ortodonti yang berhasil. Oleh karena itu, disarankan untuk mencabut gigi molar ketiga yang belum erupsi sebelum memulai perawatan ortodontik. e). Karies atau resorpsi molar ketiga dan gigi tetangga. Akibatnya kurangnya ruang, kemungkinan terdapat impaksi makanan pada area distal atau mesial gigi impaksi yang menyebabkan karies gigi. Untuk mencegah karies servikal gigi tetangga, disarankan untuk mencabut gigi impaksi. f). Status periodontal.

6

Adanya poket sekitar gigi molar ketiga yang impaksi atau molar kedua merupakan indikasi infeksi. Penggunaan antibiotik 26 disarankan harus dilakukan sebelum pencabutan gigi molar ketiga impaksi secara bedah untuk mengurangi komplikasi post-operatif. g). Orientasi dan hubungan gigi terhadap infeksi saluran akar gigi. Hal ini akan didiskusikan secara detail pada pemeriksaan radiologi. h). Hubungan oklusal. Hubungan oklusal molar ketiga rahang atas terhadap molar ketiga rahang bawah harus diperiksa. Ketika gigi molar ketiga rahang bawah yang impaksi berada pada sisi yang sama diindikasikan untuk ekstraksi, sisi yang satunya juga harus diperiksa. i). Nodus limfe regional. Pembengkakan dan rasa nyeri pada nodus limfe regional mungkin terindikasi infeksi molar ketiga. j). Fungsi temporomandibular joint. 2. Tehnik roentgenografi dalam penentuan gigi impaksi17 Sejalan dengan perkembangan tehnik roentgenografi intraoral maupun ekstraoral, dimulai dengan ditemukannya panagrafi sampai dengan panoramik dengan demikian dimulailah roentgenogram gigi khususnya untuk melihat gigi impaksi. Hasilnya dapat merupakan penuntun kerja bagi ahli bedah mulut dalam menentukan dan penatalaksanaan kausatif lebih lanjut untuk gigi impaksi tersebut. Saat ini tehnik roentgenografi sangat diperlukan untuk penentuan lokasi gigi impaksi, dengan kualitas hasil foto yang baik dan interpretasi yang akurat akan meringankan penatalaksanaan yang tepat bagi operator. Dalam tehnik roentgenografi penentuan lokasi gigi impaksi terdapat beberapa tehnik proyeksi dengan nama sendiri-sendiri, tetapi sangat penting pula dalam pemrosesan film 27 yang baik agar didapat kualitas gambar yang baik pula, yang akhirnya kita bisa menginterpretasi lokasi dari gigi tersebutsehingga kendala atau faktor-faktor kesulitan dalam penatalaksanaan gigi impaksi dapat dikurangi. Tehnik roentgenografi untuk lokasi gigi belakang berbeda dengan tehnik roentgenografi untuk lokasi gigi depan. Berikut akan dijelaskan mengenai tehnik

7

roentgenografi untuk lokasi gigi belakang. Tehnik roentgenografi ini dikenal sebagai roentgenografi right angle procedure. 1. Tehnik proyeksi. Pada tehnik proyeksi ini mula-mula dilakukan tehnik periapikal kesejajaran biasa setelah diketahui gigi impaksi (gigi premolar dan molar) maka dilakukan proyeksi true oklusal dengan menggunakan film periapikal no.2 atau film oklusal no.4. Proyeksi sinar x diarahkan tegak lurus pada film sedangkan fiksasi filmnya dioklusal plane diusahakan dalam proyeksi ini sinar x menelurusi inklinasi gigi impaksi. 2. Interpretasi pada roentgenogram. Proyeksi true oklusal, terlihat gambaran radiopak dari gigi impaksi bila dekat dengan kortek tulang rahang bukalis maka gigi tersebut berada di bukal atau bila gigi impaksi tersebut dekat dengan kortek tulang rahang di lingualis atau palatalis maka gigi tersebut berada di lingualis atau palatalis. Untuk rahang bawah tehnik ini lebih mudah dilakukan daripada rahang atas oleh karena inklinasi rahang bawah lebih vertikal disbanding rahang atas

H. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Operasi bedah minor mulut (odontektomi) Sebelum melakukan pembedahan terlebih dahulu harus mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari pengambilan molar tiga impaksi rahang bawah. a). Indikasinya adalah: 1). Infeksi karena erupsi yang terlambat dan abnormal (perikoronitis) 2). Berkembangnya folikel menjadi keadaan patologis (kista odontogenik dan neoplasma) 3). Usia muda, sesudah akar gigi terbentuk sepertiga sampai dua pertiga bagian dan sebelum klien mencapai usia 18 tahun 4). Adanya infeksi 5). Penyimpangan panjang lengkung rahang dan untuk membantu mempertahankan stabilitas hasil perawatan ortodonsi 6). Prostetik atau restoratif (diperlukan untuk mencapai jalan masuk ke tepi gingiva distal dari molar dua didekatnya

8

7). Apabila molar kedua didekatnya dicabut dan kemungkinan erupsi normal atau berfungsinya molar ketiga impaksi sangat kecil 8). Sebelum tulang sangat termineralisasi dan padat yaitu sebelum usia 26 tahun b). Kontraindikasinya adalah: 1). Klien tidak menghendaki giginya dicabut 2). Sebelum panjang akar mencapai sepertiga atau dua pertiga dan apabila tulang yang menutupinya terlalu banyak (pencabutan prematur) 3). Jika kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada struktur penting disekitarnya atau kerusakan tulang pendukung yang luas Apabila kemampuan klien untuk menghadapi tindakan pembedahan terganggu oleh kondisi fisik atau mental tertentu (pedersen, 1996)

I. MANAJEMEN KEPERAWATAN a. Pengkajian a. Identitas klien b. Riwayat kesehatan c. Femeriksaan fisik b. Diagnose keperawatan I. Diagnosa keperawatan dan fokus intervensi keperawatan 1. Pre operatif a. Nanda: (kurang pengetahuan) Noc dan indikator nic dan aktifitas rasional Noc: pengetahuan tentang penyakit, setelah diberikan penjelasan selama 2 x klien mengerti proses penyakitnya dan program perawatan serta therapi yg diberikan dg: Indikator: Klien mampu: 1. Menjelaskan kembali tentang penyakit, 2. Mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas nic: pengetahuan penyakit Intervensi keperawatan 1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya 2. Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala), identifikasi kemungkinan penyebab. Jelaskan kondisi tentang klien

9

3. Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobantan 4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi 5. Diskusikan tentang terapi dan pilihannya 6. Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan/ mendukung 7. Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur operasi

Nic : teaching (pre operatif) 1. Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur operasi/perawatan 2. Informasikan klien lama waktu pelaksanaan prosedur operasi/perawata 3. Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien tentang prosedur operasi yang akan dilakukan 4. Jelaskan tujuan prosedur operasi/perawatan 5. Instruksikan klien untuk berpartisipasi selama prosedur operasi/perawatan 6. Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah prosedur operasi/perawatan 7.Instruksikan klien menggunakan tehnik koping untuk mengontrol beberapa aspek selama prosedur operasi/perawatan (relaksasi da imagery) 8. Pastikan persetujuan operasi telah ditandatangani 9. Lengkapi ceklist operas Kurangnya pengetahuan tentang implikasi pembedahan berhubungan dengan kurang pengalaman tentang operasi dan kesalahan informasi. Tujuan: dalam waktu 1 x 15menit pengetahuan klien dan keluarga tentang pembedahan dapat terpenuhi. Kriteria evaluasi: klien dan keluarga mengetahui jadwal pembedahan. klien dan keluarga kooperatif pada setiap intervensi keperawatan. klien dan keluarga secara subjektif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk melakukan aturan atau prosedur prabedah yang telah dijelaskan. klien dan keluarga memahami tahap-tahap intraoperatif daan pascaanestesi. klien dan keluarga mampu mengulang kembali secara narasi mengenai itervensi prosedur pascaanestesi. klien dan keluarga mengunkapkan alasan pada setiap instruksi dan latihan

10

praoperatif. klien dan keluarga memahami respons pembedahan secara fisiologis dan psikologis. secara subjektif klien menyatakan rasa nyaman dan relaksasi emosinonal. klien mampu menghindarkan cedera selama periode perioperatif.

Intervensi

Rasional

Kaji tingkat pengetahuan Menjadi data dasar untuk memberikan pendidikan kesehatan dan dan sumber informasi yang mengklarifikasi sumber yang tidak jelas. telah diterima. Diskusikan perihal

Klien dan keluarga harus diberikan mengenai waktu dimulianya

jadwal

pembedahan. Apabila rumah sakit mempunyai jadwal kamar

pembedahan.

operasi yang padat, maka lebih baik klien dan keluarga diberitahukan tentang banyaknya jadwal operasi yang telah ditetapkn sebelum klien.

Diskusikan perihal lamanya Kurang bijaksana bila memberitahukan klien dan keluarganya pembedahan.

tenetang lamanya waktu operasi yang akan dijalani. Penundaan yang tidak antisipasi dapat terjadi karena berbagai alasan. Apabila klien tidak kembali pada waktu yang diharapkan, maka keluarga akan menjadi sangat cemas. Anggota keluarga harus menunggu di ruang tunggu bedah untuk mendapat berita yang terbaru dari staf.

Lakukan

Manfaat dasri instruksi praoperatif telah dikenal sejak lama. Setiap pendidika

n kesehatan paroperatif.

klien

diajarkan

sebagai

seorang

individu,

dengan

mempertimbangkan segala keunikan tingkat ansietas, kebutuhan, dan harapan-harapannya.

Programkan instruksi yang Jika

sisi

penyuluhan

dilakukan

beberapa

hari

sebelum

didasrkan pada kebutuhan pembedahan, maka klien mungkin tidak ingat tentang apa yang individu, dan

direncanakan, telah dikatakan. Jika instruksi diberikan terlalu dekat dengan

diimplementasikan waktu

pembedahan,

maka

klien

mungkin

tidak

dapat

11

pada

berkonsentrasi atau belajar karena ansietas dan efek dari

waktu yang tepat.

medikasi praanestesi.

Beritahu persiapa n pembedahan.

Pembersihan dengan enema atau laksatif mungkin dilakukan pada malam

persiapan intestinal.

sebelum

operasi

dan

diulang

jika

tidak

efektif.

Pembersihan ini dilakukan untuk mencegah defekasi selama anestesi atau untuk mencegah trauma yang tidak diinginkan pada intestinal selama pembedahan abdomen.

persiapan kulit.

tujuan dari persiapan kulit praoperatif adalah untuk mengurangi sumber bakteri tanpa mencederai kulit. Bila ada waktu, seperti pada bedah efektif, klien dapat diinstruksikan untuk menggunakan sabun yang mengandung deterjen germisida untuk membersihkan area kulit selama beberapa hari sebelum pembedahan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah organisme yang ada kulit. Persiapan ini dapat dilakukan di rumah. sebelum pembedahan, klien harus mandi air hangat, relaksasi, serta menggunakan sabun yang mengandung iodine. Meskipun hal ini sering

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilaksanakan dan hasil akhir pascaoperatif. Tujuan: dalam waktu 1 x 15 menit tingkat kecemasan klien berkurang atau hilang. Kriteria hasil: klien menyatakan kecemasannya berkurang klien

mampu

mengenali

perasaan

ansietasnya klien dapat mengidentifikasikan penyebab atau faktor yang memengaruhi ansietasnya klien kooperatif terhadap tindakan wajah klien tampak rileks

12

Intervens

Rasiona

i

l

Mandiri Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut. Kaji

tanda

asietas

verbal

dan

Ansietas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung.

nonverbal. Reaksi

verbal/nonverbal

dapat

Dampingi

menunjukkan rasa agitasi, marah, dan

klien dan lakukan tindakan bila klien

gelisah.

mulai menunjukkan prilaku merusak. Jelaskan tentang prosedur pembedahan sesuai Klien yang teradapatasi dengan prosedur jenis operasi.

pembedahan yang akan dilaluinya akan merasa lebih nyaman.

Beri dukungan prabedah

Hubungan emosional yang baik antara perawat dan klien akan mememgaruhi peneriamaan klien terhadap pembedahan. Aktif mendengar semua kekhawatiran dan keprihatinan klien adalah bagain penting dari

evaluasi

mengenai

praoperatif.

tindakan

bedah

Keterbukaan yang

akan

dilakukan, pilihan anestesi, dan perubahan atau kejadian pascaoperatif yang diharapkan akan menghilangkan banyak ketakutan tak berdasar terhadap anestesi. Bagi sebagian besar klien, pembedahan adalah

suatu

bermakna.

peristiwa

hidup

yang

13

Kemampuan perawat dan dokter untuk memandang klien dan keluarganya sebagai manusia yang layak untuk didengarkan dan diminta pendapat ikut menentukan hasil pembedahan. Egbert et al. (1963) dalam gruendemann (2006) memperlihatkan bahwa kecemasan klien yang dikunjungi dan diminta pendapat sebelum operasi akan berkurang saat tiba di kamar operasi dibandingkan mereka yang hanya sekedar diberi premedikasi dengan fenobarbital. Kelompok

yang

mendapat

premedikasi

melaporkan rasa mengantuk, tetapi tetap cemas. Hindari konfrontasi

Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama, dan mungkin memperlambat penyembuhan.

Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh

Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak

istirahat.

diperlukan.

Tingkatkan kontrol sensasi klien.

Kontrol sensasi klien dalam menurunkan ketakutan informasi

dengan tentang

cara

memberikan

keadaan

klien,

menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahanan diri) yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, dan memberikan respons balik yang positif. Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan Orientasi dapat menurunkan kecemasan. aktivitas yang diharapkan. Beri

kesempatan

mengungkapkan

kepada

klien

untuk Dapat ketegangan

menghilangkan

ketegangan-

14

ansietasnya.

terhadap

kehawatiran

yang

tidak

diekpresikan. Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat.

Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan rasa cemas, dan prilaku adaptasi. Kehadiran keluarga dan teman- teman yang dipilih klien untuk menemani aktivitas pengalih (misalnya: membaca akan menurunkan perasaan terisolasi).

Kolaborasi Berikan anticemas sesuai indikasi, contohnya diazepam.

Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.

15

Kecemasan berhubungan dengan suasana menjelang pembedahan Tujuan: kecemasan klien teradaptasi Kriteria evalusasi: klien kooperatif terhadap intervensi prainduksi anestesi dan klien mendapat dukungan prainduksi. Intervens

Rasiona

i

l

Saat klien masuk ruang sementara, sambut Klien yang merasa diterima oleh petugas dengan ramah dan panggil klien dengan namanya. ruang

sementara

akan

dukungan psikologis

mendapatkan

yang menurunkan

stimulus rasa cemas. Pemanggilan nama akan memberikan rasa aman pada klien dan menegaskan bahwa dia

merupakan

klien

yang

benar

untuk

mendapat intervensi. Bantu klien untuk mengganti pakaian rawat inap Klien dengan pembedahan efektif dari dengan pakaian kamar bedah.

ruangan akan diganti bajunya di ruang prabedah.

Beri

lingkungan

yang

tenang

dan

berbicara tentang pembedahan.

jangan Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak diperlukan. meningkatkan premedikasi.

Suasana

tenang

efektifitas Perbincangan

akan

pemberian yang

tidak

menyenangkan atau percakapan harus dihindari karena dapat diartikan bereda oleh klien yang mendapatkan sedatif. Orientsikan klien terhadap prosedur prainduksi Orientsi dapat menurunkan kecemasan. dan aktivitas yang diharapkan. Beri

kesempatan

mengungkapkan ansitesnya.

kepada

klien

untuk Dapat menghilangkan ketegangan terhadap keahwatiran yang tidak diekspresikan.

16

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan prognosis pembelahan, ancaman kehilangan organ atau fungsi tubuh dari prosedur pembedahan, dan ketidakmampuan menggali koping efektif. Tujuan: dalam waktu 1 x 10 menit klien mampu mengembangkan koping yang positif. Kriteria evaluasi: klien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan. klien mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi. klien mampu menyatakan peneriamaan diri terhadap situasi. klien mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif. Intervens

Rasional

i Mandiri Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan Menentukan hubungan dengan derajat ketidakmampuan.

bantuan

individual

dalam

menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.

Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi Beberapa klien dapat menerima dan mengatur pada klien.

perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian

diri,

sedangkan

yang

lain

mempunyai kesulitan dalam membandingkan mengenal, dan mengatur kekurangan. Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan. Menunjukkan penerimaan, membantu klien untuk mengenal dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut. Catat

ketika

klien

menyatakan

sekarat, Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh

mengingkari, dan menyatakan inilah kematian.

atau perasaan negatif terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional.

17

Mengingatkan klien tentang fakta dan realita Membantu

klien

untuk

melihat

bahwa

bahwa klien masih dapat menggunakan sisi yang perawat menerima kedua bagian sebagai sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.

bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk meraskan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.

Bantu dan anjurkan

Perawata yang baik dan Membantu meningkatkan perasaan harga diri

memperbaiki

n

dan

kebiasaan.

mengontrol lebih dari satu area kehidupan.

Anjurkan

orang

terdekat

klien

untuk Menghidupkan kembali perasaan kemandirian

mengizinkan klien melakukan hal sebanyak- dan membantu perkembangan harga diri serta banyaknya.

memengaruhi proses rehabilitasi.

Dukung prilaku atau usaha seperti peningkatan Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan minat

dan

atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.

pengertian tentang

peran

individu

masa mendatang. Dukung

penggunaan

alat-alat

yang

dapat Meningkatkan kemandirian untuk membantu

membuat klien, tongkat, alat bantu jalan, tas pemenuhan kebutuhan fisik dan menunjukkan panjang untuk kateter.

posisi untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial.

Monitor gangguan tidur, kesulitan berkonsentrasi, Dapat letargi, dan meanrik diri.

mengindikasikan terjadinya depresi.

Umumnya memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.

Kolaborasi Rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling Dapat memfasilitasi perubbahan peran bila ada indikasi.

yang penting untuk perkembangan perasaan.

18

Resiko cedera perioperatif berhubungan dengan prosedur premedikasi anestesi Tujuan: dalam waktu 1 x 10 menit klien tidak mengalami cedera perioperatif. Kriteria evaluasi: sebelum terinduksi operasi klien tenang klien

mengetahui

pembiusan

klien

tentang

prosedur

mengatakan

siap

dilakukan pembiusan klien tampak tenang dan kooperatif status hemodinamik klien dalam batas normal Intervensi Jelaskan prosedur rutin prabedah

Perawat perioperatif menjelaskan tahaptahap yang akan dilaksanakan untuk menyiapkan klien menjalani pembedahan

Periksa tanda-tanda vital prabedah

Prosedur standar dalam melakukan prainduksi bedah dengan membandingkan hasil tandatanda vital sewaktu di ruang rawat inap

Siapkan sarana kateter iv dan obat-obatan Perawat anestesi biasanya mempersiapkan premediksi

sarana kateter iv yang berukuran besar agar pemasukan cairan menjadi lebih mudah Obat-obat premediksi dipertimbangkan secara individual . Prosedur premediksi juga harus diadaptasikan

setelah

mempertimbangkan

factor lain, misalnya lama pembedahan keseluruhan dan kebutuhan pemulihan pasca bedah yang segera pencapaian pemulihan dan aktivitas yang cepat sangat penting dalam konteks

Obat yang paling sering digunakan pada premediksi

adalah

dari

golongan

benzodiazepine . Diazepam adalah salah satu

19

golongan benzodiazepine yang mempunyai sifat

tidak

larut

air

sehingga

apabila

dilarutkan dengan air steril akan memberikan rasa nyeri pada pemberian intravena. Waktu paruh eliminasi diazepam adalah kira-kira 21-37 jam (kee, 1996) sehingga tidak dipertimbangkann pada pemberian klien one day surgery.

Lakukan pemasangan kateteriv dan pertimbangan Di pemberian agen premediksi

dalam

ruang

sementara

,

perawat,

perawat anestesi. Atau ahli anestesi memasang kareter infuse ketangan klien untuk memberikan prosedur

rutin penggantian cairan dan obat-obatan melalui intravena. Pemasangan kateter iv di ruang

prabedah

berfungsi

untuk

mempermudah intervensi premediksi. Lakukan pengiriman klien ke kamar operasi

Perawat memindahkan klien ke kamar operasi dengan menggunakan brankar dengan pagar terpasang, klien biasanya masih sadar dan akan memperhatikan perawat dan dokter menggunakan masker, pakain khusus, dan penutup mata untuk

20

pembedahan secara lengkap.

Lakukan

pengaturan

pemindahan klien

posisi

pada

saat Klien dengan pembedahan dengan posisi

yang tidak memerlukan terlentang yang tidak menggunakan anestesi

anestesi dari brankar ke meja operasi

memerlukan pengaturan posisi dengan hatihati. Petugas memindahkan klien ke atas meja operasi .pastikan brankar dan meja operasi telah terkunci.

Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan prosedur anestesi umum Tujuan: risiko cedera intraoperatif sekunder dari intervensi anestesi umum tidak terjadi. Kriteria evaluasi: klien kooperatif terhadap intervensi anestesi. klien dapat menjadi tidak sadar sesuai tahapan anestesi umum. Intervensi

Rasional

Kaji ulang identitas klien

Perawat ruang operasi memeriksa kembali identifikasi dan kardeks klien; melihat kembali lembar

persetujuan

kesehatan,

hasil

tindakan,

pemeriksaan

riwayat fisik,

dan

berbagai hasil pemeriksaan; memastikan bahwa alat protese dan barang berharga telah dilepas; dan mermeriksa kembali rencana perawatan praoperatif yang berkaitan intraoperatif.

dengan

rencana

perawtan

21

Siapkan

obat-obatan

pemberian

umum.

anestesi Obat-obatan

anestesi

yang

dipersiapkan

meliputi obat pelemas otot danobat anestesi umum. Intubasi endotrakeal dilakukan setelah pemberian pelemas otot kerja singkat seperti suksinikolin (anectine, burroughs wellcome) dan

mivikurium

(mivicron,

burroughs

wellcome), atau obat yang bekerja lebih lama misalnya vekuronium (norcuron, organon) atau atrakurium (tracium, burroughs wellcome). Anestesi umum dapat diinduksi dengan obat intravena

misalnya

metoheksital

(brevital

sodium, lilly), tiopental (sodium pentothal, abbott), atau propofol (gruendemann, 2006). Siapkan alat-alat intubasi endotrakeal.

Intubasi endotrakeal digunkan untuk menjaga kepatenan jalan napas intraoperasi. Penata anestesi

memeriksa

kondisi

laringoskop

dan

apakah

endotrakeal

berfungsi

lampu

kondisi optimal

pada selang

sebelum

pemasangan dilakukan. Penata anestesi harus mempertimbangkan faktor umum dan kondisi penyulit

dalam

melakukan

intubasi

pada

pemilihan persiapan sarana intubasi. Misalnya, pada anak kecil akan digunakan laringoskop dan selang endotrakeal yang ukurannya sesuai. Siapkan sarana pemantauan dasar.

Pemilihan dan pemeliharaan peralatan anestesi dan

perlengkapannya

biasanya

menjadi

taggung jawab penata anestesi. Alat dan sarana yang disikan merupakan sarana atau perangkat pemantauan (monitoring) dasar, meliputi:

22

stetoskop

preekordial

pengukuran

tekanan

darah

oksimetri pulsasi.

Siapkan obat dan peralatan emergensi.

Selain pemantau, peralatan darurat dasar, obat-

obatan, dan protokol pengobatan juga harus tersedia. Defivrilator juga harus dipastikan berfungsi baik. Peralatan jalan napas meliputi laringoskop, selang endotrakeal, jalan napas oral, dan napas faringal. Selain itu, masker dan kantong

resussitasi

self-inflating

(ambu

type)adalah alat yang penting dan harus mudah diakses. Lakukan pemasangan stetoskop prekordial, manset oksimetri

tekanan pada

darah, jari,

kelancaran kateter iv.

monitor dan

stetoskop prekordial dibiarkan menempel di

dasar, dada klien, menyalurkan informasi mengenai

pertahankan operasi mekanis jantung dan adanya bunyi napas secara kontinu. Perubahan yang dapat dideteksi mencakup bising jantung, aksentuasi bunyi jantung kedua, dan denyut jantung yang abnormal. perawt juga memasang manset tekanan darah. Manset tetap terpasang pada lengan klien selama pembedahan berlangsung sehingga ahli anestesi dapat mengkaji tekana darah klien. pemasangan

oksimetri

dalam

penilaian

saturasi oksigen pada jari memudahkan perawat anestesi mengobservasi status respirasi klien. kelancaran keteter iv dapat menjadi prosedur dasar sebelum memberikan anestesi secara

23

intravena.

Kaji faktor yang merugikan selama pemberian Tindakan penting yang dilakukan dengan anestesi intraoperatif.

mengkaji

faktor-faktor

penyulit

selama

anestesi, seperti adanya riwayat reaksi alerfi pada agen anestesiatau alergi terhadap banyak komponen, riwayat penyakit kardiaskuler dan paru, masalah jalan napas, dan faktor usia lanjut. riwayat alergi

Riwayat reaksi alergi pada agen anestesi atau alergi teerhadap banyka komponen harys diteliti dan diperjelas oleh klien. Untuk menentukan kemungkinan timbulnya masalah besar, misalnya demam yang membahayakan dan asidosis akibat hipertermia maligna atau paralisis otot berkepanjangan yang dijumpai pada orang dengan pseudokolinesterase atipikal (kee, 1996). Evaluasi fungsi berbagai sistem utama tubuh, terutama sistem kardiovaskular dan pernapasan, merupakan parameter penting pada evaluasi pra- anestesi. Klien yang mengaku alergi terhadap banyak obat mungkin sangat peka terhadap obat- obat yang melepaskan histamin, misalnya sebagian pelemas otot, narkotik, dan

24

barbitturat. Informasi mengenai eiwayat alerfi terhadap antibiotik, zat warna kontras, preparat indium, plester, dan lateks sangat penting. Riwayat reaksi hebat dan mendadak dari seseorang setelah

terpajan produk atau peraltan medis

yang mengandung lateks harus dilaporkan. Etiologi pasti alerfi lateks tidak diketahui, tetapi protein larut air dari lateks tampaknya adalah alergen utamanya (gruendemann, 2006).

riwayat penyakit kardiovaskular dan paru.

Riwayat penyakit kardiovaskular dan paru harus mendapat persetujuan medis dari dokter jantung

dan paru sebelum dijadwalkan menjalani prosedur

bedaha

elektif.

Riwayat

infark

miokardium, angina, gagal jantung kongestif, hipertensi, diabetes, aritmia jantung, penyaktit vaskular perifer, merokok, penyakit paru obstruktif menahun, atau tandur pintas arteri koroner mungkin merupakan prediktor pascaoperatif.

untuk

morbiditas

jantung

25

masalah jalan napas

masalah jalan napas yang kondisinya kurang optimal tanpa patologi jalan napas yang jelas, visualisasi glotis kadang-kadang sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan. Faktor predisposisi yang dapat menyulitkan intubasi adalah leher yang pendek dan berotot dengan gigi lengkap, rahang bawah yang mundur disetai

sudut

mandibula

yang

tumpul,

menonjolnya gigi seri atas, penyempitan ruang antara

sudut-sudut

mandibula

disertai

palatum

yang

melengkung tinggi, serta peningkatan jarak dari gigi seri atas ke batas posterior ramus mandibula (rob,

1968). Pengamatan

klinis tambahan adalah apabila jarak antara dagu ke tulang rawan tiroid kurang dari 3 atau 4 cm (lebar dua jari visualisasi

tangan),

maka

glotis diperkirakan

akan sulit dilakukan (rosenberg dan rosenberg (1983) dikutip gruendemannn (2006)). selama pemeriksaan praoperatif, klien dengan riwayat apnea tidur obstruktif, sindrom kongenital, bedah leher atau wajah, stridor atau suara serak, nyeri, atau parestesia sewaktu meggerakkan leher, gigi tanggal atau goyang, atau perangkat gigi, misalnya kawat gigi mungkin menyulitkan kita saat membebaskan

jalan

napas.

Catatan anestesi sebelumnya harus dikaji untuk mencari keterangan mengenai kualitas jalan napas, upaya laringoskopi, dan keberhasilan intubasi. Saat pemeriksaan fisik, ahli anestesi atau penata aanestesi harus secara

26

teliti memeriksa leher, mandibula, dan struktur serta mobilitas mulut. Kesejajaran tiga sumbu (oral, faring, dan trakea) mempermudaha visualisasi laring.

Kesejajaran

sumbu-sumbu tersebut

dilakukan

dengan fleksi anterior spina servikalis bawah ditambah ekstensi sendi atlanto-oksipitalis (rosenberg

dan

rosenberg

(1983)

dalam gruendemannn (2006)).

faktor luar

faktor usia lanjut dimana klien sebelumnya menggunakan

agen

obat

antihepertensi,

antiparkison, dan psikotropik merupakan obatobat yang paling sering menimbulkan reaksi simpang pada orang tua (kee, 1996). Klien berusia lanjut cenderung tentan terhadap obatobat penekan susunan saraf pusat. Hal ini mungkin disebabkan oleh berkurangnya bahanbahan sel dan penurunan fungsi sinaps secara progresif.

Kecepatan

hantaran

diketahui

27

menurun

seiring

Penuruan

dengan penuaan.

konsentrasi

alveolus

minimal

(minimal

kronik memperlambat metabolisme obat-obat misalnya teofili. Pada klien dengan keadaan tersebut, waktu paruh teofilin dalam serum adalah sekitar 23 jam, dibandingkan dengan nilai normal sebesar 7 jam (gruendemann, 2006). kaji

adanya

dagnostik.

kelainan

pada

prosedur

prosedur untuk menilai adanya gangguan pada organ-organ vital dapat mempersulit jalannya anestesi. prosedur penilaian laboratorium dan dagnostik harus dilakukan seiring dengan adanya riwayat proses penyakit dan medikasi yang dikonsumsi. Beberapa institusi menetapkan pemeriksaan prosedur standar pada klien usia di atas 40 tahun,

meliputi

pemeriksaan

hemoglobin,

hematokrit, urinalisis, dan ekg. urine rutin

Pemeriksaan urine rutin sperti berat jenis urine berguna untuk mengetahui status hidrasi klien. Adanya

glukosa

dalam

urine

jelas

mengindikasikan kemungkinan adanya diabetes dan hipovolemia akibat diuresis osmotik. Proteinuria atau hematuria mengindikasikan

28

adanya penyakit ginjal yang serius.

pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi praoperatif diprlukan untuk identifikasi klien yang berisiko tinggi atau mendasari penilaian tingkat keparahan perubhan paru intraoperatif dan pascaoperatif.

Beri dukungan praanestesi

Hubungan emosional yang baaik antara penata anestesi dan klien akan memegaruhi penerimaan anestesi.

Lakukan pemberian anestesi secara intravena.

Pemberian

anestesi

intravena

biasanya

dilakukan

penata

anestesi

dengan

sepengetahuan

ahliaanestesi.

Pemberian

suksinikolin (succinylcholine) secara intravena sebagai obat intravena pertama bertujuan untuk menghambat saraf dan menyebabkan paralisis pita suara sementara dan otot pernapasan selama selang endotrakeal terpasang. Lakukan pemasangan selang endotrakeal,

pemasangan

selang endotrakeal

biasanya

pemasangan oral airway, dan kaji efektivitas dilakukan ahli anestesi atau penta anestesi jalan napas.

dengan diketahui oleh ahli anestesi. Selang endotrakeal bertujuan untuk tetap menjaga kepatenan

jalan

kemungkinan

napas,

sera

terjadinya

mencegah

aspirasi

dan

komplikasi pernapasan lainnya akibat depresi pada brokus efek dari anestesi. penata anestesi akan membantu melakukan peenekanan tulang rawan krikoid (perasat sellick) untuk menyumbat esofagus pada saat

29

perasat endotrakeal dilakukan. pemasangan

oral

airway

akan

menjaga

kepatenan jalur napas dan memudahkan penata anestesi untuk memonitor kepatenan jalan napas.

Lakukan pemberian napas bantuan, pemberian Ahli anestesi atau penata anestesi akan oksigen, pengisapan, dan pemberian anestesi memberikan ventilasi bantuan sampai efek inhalasi.

suksinikkolin

hilang

dan

klien

kembali

bernapas secara spontan. Mulai saat itu, gas atau uap anestesi biasanya diberikan

secara inhalasi melalui selang endotrakeal.

Beberapa

obat-obatan

yang sering digunakan adalah halotan, supran, dan foran. Lakukan pemantauan status kardiovaskular dan Risiko terbesar dari anestesi umum adalah efek respirasi selama pembedahan.

samping obat-obatan anestesi, termasuk di antaranya depresi, iritabilitas kardiovaskular dan

depresi

pernapasan.

Kontrol

status

kardiovaskular dan repirasi dapt mendeteksi risiko kegawatan sedini mungkin.

30

Lakukan pemberian cairan dan transfusi Dilakukan pada prosedur pembedahan yang sesuai kondisi dan lamanya pembedahan sera berlangsung lama atau apabila dilakukan kontrol keluaran urine.

antisipasi terhadap perubahan volume cairan yang besar. Pengukuran pengeluaran cairan dan darah secara cermat serta perkiraan darah yang terdapat di dalam spons menjadi tugas bersama ahli anestesi dan perawat sirkulasi. Apabila klien

adalah

anak-anak,

penata

anestesi

sirkulasi harus menimbang spons operasi (1 g setara dengan 1 ml darah) untuk menentukan pengeluaran darah secara lebih akurat. Karena volume darah anak lebih sedikit, maka perawat harus mengingatkan ahli anestesi mengenai darah yang keluar dalm interval tertentu selama pembedahan. Lakukan pemberian obat-obat pemulih anestesi Pemberian obat-obat pemulih anestesi biasanya setelah pembedahan selesai.

dilakukan ahli atau penata anestesi dengan diketahui oleh ahli anestesi.

Lakukan pembersihan jalan napas setelah dilaksanakan.

pembedahan

Jalan napas dibersihkan dengan pengisapan, selesai dan setelah refleks laring dan faring pulih maka dilakukan ekstubasi. Penata anestesi tetap berada di kamar operasi dengan ahli anestesi, sampai klien siap dipindahkan ke ruang pemulihan.

Secara

umum,

peralatan

dan

instrumen jangan dipindahkan dari ruangan sampai klien stabil dan siap dipindahkan.

2. perawat pemeriksaan darah terutama kadar trombosit, waktu pembekuan, dan waktu 31

pendarahan. Adanya hasil yang abnormal pada pemeriksaan ini bermanifestasi pada kewaspadaan yang sangat tinggi oleh ahli bedah dan asisten operasi dalan melakukan prosedur bedah Lakukan manajemen kamar operasi.

Dilakukan oleh perawat administratif dalam mengatur dan menentukan staf pada setiap pembedahan

agar

kelancaran

proses

pembedahan dapat terlaksana secara optimal. Siapkan kamar bedah yang sesuai dengan jenis pembedahan klien. 1. perawat sirkulsi melakukan persipan tempat Beberapa jenis pembedahan tertentu akan

operasi sesuai prosedur yang biasa dn jenis dilaksanakan pada ruangan atu kamar bedah pembedahan yang akan dilaksanakan. Tim khusus, seperti kamar operasi bedah saraf. bedah harus diberi tahu jika terhadap kelainan kulit yang mungkin dapat menjadi kontraindikasi pembedahan 2. perawat sirkulasi memeriksa kebersihan dan

kerpain ruang operasi sebelum pmebedahan. Perawat sirkulasi juga harus memastikan bahwea peralatan telah siap dan dapat

Semua peralatan harus dicoba sebelum prosedur pembedahan. Apabila prosedur ini tidak dilaksanakan, maka dapat menyebabkan penundaan atau kesulitan dalam pembedahan.

digunakan. Siapkan meja bedah dan asesori pelengkap Meja bedah akan disipakan perawat sirkulasi sesuai dengan jenis pembedahan.

dan disesuaikan dengan jensi pembedahan. Perawat sirkulasi mempersiapkan asesori tambahan meja bedah agar dalam pengaturan posisi dapat efektif dan efisienl.

Siapkan sarana pendukung pembedahan.

Sarana

pendukung

seperti

kateter

urine

lengkap, alat pengisap lengkap, spons dalam kondisi siap pakai.

32

Siapkan alat hemostasis dan cadangan alat Alat hemostasis merupakan fondasi dari dalam kondisi siap pakai.

tindakan operasi untuk mencegah terjadinya pendarahan serius akibat kerusakan pembuluh darah arteri. Perawat mmeriksa kemampuan alat tersebut untuk menghindari cedera akibat pendarahan intraoperasi.

Lakukan pemasangan kateter urine dengan Pemasangan teknik steril.

kateter

mengindari

keluarnya

intraoperatif

akibat

dilakukan urine

untuk

pada

hilangnya

saat

kontrol

menahan urine efek dari anestesi. Kateter foley harus dipasang sebelum klien diberi posisi.

Gunakan

pemasangan

teknik

kateter.

aseptik

Cegah

untuk

terjadinya

tekukan atau tekanan pada kateter selama proses

pemindahan

tersebut.

Periksa

kepatenan sestem drainase setelah pemberian posisi. Catat keluaran urine dan pemasangan kateter. Lakukan pengaturan posisi bedah.

Manajemen pengaturan posisi (lihat kembali materi

manajemen

pengaturn

posisi)

dilakukan untuk memudahkan akses atau pajanan pada dokter bedah, akses vaskular seperti infus dan alat monitor standar tidak terganggu, drainase urine

optimal, dan

fungsi status

srikulsi

serta

pernapasan adekuat.

33

Posisi

tidak

boleh mengganggu struktur neuromuskular. Bantu ahli bedah pada saat dimulainya insisi.

Insisi

bedah

memerlukan

skalpel

(alat

penjepit) dan pisau bedah yang sesuai dengan ares yang akan dilakukan insisi. Perawat instrumen bertanggung jawab menyerahkan alat insisi dan mempersiapkan kauter listrik yang diperlukan dalam tindakan hemostasis. Asisten

pertama

berperan

membantu

menyerap darah yang keluar saat dan menjepit pembuluh darah akibat kerusakan vaskular pada area insisi dengan menggunakan spons dan klem arteri. Bantu ahli bedah dalam melakukan intervensi Perawat hemostasis.

instrumen

atau

asisten

bedah

menggunakan alat hemostasis listrik pada klem arteri untuk menjepit atau menghentikan pendarahan.

Bantu ahli bedah dalam membuka jaringan dan lakukan pengisapan apabila diperlukan.

pembukaan jaringan dilakukan lapis demi lapis, dari kulit, lemak, fasia, dan jaringan dalam, misalnya peritoneum pada pemedahan area abdomen. Pembukaan jaringan dilakukan sampai akses yang akan dituju sesuai jenis dan tujuan pembedahan dapat tercapai. asisten bedah membantu menarik dengan menggunakan

refraktor

dan

melakukan

pengisapan apabila banyak cairan yang mengganggu akse bedah. Pemakaian dan pemilihan jenis refraktor disesuaikan dengan jenis dan ares jaringan atau pembedahan yang dilakukan. perawat

instrumen

berperan

dalam

memenuhi keprluan yang sesuai pada setiap momen

pembedahan,

seperti

keperluan

34

penggunaan guntin mayo oleh ahli bedah atau keperluan refraktor.

Lakukan

manajemen

sirkulasi

intraoperatif

.

ruang operasi. 1. perawat sirkulasi mendukung poerawat

.

Dokumentasi

perawatan

intraoperatif

instrumen dan ahli bedah dari zoan tidak memberi data yang bermanfaat bagi perawat steril selam prosedur pembedahan untuk yang

akan

mengawasi atau membantu serip kesulitan pembedahan. yang mungkin memrlukan bahan dari luar lapangan

steril.

melakukan

manajemen

(sucton),

Perawat

memastikan

alat alat

sirkulasi pengisap hemostasis

terpasang dengan benar, sera memeriksa alat- alat tersebut dalam kondisi power on 2. Perawat sirkulasi mencatat barang yang

digunakan seperti jumlah spons, alat instrumen intraoperatif yang mempunyai risiko tertinggal pada jaringan bedah dan meningkatkan risiko ceder bedah, serta mencatat penyulit yang terjadi selam pembedahan yang sering disampaikan oleh ahli beah, asisten, atau instrumentator.

merawat

klien

setelah

35

3. Selama fase intraoperatif, perawat sirkulasi meljutkan

dokumentasi

tentan

jensi

aseptik, jumlah cairan iv yang digunakan, dan memantau kelurasn urine dan lambung melalui

selang

pembedahana

ngt.

Selam

prosedur

beralangsung,

perawat aktivitas

menjaga

agar

pencatatan

perawatan

klien

dan

prosedur

yang

dilakukan oleh petugas ruang operasi tetap akurat Bantu ahli bedah pada saat akses bedah tercapai Peran perawat perioperatif baik asisten bedah, sesuai dengan tujuan pembedahan.

perawat instrumen dan sirkulator mendukung ahli bedah agar tujuan pembedahan dapat tercapai. Tujuan pembedahan pada saat akse tercapai, meliputi: diagnostik (pembedahan untuk pemeriksaan lebih lanjut), misalnya pengambilan sampel biopsi tumor. a. ablative (pengangkatan bagian tubuh yang

mengalami

masalah

atau

penyakit),

misalnya amputasi, pengangkatan tumor, dan apendektomi. b. paliatif (menghilangkan atau mengurangi

gejala tidak

penyakit,

tetapi

menyembuhkannya),

kolostomi

dan

debridemen

misalnya jaringan

nekrotik. c. rekonstruktif (mengembalikan fungsi atau

penampilan jaringan yang mengalami malfungsi atau trauma), misalnya fiksasi interna dan eksterna fraktur dan perbaikan jaringan parut.

36

d. transplantasi

struktur

(mengganti

yang

organ

mangalami

atau

malfungsi),

misalnya cangkok (transplantasi) ginjal, total hip replacement. e. konstruktif (mengembalikan fungsi yang

hilang

akibat

anomali

kongenital),

misalnya: bibir sumbing, penutupan defek katup jantung dan

perbaikan

hiperekstensi

lutut (genurecurvatum)).

Bantu ahli bedah dalam penutupan jaringan. 1. Perawat

instrumen

menurunkan

Prosedur

penutupan

jaringan

dilakukan

risiko setelah tujuan pembedahan sudah selesai

cedera dengan mempersiapkan dan memilih dilaksanakan. Penutupan dilakukan lapis demi sarana penjahitan dengan memperhatikan lapis sesuai area tau jaringan yang telah ketajaman jarum jahit, benang jahitan yang dilakukan pembedahan. akan digunakan sesuai jaringan yang di jahit dan kondisi atau kelayakan instrumen agar kerusakan jaringan dapat minimal 2. Penjahitan bisa dilakukan ahli bedah atau

asisten bedah. Apabila dilakukan ahli bedah, maka asistern bedah membantu penutupan jaingan agar dapat terlaksana secara efektif dan

37

efisien

agar

kerusakan

jaringan

dapat

minimal.

Lakukan penutupan luka pembedahan.

Penutupan luka selain bertujuan menurunkan risiko

infeksi

menurunkan

juga

bertujuan

untuk

Related Documents


More Documents from "Helena"

Bab 4 Stroke.docx
June 2020 12
Bab 3 Lanjutan.docx
December 2019 12
Bab 5 Stroke.docx
June 2020 11
Bab 4 01.docx
December 2019 22
Impaksi Delfianto.docx
December 2019 23