Ibu Wilsna Perilaku Individu Dalam Organisasi.docx

  • Uploaded by: ikha
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ibu Wilsna Perilaku Individu Dalam Organisasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,976
  • Pages: 11
A. DEFINISI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI Perilaku Keorganisasian merupakan bidang studi yang mempelajari tentang interaksi manusia dalam organisasi, meliputi studi secara sistimatis tentang prilaku, struktur dan proses dalam organisasi sedangkan perilaku setiap individu pasti beragam, karena individu satu pasti berbeda dengan individu lainya, karakteristik yang dimiliki individu akan dibawa ketika individu tersebut memasuki lingkungan baru yaitu organisasi, sedangkan organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang memiliki karakteristik tersendiri, jadi kadang terjadi disconnect antara karakter individu dengan karakter organisasi. Dan perilaku individu dalam organisasi merupakan bentuk interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Individu membawa tatanan dalam organisasi berupa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan, kebutuhan dan pengalaman masa lainnya. Perilaku individu juga dapat disebut sebagai perilaku atau interaksi yang dilakukan oleh manusia atau individu di lingkungannya, perilaku setiap individu sangatlah berbeda dan hal ini dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebut tinggal, perilaku yang berbeda mengakibatkan berbedanya kebutuhan setiap individu. untuk itu perlunya suatu organisasi agar kebutuhan yang berbeda tersebut dapat terpenuhi dengan bekerja sama antar individu. Perilaku individu akan membentuk pada perilaku organisasi. Organisasi diciptakan oleh manusia untuk mencapai suatu tujuan, dan pada saat yang sama manusia juga membutukan Organisasi untuk mengembangkan dirinya. Oleh sebab itu antara organisasi

dengan

manusia

memiliki

hubungan

yang

saling membutuhkan

dan

menguntungkan. Faktor yang mempengaruhi perilaku individu dalam organisasi, yaitu : 1. Produktivitas Kerja Produktivitas Kerja yaitu kemampuan menghasilkan suatu kerja yang lebih banyak daripada ukuran biasa yang telah umum. Pengertian produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan di hari lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari baik dari hari ini. Secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (input). Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga kerja persatuan waktu. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan karyawan dalam berproduksi dibandingkan dengan input yang digunakan, seorang karyawan

1

dapat dikatakan produktif apabila mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan diharapkan dalam waktu yang singkat atau tepat. Faktor - faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja yaitu pendidikan, keterampilan, sikap dan etika kerja, tingkat penghasilan, jaminan social, tingkat social dan iklim kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, hubungan individu, teknologi dan produksi. Pengukuran produktivitas kerja sebagai sarana untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Manfaat lain adalah untuk menentukan target dan kegunaan, praktisnya sebagai standar dalam pembayaran upah karyawan. Untuk mengukur suatu produktivitas dapat digunakan dua jenis ukuran jam kerja manusia yakni jam – jam kerja yang harus dibayar dan jam – jam kerja yang harus dipergunakan untuk bekerja. Ada dua macam alat pengukuran produktivitas, yaitu : Physical productivity, yaitu produktivitas secara kuantitatif seperti ukuran (size), panjang, berat, banyaknya unit, waktu, dan biaya tenaga kerja. Kedua, Value productivity, yaitu ukuran produktivitas dengan menggunakan nilai uang yang dinyatakan dalam rupiah, yen, dollar dan seterusnya. 2. Tingkat Absensi Tingkat absensi yaitu presensi yang merupakan kehadiran pegawai yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya. Pada umumnya instasi atau lembaga selalu memperhatikan pegawainya untuk datang dan pulang tepat waktu, sehingga pekerjaan tidak tertunda. Ketidakhadiran seorang pegawai akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja, sehingga instansi atau lembaga tidak bisa mencapai tujuan secara optimal. Presensi atau kehadiran pegawai dapat diukur melalui kehadiran karyawan ditempat kerja, ketepatan keryawan datang atau pulang dan kehadiran pegawai apabila mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan atau acara dalam instansi. Dengan adanya tingkat absensi yang baik maka dapat meningkatkan disiplin pegawai. Sedangkan yang dimaksud dengan disiplin adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahan atau instansi baik tertulis maupun tidak (Nitisemito, 1982; 199). Tingkat disiplin kerja dapat dilihat dari : a. Ketepatan waktu; b. Mampu memanfaatkan dan menggerakkan perlengkapan dengan baik; c. Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan; d. Mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan (kepatuhan pada peraturan); 2

e. Memiliki tanggung jawab yang tinggi. 3. Tingkat Turnover Turnover adalah perputaran karyawan atau keinginan berpindah karyawan dari satu tempat kerja ke tempat kerja lainnya. Turnover juga merupakan petunjuk kestabilan karyawan. Semakin tinggi turnover, berarti semakin sering terjadi pergantian karyawan. Dampak turnover bagi organisasi tentu akan merugikan perusahaan. Sebab, apabila seorang karyawan meninggalkan perusahaan akan membawa berbagai biaya seperti : a. Biaya penarikan karyawan, menyangkut waktu dan fasilitas untuk wawancara dalam proses seleksi karyawan, penarikan dan mempelajari pergantian. b. Biaya latihan, menyangkut waktu pengawas, departemen personalia dan karyawan yang dilatih. c. Apa yang dikeluarkan buat karyawan lebih kecil dari yang dihasilkan karyawan baru tersebut. d. Tingkat kecelakaan para karyawan baru, biasanya cenderung tinggi. e. Adanya produksi yang hilang selama masa pergantian karyawan. f. Peralatan produksi yang tidak bisa digunakan sepenuhnya. g. Banyak pemborosan karena adanya karyawan baru. h. Perlu melakukan kerja lembur, kalau tidak akan mengalami penundaan penyerahan. 4. Kepribadian Kepribadian yaitu sifat dari seorang individu dalam bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain, serta cara individu tersebut bekerja dalam organisasi. Kepribadian terbentuk dari faktor keturunan, lingkungan (budaya, norma keluarga dan pengaruh lainnya), dan juga situasi. Ciri dari kepribadian merupakan karakteristik yang bertahan, yang membedakan perilaku seorang individu dengan individu lainnya, seperti sifat malu, agresif, mengalah, malas, ambisius, setia, dsb. 5. Proses Belajar Proses belajar adalah bagaimana kita dapat menjelaskan dan meramalkan perilaku, dan pahami bagaimana orang belajar. Belajar adalah setiap perubahan yang relatif permanen dari perilaku yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Proses belajar melibatkan perubahan (berupa perubahan baik ataupun buruk), perubahan harus relatif permanen. Proses belajar berlangsung jika ada perubahan tindakan atau perilaku. Beberapa bentuk pengalaman diperlukan untuk 3

belajar, pengalaman dapat diperoleh lewat pengamatan langsung atau tidak langsung (membaca) atau lewat praktek. 6. Pembelajaran Pembelajaran dalam hal ini berkaitan dengan pengalaman agar suatu pekerjaan atau suatu hal itu bisa lebih baik dari sebelumnya. Dalam memiliki pengalaman, karyawan juga perlu memiliki kemampuan intelektual yang tinggi. 7. Persepsi Persepsi yaitu suatu proses dengan individu-individu, mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungannya. Distorsi persepsi (penyimpangan persepsi) : a. Persepsi selektif, orang-orang yang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman, dan sikap. b. Efek halo, menarik suatu kesan umum mengenai individu berdasarkan suatu karakteristik tunggal (kesan pertama). c. Efek kontras, evaluasi dari karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru dijumpai, yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama. d. Proyeksi, menghubungkan karakteristik pribadinya terhadap karakteristik pribadi orang lain. e. Stereotype, menilai seseorang atas dasar persepsi kita terhadap kelompok dari orang tersebut (menggeneralisasikan). 8.

Sikap Sikap adalah pernyataan atau pertimbangan evaluatif (menguntungkan atau tidak

menguntungkan) mengenai objek, orang dan peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan mengenai sesuatu. Dalam perilaku organisasi, pemahaman atas sikap penting, karena sikap mempengaruhi perilaku kerja. Adapun komponen sikap, yaitu : a. kognitif, segmen pendapat atau keyakinan dari suatu sikap, b.

afektif, segmen emosional dari suatu sikap,

c. perilaku, suatu maksud untuk perilaku dalam suatu cara tertentu terhadap sesuatu.

4

9.

Kepuasan kerja Kepuasan kerja dalah suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. atau

perasaan senang atau tidak senang terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja dapat mempengaruhi sikap kerja seseorang. Apa yang menetukan kepuasan kerja ? Kerja yang secara mental menantang, kesempatan menggunakan ketrampilan/kemampuan, tugas yang beragam, kebebasan, umpan balik, sistem upah, kebijakan promosi yang adil, kondisi kerja yang mendukung, lingkungan kerja yang aman, nyaman, fasilitas yang memadai, rekan kerja yang mendukung, rekan kerja yang ramah dan mendukung, atasan yang ramah, memahami, menghargai dan menunjukan keberpihakan kepada bawahan, kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan, bakat dan kemampuan karyawan sesuai dengan tuntutan pekerjaan.

B. PENDEKATAN-PENDEKATAN UNTUK MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU Untuk memahami perilaku individu dapat menggunakan pendekatan yangdikelompokan menjadi tiga pendekatan, yaitu: 1. Pendekatan kognitif adalah bahwa suatu perilaku oleh suatu rangsangan, dimana perilaku individu terjadi atau timbul dikarenakan adanya rangsangan sehingga timbulah respon atas rangsangan tersebut, contohnya jika kita bertemu dengan teman dan kemudian dia bersikap baik terhadap kita tentu saja kitapun akan bersikap baik pula. 2. Pendekatan penguatan adalah bahwa suatu perilaku dipengaruhi oleh gerakan reflex yang digerakan oleh system syaraf motoric yang ada diotak kita, contohnya jika tangan kita terkena api maka secara otomatiskita menjauhkan atau menarik tangan dari api tersebut. 3. Pendekatan psikoanalitis adalah bahwa perilaku dipengaruhi oleh kepribadiannya, sedangkan individu yang memiliki pribadi yang baik adalah individu yang telah matang yaitu orang yang dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik bagi dirinya dan lingkungannya, orang yang tidak semata-mata mementingkan kepentingan pribadinya saja melainkan mementingkan kepentingan lingkungannya.

5

C. KARAKTERISTIK BIOGRAFI Dasar-dasar perilaku individu karakteristik biografis, meliputi : 1. Usia Hubungan antara usia dan kinerja pekerjaan masalah yang lebih penting selama dekade mendatang. Mengapa? sedikitnya tiga alasan. Pertama, terdapat kepercayaan yang luas bahwa k pekerjaan menurun seicing bertambahnya,usia. Tak peduli apakah hal ini benar atau tidak, banyak individu meyakininya dan bertindak berdasarkan hal tersebut. Kedua, kenyataan bahwa angkatan kerja menua. Alasan ketiga adalah perundang-undangan AS, yang dengan segala alasan, melarang perintahiun. Saat ini, sebagian besar pekerja AS tidak harus pensiun pada usia 70. kemungkinan akan menjadi Terdapat ertakininva dan bertindak berdasarkan Apakah persepsi terhadap para pekerja yang lebih tua? Bukti menunjukkan bahwa para pemberi kerja memiliki perasaan yang bercampur."Mereka melihat sejumlah kualitas positif yang dibawa para pekerja lebih tua pada pekerjaan mereka: khususnya pengalaman, penilaian, etika kerja yang kuat, dan komitmen terhadap kualitas. Tetapi para pekerja lebih tua juga dipandang kurang memiliki fleksibilitas dan sering menolak teknologi baru. Seiring berjalannya waktu, organisasi secara aktif mencari individu yang dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan terbuka terhadap perubahan, dan sifat-sifat negatif terkait usia secara nyata menghalangi perekrutan awal atas para pekerja yang lebih tua serta meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan dilepaskan selama masa pengurangan karyawan. Sekarang mari kita melihat pada bukti yang ada. 2. Gender Hanya sedikit isu yang memancing lebih banyak perdebatan, kesalahpahaman, dan pendapat tidak mendasar dibandingkan apakah kinerja wanita sebaik pria. Dalam bagian ini, kita meninjau ulang penelitian pada isu tersebut. Bukti menunjukkan bahwa tempat terbaik untuk memulai adalah dengan pengakuan bahwa hanya terdapat sedikit, jika ada, perbedaan penting antara pria dan wanita yang memengaruhi kinerja mereka. Misalnya, tidak terdapat perbedaan yang konsisten antara pria-wanita dalam hal kemampuan memecahkan masalah, menganalisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, atau kemampuan.

6

3. Ras Ras adalah sebuah isu yang kontroversial. Isu ini dapat dengan mudah menim- bulkan perdebatan sehingga membuat individu lebih suka menghindari topik imi. Namun, sebuah gambaran lengkap atas perbedaan individu dalam PO tidak akan lengkap tanpa sebuah diskusi mengenai ras Apakah ras itu? Sebelum kita dapat mendiskusikan bagaimana ras berpengaruh dalam PO, pertama-tama kita harus mencapai sejumlah kesepakatan mengenai apa yang dimaksud dengan ras, dan hal ini tidak begit mudah dilakukan. Sejumlah orang terpelajar berargumen hahwa tidaklah produktif mendiskuskan ras ontuk alasan kebijak an (ini adalah isu yang bersifat memecahbelah), biologis (sebagian besar dari kita merupakan campuran dani beberapa ras), atau geneds dan antropologis (banyak antropolog dan ahli evolusi menolak konsep kategori rasial yang terpisah) 4. Masa Jabatan Karakteristik biografis terakhir yang akan kita lihat adalah masa jabatan. Dengan pengecualian terhadap perbedaan gender dan rasial, tidak ada isu vang tampaknya lebih memicu kesalahpahaman dan spekulasi dibandingkan da senioritas pada kinerja pekerjaan. Tinjauan ekstensif mengenai hubungan senioritas-produktivitas dilakukan. Jika mendefinisikan senioritas sebagai waktu pada pekerjaan, maka kita dapat berkata bahwa bukti terbaru menunjukkan adanva hubungan positif antara senioritas dan produktivjtas pekerjaan. Masa jabatan bila dinyatakan sebagai pengalaman kerja, tampaknya menjadi sebuah dasar perkiraan yang baik atas produktivitas karyawan. Penelitian yang mengaikan masa jabatan pada ketidakhadiran cukup jelas Penelitian secara.konsisten menunjukkan bahwa senioritas berkaitan secara negatif terhadap ketidakhadiran. Bahkan, dalam hubungannya baik dengan frekuensi absensi dan total hari kerja yang hilang, masa jabatan merupakan variabel tunggal paling penting yang berpengaruh. Masa jabatan juga adalah sebuah variabel yang kuat dalam menjelaskan perputaran karyawan. Semakin lama seseorang berada dalam satu pekerjaan, lebih kecil kemungkinannya untuk mengundurkan diri. Lagipula, konsisten dengan penelitian yang menyatakan bahwa perilaku di masa lalu,adalah dasar perkiraan paling baik dari perilaku di masa depan, bukti yang ada menunjukkan bahwa masa jabatan sebelumnya dari seorang karyawan adalah sebuah dasar 7

D. TIPE KEMAMPUAN INDIVIDU Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam hal kemampuan yang membuatnya relative unggul atau rendah dibandingkan dengan orang-orang lain dalam melakukan tugas atau kegiatan tertentu. Kemampuan merujuk ke kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Kemampuan keseluruhan pada hakekatnya tersusun dari 2 faktor : 1. Kemampuan intelektual Kemampuan Intelektual merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan mental. Ada banyak tes yang dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan intelektual seseorang, seperti : tes IQ, SAT, ACT, GMAT, LSAT, dan MCAT. Ada 7 dimensi yang membentuk kemampuan intelektual seseorang, yaitu : Kemahiran berhitung, pemahaman verbal, kecepatan perpetual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang, dan ingatan. 2. Kemampuan fisik Kemampuan fisik merupakan kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina,keterampilan,kekuatan,dan karakteristik serupa. setelah kemampuan intelektual ada yang disebut kemampuan fisik, yaitu kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan fisik lainnya. Kemampuan fisik ini tentu saja disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dijalankan, seorang manajer dapat menilai seberapa banyak kemampuan intelektual dan fisik yang harus dimiliki karyawannya. Ada 9 kemampuan fisik dasar yang porsinya dimiliki secara berbeda-beda oleh tiap individu, tentu saja porsi yang dituntut oleh tiap jenis pekerjaan juga beda-beda. Kemampuan fisik dasar tersebut adalah : kekuatan dinamis, kekuatan tubuh, kekuatan statis, kekuatan pikiran, keluwesan extent, keluwesan dinamis, koordinasi tubuh, keseimbangan, dan stamina. Agar kinerja yang baik dapat dicapai, kesesuaian antara pekerjaan dengan kemampuan yang dimiliki karyawan sangat penting. Apabila karyawan kekurangan kemampuan yang disyaratkan, kemungkinan besar mereka akan gagal. Jika karyawan memiliki kemampuan tambahan yang tidak disyaratkan dalam pekerjaan, tentu hal tersebut dapat menjadi nilai tambah. Namun jika jumlah kelebihan jauh melampaui apa yang 8

dibutuhkan pekerjaan, akan ada ketidakefisienan organisasi dan kepuasan karyawan mungkin merosot, bahkan manajer juga mungkin perlu membayar upah yang lebih tinggi atas kelebihan tersebut.

E. TEORI PEMBELAJARAN UNTUK PERUBAHAN PERILAKU Bagaimana kita belajar? Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan proses dimana kita memperoleh pola perilaku. Teori-teori tersebut adalah : 1. Pengondisian klasik (classical conditioning) Pengondisian klasik (classical conditioning) tumbuh berdasarkan eksperimen untuk mengajari anjing mengeluarkan air liur sebagai respons terhadap bel yang berdering, dilakukan pada awal tahun 1900-an olch seorang ahli fisiolog Rusia bernama Ivan Pavlov." Sebuah prosedur pembedahan sederhana memungkinkan Pavlov untuk secara akurat mengukur jumlah air ljur yang dikeluarkan oleh seekor anjing. Ketika Pavlov memberikan sepotong daging, anjing tersebut memperlihatkan peningkatan nyata dalam pengeluaran air liur. Ketika Pavlov tidak memberikan daging dan hanya membunyikan bel, anjing tersebut tidak mengeluarkan air liur. Kemudian Pavlov berupaya meneliti hubungan antara daging dengan dering bel. Setelah berulang-ulang mendengar bunyi bel sebelum mendapatkan makanan, anjing tersebut mulai mengeluarkan air liur segera setelah bel berdering. Setelah beberapa waktu, anjing tersebut mengeluarkan air liur hanya setelah mendengar suara bel, bahkan jika tidak ada makanan yang diberikan. Dengan demikian, anjing tersebut telah belajar untuk merespons-yaitu, mengeluarkan air liur--terhadap bel. Mari kita kaji ksperimen ini lebih jauh untuk mengetahui konsep kunci dalam pengondisian disian di mana pona beberipa tidak biasa dan n respons baru, klasik. Daging dalam penelitian Pavlov merupakan rangsangan

tidak berkondisi

(unconditioned stimulus), dan selalu

menyebabkan anjing tersebut bereaksi dengan cara tertentu. 2. Pengondisian Operant Pengondisian operant (operant conditioning) bahwa perilaku merupakan fungsi dari konsekuensi-konsek ) menyataka ndivid t nbelajar bérperilaku untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan menghindari sesuatu yang tidak mereka inginkan.Perilaku operant berart secara sukarela atau yang dipelajari, kebalikan dari perilaku refeksi atau tidt dipelajari.Kecenderungan untuk mengulang perilaku seperti ini dipengaruhi ok ada atau 9

tidaknya penegasan dari konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan perilaku.Dengan demikian, penegasan akan memperkuat sebuah perilaku da meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut diulangi.Apa yang dilakukan Pavlov untuk pengondisian klasik, oleh psikolog Harvard, B. F Skinner, dilakukan untuk pengondisian operant." Skinner mengemukakan bahwa menciptakan, konsekuensi yang menyenangkan untuk mengikuti bentuk

perilaku

tertentu

akan

meningkatkan

frekuensi

perilaku

tersebut.

la

mendemonstrasikan baliwa individu berkemungkinan besar akan melakukanperilaku yang diharapkan jika mereka ditegaskan secara positif untuk melakukannya; paling efektif, penghargaan diberikan segera setelał respons yang diharapkan diperoleh; dan perilaku yang tidak diberi penghargaan, atau dihukum,, berkemungkinan lebih kecil untuk diulang. Sebagai contoh, ada profesor yang menempatkan sebuah tanda disamping nama seorang siswa setiap kali siswa tersebut berkontribusi terhadap diskusi kelas. Menurut pengondisian operant, praktik ini memotivasi karena mengondisikan siswa untuk mengharapkan sebuah penghargaan (mendapatkan nilai kelas) setiap kali ia menunjukkan perilaku tertentu (berbicara di depan kelas).Konsep pengondisian operant merupakan bagian dari konsep Skinner mengenai paham perilaku (behaviorism), yang menyatakan bahwa perilaku mengikuti rangsangan dalam cara yang relatif tidak terpikirkan.Dalam paham perilaku radikal menurut bentuk Skinner, konsep-konsep seperti perasaan, pikiran, dan keadaan pikiran lainnya ditolak sebagai penyebab perilaku.Singkatnya, individu belajar untuk mengasosiasikan rangsangan dan respons, tetapi pikiran sadar mereka terhadap asosiasi ini adalah tidak relevan. 3. Pembelajaran Sosial Seseorang dapat juga belajar dengan mengamati apa ya terjadi pada individu lain dan hanya dengan diberi tahu mengenai sesuatu, se belajar dari pengalaman langsung. Jadi sebagai contoh, banyak dari apa ya telah kita pelajari didasarkan atas pengamatan terhadap model-orang guru, rekan sebaya, pemain flm dan televisi, atasan, dan seterusnya. Pandan bahwa kita dapat belajar melalui pengamatan maupun pengalaman langsur Pery ang rang disebut teori pembelajaran sosial (social-learning theory). Meskipun teori pembelajaran sosial adalah sebuah perluasan elalu dari konsekuensi-teori ini juga mengakui keberadaan pembelajaran melaluj pengamatan (observasional) dan pentingnya persepsi dalam pembelajaran Individu merespons pada bagaimana mereka merasakan dan mendefinisikan 10

aman poung pengondisian operant-teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi konsekuensi, bukan pada konsckuensi objektif itu sendiri. Pengaruh model-model adalah sentral pada sudut pandang pembelajaran sosial. Empat proses telah ditemukan untuk menentukan pengaruh sebuah model pada seorang individu: 1. Proses perhatian. Individu belajar dari sebuah model hanya ketika mereka mengenali dan mencurahkan perhatian terhadap fitur-fitur pentinguya. Kita ceriderung sangat terpengaruh oleh model-model yang menarik, tersedia secara berulang-ulang, penting bagi kita, atau mirip dengan kita menurut perkiraan kita. 2. Proses penyimpanan. Pengaruh sebuah model akan bergantung pada seberapa baik individu mengingat tindakan model setelah model tersebut tidak lagi tersedia. 3.

Proses reproduksi motor. Setelah seseorang melihat sebuah perilaku baru deng an mengamati model, pengamatan tersebut harus diubah menjadi tindakan. Proses' ini kemudian menunjukkan bahwa individu itu dapat melakukan aktivitas yang dicontohkan oleh model tersebut.

4. Proses penegasan. Individu akan termotivasi untuk menampilkan perilaku yang dicontohkan jika tersedia insentif positif atau penghargaan. Perilaku yang ditegaskah secara positif akan mendapat lebih banyak perhátian, dipelajari dengan lebih baik, dan dilakukan lebih sering.

11

Related Documents


More Documents from ""