Histologi Pulmo
PERCABANGAN BRONKUS & PARU Trakea terbagi menjadi dua bronkus primer yang memasuki paru di hilus beserta arteri, vena, dan pembuluh limfe. Setelah memasuki paru, bronkus primer menyusur ke bawah dan keluar dan membentuk tiga bronkus sekunder (lobaris) dalam paru kanan dan dua buah di paru kiri dan masingmasing memasok sebuah lobus paru. Bronkus lobaris ini terus bercabang dan membentuk bronkus tersier (segmental). Setiap bronkus tersier, beserta cabang kecil yang dipasoknya, membentuk segmen bronkopulmonal sekitar 10-12% setiap paru dengan simpai jaringan ikat dan darahnya sendiri.
Keberadaan segmen paru semacam itu mempermudah reseksi jaringan paru yang sakit melalui pembedahan tanpa memengaruhi jaringan sehat di sekitarnya. Bronkus tersier membentuk bronkus yang semakin kecil dengan cabang terminal yang disebut bronkiolus. Setiap bronkiolus memasuki sebuah lobulus paru, di mana cabang untuk membentuk lima sampai tujuh bronkiolus terminalis. Lobulus paru berbentuk piramida dengan apeks yang berhadapan langsung dengan hilus paru, dan masing-masing
dilapisi oleh lapisan tipis yang paling jelas terlihat pada fetus. Melalui bronkus dan bronkiolus yang semakin kecil menujukomponen respiratorik, susunan histologis epitel dan lamina propria di bawahnya menjadi semakin sederhana Batuk Berdahak Batuk adalah tindakan refleks yang dihasilkan paling seringoleh infeksi virus atau iritasi lainnya dari trakea atau wilayah lain dari saluran pernapasan. Batuk kering persisten, dimana tidak ada lendir (dahak) yang dihasilkan, dapat diobati dengan penekan batuk yang bekerja pada batang otak dan saraf vagus, sedangkan batuk produktif sering diperlakukan dengan ekspektoran yang membantu melonggarkan lender yang menutupi mukosa pernafasan. e. Mekanisme Batuk Berdahak Sebenarnya, dalam keadaan normal, manusia mensekresi mukus di dalam saluranpernafasan yang berfungsi sebagai pembersih berbagai macam kotoran seperti debu yangtidak tersaring melalui silia hidung. Aapabila terdapat debu yang berlebihan, maka mukusyang disekresikan akan semakin bertambah.. Infeksi ataupun iritasi pada saluran nafas jugaakan menyebabkan hipersekresi mukus pada saluran napas, kemudian apabila terjadihipersekresi mukus, terjadi hipertropi kelenjar submukosa pada trakea dan bronki danakhirnya mukus tertimbun di dalam saluran nafas. Ditandai juga dengan peningkatan sekresisel goblet di saluran napas kecil, bronki dan bronkiole. Kondisi ini kemudian merangsangmembran mukosa untuk selanjutnya mengaktifkan rangsang batuk dengan tujuan untukmengeluarkan benda asing yang telah mengiritasi saluran nafas sehingga mukus yang keluardikenal sebagai sputum. Sumber : Price, Sylvia A. Standridge, Mary P. 2006. Tuberkulosis Paru dalam Price, Sylvia A.Wilson, Lorraine. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta:EGC. Mikroskopis dari sputum 1. Sediaan Natif Pemeriksaan sputum pada sediaan mikroskopis, akan terdapat adanya : Leukosit,eritrosit, Heart failure cells, serat elastik, uliran Curschmann, kristal – kristal, fungi, dan selepitel. Sediaan abnormal akan ditemukan adanya : a. Butir keju: Potongan – potongan kecil berwarna kuning.
b. Aliran Cruschmann: Benang kuning berulir yang sering terlihat benang pusat. Didapa tpada asma bronchiale. c. Tuangan BronkhiBahan dari tuangan ini adalah fibrin, dan besarnya tergantung dari besarnya bronchus tempat membentuknya. d. Sumbat Dittrich: Benda kuning putih yang dibentuk dalan bronchi atau bronchiolus. Tidak tersusun dari fibrin tetapi dari sel yang rusak, lemak dan bakteri. Ditemukan pada asma bronchiale, bronchitis, dan bronchietasi Mekanisme Batuk Berdahak
Mekanisme Batuk Terdiri dari 3 fase: Fase inspirasi Fase kompresi Fase ekspirasi Mekanisme Batuk • Fase Inspirasi: Dimulai dengan inspirasi sejumlah besar udara secara singkat dan cepat. • Fase Kompresi: Glotis akan tertutup selama 0,2 detik, dimana tekanan di paru dan abdomen akan meningkat sampai 50 – 100 mmHg. • Fase Ekspirasi: Secara aktif glotis akan terbuka, udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal Sputum Produksi dahak terjadi karena adanya rangsangan pada membran mukosa secara fisik, kimiawi, maupun karena infeksi. Dalam mendeskripsikan dahak: perkiraan jumlah produksinya dlm 24 jam, tekstur dan warnanya. Dahak berwarna kuning kemungkinan terinfeksi bakteri. Pada infeksi dahak bercampur dgn pus serta produk inflamasi lain.
Ciri Khas Sputum yg Terlihat pada Berbagai Gangguan Paru Tampilan Kental, Translusen, putih keabu-abuan Seperti jelly buah kismis (merah bata) Warna karat (warna ari buah plum) Kemungkinan Penyebab Pneumonia atipikal, asma Klebsiella pneumoniae Pneumonia Pneumokokal Merah muda, berbusa Warna ikan salmon atau kuning pucat Kuning, kehijauan, atau abu-abu kotor Purulen dan berbau busuk Edema paru Pneumonia stafilokokus Pneumonia bakteri, bronkitis akut/kronis Abses paru, bronkiektasis
Mekanisme Batuk Berdahak
Daftar Pustaka • Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit volume 2. Edisi ke-6. Jakarta: EGC, 2005. • Tjandra Yoga Aditama. Patofisiologi Batuk. Bagian Pulmonolgi FKUI.
1. Fase iritasi Iritasi dari salah satu saraf sensorik nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau serat aferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang. 2. Fase inspirasi Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial. 3. Fase kompresi Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meningkat hingga 300 cm H2O agar terjadi batuk yang efektif. 9 Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka. 4. Fase ekspirasi Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara (Putri, 2012). Dalam terjadinya mekanisme batuk, reseptor rangsangan batuk sangat berperan dalam menginisiasi timbulnya refleks batuk. Rangsangan atau stimulus yang dapat menimbulkan batuk secara garis besar terbagi menjadi 3, yaitu: Serabut Aδ atau rapidly adapting receptors (RARs), serabut C, dan slowly adapting stretch receptor (SARs). Mereka dibedakan berdasarkan neurochemistry, letaknya, kecepatan konduksi, sensitivitas fisika-kimia, dan kemampuan adaptasi terhadap lung inflation.