Histologi Veteriner

  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Histologi Veteriner as PDF for free.

More details

  • Words: 18,671
  • Pages: 101
Sistem pencernaan

Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjar yang berhubungan. Fungsi sistem pencernaan adalah memperoleh metabolit-metabolit yang diperlukan untuk pertumbuhan dan energi yang diperlukan bagi tubuh dari makanan yang dimakan. Sebelum disimpan atau digunakan sebagai energi, makanan dicernakan dan diubah menjadi molekul-molekul kecil yang dapat dengan mudah diabsorpsi melalui dinding saluran pencernaan. Saluran pencernaan dimulai dari bibir sampai dengan anus. Pada beberapa tempat mengalami dilatasi serta menempuh arah yang berliku-liku. Makanan dapat bergerak ke belakang karena adanya gerakan peristaltik, dan gerakan anti peristaltik (muntah, memamah biak). Gerakan ini dimungkinkan karena adanya lapisan otot (tunica muscularis) pada dinding saluran pencernaan. I. RONGGA MULUT a. Bibir / Labia Terdiri dari susunan otot kerangka dibagian luar dibungkus oleh kulit dan dibagian dalam selaput lendir kutan. Bagian luar / kulit ditandai dengan adanya rambut, kelenjar palit, kelenjar peluh dan epidermis yang bertanduk. Bagian tengah terdiri dari bagian otot kerangka. Bagian dalam berbatasan dengan rongga mulut terdiri dari selaput lendir kutan yang pada sub mukosa terdapat kelenjar. Pada domba, kambing dan karnivora kelenjar tersebut bersifat mukous.

Integumentum labialis memiliki ujung-ujung saraf disamping rambut peraba (tactile hairs). b. Gigi / Dentes Gigi mengambil peranan dalam proses pencernaan secara mekanik, misalnya memotong, merobek, menggiling dan sebagainya. Bentuk gigi erat hubungannya dengan macam makanan yang dimakan, perhatikan gigi anjing, kucing dengan gigi pemakan rumput misalnya kuda, sapi. Secara mikroskopis pada gigi terdapat : 1. Lapis Email (Substantia adamantina) Lapisan ini berwarna kebiruan padat dan paling keras dari bagian gigi lainnya. Lapis email ini terdiri dari bahan organik sebanyak 96 %, permukaan luar ditutupi oleh kutikula yang bersifat tahan pengaruh luar tetapi sedikit rapuh. Pada gigi tipe brakhidon misalnya karnivora babi dan manusia, lapis email terbatas pada daerah mahkota saja. Pada gigi tipe hipsodon seperti gigi kuda, lapis email terdapat mulai dari mahkota sampai akar gigi bahkan mengelilingi infundibulum gigi. Pada gigi graham lapis email membentuk lipatan-lipatan. Ruminansia memiliki tipe gigi campuran, gigo pemotong tergolong brakhidon, tetapi gigi graham bertipe hispodon. 2. Lapis dentin (substansia eburnea)

Bagian utama gigi, berwarna kekuningan dan langsung membungkus pulpa gigi. Bahan mirip dengan tulang bahkan lebih keras. Bagian yang berbatasan dengan pulpa gigi terdapat susunan sel-sel dengan penjuluran panjang menyusup kedalam bagian dentin yang berkapur disebut edentoblas. Bagian yang berkapur ini mirip dengan matriks tulang, yang mengandung serabut kolagen tersusun paralel terhadap permukaan gigi pada mahkota gigi. Jadi dentin mirip dengan tulang rawan yang terdapat kanalikuli berupa buluh dentin (dentinal tubuluh). Dentin sangat peka terhadap pengaruh makanan panas, dingin, asam dan sebagainya karena mengandung serabut saraf. 3. Lapis sementum (substansia ossea) Berupa modifikasi tulang yang memiliki lamel-lamel berjalan hampir sejajar terhadap permukaan gigi dan didalamnya terdapat lakuna dna kanalikuli, tempat bagian sel dan penjulurannya. Serabut kolagen berjalan tegak lurus terhadap permukaan gigi dan disebut serabut sharpey. Lapis ementum membungkus akar gigi dan lapis email didaerah leher gigi. 4. Pulpa gigi Berupa rongga pada bagian dalam gigi yang diisi oleh jaringan ikat halus tanpa adanya serabut elastis, tetapi banyak saraf dan pembuluh darah rambut. Serabut kolagen disini ada dalam bentuk fibril terdapat diantara sel-sel yang saling berhubungan.

Pada bagian tepi terdapat leretan sel, ondontoblas, ditandai dengan inti yang lonjong terletak di basal sitoplasmanya berbutir. Periosteum Alveolares Terdiri dari jaringan ikat yang mengisi rongga antara dinding alveolus dari rahang dan akar gigi. Jaringan ini kuat tampak adanya serabut elastis. Serabut kolagen menyebrang dari dinding alveolus ke lapis sementum, sebagai alat pertautan yang cukup kokoh. c. Pipi / Buccae Pipi memiliki lapis pokok, yakni : • Lapis luar (Intergumentum buccales) terdiri dari otot kerangka dan kelenjar (glandula buccales), terletak pada sub mukosa bahkan diantara otot. • Lapis dalam, terdiri dari selaput lendir kutan. Pada anjing dan ruminansia berpigmen. Pada ruminansia terdapat papil-papil makroskopik berupa penonjolan selaput lendir yang berperan membantu pencernaan makanan. d. Langit-Langit / Palatum Ada dua yaitu : palatum molle dan palatum durum. Palatum molle terdiri dari otot kerangka di bagian tengahnya, bagian oral dibalut oleh selaput lendir kutan dan bagian aboral oleh selaput lendir berkelenjar dengan epitel silindris banyak baris bersilia.

Jaringan limpoid terdapat pada kedua bagian. Pada kuda dan babi membentuk tonsil dan terdapat sepasang seperti pada manusia. Sedangkan palatum durum menunjukkan rigi-rigi, karena penebalan mukosa sub mukosa mengandung pleksus venosus. e. Gusi / Ginggive Gusi memiliki selaput lendir kutan dengan jaringan ikat yang kuat, serta banyak mengandung serabut elastis yang langsung melekat pada periost. Pada gusi tidak terdapat kelenjar dan limfonodus. Epithel pipih banyak lapis memberikan papil-papil dan memiliki stratum korneum, sednagkan ototnya terdiri dari otot kerangka. f. Lidah / Linguae Lidah merupakan organ muskular yang ditutupi oleh membrana mukosa. Berperan dalam prehensi, mastikasi, dan perasa. Terdiri dari epitel squamosum kompleks dan otot kerangka dengan jaringan ikat penunjang yang banyak mengandung lemak dan pada bagian tertentu terdapat kelenjar ebner. Pada lidah terdapat empat (4) macam papil (papillae linguales) yakni : 1. Papillae filiformis Berupa penonjolan jaringan ikat dari lamina propria dengan epitel berkeratinosasi. Bentuk papil tergantung pada jenis hewannya. Karnivora memiliki bentuk paling jelas seperti kuku harimau. Bagian yang mengarah ke

depan terdapat papil penunjang, yang memanjang papil primer di belakangnya. Bentuk ini paling jelas terdapat pada kucing. Pada kuda keledai dan babi, bentuk papil besar memanjang dan tunggal. Pada ruminansia papil bercabang-cabang dengan epitel penutup berbentuk rambut, bertanduk, pendek. Ciri khas papil ini tidak memiliki putik pengecap dan kelenjar pada sub mukosa. Fungsi papil ini adalah mendorong makanan kedalam rongga mulut. 2. Papillae fungiformis. Bentuknya mirip jamur dengan jaringan ikat mengandung pembuluh darah dan saraf. Epitelnya non keratinisasi dan jarang mengandung putik pengecap, terutama pada sapi dan kuda tetapi sering tampak pada domba, kambing, babi dan karnifora. 3. Pappilae circumvallate/ papillae vallatae Bentuknya mirip papillae filiformis tetapi lebih besar. Bersifat soliter dan memiliki alur samping cukup dalam. Oleh karenanya sering disebut alur pengecap. Lamina propria membentuk papil-papil mikroskopik dan banyak mengandung saraf serta limfosit. Pada sub mukosa dan bahkan diantara otot lidah terdapat gugus kelenjar sereus dengan saluran bermuara pada dasar alur pengecap. Kelenjar lidah ini dikenal sebagai Von ebner. Papila ini umumnya memiliki putik pengecap cukup banyak, tapi pada kucing sedikit, kecil dan terdapat pada dasar alur pengecap.

4. Papillae foliatae Bentuknya seperti daun yang tersusun paralel dan diantaranya terdapat alur pengecap. Pada sub mukosa dan diantara otot lidah terdapat banyak kelenjar sereus yang bermuara pada alur pengecap. Pada kuda dan anjing kelenjar ebner ini snagat subur, pada kucing rudimenter, pada ruminansia dan manusia tidak memiliki. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin banyak putik pengecap pada papil semakin banyak pula kelenjar terdapat pada sub mukosa. Dengan demikian semakin jelas peranan kelenjar ebner dalam membantu putik pengecap pada proses mengecap makanan. Putik Pengecap (calliculus gustatorius) Bangun Histologi : Putik pengecap terdapat intraepitelial, pada epitel pipih banyak lapis. Pada bagian permukaan terdapat pori penegcap, sedangkan bagian bawah berbatasan dengan membran basal. Pada putik pengecap terdapat : • Sel-sel pengecap, tergolong neuro epitel. Bentuknya silindris, langsing dan pada permukaan kutub bebasnya dilengkapi dengan rambut pengecap. Berbentuk mikrofili yang dikitari bahan homogen bersifat eusinofil. Intinya berbentuk lonjong mengambil warna sedikit lebih kuat daripada

sel penunjang. Pada setiap putik pengecap terdapat lebih kurang 6 sel pengecap. • Sel Penunjang, berbentuk silindris, gemuk dengan banyak mengandung sitoplasma. Inti bulat dan warna pucat. Sel penunjang terdapat mengitari sel pengecap (neuroepitel). g. Kelenjar air liur / glandula salivares Fungsi kelenjar air liur adalah membasahi dan melumasi rongga mulut dna usus, memulai pencernaan makanan, menyelenggarakan ekskresi zat-zat tertentu. Pada dinding rongga mulut terdapat 3 kelenjar air liur utama yaitu : 1. Kelenjar parotis / glandullae parotis Kelenjar yang tergolong paling besar bersifat sereus murni. Dalam tiap lobulus selain terdapat ujung kelenjar sereus ditemukan pula 2 benuk alat penyalur yaitu duetus intercalatus dan ductus spreatus (intralobularis). Diantara ujung kelenjar terdapat jaringan ikat interstitial. Pada jaringan ikat interlobularis dan pembuluh darah. Ductus ini dan ductus parotideus memiliki epitel silindris banyak lapis dan sering terlihat adanya sel mangkok. Kelenjar parotis dari karnifora dan domba muda terdapat bagian yang bersifat mukous. Sekreta kelenjar parotis bersifat encer, mengandung protein tanpa musin. 2. Kelenjar mandibularis

Umumnya mirip kelenjar parotis, hanya saja ujung kelenjar bersifat seromukous. 3. Kelenjar lingualis Kelenjar ini tergolong kelenjar campuran, tetapi sel-sel mukous relatif lebih banyak daripada sel-sel sereus. Disamping kelenjar utama terdapat pula kelenjar yang lebih kecil yang disebar pada dinding rongga mulut. Diantaranya : 1. Kelenjar Lidah / glandula linguales Terletak dalam sub mukosa bahkan lebih dalam lagi diantara otot lidah. Banyak terdapat di dalam akar lidah, pinggir lidah, dan dibawah papil lidah yang memiliki putik pengecap. Bersifat sereus yang dikenal sebagai kelenjar von ebner. 2. Kelenjar bibir / glandula labiales Pada karnivora, kambing dan domba bersifat mukous. 3. Kelenjar pipi / glandula buccales Pada kuda dan babi bersifat kelenjar campuran, pada sapi, kambing dan domba bagian ventral bersifat sereus. II. FARING

Berupa rongga dimana tujuh saluran bermuara kedalamnya. Secara histologik dibedakan atas nasofaring dan orofaring. • Nasofaring Selaput lendirnya adalah selaput lendir berkelenjar, dengan epitel silindris banyak baris bersilia, dan diantaranya terdapat sel mangkok. Pada propria mukosa terebar kelenjar seromukous dan jaringan limfoid. Ujung kelenjar seromukous lebih banyak memiliki sel yang bersifat sereus. • Orofaring Selaput lendirnya adalah selaput lendir kutan dengan banyak papil mikroskopik. Pada tunika propria terdapat kelenjar mukous dan jaringan limfoid yang membentuk tonsil. Fascia bagian dalam merupakan batas dengan selaput lendir yang terdiri dari serabut elastis. Dibawahnya terdapat lapis otot kerangka yang tersusun secara memanjang dan melintang. Fascia bagian luar terdiri dari serabut kolagen dengan sedikit serabut elastis, dan langsung berbatasan dengan adventisia yang banyak mengandung pembuluh darah, limfe, saraf, dan folikel getah bening. III. ESOPHAGUS Berupa saluran yang cukup panjang yang menghubungkan faring dengan lambung. Terbagi atas tiga daerah antara lain : pars cervicis, pars thoracis, dan pars abdominis. Esophagus memiliki lapis umum saluran pencernaan secara lengkap yaitu: a. Tunika Mukosa

- Selaput lendir kutan membentuk lipatan-lipatan memanjang. Epithel pipih banyak lapis pada herbivora bertanduk tapi pada karnivora tidak. - Tunika propria tidak tampak kelenjar dan terdiri dari jaringan ikat yang banyak mengandung sel. - Muskularis mukosa, terdiri dari otot polos tersusun memanjang. Pada kuda, ruminansia dan kucing lapis ini terpisah-pisah pada kira-kira setengah esophagus bagian depan, sedangkan sisanya merupakan lapisan yang utuh sebagaimana pada manusia. Pada anjing dan babi tidak tampak muskularis mukosa pada bagian depan, hanya bagian dalam rongga perut memiliki lapis yang utuh. b. Sub Mukosa Terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung sel lemak, pembuluh darah, jaringan limfoid dan kelenjar (glandula esophageae). Persebaran dari pada kelenjarnya tergantung pada daerah dan jenis hewannya. Anjing memiliki kelenjar cukup jelas, babi hanya jelas pada pertengahan esophagus, bagian belakang selebihnya sedikit dan kecil-kecil. Kuda, ruminansia dna kucing tidak memiliki kelenjar kecuali pada daerah peralihan faring dan esophagus. c. Tunika Muskularis Terdiri dari otot kernagka dan otot polos tergantung pada daerahnya. Sebagian besar terdiri dari otot kerangka, kecuali daerah sepertiga bagian belakang terdiri

dari otot polos. Tunika muskularis membentuk lapis melingkar (dalam), dan memanjang (luar) dan dipisah oleh jaringan ikat. Pada ruminansia dan anjing seluruh esophagus terdiri dari otot kernagka bahkan pada ruminansia meluas sampai sulcus reticuli dan rumen. d. Tunika Adventisis Di daerah leher esophagus dibalut oleh adventisia tetapi di daerah dada dan perut dibalut oleh serosa. IV. LAMBUNG Dibedakan atas 2 bagian yaitu lambung depan tanpa kelenjar dan lambung belakang / lambung sejati dengan kelenjar. Dengan demikian terdapat lambung ganda misalnya pada ruminansia. a. Lambung depan (Proventriculus) Memiliki 3 daerah : 1. Rumen (lambung handuk) 2. Retikulum (lambung jala) 3. Omasum (lambung buku) Ciri khas lambung depan :

- Berselaput lendir kutan. Pada epitel pipih banyak lapis yang bertanduk terdapat gelembung-gelembung, selanjutnya disebut sel gelembung (vesiculated cell). - Tidak terdapat kelenjar pada mukosa maupun sub mukosa. 1. Rumen Mukosa membentuk penjuluran makroskopik berbentuk batang yang hampir sama tingginya. Muskularis mukosa tidak tampak sehingga tunika propria berbatasan langsung dengan sub mukosa. Pada sub mukosa terdapat banyak pembuluh darah dan saraf tanpa adanya folikel getah bening. Sel gelembung terdapat pada stratum lucidum yang sitoplasmanya sulit mengambil zat warna. Didalamnya terdapat asam lemak dan pada sel-sel stratum corneum terdapat lipida dalam bentuk trigliserida. Tunika muskularis terdiri atas 2 lapis : lapis dalam tersusun melingkar dan lapis luar tersusun memanjang. Diantaranya terdapat jaringan ikat dengan ganglion otonom. Subserosa agak tebal dan banyak mengandung sel lemak, pembuluh darah dan saraf. Lapis paling luar terdiri dari serosa. 2. Retikulum Mukosa membentuk penjuluran makroskopis yang memberikan aspek sebagai anyaman jala. Bangun mikroskopis mukosa mirip dengan rumen, hanya pada penjuluran-penjuluran tinggi tedapat otot polos sebagai kelanjutan dari muskularis mukosa esophagus.

Muskularis mukosa tidak ada.Tunika muskularis seperti pada rumen terdapat 2 lapis dengan susunan yang berbeda, dan merupakan kelanjutan dari tunika muskularis esophagus. Suleus reticuli (ventriculer groove) jelast erdapat pada hewan muda yang masih menyusui, yang secara tofografis terdapat di daerah retikulum omasum dan abomasum. 3. Omasum Mukosa membentuk penjuluran yang tinggi. Meskipun penjuluran satu dengan lainnya tidak sama tingginya. Tidak terdapat folikel getah bening, tetapi muskularis mukosa ada dan ikut naik mengikuti penjuluran sampai puncaknya. Pada penjuluran yang tinggi otot polos dari tunika muskularis ikut naik dan pada puncak penjuluran bersatu dengan muskularis mukosa. Pada penjuluran yang rendah hanya muskularis mukosa yang baik dan menyebar membentuk balok otot polos. Pada lantai omasum didapat lipatan mukosa yang pada kambing sering ditemukan kelenjar bersifat mukous atau seromukous. Bahkan pada sulcus reticuli domba dapat ditemukan kelenjar meskipun tidak begitu nyata. Tunika muskularis ada 2 lapis : lapis luar tipis dna lapis dalam lebih tebal. b. Lambung belakang / lambung sejati Ciri khas : - Memiliki lapis umum lengkap

- Berselaput lendir, berkelenjar dengan epithel silindris sebaris. Berdasarkan macam kelenjarnya dibedakan atas 3 daerah yaitu : 1. Daerah kardia dengan kelenjar kardia Epitel permukaan silindris sebaris, pada daerah foveolae gastrikae epitel semakin rendah dan selanjutnya berubah menjadi epitel kelenjar kardia. Pada tunia propria terdapat kelenjar kardia yang bersifat majemuk dengan ujung kelenjar membentuk gulungan. Lumen kelenjar cukup jelas dengan epitel berbentuk kubis atau piramidal, pada kutub bebasnya terdapat butir-butir musigen (babi). Parenkhim terdiri dari sel pembentuk lendir dari sel. Fungsi kelenjar kardia menghasilkan lendir (mukous). 2. Daerah fundus dengan kelenjar fundus Kelenjar ini paling luas penyebarannya. Bangun kelenjarnya sedikit berbeda dengan kelenjar kardia, karena kurang bercabang dan ujung kelenjarnya agak lurus. Leher kelenjar dapat jelas dibedakan dari badan kelenjarnya karena bentuk epitelnya yang berbeda, terdiri dari sel leher, sel utama dan sel parietal. - Sel leher (mucous neck cells) Bentuknya silindris rendah, inti terletak di basal, mengandung butir-butir yang dapat diwarnai dengan musikarmin. Sel leher tidak banyak jumlahnya dan terdapat diantara sel parietal dan sel utama di daerah leher kelenjar. Secara makroskopik elektron sel leher memiliki mikrivili pendek

pada permukaan sel, dipertautkan oleh desmusoma dengan sel yang lainnya. Pada kutub bebasnya terkumpul butir-butir berbentuk lonjong. Apparatus golgi jelas dna mitokhondria banyak. Sel leher menghasilkan lendir dan mungkin urease. - Sel utama (chief cells / zymogenic cells) Berbentuk kubis atau silindris rendah, tersebar pada ujung kelenjar dan paling banyak jumlahnya. Sel utama mengandung butir-butir yang jelas pada kutub bebasnya dan diduga mengandung pepsinogen, suatu bahan yang nantinya membentuk pepsin. Secara mikroskop elektron terlihat butir-butir zymogen, apparatus golgi yang bersifat supranutreal dan granuler endoplasmic reticulum. Pada sediaan histologik sitoplasma memberi aspek basofil. Fungsi menghasilkan pepsin dan renin (pada hewan muda) - Sel parietal (oxyntic cells) Selnya besar dan tersebar diantara sel utama dna sedikit menonjol keluar. Bentuknya piramidal atau bulat, intinya besar dna bulat. Sitoplasmanya mengambil warna kuat dengan eosin, phloxin dan asam anilin B. Ciri khas dari sel parietal adalah intra selular kanalikuli berupa jalinan saluran halus sekitar inti, bermuara melalui ujung sel ke dalam lumen kelenjar fundus. Secara mikroskop elektron kutub bebas sel parietal menunjukkan invaginasi

dalam

membentuk

kanalikuli.

Sedangkan

kanalikuli

diperlengkapi dengan mikrovili yang cukup panjang. Kutub bebas sel parietal menonjol bebas kedalam lumen kelenjar dan berbatasan dengan sel zymogen disekitarnya melalui terminal bars dan desmosoma. Sitoplasma memiliki banyak mitokhondria granuler reticulum dan ribosoma sangat sedikit dan tidak menunjukkan adanya butir sekreta. Apparatus golgi mengambil posisi intranuklear. Fungsi menghasilkan HCL. - Sel Argentafin (Enterochromaffin cells) Selain pada usus sel argentafin terdapat pula pada fundus, tapi jarang pada pilorus. Sel ini tersebar soliter diantara sel zymogen, berbentuk bulat atau memipih dan dalam sitoplasmanya tersebar butir-butir halus yang dapat diwarnai dengan garam perak atau khrom. Secara isoteknik dibedakan atas : true argentafin dan argylopholic cells, karena yang pertama spesifik granula dan mampu mereduksi garam perak tanpa mendapat pengerjaan pendahuluan, sedangkan yang ke dua justru memerlukan bahan untuk mereduksi sebelum butir-butir bereaksi dengan perak. Secara elektron mikroskop inti menunjukkan adanya invaginasi dari dinding inti. Dalam sitoplasmanya banyak tersebar butir-butir berbentuk bulat, masing-masing terbungkus oleh membran yang longgar. Fungsi diduga sebagai tempat sintesa dan penyimpanan dari 5-hidroksitriptamin (serotonin), suatu bahan perangsang kontraksi otot polos. Disamping itu

juga menghasilkan gastrin dan bradikinin yang berfungsi untuk mengatur aktifitas motor 3. Daerah pilorus dengan kelenjar pilorus Ciri khas pilorus memiliki tebal foveolae gastriae yang paling dalam, menjorok sampai kira-kira separuh dari tebal selaput lendirnya. Tipe kelenjarnya adalah tubulus sederhana berdabang dengan ujung kelenjar berkelok-kelok. Lumen ujung kelenjar agak luas. Epitelnya silindris, intinya terletak di basal, sitoplasma beraspek cerah. Butir-butir sekretanya tidak jelas. Diantara sel-sel ujung kelenjar sering terlihat adanya sel Stohr dengan sitoplasma dengan berwarna merah dan posisi inti lebih ke tengah. Sel ini terlihat pada babi namun peranannya belum diketahui dengan pasti. Fungsi : menghasilkan mukous sedikit protease dan gastrin. V. USUS Secara umum usus berperan sebagai : - Tempat terjadinya pencernaan akhir dengan bantuan enzyma dari usus dan pankreas serta empedu dari hati. - Tempat penyerapan dari bahan-bahan yang telah dicerna yang diperlukan tubuh misalnya karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan air. - Melakukan / membuang ampas-ampas pencernaan

a. Usus halus (intestinum tenue) Terdiri dari : duodenum , jejunum, dan ileum. Ciri umum : berselaput lendir berkelenjar yang membentuk vili untuk kelancaran penyerapan. Memiliki 3 macam sel pada epitel permukaan yakni : sel penyerap, sel mangkok dan sel argentafin. Memiliki lapis umum lengkap. Secara mikroskopis tunika mukosa memiliki 3 lapisan yakni : - stratum villosum merupakan lapisan yang terdiri dari villi tanpa kelenjar. - Stratum glandulare memiliki lapis tunika propria yang mengandung kelenjar Liberkhun. - Stratum subglandulare merupakan bagian tunika propria yang bebas kelenjar langsung diatas muscularis mucosa. Pada karnivora dibedakan 2 strata yakni stratum granulosum dan stratum compacticum. Macam-macam sel pada epitel permukaan usus halus : 1. Sel penyerap (absortive cells) Lamina epiteliasis mukosa dikenal sebagai epitel penyerap apada usus halus. Bentuknya silindris tinggi dan permukaan kutub bebasnya diperlengkapi dengan streated (mikrovili) border. Pada sitoplasma dibawah streated border bebas organoida dan para plasma lapisan ini disebut terminal web. Secara mikroskop elektron mikrovili tampak sebagai penjuluran sitoplasma yang

panangnya 1,0 – 1,4 mikron dan diameternya 80 milimikron. Organoida sel terdapat dibawah terminal web misalnya kitokhondria, agranular, endoplasmik retikulum. Apparatus golgi terletak supra nuklear. Dalam sitoplasma daerah kutub basal tersebar mitokhondria, granular RES dan ribosoma bebas. 2. Sel mangkok (Goblet cells) Tersebar secara tidak teratur diantara sel penyerap dan melekat dengan juxtaluminal junctional complex. Sel ini dianggap kelenjar uniselular, daerah kutub bebas membesar karena menimbun butir musigen. Daerah kutub basal menyempit, mengandung inti dan sitoplasma yang bersifat basofil. Secara mikroskop elektron granular endoplasma retikulum dan aparatus golgi cukup jelas, terdapat antara musigen dan inti. Butir musigen muncul dari apparatus golgi dan memiliki selaput halus yang mudah pecah pada sediaan rutin, mempunyai tendensi untuk menggembung sehingga sulit untuk mempelajari mekanisme sekresinya. Selaput butir musigen dapat bergabung satu dengan yang lainnya bahkan dengan plasmalemma sehingga mukous dapat keluar dengan bebas. Pada usu halus sel mangkok semakin kebelakang semakin banyak dan menghasilkan mukous (lendir sebagai pelicin). 3. Sel Argentafin Terdapat pada semua hewan piara pada sepanjang saluran gastrointestinal, khususnya pada epitel kelenjar lieberkuhn dan kelenjar duodenum. Juga tersebar pada epitel penyerap di daerah Crypto of Lieberkhum, sel argentafin

dibedakan dari sel tetangganya karena memiliki spesifik granula dalam sitoplasmanya dan tersebar secara soliter. Fungsi : belum jelas tetapi terdapat anggapan bahwa serotonin yang dikandungnya memiliki daya rangsang neuromuskular apparatus untuk meningkatkan peristaltik. 4. Sel Paneth Pada usus halus paneth tersebar pada dasar ujung kelenjar lieberkhum selnya berbentuk silindris atau piramidal inti bulat terletak di basal. Sitoplasmanya bersifat basofil dan pada kutub bebasnya berkumpul butir-butir sekreta yang dapat diwarnai dengan eosin dan orange G. Secara histokimia dibuktikan adanya protein, hidrat arang dan arginin dalam butir sekreta. Peranannya belum jelas, pada tikus sekreta mengandung sulfatid mucosakharida dan protein dasar yang diduga mengandung lisosim suatu ensym yang menghancurkan kuman. Bila pendapat ini benar jelas adanya efek bakterisid dari sel paneth. Selain pada usu halus sel paneth terdapat pada usus halus dan caecum. Carnivora dan babi tidak memiliki sel paneth. Villi Usus (Villi Intetinales) Vili merupakan penjuluran selaput lendir yang menjorok kedalam lumen usus halus. Panjangnya 0,5 – 1,5 mm. Pada duodenum berbentuk daun sedangkan pada ileum berbentuk jari-jari.

Pada tiap villus terdapat 3 unsur yaitu pembuluh limfe (pembuluh khil), pembuluh darah dan saraf. Pada yang tergolong besar misalnya pada domba sering terdapat 2 pembuluh khil. Tunika propria banyak mengnadung serabut elastis, leukosit dan otot polos yang bersifat soliter. Yang terakhir ini berasal dari muskularis mukosa dan naik sampai ujung villus. Villi berfungsi untuk memperluas permukaan penyerapan, sednagkan mekanisme penyerapan dilakukan oleh sel-sel penyerap. Resorbsi lemak ditampung dalam pembuluh khil dan sisanya dalam pembuluh darah. Villi hanya terdapat pada usus halus. Pada karnivora bentuknya langsing dan panjang, pada ruminansia pendek dan tebal. Bentuk, ukuran dan jumlahnya / cm² tergantung pada daerah usus halus. Kontraksi otot polos menyebabkan pemendekan villus dan terbentuklah lipatan melingkar dari epitel penutup, yang mendorong isinya kedalam pembuluh limfe / darah yang lebih besar. Pada relaksasi serabut elastis yang tadinya meregang akan mengembalikan pada posisi semula. Kelenjar Usus (Glandula Intestinalis / Kelenjar Lieberkuhn) Kelenjar ini terdapat dalam tunika propria mulai dari duodenum sampai anus, bentuknya tubulus sederhana. Epitel kelenjar ini silindris rendah dan mikrovilli tidak jelas. Sel mangkok tetap ada meskipun agak lebih banyak dan bentuknya lebih kecil serta langsing. Pada usus kasar jumlah sel mangkok makin banyak dan kelenjar semakin lurus. Pada crypt of lieberkhum epitel permukaan berubah

menjadi epitel kelenjar. Di daerah ini bentuk selnya silindris rendah dan bersifat mitosis aktif dan diduga tempat terjadinya regenerasi. Kelenjar lieberkhum menghasilkan lendir dna beberapa enzym pencernaan yang memecah peptida lemak dan karbohidrat. Juga menghasilkan neterokinase yang mengaktifkan tripsinogen dari getah pankreas. Kelenjar Duodenum (Kelenjar brunenr) Kelenjar ini terdapat dalam sub mukosa. Kadang-kadang dapat sedikit menjorok ke dalam tunika propria. Kelenjarnya tergolong tubuloalveolar bercabang dengan epitel kelenjar yang mengandung warna agak cerah dibandingkan dengan kelenjar lieberkhum. Epitel kelenjar berbentuk silindris rendah inti bulat terletak di basal, pada karnivora mirip sel-sel dari kelenjar filorous. Di sekitar lobulus atau ujung kelenjar sering tampak otot polos yang berasal dari muskularis mukosa. Alat penyalurnya memiliki epitel silindris dan mengandung sel mangkok dan bermuara pada crypte lieberkhum. Secara mikroskop elektron sel-sel ujung kelenjar memiliki banyak mitokhondria dan basal ergastoplasma atau granular endoplasmik retikulum. Apparatus golgi tumbuh subur dan diduga merupakan tempat sitensis dari fraksi karbohidrat sedangkan frkasi protein terjadi dalam granular endoplasmik retikulum dalam membentuk butir sekreta. Folikel Getah Bening (lymphonodulus)

Pada usus halus lymphonodulus umumnya bersifat soliter tetapi sering mengelompok membentuk lymphonoduli agregati (daun peyer) misalnya pada ileum. Limfonoduli solitarii cukup banyak berbentuk bulat atau lonjong, terdapat pada tunika propria atau sub mukosa. Banyaknya tergantung pada daerah usus, jenis hewan, serta umur. Pada hewan muda relatif lebih banyak dan besar dari pada yang tua. Babi memiliki jaringan limfoid yang relatif lebih banyak dari jenis yang lain. Pada ayam hampir sepanjang usus terdapat jaringan limfoid. Daun peyer khas terdapat pada ileum. Secara makroskopis tampak bentuk elevasi atau depresi pada selaput lendir. Secara mikroskopik tampak adanya perubahan, misalnya muskularis mukosa tidak tampak, kelenjar lieberkhum dan brunner terdorong ke tepi, villi rendah atau tidak tapak. Tunika propria didaerah itu banyak mengandung limphosit dan leukosit. Pada tempat dimana sering terjadi stasia dari isi usus, misalnya daerah ileosecal banyak terdapat jaringan limfoid, meskipun pada usus kasar lebih sering terdapat yang soliter. Pada ayam justru semakin kebelakang jaringan limfoid semakin banyak pada sekum sering terbentuk semacam tonsil. Pada tempat dimana sering terjadi stasia dari isi usus, misalnya daerah ileosecal banyak terdapat jaringan limfoid, meskipun pada usus jasar lebih sering terdapat yang soliter. Pada ayam justru semakin kebelakang jaringan limfoid semakin banyak pada sekum sering terbentuk semacam tonsil. Tunika muskularis

Pada sepanjang saluran gastrointestinal yang melakukan gerakan peristaltik, memiliki dua lapis otot polos yakni lapis sirkuler dan longitudinal. Diantara kedua lapis terdapat jaringan ikat yang mengandung pembuluh daerah misenterik pleksus dengan kelompok sel saraf multipolar. Kelompok yang besar disebut ganglion pleksus Auerbach terletak pada stratum intermuskulare. Dari sini keluar cabang yang berhubungan engan ganglion pleksus Meisner yang terdapat pada submukosa. Pleksus Auerbach memberikan serabut menuju otot polos yang membentuk tunika muskularis, sedangkan pleksus Meisner memberikan cabang pada selaput lendir. Saluran gastrointestinal dipengaruhi oleh susunan saraf otonom yang terdiri dari kelompok parasimphatikus. Usus halus yang terdiri dari : Duodenum, Jejunum dan Ileum ditandai dengan adanya villi, sedangkan pada usus kasar tidak ada villi. Ketiganya sulit dibedakan tapi sebagai pedoman bahwa duodenum memiliki kelenjar Brunner dan Ileum memiliki daun peyer disamping tunika muskularis yang lebih tebal. Umumnya tebal tunika muskularis meningkat dalam menuju ileum, kecuali pada sapi yang semakin menipis. HISTOFISIOLOGI Dalam usus halus, proses pencernaan diselesaikan dan hasil-hasilnya diabsorpsi. Pencernaan lipida terjadi sebagai akibat kerja lipase pankreas dan empedu. Asamasam amino dan monosakarida yang erasal dari pencernaan protein dan karbohidrat diabsorpsi oleh sel-sel epitel melalui transport aktif tanpa korelasi morfologis yang dapat dilihat. Pada binatang yang baru lahir pemindahan protein

yang tidak dicernakan dari kolostrum terjadi sebagai akibat proses pinositosis pada ujung sel. Dengan jalan ini antibodi yang disekresi kedalam kolostrum dapat dipindahkan ke binatang musa, suatu aspek penting dari mekanisme kekebalan. Kemampuan untuk memindahkan protein ini hampir hilang seluruhnya setelah beberapa hari minimal pada dewasa. Akibat kontraksi dari dua sistem sel yang terpisah sel-sel otot polos berjalan vertikal antara muskularis mukosa dari dua sistem sel yang terpisah sel-sel otot polos berjalan vertikal antara muskularis mukosa dan ujung villi dapat berkontraksi dan memperpendek villi. Untuk menambah kontraksi villi, jala-jala kontraktil myofibroblas merentangkan villi kesamping. Bila sel-sel ini berkontraksi villus yang gemuk pendek, yang berkontraksi sebelumnya kembali ke tinggi asalnya. Pergerakan yang asinkron terjadi dengan kecepatan beberapa kali per menit. Selama pencernaan, kecepatan meningkat dan binatang yang puasa kecepatannya lebih rendah. Kontraksi ini juga cenderung mengosongkan pembuluh limfe mesentrik. Pergerakan mikrovilli memegang peranan penting dalam proses absorpsi metabolit. Pada gangguan antrofi mukosa usus halus akibat infeksi atau defisiensi nutrisi, absorpsi metabolit sangat terganggu yang mengakibatkan sindroma malabsorpsi. Sering kali limfosit terdapat antara sel-sel epitel usus halus yang kemudian dapat bermigrasi kembali ke lamina propria dan dari sini kembali ke pembuluh limfe. b. Usus Kasar (Intestinum crassum)

Fungsi utamanya adalah : menyerap air, menyerap vitamin dan mineral, menghasilkan lendir sebagai pelicin. Ciri umum memiliki lapisan umum lengkap Tunika mukosa relatif lebih teba dari usus halus serta tidak memiliki villi. Tidak memiliki sel mangkok dan ujung kelenjar lieberkhum lebih lurus dan panjang. 1. Caecum Bervariasi dalam ukuran diantara spesies yang ebrbeda. Pada herbivora dengan lambung tunggal misalnya kuda, caecum relatif besar dna penting dalam proses fermentasi bakteri. Tetapi pada karnivora kecil. Pada hewan piara nodulus limfatikus terdapat sepanjang caecum, sedangkan pada anjing, babi dan ruminansia jaringan limfoid terbatas hanya pada ileo caecal. Pada caecum tidak ditemukan villi, struktur yang lain sama dengan usus halus. 2. Colon Tunika mukosanya tebal karena penambahan dari glandula intestinalis dibandingkan dengan usus halus. Tidak terdapat villi permukaan mukosa halus. Ditandai dengan penambahan sel goblet. Pada sub mukosa ditemukan jaringan limfoid sampai dengan ke lapisan muskularis mukosa. Pada babi dan kuda lapisan longitudinal Tunika muskularis sangat luas yang diselingi oleh serabut elastis. Bahkan pada caecm dan colon lebih banyak dijumpai serabut elastis dibandingkan dengan sel-sel otot polos. 3. Rectum

Seperti juga colon dan caecum permukaan mukosa rectum halus dan cenderung terjadi penambahan sel goblet. Pada dasarnya masing-masing species hewan memiliki struktur histologi sama. Serabut elastis sangat banyak pada kuda dan sapi dan pada kambing domba dan biri-bir sedikit berkurang. Permukaan luar dan dalam mengandung serabut elastis. Semua hewan piara memiliki flexus venosus pada lamina propria. Pada anjing kira-kira seratur nodulus limfatikus tersebar secara soliter. 4. Anus Di daerah anus epitel berubah menjadi epitel pipih banyak lapis dengan papil mikroskopik dan pada garid anorektual berubah menjadi silindris sebaris. Pada babi dan karnivora daerah ini membentuk zona kolumnaris ani yang mengandung jaringan limfoid secara difuns secara flexus venosus. Kuda dan babi memiliki kelenjar tubulo alveolar disebut kelenjar anus (glandula anales) dengan sekreta bersifat sebagai lendir (babi) atau berminyak (anjing). Tunika mukosa anus bebas dari kelenjar kecuali pada zona cutanea yang memiliki epitel bertanduk, rambut, kelenjar palit dan kelenjar peluh. Pada anjing didaerah ini terdapat sirkum anal. Bagian superficial terdiri dari kelenjar tubulus dengan epitel pubis, inti pucat dan butir-butir sekreta dalam sitoplasmanya. Pada anus karnivora diadaerah lateral dan ventral terdapat kantong anus (anal sac) yang mengandung kelenjar. Dindingnya memiliki epitel pipih banyak lapis berpigmen dna bertanduk. Lamina propria tidak menunjukkan papil mikroskopis tetapi memiliki jaringan limfoid dengan limfonodulus dan otot polos.

Pada anjing terdapat kelenjar apokrin, kucing kelenjar apokrin dan kelenjar palit yang dikelilingi oleh lapis fibro elastis dan otot polos. Kelenjar-kelenjar daerah anus ini secara klinis penting karena sering terjadi perdarahan yang menyebabkan kesulitan dalam defekasi. at 8:48 PM SISTEM URINARIA Sistem perkencingan atau sistem urinaria meliputi : Ginjal, Vesika urinaria dan beberapa salurannya. 4.1 Ginjal / Ren Pada umumnya jumlah ginjal sepasang (dua buah) yang terdapat di dalam rongga perut, mempunyai bentuk menyerupai kacang buncis dengan hilus renalis yakni tempat masuknya pembuluh darah dan keluarnya ureter, mempunyai permukaan yang rata, kecuali pada sapi ginjalnya berlobus. Selubung ginjal (Ren) disebut kapsula ginjal, tersusun dari campuran jaringan ikat yakni serabut kolagen dan beberapa serabut elastis. Struktur histologi ginjal pada berbagai jenis hewan piara tidak sama, sehingga bentuk ginjal dibedakan menjadi:  Unilober atau unipiramidal : pada kelinci dan kucing mempunyai struktur histologi sama, yakni tidak dijumpai adanya percabangan pada kalik renalis, papila renalis turun ke dalam pelvis renalis, dan duktus papilaris bermuara pada kalik. Pada kuda, domba, kambing, dan anjing terjadi peleburan dari beberapa lobus, sehingga terbentuk papila renalis tunggal yang tersusun longitudinal.

 Multilober atau multipiramidal : bentuk ini dijumpai pada babi, sapi, dan kerbau. Lobus (piramid) dan papila renalis lebih dari satu jelas terlihat. Fungsi ginjal : 1. Membuang sisa hasil metabolisme dengan cara menyaring dari darah berupa air seni (urin) 2. Mengatur kadar air, elektrolit tertentu serta berbagai bahan lain dari darah 3. Membuang bahan yang berlebihan atau tidak lagi dibutuhkan tubuh 4. Sebagai kelenjar endokrin (sel juksta-glomeruli dan makula densa) yang mengatur hemodinamika serta tekanan darah dengan menghasilhan zat renin. 5.

Fungsi

ginjal

erat

hubungannya

dengan

paru-paru

dan

kulit

dalam

mempertahankan volume dan komposisi darah terhadap beberapa zat tertentu. Pada darah zat tersebut mempunyai nilai ambang yang konstan, dan bila melebihi nilai ambang, maka zat tersebut dibuang melalui ginjal, paru-paru, maupun kulit.

Sinus renalis Disusun atas : 1. Pelvis renal, dibentuk oleh kalik mayor dan kalik minor. Pelvis ini merupakan bagian atas ureter yang melebar. 2. Arteri, vena dan nervus.

3. Lemak dengan jumlah sedikit dan tidak dijumpai jaringan konektif. Ginjal pada dasarnya dapat dibagi dua daerah, yaitu : Kortek (luar ) dan Medulla (dalam). Kortek meliputi daerah antara dasar malfigi piramid yang juga disebut piramid medula hingga ke daerah kapsula ginjal. Daerah kortek diantara piramid tadi membentuk suatu kolum disebut Kolum Bertini Ginjal. Pada potongan ginjal yang masih segar, daerah kortek terlihat bercak merah yang kecil (petikhie) yang sebenarnya merupakan kumpulan vaskuler khusus yang terpotong, kumpulan ini dinamakan renal korpuskle atau badan malphigi. Kortek ginjal terdiri atas nefron pada bagian glomerulus, tubulus konvulatus proksimalis, tubulus konvulatus distalis. Sedangkan pada daerah medula dijumpai sebagian besar nefron pada bagian loop of Henle’s dan tubulus kolektivus. Setiap ginjal mempunyai satu sampai empat juta filtrasi yang fungsional dengan panjang antara 30-40 mm yang disebut nefron.

Renal Korpuskula Renal korpuskula terdiri atas berkas kapiler glomeruli dan glomerulus yang dikelilingi oleh kapsula berupa epithel yang berdinding ganda disebut : Kapsula Bowman. Dinding sebelah dalam disebut lapisan viseral sedangkan yang disebelah luar disebut lapisan pariental, yakni menerima cairan yang akan difiltrasi melalui dinding

kapiler. Korpuskula renalis mempunyai katup vaskular dimana darah masuk ke arteriole aferent dan keluar melalui arteriole aferent. Tubulus Konvulatus Prokimalis Struktur ini merupakan segmen berkelok-kelok, yang bagian awal dari tubulus ini panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan diameter 57-60 µ . Tubulus konvulatus proksimalis biasanya ditemukan pada potongan melintang kortek yang dibatasi oleh epithel selapis kubis atau silindris rendah, dengan banyak dijumpai mikrovilli yang panjangnya bisa mencapai 1,2 µ dengan jarak satu dengan yang lainnya 0.03 µ . Karakteristik dari tubulus ini ditemukan apa yang disebut Brush Border, dengan lumen yang lebar dan sitoplasma epithel yang jernih.

Loop of Henle’s Loop of Henle’s banyak dijumpai di daerah medula dengan diameter bisa mencapai 15 µ . Loop of henle’s berbentuk seperti huruf “U” yang mempunyai segmen tebal dan diikuti oleh segmen tipis. Pada bagian desenden mempunyai lumen yang kecil dengan diameter 12 µ panjang 1-2 mm, sedangkan bagian asenden mempunyai lumen yang agak besar dengan panjang 9 mm dengan diameter 30 µ . Epithel dari Loop of Henle’s merupakan peralihan dari epithel silindris rendah / kubus sampai squomus, biasanya pergantian ini terdapat di daerah sub kortikal pada medula, tapi bisa juga terjadi di daerah atas dari Loop of Henle’s.

Tubulus Konvulatus Distalis Perbedaan struktur histologi dengan Tubulus Konvulatus proksimalis antara lain : Sel epithelnya besar, mempunyai brush border, lebih asidofil, potongan melintang pada tempat yang sama mempunyai epithel lebih sedikit, Tubulus Konvulatus distalis : Sel epithel lebih kecil dan rendah, tidak mempunyai brush border, kurang asidofil, lebih banyak epithel pada potongan melintang Sepanjang perjalanan pada kortek, tubulus ini mengadakan hubungan dengan katup vaskuler badan ginjal dari nefronnya sendiri yakni dekat dengan anteriole aferent dan eferent. Pada tempat hubungan ini, tubulus distalis mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola aferens. Segmen yang mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola aferens. Segmen yang mengadakan modifikasi ini pada mikroskop cahaya tampak lebih gelap ini disebabkan dekatnya dengan inti disebut : Makula dense. Fungsi Makula dense belum begitu jelas, tapi beberapa ahli mengatakan, fungsinya adalah sebagai penghantar data osmolaritas cairan dalam tubulus distal ke glomerulus. Pada makula dense yang dekat dengan arteriola aferent mengandung sel juksta glomerulus yaitu sel yang mempunyai bentuk epitheloid dan bukan sel otot polos dan ini mungkin merupakan modifikasi dari otot polos. Sel ini yang nantinya menghasilkan enzim renin. Hormon ini mengubah hipertensinogen menjadi hipertensin (angiotensin). Angiotensin mempengaruhi tunika media dari arteriola untuk berkontraksi, yang mengakibatkan tekanan darah menjadi naik. Tubulus kolektivus Tubulus kolektivus merupakan lanjutan dari nefron bagian tubulus konvulatus distalis dan mengisi sebagian besar daerah medula. Tubulus kolektivus bagian depan mempunyai lumen yang kecil berdiameter sekitar 40 µ dengan panjang 20-22 mm. Lumennya dilapisi epithel kubis selapis, sedangkan tubulus kolektivus bagian belakangnya sudah berubah menjadi bentuk silindris dengan diameter 200 µ , panjangnya mencapai 30-38 mm. Sirkulasi Darah Ginjal menerima darah dari arteria renalis yang masuk melalui hilus dan bercabang membentuk arteria interlobularis yang terletak antara piramid malpighi. Selanjutnya arteri ini bercabang lagi menjadi arteri arkuata dan bercabang lagi menjadi arteria interlobularis. Arteria Interlobularis bercabang lagi menjadi arteria aferent yang masuk ke glomerulus, selain itu ada juga arteri interlobularis melanjutkan diri menuju kapsula ginjal yang disebut arteri stelata. Setelah darah mengalami filtrasi, maka akan keluar melalui arteriola eferent gromeruli. Cabang arteriol eferent akan memberikan makanan untuk tubulus dan daerah distal untuk kortek ginjal. Cabang arteriola eferent bersatu membentuk arteriola rekta, dari

venula ini bersatu lagi menjadi vena interlobularis dan selanjutnya menjadi vena interlobularis yang akhirnya keluar ginjal melalui vena renalis. Pada manusia dengan berat badan ± 70 kg pada kedua buah ginjalnya dialiri darah sebanyak 1200 cc setiap menit Histofisiologi Ginjal Ginjal mempunyai fungsi yang sangat komplek, yakni sebagai filtrasi, absorpsi aktif maupun pasif, resorpsi dan sekresi. Total darah ke dua ginjal dapat mencapai 1200 cc/menit atau sebesar 1700 liter darah / hari. Semua ini akan difiltrasi oleh glomeruli dimana setiap menit dihasilkan 125 cc filtrat glomeruli atau 170 liter filtrat glomeruli setiap 24 jam pada ke dua ginjal. Dari jumlah ini beberapa bagian di resorpsi lagi keluar dari tubulus. Pada tubulus konvulatus proksimalis dan distalis terjadi proses resorpsi dan ekskresi, dimana beberapa bahan seperti : glukosa dan sekitar 50 % natrium klorida dan sejumlah air di resorpsi oleh sel tubulus melalui absorbsi aktif yang memerlukan energi, sedangkan air berdifusi secara pasif. Selanjutnya filtrat glomeruli yang tidak mengalami resorpsi diteruskan ke distal sampai tubulus kolektivus. Pada daerah ini terjadi pemekatan urin atau pengenceran terakhir tergantung dari keadaan cukup tidaknya antidiuretik hormon (ADH). Hormon ini berpengaruh terhadap permeabilitas tubulus kolektivus terhadap air. Pelvis Renalis Pada hilus renalis terdapat pelvis renalis yang menampung urin dari papila renalis. Pada ginjal yang multi-piramid urin pertama ditampung oleh kaliks renalis kemudian dari sini baru ke pelvis renalis. Bangun histologinya adalah sebagai berikut : Mukosa memiliki epithel peralihan dengan sel payung, mulai dari kaliks renalis, tebal epithel hanya 2 sampai 3 sel. Dengan mikroskop cahaya tidak tampak adanya membran basal tetapi dengan EM tampak membrana basalis yang sangat tipis. Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dan pada kuda terdapat kelenjar yang agak mukus. Bentuk kelenjar adalah tubulo-alveolar. Tunika muskularis terdiri atas otot polos, jelas pada kuda, babi dan sapi. Lapis dalam tersusun longitudinal dan lapis luar sirkuler. Pada hewan lain otot relatif sedikit, pada kalises renalis otot relatif sedikit, tetapi pada daerah permulaan ureter membentuk semacam sphinter. Tunika adventitia terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak sel lemak, pembuluh darah, pembuluh limfe serta saraf. 2. URETER Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis renalis menuju vesika urinaria (kantong air seni). Mukosa membentuk lipatan memanjang dengan epithel peralihan, lapisan sel lebih tebal dari pelvis renalis. Tunika propria terdiri atas jaringan ikat dimana pada kuda terdapat kelenjar tubulo-alveolar yang bersifat mukous, dengan lumen agak luas. Tunika muskularis tampak lebih tebal dari pelvis renalis, terdiri dari lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar sirkuler, sebagian lapis luar ada yang longitudinal khususnya bagian yang paling luar. Dekat permukaan pada vesika urinaria hanya lapis longitudinal yang nampak jelas. Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf, ganglia sering terdapat didekatnya. Selama urine melalui ureter komposisi pokok tidak berubah, hanya ditambah lendir saja.

Dinding ureter terdiri atas beberapa lapis, yakni:

1. Tunika mukosa : lapisan dari dalam ke luar sebagai berikut : • Epithelium transisional : pada kaliks dua sampai empat lapis, pada ureter empat sampai lima lapis, pada vesica urinaria 6-8 lapis. • Tunika submukosa tidak jelas • Lamina propria beberapa lapisan • Luar jaringan ikat padat tanpa papila, mengandung serabut elastis dan sedikit noduli limfatiki kecil, dalam jaringan ikat longgar • Kedua-dua lapisan ini menyebabkan tunika mukosa ureter dan vesika urinaria dalam keadaan kosong membentuk lipatan membujur. 2. Tunika muskularis : otot polos sangat longgar dan saling dipisahkan oleh jaringan ikat longgar dan anyaman serabut elastis. Otot membentuk tiga lapisan : stratum longitudinale internum, stratum sirkulare dan stratum longitudinale eksternum 3. Tunika adventisia : jaringan ikat longgar 3.VESIKA URINARIA Kantong air seni merupakan kantong penampung urine dari kedua belah ginjal Urine ditampung kemudian dibuang secara periodik. Struktur histologi : 1. Mukosa, memiliki epithel peralihan (transisional) yang terdiri atas lima sampai sepuluh lapis sel pada yang kendor, apabila teregang (penuh urine) lapisan nya menjadi tiga atau empat lapis sel. 2. Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah, saraf dan jarang terlihat limfonodulus atau kelenjar. Pada sapi tampak otot polos tersusun longitudinal, mirip muskularis mukosa. 3. Sub mukosa terdapat dibawahnya, terdiri atas jaringan ikat yang lebih longgar.

4. Tunika muskularis cukup tebal, tersusun oleh lapisan otot longitudinal dan sirkuler (luar), lapis paling luar sering tersusun secara memanjang, lapisan otot tidak tampak adanya pemisah yang jelas, sehingga sering tampak saling menjalin. Berkas otot polos di daerah trigonum vesike membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae intertinum. Lingkaran otot itu disebut m.sphinter internus. 5. Lapisan paling luar atau tunika serosa, berupa jaringat ikat longgar (jaringan areoler), sedikit pembuluh darah dan saraf 4. URETRA Berupa saluran yang menyalurkan urine dari kantong seni keluar tubuh. Pada hewan jantan akan mengikuti penis, sedangkan pada hewan betina mengikuti vestibulum. Sistem Urinaria pada Unggas Beberapa perbedaan dengan mamalia tampak jelas antara lain : 1. Bentuk ginjal yang agak komplek, terdiri atas tiga sampai empat lobus 2. Tidak memiliki vesika urinaria dan urethra jadi urine dari ureter langsung masuk kloaka (urodeum) 3. Urine yang dihasilkan agak kental, sedangkan pada mamalia bersifat lebih cair. 4. Pada ayam terdapat sepasang ginjal multilober yang erat hubungannya dengan kilumna vertebralis dan ilia, terletak pada bagian kaudal dari paru-paru. Warnanya kecoklatan dan konsistensinya lunak sehingga mudah rusak pada proses pengeluaran dari tempatnya. Ginjal Bagian paling luar adalah kapsula, serabut halus keluar dari kapsula menyisip parenkhim ginjal bersama pembuluh darah. Renal tubulus dianggap identik dengan nefron pada mamalia. Terdiri atas : a. Korpuskuli renalis dengan glomeruli relatif lebih kecil dari mamalia. b. Tubuli kontorti proksimalis, memepunyai epithel kubis dengan brush border, inti ditengah dan sitoplasma berbutir halus, diduga butiran urat. c. Jerat henle memiliki epithel sama, namun tidak memiliki brush border, tetapi pada sitoplasma terdapat vakuola. d. Tubuli konturti distalis memiliki lumen lebih luas, epithelnya lebih pucat dan berbentuk kubis. e. Alat penyalur mulai dari duktuli koligentes dengan epithel kubis, terus ke duktus Bellini dan akhirnya masuk ureter. Ureter Selaput lendir ureter membentuk lipatan memanjang (longitudinal) dengan epithel banyak baris. Pada tunika propria sebagaimana pada bangsa burung banyak ditemukan limfosit.

Tunika muskularis terdiri atas otot polos, lapis terluar adalah adventitia. Ureter sebelum memasuki ginjal bercabang menuju lobus. Ureter sebenarnya pendek dan lurus, bermuara kedalam uredeum medial dari duktus deferens pada hewan jantan, dan medial dari oviduktus pada hewan betina.

KAPILER

Komponen utama dinding kapiler adalah endothelium, yakni lapisan terdalam dari dinding sistem sirkulasi. Endothelium mempunyai sifat karakteristik mirip dengan fibroblast. Nukleusnya berbentuk memanjang, oval atau pipih, tapi tidak jelas dengan khromatin halus. Sel memanjang sesuai dengan poros kapiler dan mempunyai ujung yang meruncing. Kapiler dengan ukuran lebih besar mempunyai endothelium lebih pendek dan lebih lebar, kapiler yang terkecil hanya dilingkari oleh satu lapisan endothelium dan ukurannya sama dengan sel darah merah, sedangkan yang berukuran sedang dilapisi dua sampai tiga lapisan endothelium, gambaran ini jelas terlihat pada potongan melintang kapiler darah. Pengamatan dengan mikroskop elektron menunjukkan endothelium satu dengan yang lain tempatnya sangat berdekatan tanpa adanya substansi interseluler yang menjolok. Kapiler dibentuk dari jaringan ikat embrional, selanjutnya menembus parenkim organ dan jaringan. Dalam perjalanannya diikuti oleh sel jaringan ikat, serabut kolagen dan serabut elastis. Sedangkan membrana basalis yang membatasi endothelium terdiri atas glikoprotein. Sepanjang kapiler ditemukan makrofag, sel saraf serta beberapa sel masenkim yang belum mengalami defrensias, bahkan pada kapiler membrana niktitans mata katak ditemukan sel Ronget, sel ini akan berkontraksi jika distimuler dengan listrik, . Sel lain

juga ditemukan tapi sel ini tidak mampu berkontraksi, biasanya disebut dengan nama sel Perisit. Struktur histologi dinding kapiler Kapiler Kontinyu (Continous Capillaries) Sel endothelium menebal pada bagian yang mengandung nukleus, tapi ujungujungnya sangat meruncing. Organela seperti golgi komplek sepasang sentriola dan RER mithokondria tampak berdekatan dengan nukleus. Mitokondria dapat dilihat dengan posisi agak jauh dari nukleus. Disamping itu ditemukan filamen yang tebalnya 40-60 A°, dan vesikula dengan diameter 600-700 A°. Kapiler miokardium tikus, vesikula dapat mencapai 1/3 volume endothelium. Pada tempat perbatasan sel endothelium satu dengan yang lain atau pada kapiler yang kecil batas antara ujung kapilernya biasanya dipisahkan dengan jarak beberapa A°. Beberapa tempat terlihat Tight function (Zonula occudentes) dan Desmosoma kadang ditemukan tetapi jarang. Batas endothelium dapat bergerigi, halus atau lurus. Ujung kapiler menyempit dan menjulang ke lumen kapiler. Kapiler kontinyu ditemukan pada otot polos, otot skelet, otot jantung dan beberapa jaringan lainnya. Kapiler Berjendela (Fenestrated cappillaries) Kapiler ini pada beberapa tempat di endothelium ditemukan daerah yang sangat tipis (500 A°), ditembus oleh porus berbentuk bulat dengan diameter 800-1000A°. Pada porus terdapat diafragma yang tipis kurang lebih setebal satu membran sel tapi menebal

dibagian sentralnya. Mempunyai struktur histologi yang sama dengan kapiler kontinyu. Kapiler jenis ini ditemukan pada glomeruli renis, glandula endokrin, villi intestinalis. Kapiler pada glomeruli renis tidak ber diafragma dan mempunyai membrana basalis tiga kali lebih tebal dibandingkan dengan membrana basalis kapiler yang lain.

Sinusoid Merupakan pembuluh darah dengan bentuk kurang teratur, antara pembuluh sinusoid dengan parenkim organ terdapat lapisan jaringan ikat yang sangat halus. Keadaan ini berbeda dengan kapiler yang bercabang-cabang secara dikotom dari ujung vasa. Secara embriologik sinusoid tumbuh akibat pertumbuhan kedalam dari parenchim, masuk ke sinus darah yang ber dinding tipis. . Sinusoid merupakan sistem sirkulasi yang khusus terdapat pada hepar, limpa, medulla oseum rubrum dan beberapa glandula endokrin seperti: Glandula Adrenalis, Pituitaria. Sel-selnya sebagian besar bersifat phagositik Sinusoid diskontinyu seperti ditemukan pada hepar, hubungan antara endothelium satu dengan yang lain sama seperti pada kapiler yang lain, tapi pada beberapa tempat ditemukan adanya gap yang luas antar sel. Membrana basalis bersifat diskontinyu atau kadang-kadang sama sekali tidak ada. Sinusoid berjendela terdapat pada Glandula Pitutaria dan Korteks Adrenum, selnya tak bersifat fagositik, tak ada gam interselular lamina basalis kontinyu, tetapi pada

endotheliumnya ditemukan adanya forus dengan diafragma. Sinusoid kontinyu menunjukkan membrana basalis dan batas endothelium kapiler kontinyu.

HISTOFISIOLOGI Pertukaran zat melalui dinding kapiler mekanismenya meliputi pertukaran zat atau substansi melalui dinding kapiler ke jaringan, pertukaran zat ini terjadi tanpa trnasformasi energi yang menjolok. Endothelium mempunyai membran yang bersifat permeabel terhadap air dan kristaloid tapi tidak permeabel terhadap molekul besar. Vesikula pada permukaan endothelium berperan dalam proses pinositosis, dan endothelium berperan aktif pada proses pertukaran substansi karena endothelium mampu mengambil cairan melalui vesikula dan membawanya melintasi sel serta melepaskannya keruang perivaskuler. Dengan enzim peroksidase dibuktikan, disamping melalui vesikula transport dapat berjalan melalui pori interseluler. Pada kapiler berjendela pertukaran substansi melalui fenestrae, meskipun fenestrae tertutup oleh diafragma. Pada kapiler glomeruli, dimana fenestrae tidak ditemukan maka cairan dapat keluar dari vasa, keadaan ini 100x lebih mudah dibandingkan pada kapiler kontinyu otot. Pada sinusoid diskontinyu seperti hati, ada halangan untuk partikel lebih kecil dari sel untuk keluar dari vasa dan komposisi cairan perivaskuler praktis sama dengan plasma.

ARTERIA

Darah dibawa dari jantung kejala kapiler dijaringan melalui arteri, dimulai dari aorta dan dengan arteri pulmonalis darah dibawa dari jantung. Dalam perjalanannya arteri bercabang-cabang makin jauh dari pembuluh darah, ukurannya akan semakin kecil, namun penampang lintang pembuluh darah makin besar, akibatnya aliran darah dalam kapiler makin melambat sehingga kesempatan pertukaran zat dengan jaringan makin longgar. Dalam satu satuan waktu jumlah darah yang berada dalam kapiler kira-kira 2-10 % sedangkan sisanya, dalam perjalanan menuju atau pergi dari kapiler. Struktur arteri berbeda-beda menurut fungsi yang dipikul nya, dinding dari arteri besar atau arteri elastis, misalnya : aorta, arteri pulmonalis, arteri karotis mengandung lembaran serabut elastis yang berjendela. Dalam keadaan segar pembuluh ini berwarna kuning. Arteri elastis bercabang-cabang menjadi arteri yang lebih kecil dan mempunyai fungsi utama untuk distribusi. Arteri ini berupa arteri sedang (arteri tipe otot), selanjutnya dengan ukuran diameter maksimum 0,3 mm disebut : Arteriola. Dinding arteri terdiri atas 3 lapisan pokok yakni : 1. Tunika intima, merupakan lapisan otot dan beberapa unsur yang terususun longitudinal. 2. Tunika media, merupakan lapisan otot paling tebal, terdiri atas unsur yang tersusun melingkar. 3. Tunika adventitia, terdiri atas unsur-unsur yang tersusun longitudinal.

Batas antara tunika media dan tunika intima adalah tunika elastika interna, yang dapat dilihat nyata pada arteri berukuran sedang, sedangkan tunica elastika eksterna lebih tipis ditemukan pada perbatasan tunika media dan tunika adventitia. Arteriola dan Arteri kecil Tunica intima dari arteriola disusun oleh endothelium dan dikelilingi oleh tunika media yang terdiri atas satu lapisan serabut otot polos. Pada arteriola yang lebih besar, diluar tunika intima terdapat membrana elastika interna, dibawah endothelium terlihat sebagai garis mengkilat dan bergelombang karena kontraksi ototnya. Tunika media dari arteri kecil terdiri atas beberapa sel otot polos dengan ukuran 15-20 µ , pada potongan melintang terlihat mengelilingi lumen. Tunica adventitia tebalnya hampir sama dengan tunika media, terdiri atas serabut kolagen dan elastis yang tersusun longitudinal dengan fibroblas. Batas dengan jaringan sekitarnya tidak jelas. Pada arteri kecil sulit dilihat adanya membrana elastika eksterna. Dengan mikroskop elektron terlihat adanya membrana basalis dari endothelium yang jelas dengan serabut kolagen dibawah endothelium. Serabut elastis pada vasa yang kecil tersusun secara longitudinal dan dipisahkan dengan celah memanjang. Pada vasa yang besar lapisan ini makin tebal dan merupakan lapisan kontinyu, celah kecil tetap dapat ditemukan. Adanya bangunan berbentuk tongkat dengan diameter 1 µ dan panjang 3µ yang tersusun pada tubuli yang halus dan dibungkus oleh membran dapat ditemukan pada endothelium arteri kecil. Peranan bangunan tersebut tidak jelas. Arteri tipe otot berukuran sedang

Merupakan tipe arteri yang paling banyak jumlahnya. Pada tipe kecil dari golongan arteri ini dibawah endothelium terdapat tunica elastika interna. Sel endothelium melepaskan prosessi nya pada sel otot polos tunika media, mungkin celah pada tunika elastika sangat penting untuk difusi metabolit lumen. Tunika elastika interna berkembang baik, dengan mikroskop elektron terlihat bagian yang kosong dengan titik halus berupa serabut elastis, bagian ini mempunyai afinitas yang kecil terhadap osmium. Tunika media nya hampir semua terdiri atas lapisan otot polos yang tersusun konsentris. Serabut satu dengan yang lain dibatasi oleh lapisan yang tebal merupakan suatu glikoprotein analog dengan membrana basalis. Bagian ini terwarnai kuat dengan PAS, dengan mikroskop elektron pembesaran lemah terlihat amorf. Diluar glikoprotein ditemukan lapisan berkas serabut kolagen yang tipis, dimana dengan mikroskop cahaya tampak sebagai jala serabut retikuler yang terwarnai positif dengan AgNO3. Jaringan ikat longgar serabut elastis juga ditemukan pada tunica media dan tersusun konsentris yang terlihat sebagai garis gelap bergelombang diantara otot polos yang diwarnai dengan Resorcin fuschin atau aldehyde-fuchsin. Dengan mikroskop elektron terlihat sebagai garis kosong memanjang tanpa batas yang jelas. Tunika elastika externa tampak seperti lapisan kontinyu pada perbatasan tunika media dan tunika adventitia. Pada potongan melintang tampak sebagai pita elastis tersusun kurang teratur dan lebih tipis dari tunica elastika interna. Disebelah lateral dari tunika elastika externa ditemukan banyak vesikula kecil dan akson tak bermielin, kadang-kadang ditemukan mitokhondria. Kebanyakan akson tersebut berakhir pada tunika elastika eksterna, sedangkan stimulasi saraf mungkin diakibatkan karena difusi transmiter melalui tunika elastika externa.

Tunika adventitia kadang lebih tebal dari tunika media, terdiri atas fibroblast, serabut elastis dan kolagen yang tersusun longitudinal maupun transversal. Bagian ini bersatu dengan jaringan ikat sekitarnya tanpa batas yang jelas, karena tunika adventitia tersusun secara longgar dengan arah longitudinal, diameter vasa dapat berubah secara kontinyu. Arteri Elastis Besar Dinding sangat tebal tetapi lebih tipis dibandingkan dengan arteri sedang. Bentuk endothelium poligonal, pada tunika interna ditemukan fibroblast dan berkas halus serabut kolagen, kadang-kadang juga ditemukan makrofag pengembara. Pada bagian luar tunika intima disusun atas serabut elastis yang bercabang, diantara serabut elastis ditemukan serabut kolagen, fibroblast dan otot polos. Dibagian luarnya terdapat membrana elastika fenestra yang menempati tunika elastika interna dari vasa yang lebih kecil, tetapi tidak seperti vasa yang kecil yang terdiri dari lapisan terang yang memisahkan tunica interna dan media, melainkan merupakan lapisan serabut elastis yang kemudian melanjutkan diri ke tunika media. Jadi pada arteri tipe elastis besar tidak ada batas yang jelas antara tunika interna dan media. Tunica media sebagian besar terdiri dari jaringan elastis. Pada aorta manusia, tebalnya lapisan ini mencapai 50-65 µ membran serabut elastis tersusun konsentris, terdiri atas membran dengan ketebalan 2,5 µ . Membran tersebut dihubungkan dengan serabut elastis. Pada fenestra ditemukan serabut kolagen, elastis, fibroblast dan sel otot polos. Tunika adventisia relatip tipis, batasnya tidak nyata.

Dinding arteri elastis sangat tebal sehingga sulit menerima nutrisi dari lumen, oleh karena itu pada dinding ditemukan vasa vaserum yang berasal dari cabang arteri itu sendiri atau arteri tetangga. Vasa ini membentuk pleksus kapiler pada bagian dalam dari tunika adventitia dan tidak menembus sampai tunika media, tetapi pada vena dapat sampai ke tunika interna. Peralihan struktur diantara tipe arteri tersebut sangat bervariasi. Kadang-kadang kita temukan arteri ukuran kecil mempunyai struktur seperti arteri besar, sedangkan arteri besar seperti arteri illiaca externa mempunyai dinding seperti arteri sedang. Peralihan antara tipe elastis dan tipe otot disebut tipe campuran. Dindingnya mempunyai tunika media yang terdiri atas otot polos dengan membran serabut elastis Pada perbatasan arteri tipe elastis dari otot ditemukan arteri tipe hibrid. Pada tempat ini tunika medianya terdiri atas dua lapis yang sebelah medial terdiri atas otot polos yang sebelah lateral terdiri atas membran elastis. VENA Vena berfungsi membawa darah dari kapiler kembali ke jantung, makin dekat dengan jantung maka ukuran vena makin besar dan dindingnya makin tebal. Vena biasanya berjalan dengan arteri yang senama. Jumlah vena lebih banyak dari arteri dan lumen vena lebih lebar, dindingnya lebih tipis tapi kurang elastis, sehingga apabila dipotong bentuknya tidak teratur. Vena dibagi menjadi tiga: vena kecil, sedang dan besar, pembagian ini tidak memastikan karena tidak selalu terdapat korelasi positip antara besarnya lumen dan tebalnya dinding.

Dinding vena terdiri atas tiga lapisan: tunika intima, media dan adventitia. Batas antara lapisan kurang jelas dan pada beberapa vena terutama tunika media tidak ditemukan perbedaan. Jaringan muskulus dan jaringan elastisnya kurang berkembang baik, sedangkan jaringan ikatnya lebih prominent. Vena Kecil Kumpulan kapiler membentuk saluran dengan diameter 2-20 µ , terdiri atas endothelium yang diselubungi dengan serabut kolagen tersusun longitudinal dan fibroblast. Pada vena yang berukuran 45 µ , diantara endothelium dan jaringan ikat ditemukan sel otot dengan sedikit defrensiasi, awalnya muncul secara terpisah, makin besar ukuran venanya maka jarak sel otot semakin dekat. Pada vena yang lebih besar serabut elastisnya membentuk jala. Tunika intima hanya terdiri atas endothelium. Tunika media tersusun atas satu atau beberapa lapisan otot, tunika adventitia terdiri atas fibroblast, lapisan tipis serabut kolagen dan elastis yang berjalan longitudinal dan sebagian menembus diantara sel otot tunika media. Tidak semua pertukaran zat antara darah dengan jaringan terjadi pada kapiler melainkan hanya pada proses pertukaran zat yang berhubungan dengan inflamasi. Venula lebih permeabel terhadap zat warna, dan sangat peka terhadap histamin, serotonin dan substansia lain yang mempunyai efek mempertinggi permeabilitas vasa darah. Kelihatannya permeabilitas vasa darah meninggi dari arteri ke vena, dan mencapai permeabilitas maksimum pada venula dan akan menurun pada vasa yang lebih besar. Vena Sedang

Vena sedang berdiameter 2-9 mµ

Tunika intima dibentuk oleh sel endothelium

berbentuk poligonal dengan batas sel kurang jelas. Pada tunika intima kadang ditemukan lapisan jaringan ikat yang kurang jelas dengan beberapa sel dan serabut elastis tipis. Dalam hal ini seringkali tunia media dan tunika intima dianggap satu lapisan, karena tunika intima kurang berkembang. Tunika media jauh lebih tipis dibanding arteri dan tersusun atas otot polos yang tersusun secara sirkuler yang dipisahkan oleh serabut kolagen yang longitudinal dan fibroblast. Tunika adventitia biasanya jauh lebih tebal dari tunika media dan terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengandung berkas serabut elastis dan serabut kolagen tebal tersusun longitudinal. Pada perbatasan dengan tunika media kadang-kadang ditemukan berkas otot polos tersusun longitudinal. Vena Besar Struktur tunika intima pada vena besar sama dengan pada vena sedang. Vena yang sangat besar disusun atas jaringan ikat sangat tebal. Tunika medianya tipis sampai tidak ada, strukturnya sama dengan vena sedang. Tunika adventitia merupakan bagian utama dari dinding vena dan tebalnya beberapa kali lipat tebal tunika media, terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengandung serabut elastis tebal dan serabut kolagen tersusun longitudinal. Pada tempat perbatasan antara tunika media atau tunika intima terdapat lapisan otot polos tersusun longitudinal dengan jala elastis. Struktur semacam ini ditemukan pada vena kava, vena masentrika superior dan vena renalis (pada manusia).

Valvula pada Vena Kebanyakan vena sedang terutama yang terdapat pada ektrimitas dilengkapi dengan valvula, yakni : penghalang aliran kembalinya darah dari jantung. Valvula berbentuk seperti kantung setengah bulat, pada permukaan dalam dari dinding vena. Valvula ini membuka kearah aliran darah. Biasanya terdapat sepasang, antara valvula dan dinding terdapat ruangan disebut Sinus Valvulae pada tempat ini biasanya dinding vena menipis dan meregang. Valvula adalah membran jaringan ikat tipis, pada sisi yang menghadap lumen vasa, terdapat serabut elastis lanjutan dari tunika intima. Pada sinus dinding hanya terdiri dari atas serabut otot polos longitudinal yang tidak melanjutkan diri ke valvula, karena permukaan valvula dilapisi dengan endothelium. Valvula menghilang pada vena dengan diameter kurang dari 1 – 1,5 mm dan juga pada CNS, paru-paru, ginjal, uterus, tulang dan organ lainnya. Sistem Porta Kapiler merupakan peralihan dari sistem arteri ke sistem vena, tapi kebanyakan pada jaringan dan organ mengalami modifikasi, disesuaikan dengan fungsi khusus organ / jaringan yang bersangkutan. Suatu pengaturan vasa dimana darah dikumpulkan dari suatu sistem kapiler kemudian mengalir ke vasa yang lebih besar atau ke sistem kapiler yang lain dan kembali ke sirkulasi lagi, ini disebut : Sistem Porta misalnya pada hepar : vena portae dari hepar mamalia berasal dari jala kapiler visera abdomen, masuk kedalam hepar kemudian

bercabang menjadi jala sinusoid yang menembus organ dan kemudian berkumpul membentuk vena hepatika. Pada keadaan lain dapat terjadi bahwa arteri bercabang menjadi kapiler, kemudian dikumpulkan menjadi vasa yang lebih besar. Keadaan ini ditemukan pada hubungan antara arteri afferen, kapiler dan arteri efferen glomeruli renis. Kemudian arteri efferent ini bercabang menjadi kapiler disekitar tubuli. Anastomosa Arteri dan Vena Anastomosa adalah hubungan langsung antara arteri dan vena. Hubungan ini biasanya ditemukan pada hubungan antara cabang samping dari arteriola terminalis yang berjalan langsung ke venula. Dinding vasa ini mempunyai lapisan otot yang tebal, terlalu tebal untuk ukuran vasa yang bersangkutan dan kaya akan inervasi nervus vasamotorik. Vasa ini berkontraksi kuat bila N. Symphaticus distimulasi. Bila vasa anastomosa tersebut berkontraksi, maka darah berjalan melalui arteriola ke kapiler, tapi bila vasa anastomosa arteriovenosus yang berkontraksi mungkin berperan penting untuk pengaturan mekanisme suplai darah keberbagai jaringan. Glomeruli Caudalis Glomeruli kaudalis terdapat pada bagian distal mamalia berekor panjang. Berupa vasa anastomosa, diikat bersama dengan jaringan ikat yang banyak berotot. Bangunan ini

selalu terdapat dalam jumlah yang besar dan strukturnya mirip dengan glomus koksigeum / glandula koksigealis pada manusia. Kegunaan dari glomeruli caudalis tidak jelas, tetapi strukturnya mirip sekali dengan glomus karotikum dan glomera aortika. Glomus karotikum terletak dekat percabangan arteria karotis kommunis. Glomera aortika terletak dekat arigo arteri subklavia dan antara aorta dengan arteri pulmonalis. Sel glomus yang bersifat epitheloid glomus banyak menerima akhiran ujung saraf. Glomus karotikum merupakan kemoreseptor yang peka terhadap aoxi, atau kenaikan ion hydrogen ataupun kenaikan konsentrasi CO2. Korpora aortikum mungkin mempunyai fungsi sama. JANTUNG Jantung berupa organ yang terdiri atas otot dan selalu berkonsentrasi secara ritmis selama hidup. Terbagi atas empat kamar, dua atrium dan dua ventrikel, seperti pada vasa maka dindingnya juga terdiri atas tiga lapisan konsentris yakni : Endokardium, Miokardium, dan Epikardium, yang homolog dengan tunika intima, media dan adventitia pada vasa. Endocardium Merupakan bagian paling dalam dilapisi dengan endithelium lanjutan dari vasa-vasa yang keluar-masuk jantung. Bentuk endothelium bulat atau poligonal, dibawah endothelium dijumpai lapisan sub endothelium yang terdiri atas serabut kolagen dan sedikit serabut elastis serta fibroblast. Disebelah luarnya ditemui lapisan jaringan ikat tebal yang

merupakan bagian pokok dari endokardium, didalamnya ditemukan banyak serabut elastis. Berkas serabut otot polos juga ditemukan pada septum interventrikulare, diluarnya terdapat lapisan subendokardial yang berifat longgar yang bergabung dengan perimisium dari miokardium. Disana ditemukan jala serabut otot jantung dan serabut purkinje. Miokardium Miokardium terdiri atas otot jantung yang melanjutkan diri ke epikardium dan endokardium. Elemen elastis hanya sedikit ditemukan pada ventrikel kecuali pada tunika adventitia vasa yang besar. Pada arteri terdapat jala serabut elastis yang berjalan kesegala arah diantara otot dan melanjutkan diri ke lapisan serabut elastis pada epikardium dan endokardium dan pada dinding vena yang besar. Diantara otot jantung ditemukan fibril retikuler. Didalam miokardium terdapat juga vasa, nervi dan ujung serabut purkinje. Epikardium Epikardium dibentuk oleh lamina viseralis dari perikardium. Permukaannya ditutupi oleh mesothelium. Epikardium berupa membrana serosa yang padat dengan ketebalan yang bervariasi, banyak mengandung serabut elastis yang berbentuk lembaran, terutama dibagian provundal.

Epikardium melekat erat pada miokardium, membungkus vasa, nervi dan corpus adiposum, jaringan lemak banyak ditemukan pada jantung. Kumpulan ganglion padat terdapat pada subepikardium terutama pada tempat masuknya vena kava kranialis. Lamina parietalis perikardium juga berupa membrana serosa yaitu suatu membrana yang terdiri dari jaringan ikat yang mengandung jala serabut elastis, kolagen, fibroblast, makrofafiksans dan ditutup oleh mesothelium. Valvulae Jantung Annuli vibrasi merupakan bagian jantung disekitar ostea pada basis jantung dan merupakan tempat perlekatan valvula. Pada aorta dan arteria pulmonalis annuli fibrosanya dibentuk oleh jaringan ikat yang teranyam padat, miskin dengan serabut elastis. Sisi yang menghadap arteria tertutup oleh lapisan yang cukup tebal terutama terdiri dari serabut kolagen yang merupakan lanjutan dari tunika intima. Pada sisi yang menghadap ventrikulus dilapisi oleh endokardium yang jauh lebih tipis kaya akan serabut elastis. Stratum proprium berupa jaringan ikat yang kaya sel khondroid (babi, anjing dan kucing) dan beberapa vasa darah. Stratum proprium dari valvula atrioventrikularis dibentuk oleh jaringan ikat yang kaya dengan serabut elastis, tempat khorade tendinae melekat. Pada valvula ditemukan vasa darah. Didekat basisnya terdapat berkas serabut otot jantung dengan arah membujur dan melintang. Sistem Porta

Valvula jantung mempunyai lapisan endokardium yang tebalnya bervariasi pada kedua permukaannya, dibawahnya terdapat stratum proprium. Pada valvula semilunaris, sisi yang menghadap arteria ditutup oleh lapisan yang cukup tebal terdiri dari serabut kolagen, merupakan lanjutan dari tunika intima. Pada sisi yang menghadap ventrikulus dilapisi oleh endokardium tipis tapi kaya dengan serabut elastis. Stratum proprium berupa jaringan ikat yang kaya sel khondroid (babi, anjing dan kucing) dan beberapa vasa darah. Stratum proprium dari valvula atrioventrikularis dibentuk oleh jaringan ikat kaya akan serabut elastis, tempat khordae tendinae melekat. Pada valvula ini juga ditemukan vasa darah. Didekat basisnya ditemukan berkas serabut otot jantung dengan arah membujur dan melintang. Sistem Konduksi Impuls Impuls detak jantung berasal dari nodus sino-atrialis yang merupakan pacemaker dari jantung. Nodus ini terlihat pada dinding vena kava kranialis pada tempat masuknya nodus atrioventrikularis dari HIS, dari berkas HIS ini impuls dilanjutkan pada kedua sisi septum ventrikulare dan menyebar ke ventrikel. Nodus sino-atrialis berupa bangunan yang tersusun atas serabut elastis tidak teratur dikelilingi dengan jala saraf. Peralihan serabut dari nodus miokardium terjadi secara graduil. Sel yang ditemukan pada nodus sino-atrialis adalah sel yang kebanyakan ditemukan pada mamalia. Nodus atrio-ventrikularis merupakan suatu bangunan datar berwarna putih, terletak pada bagian posterior bawah dari septum inter-atrial dibawah valvula semilunaris aorta. Nodus

ini mengandung serabut purkinje permukaan dari berkas atrio-ventikularis dari HIS. Serabut tersebut berjalan ke atau diantara miokardium , sehingga batas nodus atrioventrikularis dengan sekitarnya tidak jelas. Mendekati ventrikel substansi nodus mengumpul dan membentuk suatu berkas yang panjangnya mencapai satu cm yaitu berkas atrio-ventrikularis HIS. Berkas HIS terdiri atas serabut purkinje yang pada ungulata diameternya tiga sampai empat kali diameter miokardium. Berkas HIS dibungkus oleh jaringan ikat yang banyak mengandung pembuluh darah, sel saraf dan serabut bermielin. Vasa Limphe Jantung Ada 3 golongan yaitu : 1. Vasa limphe besar, yang berjalan pada sulki jantung bersama vasa darah, vasa limphe ini berhubungan dengan nodus-limphatikus yang terletak dibawah loop aorta dan pada percabangan trakhea. 2. Vasa limphe yang terletak pada epikardium 3. Vasa limphe yang terletak pada miokardium dan endokardium. Inervasi Jantung Jantung diinervasi oleh nervus vagus dan nervus simphatikus. Ujung saraf yang berakhir pada jantung dapat bersifat sebagai efektor, reseptor ataupun sensorik. Vasa Limphe

Sistem limphe merupakan tambahan sistem sirkulasi, timbul pada ujung jaringan dan pada villi intestinum sebagai lakteal. Fungsinya untuk menampung cairan jaringan yang tak dapat kembali ke sistem vena, menyarinya melalui nodus lymphatikus dan mengembalikannya kealiran darah. Struktur vasa limphe mirip dengan vena hanya lebih halus. SISTEM LIMFATIKA Sistem ini tersusun oleh komponen selular dan cairan, dilengkapi dengan: - organa lumfatika yang mencakup : nodus lymphaticus, termasuk pula lempeng Peyer, lien, thimus dan tonsilia - vasa limfatika, yang terdiri atas : vas limfokapillare dan vas limfatikum

A. ORGANA LIMFATIKA 1. Nodus LimfatiKus Dikenal dua jenis yaitu : memiliki capsula., susunannya sebagai berikut : a. Capsula merupakan selubung terdiri atas jaringan ikat fibrus padat mengandung banyak berkas kolagen dan elastis. Di sini ada 2 macam pembuluh limfa. Vas

lymphaticum

afferens

:

memasuki

nodus

di

bagian

konvesk.

Vas lymphaticum efferens : meninggalkan nodus pada bagian konkaf. Di bagian ini yang disebut hilum masuk dan keluarlah juga pembuluh darah dan saraf. Dinding pembuluh limfa dilengkapi otot polos.

Trabecula dipercabangkan oleh capsula, masuk ke dalam modus, mengandung banyak berkas kolagen dan membagi nodus secara tuntas. b. Cortex : bagian luar nodus, terpisah dari capsula oleh rongga bernama sinus subcapsularis. Cortex tersusun oleh : Nodulus lymphaticus : bundar sebagai kumpulan padat lymphocyti. Pada nodulus bagian pusat letak sel kurang berpadatan. Pusat ini disebut centrum germinale ; disini lymphocytus B mengalami diferensiasi menjadi plasmocytus. Daerah tepi nodulus dengan lymphocity yang berpadatan dinamakan corona. - Medulla merupakan pusat nodus lymphaticus, terpulas lebih pucat, terdiri atas : Chorda medullaris, tersusun oleh : • Jaringan lymphoid • Plasmocytus • macrophagocytus Sinus medullaris sebagai rongga - Stroma : beberapa jaringan ikat retikuler, terdiri atas 2 komponen : Komponen sel : Substantia intercellularis : mengandung berkas kolagen dan retikuler.

- Sinus Lymphaticus : rongga berbentuk kurang teratur. Susunan dinding : Dua macam sel • Reticulocytus • Macropagocytus stabilis Serabut retikuler Rongga ini menampung cairan limfa dari vas lymphaticus afferens di bawah capsula sebagai sinus subcapsularis. Dari sini limfa ditampung oleh sinus medullaris di medulla dan akhirnya dikumpulkan oleh vas lymphaticum efferens meninggalkan nodus di hilum. TEMPAT : tersebar sepanjang vasa lymphatica, di daerah ketiak, lipat paha, leher, dada dan perut, sepanjang pembuluh darah.

1.1 Tanpa capsula : di dalam dinsing usu nodus lymphaticus ini bergerombol-gerombol membentuk lempeng Peyer. FUNGSI nodus lymphaticus : - tempat penyaringan benda asing seperti partikel, bakteri, virus - tempat penambahan lymphocytus melalui cortex - tempat pemasukan lymphocytus B - sebagai komponen sistem pertahanan tubuh yang dilakukan secara :

seluler oleh lymphocytus T humoral oleh lymphocytus B HISTOGENESISI : Nodus lymphaticus berasal dari saccus lymphaticus embryonalis. Nodus lymphaticus babi : memiliki sedikit perbedaan, dimana arah atau letak vas lymphaticum afferens dan vas lymphaticum efferensnya terbalik. Sedangkan nodulus lymphaticus terletak disebelah perifer. 2. LIEN atau SPLEN Alat tersebsar di antara organ lymphatica. Struktur : - tunica serosa membungkus lien berupa epitel pipih selapis, sebagai bagian mesothelium (berasal dari peritoneum) - capsula atau tunica fibrosa berupa jaringan ikat fibrus padat, berisi : o banyak berkas kolagen o sedikit otot polos o berkas elastis di bagian dalam Capsula mempercabangkan trabecula, yang masuk membawa : - banyak berkas kolagen - sedikit otot polos

- berkas elastis di bagian dalam capsula mempercabangkan trabecula, yang masuk membawa : o lebih banyak berkas elastis o otot polos o berkas kolagen yang berhubungan dengan berkas retikuler berasal dari pulpa. - Pulpa. Dikenal 2 jenis : a. Pulpa alba yang tersusun oleh : o nodulus lymphaticus dengan : a lymphonoduli (dulu ; a centralis) yang ada di tepi nodulus lymphaticus (lymphonodulus). o zona marginalis : daerah tepi, di luar lymphonodulus, kurang padat Ciri : • lymphocytus Y ; di sekitar a lymphonoduli • lymphocytus B ; di zona marginalis b. pulpa rubra yang tersusun oleh : - chroda splenica, terdiri atas 2 komponen : serabut retikuler dan kolagen, yang berhubungan dengan serabut pulpa.

Reticulocytus, macropaghocytus, plasmocytus, del darah. - sinus venularis : suatu venula postcapillaris yang menghubungkan capilarum terminale dengan vena pulpae rubrae (lihat “Vascularisatio” di bawah). Dinding sinus venularis tersusun oleh : endothelium, membatasi rongga, sel fusiform, inti bulat, sentral. Serabut elastis dan serabut pulpa yang merupakan berkas dan dinamakan : fira reticularis annularis. Pada dasarnya gambaran mikroskopis lien dibedakan menjadi tiga tipe yang menyolok. Berdasarkan fungsinya sebagai lien penyimpan dengan capsula tebal dan pulpa merah yang dominan, sedangkan pulpa putih sedikit. Sebaliknya lien tipe pertahanan capsulanya tipis dengan pulpa putih yang dominan, pula merah sedikit. Lien tipe peralihan gambaran mikroskopis terletak diantara 2 tipe tersebut diatas. Contoh tipe-tipe lien dari lien penyimpan sampai lien pertahanan urutannya adalah sebagai berikut : - Lien penyimpan : kuda, anjing, kucing - Lien tipe peralihan : babi, sapi, biri-biri, kambing - Lien pertahanan : manusia, kelinci, lagomorf VASCULARISATIO :

- a lienalis masuk melalui hilum menjadi a. Trabecularis 9tipe : otot). Setelah mencapai diameter 0.2 mm, arteria meninggalkan trabecula, menjadi a.lymphonoduli (dulu : a centralis). Pada arteria ini tunica adventitia diganti oleh jaringan limfatik yang menyelubunginya sebagai vagian periartialis lymphatica, di dalam pulpa alba, Arteria ini bercabang-cabang. Setelah mencapai diameter 40 – 50 mm, a lymphonoduli meninggalkan pulpa alba, memasuki pulpa rubra, bercabang-cabang menjadi kecil, lurus. Bangunan terakhir ini dinamakan pula penicillum, terdiri atas 3 bagian : o arteriola penicillaris : bagian terpanjang ; tunica media terdiri atas sel otot polos selapis, serabut elastis dan jaringan limfatik o arteriola ellipsoidea (vaginata) : endothelium diselubungi serabut reticuler, reticulocytus dan macrophagocytus. o Vas capillarum terminale : ini melanjutkan diri sebagai sinus venularis. Sebagai kapiler yang merupakan ujung akhir sistem arteria, maka dinding pembuluh dilapisi endotel selapis. - Vena Pulpae rubra menerima darah dari sinus venularis, masuk ke dalam pulpa rubra. Dinding vena terdiri atas endothelium, diperkuat oleh stroma pulpae rubrae, V. Pulpae rubra bercabang membentuk V. Trabecularis dengan dinding yang berupa endothelium, diperkuat oleh jaringan ikat trabecula. FUNGSI : Lien bertugas : - menyaring benda asing

- menghancurkan erythrocytus tua, sel darah yang rusak atau cacad dan thrombocytus. - Sebagai tempat penimbunan erythrocytus - Sebagai salah satu komponen penting sistem pertahanan tubuh. HISTOGENESIS : Lien berasal dari sel-sel mesenchyma, dorsal dari mesogastrium. KEDUDUKAN DALAM KLINIK Walaupun

lien

merupakan

alat

penting,

namun

splenectomia

(pengangkatan lien dari tubuh) tidak banyak mempengaruhi individu, sebab tugas lien dapat diambilalih oleh medulla ossium, hepar atau nodus lymphaticus. 3. THYMUS Alat yang terletak cranial terhadap strenum dalam rongga dada berbeda dengan nodus lymphaticus karena tidak memiliki pembuluh limfa yang masuk maupun ke luar.Pada kehidupan fetus dan selama 2 tahun pertama kehidupan postnatal, thymus berukuran terbesar. Sejak usia 2 tahun sampai pubertas alat makin mengecil. Sesudah pubertas alat mengalami involutio. - Capsula : jaringan ikat fibrus, membungkus thymus dan membagi thymus menjadi 2 lobi. Tiap pobus tersusun oleh :

- Cortex : daerah tepi, dihuni oleh : Lymphocytu berpadatan, dinamakan thymocytus, 2 jenis : • Thymocytus magnus : besar, di tepi • Thymocytus parvus : kecil, di pusat Cortex merupakan tempat produksi lymphocytus. Macrophagocytus yang makan sel-sel yang mati. - Medulla : Daerah pusat. Sel-sel sama besar, lebih berjauhan. Banyak lymhoblastus dan reticulocytus tampak di sini. Seringkali terlihat bangunan kebulat-bulatan, tersusun oleh sel-sel epitel yang letaknya konsentris, dinamakan corpusculum thymicum : bagian pusat sering mengapur atau mengalami degenerasi. FUNGSI : Thymus : - menghasilkan getah thymosin untuk menjaga agar fungsi alat limfatik lain berjalan lancar. - Menghasilkan thymocytus. - Merupakan komponen sistem pertahanan tubuh.

INVOLUTIO : Proses ini mulai dengan penipisan populasi lymphocytus di cortex. Sel epitel mulai tertekan dan diganti oleh sel lemak, terutama di daerah septum interlobulare. Nedulla mengalami atrofi setelah pubertas. Akhirnya corpusculum thymicum ikut diganti. HYSTOGENESIS : Thymus berasal dari saccus pharyngelais III dan IV. Pengaruh Hormon - ACTH dan hormon seks betina & jantan dapat mempercepat involutie - Somatotropin (STH) merangsang perkembangan thymus. 4. TONSILLIA Struktur : alat ini tersusun oleh kumpulan noduli lymphatici. - capsula : jaringan ikat fibrus padat yang berperan : membungkus tonsilia palatina perintang penyebaran radang tonsilia palatina - epithelium squamosum stratificatum : melapisi permukaan alat. Di beberapa tempat epitel membuat lekukan : crypta tonsillaris yang sering ditimbuni bakteri, lymphocytus, sel epitel, dan sebagainya. Crypta dapat bercabang sebagai :

crypta tonsillaris primaria crypta tonsillaris secundaria Fungsi : alat ini merupakan komponen sistem pertahanan tubuh. II. VASA LYMPHATICA 1. Vas Lymphocapillare Pembuluh terkecil ini merupakan ujung awal sistem pembuluh limfa. Ujung membulat dan buntu. Dalam perjalanan cabang-cabang pembulus saling berhubungan, membentuk anyaman : rete lymphocapillare. Struktur : dinding tersusun oleh endothelium selapis, diperkuat oleh serabutserabut halus, penghubung sel endotel dengan jaringan di kelilingnya dan dinamakan fibra fixationis. 2. Vas Lymphaticum Struktur : dinding pembuluh ini lebih tebal daripada vas lymphocapillare. Lapisan yang menyusun dinding dari dalam ke luar adalah : - tunica intima tersusun oleh : o endothelium o stratum subondotheliale berisi serabut elastis, simpang siur

- tunica media tersusun oleh : o otot polos, berlapis-lapis, melingkar o serabut elastis sedikit. - tunica externa tertebal tersusun oleh : o serabut kolagen dan elastis o otot polos VALVULA : pembuluh dilengkapi katup : valvula. Katup ini : - berpasangan, merupakan lipatan tunica intima - kedua belah sisi dilapisi endotel - mempunyai pangkal melebar, membatasi sinus valvularis - mempunyai otot polos di tunica media Dikenal 2 jenis vasa lymphatica : a. vas lymphaticum fibrotypicum : unsur jaringan ikat menyolok. b. Vas lymphaticum myotipicum : unsur otot lebih menyolok. Dinding : - tunica intima : endothelium

serabut kolagen serabut elastis : sepadat membrana elastica interna - tunica media : otot polos dengan serabut elastis di sela-selanya - tunica adventitia : serabut kolagen diselingi serabut elastis dan otot polos. Termasuk jenis ini : ductus lymphaticum dextrum dan ductus thoracicus. Vasa lymphatica vasorum : di sinding ductus thoracisus, sampai mencapai tunica media. at 9:00 PM Sistem genitalia atau alat kelamin merupakan alat reproduksi yang memegang peranan penting dalam usaha mempertahankan eksistensi jenis hewan dengan cara berkembang biak. Dibedakan atas : sistema genitalia maskulin dan sistema genitalia feminin.

A. Sistem Genitalia Maskulina Terdiri atas testis, alat penyalur, kelenjar asesorius, genitalia eksterna, Testis setelah mencapai umur dewasa dan dibawah pengaruh hormon gonadotropin hipophisa menghasilkan spermatozoa. Setelah kastrasi hewan menjadi impotent dan terjadi perubahan yang disebabkan hilangnya hormon testosteron dari testis. 1. TESTIS Testis berupa glandula tubuler komplek yang dibungkus oleh kapsula fibrosa yang cukup tebal disebut : Tunika albuginea dan sebuah lapisan peritoneum Tunika vaginalis viseralis. Tunika vaginalis dibentuk oleh jaringan ikat kolagen yang miskin

akan vasa darah dan elemen elastis, permukaan bebasnya tertutup mesothelium, sedangkan permukaan yang lain melekat pada tunika albuginea. Tunika albuginera sebaliknya kaya akan vaskularisasi, pada bagian tertentu yang disebut stratum vaskulare sangat kaya vaskularisasi. Pada tempat melekatnya epididimis pada testis, tunika albuginea berhubungan dengan mediastinum testis, yaitu suatu tali jaringan ikat yang memanjang sepanjang axis memanjang dari testis. Pada karnivora dan babi melepas helaian jaringan ikat dan pada ruminansia tali jaringan ikat secara radier ke tunika albuginea, jaringan ikat tersebut disebut Septula testis, yang membagi testis menjadi lobuli testis yang berbentuk piramidal atau konus. Mediastinum testis mengandung labirinth, ruang yang lebarnya tak menentu berhubungan satu dengan yang lain disebut rete testis. Pada jaringan interstitial disekitar tubulus seminiferus tidak ditemukan otot dan sperma di testis bersifat non motil. Gerakan mereka pada tubulus disebabkan oleh tekanan sekretorik dan tekanan internal dari testis, gerakan ini juga dibantu oleh cairan yang mungkin dihasilkan oleh sel sertoli. Pada kuda tunika albuginea kaya akan serabut otot polos yang berasal dari m kremaster internus dan melanjutkan diri ke septula testis. Suatu mediastinum dari rete testis yang padat tidak ada tetapi seluruh testis dilintasi oleh septa tebal yang berhubungan satu dengan yang lain. Pada tali jaringan ikat yang tebal disamping vasa darah ditemukan pula duktus pengganti rete testis. Pada folus kranialis testis mereka berdekatan satu dengan yang lain dan melanjutkan diri ke duktuli efferentes.

Parenkim testis terdiri atas tubulus seminiferus, yang dibungkus jaringan ikat halus. Jaringan ikat interstitial kadang menunjukkan struktur/lamelar yang banyak mengandung vasa dan nervi. Sel interstitial yang diduga menghasilkan hormon testosteron ditemukan tunggal atau bergerombol. Sel ini ditemukan dalam jumlah yang besar pada babi dan kuda (sel interstitial). Tubulus Seminiferus Dinding tubulus seminiferus dibatasi oleh sel epithelium komplek yang terdiri atas 2 macam sel yaitu : Sel penyokong dan sel spermatogenik. Sel penyokong atau sel sustentakulum disebut juga sel sentroli, sedangkan sel spermatogenik ada beberapa tipe yang berbeda morfologinya antara lain : spermatogenia, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid dan spermatozoa. Tiap sel sentroli melekat pada lamina basalis, sedangkan sel sprematogenik tersusun secara tradisional. Sel yang muda terletak dekat membrana basalis, semakin mendekati lumen, umur sel makin tua.

Sel Sertoli Bentuk tinggi langsing seperti segitiga dengan basisnya melekat pada membrana basalis, ujungnya mencolok keluar, inti sel terletak pada basal. Struktur histologi menunjukkan adanya gambaran mitokhondria yang memanjang sejajar dengan axis panjang sel, fibril tetes lemak dan kadang ditemukan granula lipofasia. Dengan EM dapat ditemukan bangunan berupa kristal terbentuk kumparan yang disebut: Kristaloid Charcot Bottcher (sel sertoli manusia). Susunan kimia dan kegunaan fisiologi nya belum diketahui. Filament yang halus dan mikrotubulus yang tersusun sejajar dengan axis panjang sel sering dapat ditemukan, RER jarang tetapi SER ditemukan lebih banyak. Sel sertoli melindungi sel sprematogenik yang sedang berkembang dan mungkin berperan penting dalam memberi nutrisi sel spermatogenik dan proses pelepasan spermatozoa yang sudah dewasa. Sel sertoli yang kelihatan mengalami mitosis, tetapi

mereka lebih tahan terhadap panas, radiasi dan beberapa agen toksik yang mudah merusak sel spermatogenik.

Spermatogonia Panjangnya bervariasi antara 50-75 µ , terdiri atas caput dan kauda. Kauda sendiri terdiri atas neck (leher), middle piece (bagian tengah), principal (bagian pokok) dan end piece (bagian ujung). Pembagian nya didasarkan atas perbedaan diameter. Dengan mikroskop cahaya perbedaan struktur internanya tidak jelas, tetapi dengan EM terdapat perbedaan struktur interna nya jelas, tetapi dengan EM terdapat perbedaan yang cukup mencolok. Midle piece berbentuk silindris panjangnya lima sampai tujuh µ , tebalnya mencapai 1 µ . Bagian ini timbul dari polus pasterior dari caput yaitu pada bagian yang mempunyai struktur mirip dengan cincin Annulus. Principal piece panjangnya kira-kira 45 µ dengan tebal 0,5 µ , makin keujung makin mengecil membentuk end piece. Spermatogonia terdapat diatas satu sampai dua lapis membran basal. Sel induk ini bersifat mitosis aktif, jadi sering terlihat bentuk pembelahan sel. Menurut penelitian dibedakan adanya spermatogonia tipe A dan B. Tipe A terdapat langsung pada membran basal dan tipe B diatas tipe A. Tipe A membelah secara mitosis menjadi tipe A dan tipe B, tipe B inilah yang menumbuhkan spermatosit primer.

Sel pada lapis berikutnya lebih besar diameternya, intinya lebih besar serta lebih banyak mengandung khromatin disebut : sprematosit primer. Selanjutnya sel ini mengalami meiosis dan pada pembelahan pertama menghasilkan sel yang lebih kecil disebut : spermatosit sekunder. Umur sel tersebut pendek karena segera mengalami pembelahan kedua (mitosis) menjadi spermatid, dari satu sel spermatozoa menjadi empat spermatid yang secara morfologis identik, tetapi gen yang dikandung dapat berbeda. ukuran sel kecil inti miskin kromatin dan sentriole masih tampak. Dalam tahap spermatositogenesis, spermatid selanjutnya mengalami tahap transformasi,

berubah dari bentuk sel menjadi spermatozoa yang memiliki kepala, leher, badan dan ekor. Spermatozoa yang berkembang ini tampak membenamkan kepalanya kedalam kutub bebas sel sertoli.

Tahap transformasi (spermiogenesisi) dikenal adanya 4 tahap yakni : Tahap golgi (golgi phase), tahap tudung (cop phase), tahap akrosom (acrosomal phase) dan tahap pemerahan (maturation phase).

Sel Interstitial Parenkim testis yang terdiri atas tubuli seminiferi dibalut oleh jaringan ikat halus yang dikenal sebagai jaringan ikat interstitial. Didalamnya ditemukan pembuluh darah saraf, sel interstitial (sel leidig). Sel ini umumnya mengelompok dan mengitari pembuluh darah, terlihat jelas pada kuda dan babi. Bentuknya tidak teratur, berdiameter 10-15 µ , inti besar, kromatin bulat dan nukleus jelas. Dalam sitoplasma sering terdapat apparatus golgi, smooth E.R mitokhondria, butirbutir lipoid, kristal protein (kuda dan kucing) dan pigment. Pada manusia kristal tersebut cukup besar dan semakin tua semakin banyak jumlahnya. Fungsi sel leidig menghasilkan hormon testosteron yang berfungsi :  mengatur aktivitas kelenjar assesorius, terutama kelenjar prostat.

 Memelihara tanda khas jantan (secondary sex characteristics)

 Bersama dengan hormon FSH dan Hiphofisa mengatur aktivitas spermatogenesis.

Hormon LH atau ICSH mengatur aktivitas sel leidig pengaruh ini semakin jelas bila sekaligus ditambah dengan FSH. Di dalam tubuh hewan memang terjadi inter-relasi antara kelenjar endokrin tertentu dalam mengatur aktivitas alat reproduksi, misalnya kelenjar hipophisa, adrenal dan testis sendiri. Pada kasus kastrasi (pengebirian) yang berarti menghentikan aktivitas testis, menyebabkan kelenjar asesorius mundur aktivitasnya, sifat khas jantan berangsur hilang dan kegiatan spermatogenesis berhenti. Hormon gonadotropin akan mengepul pada pars distalis hipofisa akibatnya sel basofil mengalami perubahan identitasnya selanjutnya dikenal dengan castration cells. Kastrasi yang dilakukan sebelum dewasa kelamin, tanda khas jantan tidak akan timbul. Bila kastrasi dilakukan setelah dewasa kelamin, maka perubahan kehilangan tanda khas jantan akan berlangsung secara lambat. Mungkin ini disebabkan karena korteks adrenalis dapat sedikit menghasilkan hormon testosteron. Tumor pada kelenjar prostat pada hewan tua, lazimnya diberikan terapi dengan melalui kastrasi. Air mani sering disebut sperma atau semen, terdiri dari campuran spermatozoa dan sekresi kelenjar asesorius dan epididimis. Sekreta kelenjar selain sebagai pengangkut (vesicle), juga bekerja sebagai pembawa makanan serta mengaktifkan gerakan spermatozoa. Kandungan hialuronidase dalam air mani yang cukup tinggi diduga terdapat pada kepala dari spermatozoa, enzim mana yang diperlukan pada proses pembuahan, khususnya untuk merusak selaput sekunder dari ovum.

2. ALAT PENYALUR. Alat penyalur spermatozoa dimulai dari : Tubuli rekti, Rete testis (terdapat dalam testis), Duktuli Efferentes Testis,Duktus epididimis (terdapat dalam epididimis), Duktus deferens, Urethra (pars pelvina dan pars penis).

a. Tubuli (seminiferi) rekti Berupa saluran pendek yang terdapat pada lobuli testis, epithelnya kubis sebaris dan berdiri pada membran basal. Pada daerah peralihan antara tubuli rekti terdapat daerah dengan banyak modifikasi dari sel sertoli. Di daerah ini tidak lagi terdapat proses spermatogenesis.

b. Rete Testis Berupa saluran atau rongga saling berhubungan dalam mediastinum testis. Saluran tersebut dibalut oleh epithel pipih selapis atau kubis rendah, sedangkan mediastinum testis merupakan kondensasi dari stroma testis yang mengandung pembuluh darah dan saraf. Otot polos belum terdapat pada mediastinum testis.

c. Duktuli Efferentes Testis Pada kutub kranial mediastinum testis terdapat sekitar 6-12 saluran disebut : Duktuli efferentes testis. Saluran tersebut awalnya lurus tetapi setelah memasuki epididimis menjadi berkelok membentuk spiral. Daerah pemasukan dikenal dengan vascular cone yang menghadap testis dan merupakan caput epididimis (kuda) atau sebagian dari padanya pada hewan lain. Duktuli efferentes memiliki epithel silindris sebaris dengan dua macam sel, yakni : sel basilia (kinocilia) dan sel tanpa silia dengan banyak butir sekreta di dalamnya, sel ini menunjukkan aktivitas bersekresi. Epithel berdiri pada membran basal, bagian yang telah ada dalam caput epididimis, mulai terdapat otot polos diluar membran basal. Sekreta dari

sel tersebut diatas diduga berperanan dalam proses pendewasaan dari spermatozoa dalam epididimis.

d. Duktus Epididimis Duktuli efferentes dalam epididimis secara perlahan memiliki epithel silindris banyak lapis bersilia (stereocilia), lumen semakin besar dan dinding semakin tebal dengan bertambahnya lapisan otot polos. Dalam epididimis saluran tersebut selanjutnya disebut : Duktus epididimis. Sel basal dari epithel banyak lapis mengandung butiran lemak (babi dan ruminansia), sedangkan sel atas silindris tinggi dengan stereosilia. Semakin menuju kauda epididimis, ukuran epithel semakin rendah, lumen semakin berkelok-kelok dan otot polos semakin tebal.

e. Epididimis Sering disebut anak buah pelir, letaknya sangat berdekatan dengan testis. Secara anatomis terdiri atas caput, korpus dan kauda epididimis. Epididimis terdiri atas jaringan ikat mirip tunika albuginea sebagai stroma dengan mengandung otot polos (jelas pada kuda) didalamnya terdapat saluran yang merupakan parenkhim, yakni duktulis efferentes dan duktus epididimis. Fungsi epididimis : Menyimpan sementara spermatozoa, khususnya didaerah kauda epididimis dan diduga disini terjadi proses pendewasaan. Gerakan spermatozoa mulai tampak, tapi dalam tubuli seminiferi jelas belum ada gerakan. Spermatozoa yang telah melalui epididimis memiliki potensi untuk membuahi ovum. Spermatozoa yang tidak melewatinya daya pembuahannya sangat kecil.

f. Duktus Deferens Berupa saluran tunggal yang keluar dari kauda epididimis. Pada hewan besar saluran ini cukup panjang keluar dari epididimis membentuk Funikulus spermatikus (Spermatic cord) di daerah leher skrotum, selanjutnya masuk rongga perut menuju uretra dalam rongga pelvis. Duktus deferens dibagi menjadi dua bagian, yakni : bagian yang tidak berkelenjar disebut : Duktus deferens dan bagian yang berkelenjar disebut : Ampulla. Selaput lendri membuat lipatan longitudinal, dengan epithel silindri sebaris atau dua baris, berdiri pada membran basal. Tunika propria terdiri dari jaringan ikat dengan banyak sel dan serabut elastis, bagian ini langsung bersatu dengan sub-mukosa dan keduanya disebut propria mukosa. Tunika muskularis cukup tebal, dengan bagian yang memanjang, melintang dan miring. Pada babi dan domba lapis sirkuler tebal terletak disebelah dalam sedangkan lapis memanjang tipis, tetapi pada sapi, kuda dan karnivora lapisan otot polos saling membuat anyaman, sehingga tidak membentuk strata yang jelas. Tunika adventitia atau serosa terdapat paling luar, pembuluh darah, saraf, jaringan limfoid dan otot polos sering tampak di bagian ini. Ampulla akan dibahas nanti pada kelenjar asesorius.

g. Funikulus Spermatikus Bagian ini berbentuk buluh, dibalut oleh peritonium. Didalamnya terdapat duktus deferens, pembuluh darah, saraf dan berkas otot polos. Pada kasus pengebirian secara tertutup yang dirusak selain duktus deferens juga arteri (a. Spermatika). Pengebirian ini

lazim dilakukan pada hewan besar (sapi atau kerbau) sebelum menginjak dewasa kelamin, sebagai ternak daging.

h. Uretra Uretra hewan jantan cukup panjang, dibagi menurut letaknya, yakni : Uretra pars prostatika, uretra pars pelvina dan uretra pars penis. Jadi delaslah bahwa bangun uretra tergantung pada letaknya dalam tubuh, meskipun demikian terdapat bangun umum tetap. Selaput lendir membuat lipatan memanjang, disusun atas epitelnya banyak lapis dan peralihan. Pada permukaan, epithel tidak teratur sering membentuk prosesus disebut Lakuna dari Morgagni. Pada tunika propria banyak terdapat pembuluh darah, khususnya pembuluh darah venosus yang membentuk korpus uretralis (kelenjar littre). Lapis paling luar adalah lapisan otot polos, diikuti otot kerangka dalam membentuk muskulus retralis. Kolikulus seminalis adalah kelanjutan dari kresta uretralis yang terjadi dari vesika urinaria. Bagian ini merupakan tempat permuaraan duktus defferent dan vesika seminalis. Mukosa mirip dengan uretra, pada kucing dan babi sering terjadi gangglia di daerah ini. Uretra prostatikus atau uterus maskulina terdapat di daerah kolikus prostatikus atau uterus maskulinus terdapat di daerah kollikulus seminialis, sering tampak pada hewan piara, khususnya jelas pada hewan besar. Uritrikulus prostatikus merupakan ujung saluran Muller yang homolog dengan uterus dan vagina pada hewan besar. Uretra pars penis berbeda dengan uretra pars pelvina, yakni lebih sedikit mengandung kelenjar tetapi banyak mengandung serabut erektil. Di luar lapisan otot

terdapat tunika albuginea yang merupakan suatu jaringan ikat fibrus banyak mengandung serabut elastis, khususnya pada penis tipe kaverneus. 3. Kelenjar Asesorius (Glandula genitales asesorius) Kelenjar asesorius pada hewan jantan memiliki ciri umum :  Kelenjar bermuara pada uretra

 Pada stroma (kapsula jaringan ikat interstitial, trabekula, septa) sering terdapat otot polos, kontraksi otot tersebut dapat mendorong skreta, khususnya pada proses ejakulasi.  Kelenjar berbentuk tubulus bercabang dengan lobulasi cukup jelas. Ada bagian ujung kelenjar yang meluas membentuk sinus koligentes sebagai penampang sekreta. Ini sekedar ciri umum, sudah tentu terdapat beberapa perbedaan untuk setiap jenis hewan. Keempat kelenjar assesorius tidak semuanya terdapat pada setiap hewan jantan, kalaupun ada pertumbuhannya tidak selalu subur. Keempat kelenjar asesorius tersebut adalah : a. Ampula (ampula duktus defrentis) b. Kelenjar vesibulares (glandula vesikulares) c. Kelenjar prostat (glandula prostat)

d. Kelenjar bulbo-uretralis (glandula bulbo-uretralis) Hormon testosteron sangat berpengaruh terhadap kesuburan kelenjar asesorius dan ciri khas kelamin jantan (secondary sex characteristic). Kastratsi sebelum datangnya dewasa kelamin menyebabkan perkembangannya kelenjar tersebut berhenti, sedangkan kastrasi pada umur dewasa menyebabkan kemunduran secara bertahap kelenjar asesorius. Secara histologi telah dibuktikan bahwa sel kelenjar mengecil dan aktivitas bersekresi mundur. Selanjutnya parenkim kelenjar mengalami involusi dan digantikan dengan jaringan ikat. a. Ampula. Kelenjar ampula anjing menjulur sampai permulaan dari uretra, kucing tidak memiliki ampula. Diantara hewan besar seperti babi memiliki ampula paling kecil, kelenjarnya sedikit dan terbesar pada dindingnya. Sapi, kerbau, domba dan kuda pertumbuhan ampula cukup subur. Struktur histologi ampula ditandai dengan menebalnya selaput lendir (mukosa) disebabkan adanya kelenjar. Kedua ampula melewati bagian ventral dari korpus prostat dan bersama dengan glandula vesikulares bermuara kedalam uretra pada kolikulus seminalis. Kelenjar bersifat tubulus bercabang, mirip dengan glandula vesikulares dengan ujung kelenjar yang meluas mirip suatu kantong. Epithelnya berbentuk silindris sebaris, tinggi rendahnya epithel tergantung dari aktivitas kelenjar tersebut. Dalam lumen kelenjar sering tampak spermatozoa (slides), bahkan sering dilaporkan adanya konkremen yang

dapat berkapur (kuda dan ruminansia). Kelenjarnya tidak memiliki saluran yang jelas sehingga ujung kelenjar tampak langsung berhubungan dengan lumen dari ampula. Tunika muskularis tersusun secara sirkuler dan longitudinal, dimana pada ruminansia saling beranastomose, lapis paling luar adalah tunia adventitia atau serosa. b.Glandula vesikulares Glandula ini jumlahnya sepasang, pada sapi cukup subur dan membentuk lobulasi yang jelas. Pada kuda dan manusia berbentuk memanjang dan mengantong. Babi, domba dan kambing pertumbuhan glandulanya cukup baik. Tetapi anjing dan kucing tidak memiliki glandula vesikulares. Pada sapi saluran glandula tersebut bersatu dengan saluran ampula membentuk kedua Ostea ejakulatoria yang bermuara kedalam uretra. Bentuk uretra ini bisa berbeda antara jenis hewan satu dengan yang lainnya. Struktur histologi glandula, terbagi dalam lobulus, dipisahkan satu dengan yang lain dengan trabekula atau septa yang mengandung otot polos, pada ruminansia septa cukup tebal. Dalam tiap lobulus terdapat ujung glandula yang paling luas lumennya, sebagai penampung sekreta disebut Sinus Colligentes. Epithel dari ujung kelenjar berbentuk silindris sebaris, tetapi bagi saluran yang cukup besar dan terdapat diluar lobulus, epithelnya banyak lapis. Pada lumen ujung glandula, khususnya sinus koligentes sering terlihat spermatozoa maupun kristal. c. Glandula prostat.

Glandula ini jumlahnya sebuah, terletak pada pangkal uretra di daerah leher vesika urinaria. Pada berbagai hewan piara bentuknya tidak sama, secara umum terdapat bagian yang disebut : Corpus prostate dan Pars dissiminata prostate atau pars dissiminata. Istilah korpus prostata hanya tepat untuk babi dan sapi bukan domba dan kambing. Korpus ini kecil posisinya dorsal dari uretra dekat vesikula urinaria. Pars disiminata prostata praktis terdapat pada semua hewan piara kecuali kuda, terdiri atas lobus dekstra dan sinistra dan istmus. Pada ruminansia terdiri atas pars disminata, glandulanya tersebar hampir sepanjang pars uretra dan pars pelvina. Pada kuda dan karnivora korpus prostata besar dengan glandula yang subur, sebaliknya pars disminata sedikit dan tersebar sebagai kelenjar littre. Pada anjing glandula prostat mengelilingi permulaan uretra. Hewan yang memiliki pars disminata yang subur, kelenjarnya dibalut oleh muskulus uretralis yang terdiri atas otot kerangka kecuali daerah ujung kranial dari korpus prostata. Struktur histologi parenkhim glandula berbentuk tubulus majemuk. Stroma yang terdiri dari kapsula, trabekula dan jaringan interstitial mengandung otot polos. Epithel berbentuk silindris rendah tergantung pada aktivitas kelenjarnya dan didalamnya banyak terdapat butir sekreta. Intersellulaer skretorikanalikuli sering tampak pada sapi dan kuda. Sekresi kelenjar bersifat apokrin adakalanya epithel terlepas bersama bercampur dengan sekreta, yang diduga menyebabkan terjadinya konrement dalam lumen sinus koligentus disebut Korpura amilasea (sympexionen), pada babi yang sudah tua sering ditemukan. Pada rodensia sekreta kelenjar protat dan kelenjar cowper dapat merupakan penyumbat servik, khususnya bila fertilisasi telah terjadi. Mukus tersebut dapat

menetralkan asam susu yang terdapat dalam vagina. Pada hewan piara sekreta yang bersifat encer dari glandula prostat dapat menaikkan motilitas dari spermatozoa. d. Kelenjar Cowper (glandula bubo-uretralis) Kelenjar cowper ini jumlahnya sepasang, terdapat pada semua hewan piara kecuali anjing. Kapsula bersifat fibrous murni pada sapi tetapi pada hewan lain mengandung otot polos. Jaringan ikat interlobuler yang membagi kelenjar menjadi beberapa lobulus mengandung otot polos. Hanya pada kuda disusun atas otot kerangka, di luar kapsula jelas terdapat otot kerangka. Epithel kelenjar berbentuk silindris rendah, lumen ujung glandulanya besar, aspeknya mukeus dengan ujung kelenjar ada yang serous, perimbangannya tergantung jenis hewannya. Pada setiap lobulus terdapat sinus kelenjar sebagai penampung sekreta. Babi lumen ujung glandulanya meluas dengan sekreta kental, penting untuk memperkental air mani setelah ejakulasi. Sekreta kelenjar cowper bermuara kedalam uretra dan dianggap sebagai pembersih (lubrikan) uretra sebelum air mani lewat. pH sekitar 7,5-8,2 pada ejakulasi tak sempurna air mani sapi tak mengandung spermatozoa, cairan mana berasal dari kelenjar cowper dan mungkin sebagian dari prostat. 4. GENITALIA EKSTERNA 4.1 Penis Penis dapat dibagi atas korpus dan glans. Korpus penis terdiri atas : Jaringan erektil korpus kavernosum penis, uretra yang dikelilingi oleh korpus kavernosum uretrae, muskuli bulbo-kavernosus dan retraktor penis. Ujung penis disebut gland penis, dimana pada beberapa spesies tidak begitu jelas.

Corpus Penis Uretra dengan korpus karvenosum sudah dijelaskan diatas, korpus kavernosum yang membentuk korpus terdiri atas : Kapsula yang disebut tunika albuginea, berupa membran tebal terdiri atas jaringan ikat kolagen padat dan serabut elastis. Dari tunika albuginea dilepaskan trabekula yang berhubungan satu sama lain. Trabekula membentuk septum mediastinum yang hanya ditemukan pada radiks penis dari ruminansia dan babi, tetapi pada anjing ditemukan seluruh korpus. Pada kuda dan anjing septum tersebut tidak kontinyu, diantara trabekula terdapat jaringan erektil yang sebenarnya. Ini terdiri atas jala, lamela dan pita yang melanjut ke trabekula dan tunika albuginea dan ruang yang berukuran bervariasi dan berhubungan satu dengan yang lain disebut : Kaverna. Ruang ini terutama berjalan secara longitudinal (kecuali pada anjing) dan terbesar serta terbanyak pada kurra, di luar endothelium, dinding kaverna hanya dibentuk jala interkavernosa yang memuat vasa dan nervi. Pada ruminansia dan babi terdiri atas jaringan fibro-elastis, otot polos (anjing dan kuda). dan korpusadiposum yang tersebar. Pada bagian distal dan insertio m. Iskhiokavernosus, korpus kavernosum sapi mempunyai jaringan fibrosa dan berfungsi untuk membuat penis lebih kaku. Vasa Darah

Pada manusia dan kuda terdapat jala kapiler pleksus korteks superfisial langsung dibawah tunika albuginea. Ini berhubungan dengan pleksus vena korteks profundal yang berhubungan dengan ruang kaverna dan jaringan erektil. Aliran darah arterial terutama berasal dari arteria provunda-penis yang masuk krura. Cabang dari arteria dorsalis menembus tunika albuginea. Arteri ini berjalan sepanjang trabekula melintasi sepanjang

jaringan erektil. Berupa cabang memberikan kapiler ke albuginea dan trabekula sedang yang lain membentuk kapiler pada superfisial, cabang arteri yang lain berakhir pada pleksus profundal atau kelubang kaverna secara langsung. Arteri helisina membentuk cabang dan berkelompok dua sampai sepuluh, selanjutnya dibungkus dalam berkas oleh jaringan ikat, berjalan berkelok, dindingnya mengandung berkas otot polos longitudinal hingga arteri mempunyai penebalan seperti bantal. Ruang kaverna dan pleksus venosus yang provundal di aliri darah dari vena profunda penis dan vena dorsalis penis dan vena bulbo-uretralis. Mekanisme Ereksi Adanya perasaan erotik maka saraf parasimpatis terpacu dan menyebabkan relaksasi otot polos pada arteri dan korpus kavernosum, akibatnya darah mengalir ke arteri dan teregang, ruang kaverna terisi darah arterial dan ruangan membesar. Pembesaran ruangan ini menyebabkan vena besar yang berdinding tipis tergencet hingga darah sulit meninggalkan melalui vena. Darah yang mengumpul di korpus kavernosum dengan tekanan yang makin meninggi dan menyebabkan organ mengeras. Pada saat ini a.helisina yang jalannya bekelok-kelok, secara pasif teregang dan menjadi lurus. Setelah ejakulasi pengaruh saraf simpatis lebih dominan dan otot polos kembali pada tonusnya, aliran darah normal kembali, darah yang tertinggal dalam korpus kavernosum tertekan masuk kedalam vena karena kontraksi otot polos trabekula dan kerutan kembali jaringan elastis. Penis kembali kebentuk yang normal. Glans Penis

Kaya akan vaskularisasi dan beberapa spesies mempunyai bangunan erektil yang sebenarnya dan membentuk bangunan yang melebar disebut : Glans penis, bangunan ini hanya jelas pada manusia, kuda dan anjing. Pada anjing glans penis merupakan bangunan erektil yang pokok. Glans tertutup oleh preposium, preposium terbungkus oleh kulit, kaya akan nervi dan ujung saraf. Jaringan erektil glans terpisah dari korpus kavernosum penis, kecuali pada babi. Jaringan ererktil ini berhubungan dengan korvus kavernosum-uretrae. Bulbus glandis anjing adalah suatu korvus kavernosum yang tebal, kaya jaringan elastis dan serabut otot. Pada karnivora glans membungkus os. penis, membentuk sebagai jaringan tulang pada ujung korvus kavernosum penis. Pada kuda, kambing dan biri-biri uretra muncul dari ujung penis membentuk prosessus uretralis dan terbungkus jaringan kaverna yang tipis. Pada kuda bagian ini kaya jaringan limfatik. Pada kucing sarung kulit glans mempunyai spina kecil dan mengalami kornifikasi pada ujungnya. Kuda dan anjing juga ada tetapi lebih kecil. 4.2 Prepusium Prepusium terdiri atas dua bagian yakni : Bagian exsternal yang merupakan kelanjutan dari kulit abdomen disebut : Pars parietalis dan pars viseralis, keduanya bertemu pada orifisium preputi. Pars parietalis terlipat kedalam dan ke muka pada forniks dan menutup ujung penis sebagai pars viseralis. Pars eksterna mempunyai struktur sama dengan kulit, banyaknya rambut bervariasi tergantung spesies hewannya. Pars parietalis dihubungkan dengan lapisan luar dengan

jaringan ikat yang banyak mengandung pembuluh darah dan otot polos yang berasal dari tunika dartos skroti dan berkas otot serat lintang (kecuali kuda dan anjing). Rambut dan kelenjar kulit hanya terdapat sedikit pada orifisium preputi. Glandula sebasea lebih banyak bermuara pada permukaan tidak pada polikel rambut. Pada fornik terdapat evaginasi kulit, nodulus limfatikus terdapat lapisan parietal dari babi dan biri-biri, fornik sapi, anjing babi dan lapisan yang menutup glans penis sapi. Ujung saraf berupa bulbus terminalis dan korpus-ulum genitale terdapat lapisan viseral preputium semua hewan. Pada kucing terdapat juga korpus-kulum pasini. 4.3 Skrotum. Terdiri atas integumentum kommunis dan tunika dartos. Kulit skrotum lebih tipis, rambut lebih sedikit dan kaya akan glandula. Terdapat glandula sebasea dan glandula kulit tubuler. Babi hanya berlandula kecil dan sedikit, dibagian dalam kulit skrotum melekat ke tunika dartos dengan perantara jaringan ikat longgar. Tunika dartos terdiri atas berkas otot polos yang arahnya tidak teratur serta serabut kolagen dan elasti. Pada babi ditemukan jaringan lemak, septum skroti dibentuk oleh berkas serabut otot.

B. Organa Genitalia Feminina Alat reproduksi hewan betina terdiri dari : 1. Ovarium (alat kelamin primer) 2. Alat penyalur terdiri atas : Tuba fallopii dan fimbrie, Uterus, Serviks dan Vagina

3. Alat kelamin luar (genitalia eksterna) : Vestibulum, Labia-vulva dan Klitoris 1. OVARIUM Jumlahnya sepasang, berada dalam rongga tubuh yang ditunjang oleh alat penggantung (mesovarium). Ukuran serta bentuk ovaria pada hewan muda dengan yang dewasa menunjukkan perbedaan yang sangat jelas. Ovaria dapat dianggap sebagai kelenjar ganda, yakni : Kelenjar eksokrin karena menghasilkan ova, dan kelenjar endokrin karena pada periode tertentu menghasilkan hormon estrogen (folikel the graaf) progesteron (korpus luteum) dan relaksin (korpus luteum).

Struktur histologi bangun ovaria dewasa berubah-ubah tergantung pada siklus kelamin, tetapi bangun umum pada mamalia secara garis besarnya hampir sama, sedangkan pada kuda dan ayam agak menyimpang. Begitu pula bangun ovaria muda dan dewasa juga berbeda. Strukutur histologi nya sebagai berikut :

Kapsula :  Epithel kecambah (germinal epithelium). Pada hewan muda bangun epithel kubis atau silindris rendah tapi pada yang dewasa kubis rendah. Hampir seluruh permukaan ovaria dibalut oleh epithel kecambah, kecuali daerah hilus ovari yang dibalut oleh peritoneum. Pada kuda sebagian besar ovarium dibalut oleh peritoneum, hanya sebagian kecil disebut ovulation fossa dibalut oleh epithel kecambah.  Tunika albuginea, disusun atas jaringan ikat kolagen tanpa serabut elastis dan retikuler, sedikit mengandung sel, letaknya langsung dibawah epithel kecambah.

Korteks :  Disebut juga Korteks ovarii atau Zona parenchymatosa, letaknya dibagian perifer ovarium langsung dibawah tunika albuginea, kecuali pada kuda yang terletak di sebelah bagian dalamnya. Pada korteks terdapat stroma kortikalis dan parenkhim yang terdiri dari folikel pada berbagai stadia.  Stroma kortikalis terdiri atas jaringan ikat yang banyak mengandung sel bebas serabut elastis. Serabut kolagen dan retikuler terdapat didalamnya. Sel stroma yang tersebar dan saling mengelompok, diduga bukan fibroblast melainkan sel khusus disebut sel interstitial. Sel tersebut mudah berdiferensiasi, prolifrasi dan menyimpan bahan lemak serta zat warna. Dalam keadaan darurat mampu berubah menjadi makrofag, ataupun menjadi sel glandula, misal pada teka interna dan korpus luteum.  Pada hewan betina sel interstitial terlebih dahulu berdifrensiasi dan baru bersekresi. Stroma ovarii pada kuda sering mengandung sel berpigmen, tetapi semakin tua hewan semakin sedikit selnya. Pada stroma kortikalis tersebar follikel yang pada hewan dewasa terdapat pada berbagai stadia. Pada hewan multipara (anjing, kucing dan babi) follikel sering mengelompok, tetapi pada unipara (kuda, sapi dan kerbau) tersebar secara merata. Penelitian yang dilakukan pada anjing menunjukkan bahwa pembentukan follikel berlangsung hampir sepanjang hidupnya, melalui invaginasi epithel kecambah menembus tunika albuginea.

Folikel primordial Pada hewan yang baru lahir folikel seluruhnya adalah folikel premordial. Folikel yang belum memasuki siklus pada hewan dewasa sering disebut folikel premordial juga, untuk membedakan dengan folikel primer yang telah memasuki siklus. Folikel ini terdiri dari sel telur (oogonium) membran basal yang cukup tipis dan sel folikel (sel granulosa) berbentuk pipih selapis. Membran basal merupakan batas antara folikel dengan stroma kortikalis. Diameter oogonium 30-50 µ , inti besar, aparatus golgi, mitokhondria dan endoplasmik retikulum yang jelas.

Folikel primer Folikel ini telah memasuki siklus, dan dibawah pengaruh hormon FSH dari hiphofisa terjadi proses pertumbuhan. Pembesaran diameter dari seluruh komponen folikel disebabkan oleh perubahan pada : Sel telur yang membesar karena intinya sedikit membesar akibat kromatin bertambah, sitoplasma khususnya kuning telur (para plasma) bertambah secara bertahap sel telur yang sedang berkembang ini disebut oosit primer.  Sel-sel follikel turut berkembang yang tadinya berbentuk pipih selapis, berubah menjadi kubis sebaris.  Membran basal masih tetap tipis. Folikel Sekunder Periode ini disebut Growing follicle dibedakan tiga stadium, yakni :

1.Stadium permulaan Oosit primer terus berkembang, sel folikel mulai berkembang biak sehingga tampak dua lapis. Di luar selaput vitelin mulai terjadi zona pelusida yang dihasilkan oleh sel folikel. Di sebelah dalam selaput vitelin kuning telur bertambah banyak, membran basal sedikit menebal. Penambahan diameter keseluruhan follikel, demikian juga oosit primer. 2.Stadium pertengahan Perkembangan oosit primer terus berjalan, dengan bertambahnya kuning telur posisi inti yang sentris mulai bergeser agak ke tepi. Zona pelusida agak menebal dan sel folikel berlapis mencapai tiga sampai enam lapis. Membran basal agak menebal. 3.Stadium akhir Perkembangan oosit primer berakhir, zona pelusida tebal. Sel follkel yang ada ditengah mulai tampak tanda degenerasi yang berakhir dengan hancur (lisis) sehingga terbentuk rongga sebagai permulaan dari antrum folikuli.

Folikel Tertier Seperti halnya dengan follikel sekunder, stadium ini dibagi dalam 3 sub stadium : 1.Stadium permulaan

Perkembangan oosit primer telah berhenti, zona pellusia sudah cukup tebal. Sel-sel follikel yang mengitari zona pellusida mulai teratr letaknya. Pada waktu yang bersamaan sel follikel yang terdapat ditengah berdegenerasi, handur dan membentuk antrum follikuli yang baru. Antrum follikuli yang telah terbentuk mulai meluas dan berisi cairan Liquor follikuli. Membran basal tetap ada, sel-sel stroma diluar membran basal berdiferensiasi menjadi sel-sel theca folliculi. 2.Stadium pertengahan Pada stadium ini diduga oosit primer telah memasuki stadium pemasukan pertama dan mengeluarkan benda kutub (polosit) pertama. Dengan demikian sel telur disebut oosit sekunder. Sel folikel yang langsung mengelilingi zona pelusida telah teratur letaknya disebut : Corona radiata. Diluar corona radiata, sel folikel selanjutnya disebut sel granulosa, membentuk dinding antrum folikuli. Dengan bergabungnya antrum folikuli dan bertambahnya liquor folikuli maka posisi sel telur terhadap folikel jadi semakin eksentris. Pertautan sel telur dengan dinding folikel berlangsung melalui susunan sel granulosa berbentuk tangkai disebut : Kumulus ooforus. Pada mamalia lazimnya hanya sebuah tetapi pada kelinci terdapat beberapa buah disebut : Retinakulum. Membran basal yang memisahkan sel granulosa dan sel teka folikuli, selanjutnya disebut: Membran skhalavianski. Teka foliculi terdiri atas : Teka interna dan teka eksterna. Teka interna terdiri disusun oleh jaringan ikat dengan sel epitheloid mengandung butiran didalamnya, diduga menjadi

sumber hormon estrogen. Pembuluh darah banyak terdapat didalamnya berbentuk kapiler. Sebagian dari hormon estrogen memasuki pembuluh darah dan sebagian lain menembus sel jaringan ikat dengan sel memanjang mengelilingi folikel. Perubahan teka eksterna dengan stroma kortikalispun tidak jelas. 3.Stadium terakhir Stadium ini sering dikenal sebagai : Folikel renier de graaf suatu folikel yang sudah siap mengalami ovulasi. Keadaannya hampir sama dengan substadium sebelumnya, hanya pada yang terakhir ini terdapat adanya stigma, berupa dinding folikel yang paling tipis yang nantinya akan pecah dan merupakan jalan keluar bagi oosit sekunder. Follikel atretis (Korpora atretika) Selama folikel primordial berkembang menjadi folikel de graaf banyak mengalami kematian. Kematian folikel pada berbagai stadia dimulai dengan degenerasi pada oosit yang disusul dengan sel granulosa. Sebaliknya sel teka ber frolifrasi menyerap sisa folikel dan selanjutnya mengisinya. Proses atresia berbeda untuk tiap jenis hewan. Secara mikroskopis tampak adanya masa sel yang mengandung lemak diantara folikel pada stroma ovari. Kasus atresia pada stadium muda lebih mudah lenyap dari pada stadium lanjut yang biasa memakan waktu agak lama. Ovulasi adalah: Peristiwa pecahnya folikel de graaf dan terlemparnya ovum dari ovarium. Oosit sekunder yang terlempar keluar selanjutnya ditangkap oleh fimbriae dari tuba falopii, kemudian menuju uterus.

Korpus Luteum Korpus luteum (Yellow body) mulai terbentuk setelah folikel mengalami ovulasi, pembentukan ini berlangsung terus sampai sempurna, apabila terjadi kebuntingan (korpus luteum gravidiatatum), tetapi apabila tidak terjadi pembuahan pembentukan korpus luteum terhenti, sehingga terjadi korpus albikans atau korpus fibrosum, Korpus luteum periodikum albikans adalah bentuk degenerasi dari korpus luteum yang fungsional. Letaknya lebih dalam dan ukurannya besar, sehingga hilangnya lambat. Sel luteum masih tampak meskipun sedikit dengan butir sekreta didalamnya. Warna kuning disebabkan oleh adanya pigmen lutein yang terkandung dalam sel pembentuk parenkhim. Lutein terdapat pada korpus luteum kuda, sapi, karnivora dan manusia. Pada domba, kambing dan babi pigmen lutein tidak ada sehingga warna korpus luteum jadi putih kelabu. Korpus luteum tergolong kelenjar endokrin dan menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi memelihara kelangsungan kebuntingan.

Medula ovari Sering disebut : Zona vaskulosa, karena banyak mengandung pembuluh darah. Stroma ovari di daerah medula berubah menjadi jaringan ikat fibro-elastis yang banyak mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf, terdapat pula otot polos yang berhubungan dengan muskulator dari ligamentum suspensorium. Adanya sel interstitial pada kucing dan rodensia diduga menghasilkan hormon ovarium. Didaerah pertautan mesobarium dilaporkan adanya sel yang mirip dengan sel interstitial hewan jantang yang disebut : Sel hilus yang menghasilkan androgen. Pada karnivora dan ruminansia dekat mesovarium sering terlihat sisa dari rete ovari, sisa mesonefros yakni efooforon dan parooforon. Sisa mesonefros tersebut berbentuk saluran berliku-liku dengan ujung yang buntu. Epithelnya pipih selapis, pada epooforon silindris bersilia keduanya kadang membentuk kista.

2. ALAT PENYALUR 2.1 Tuba Uterina (Salping, tuba falopii, oviduktus)

Pada mammalia terdapat sepasang yang berfungsi sebagai : Menangkap oosit sekunder yang diovulasikan (oleh fimbriae), memberi lingkungan yang baik untuk pembuahan dan menyalurkan oosit sekunder atau embrio menuju uterus. Secara morfologis dibagi menjadi : Infundibulum dan fimbriae, ampulla dan istmus. Bangun umum ketiga daerahnya hampir sama hanya berbeda dalam struktur selaput lendirnya serta ketebalan lapisan otot. Mukosa daerah ampula membentuk lipatan komplek dengan adanya lipatan primer, sekunder dan tertier. Semakin menuju uterus bentuk lipatan semakin sederhana dan rendah. Lamina epitelialis terdiri atas epitel silindris sebaris, kecuali pada ruminansia dan babi yang memiliki daerah epitel silindris banyak baris. Pada epitel terdapat dua macam sel yang berbeda, yakni : Sel yang memiliki silia yang aktif bergetar menjelang oosit lewat. Tipe sel ini menjamin kelancaran transport oosit embrio menuju uterus. Sel tanpa silia banyak mengandung butir sekreta didalamnya, diduga menghasilkan sekreta yang bersifat nutritif bagi embrio. Aktivitas epithel ini ternyata sejalan dengan aktivitas seluruh saluran kelamin meskipun tidak sehebat uterus. Lamina propria terdiri atas jaringan ikat longgar dengan banyak sel dan serabut retikuler. Serabut otot polos sering tampak didalamnya. Sub mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar berbatasan langsung dengan mukosa sebab muskularis mukosa tidak ada. Tunika muskularis pada lapis dalamnya tersusun melingkar dan lapis luarnya longitudinal. Diantaranya terdapat jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah yang

dikenal sebagai stratum vaskulare. Pada bibir infundibulum atau fibriae otot polos hampir tidak tampak atau hanya soliter. Semakin menuju uterus lapis otot polos semakin jelas bahkan membentuk dua lapis yang berbeda susunannya. Tunika muskularis dengan gerakan peristaltiknya bertugas mendorong oosit atau embrio menuju uterus. Serosa terdiri dari mesothelium dan subserosa. Serosa ini merupakan kelanjutan dari serosa yang membalut alat penggantung tuba uterina (mesosalpinx). 2.2 Uterus (= Rahim) Bentuk uterus pada berbagai hewan piara tidak sama, hal ini berhubungan dengan perkembangan embriologi. Perbedaannya terletak pada derajat penyatuan bagian kaudal buluh Muller. Secara umum uterus dibagi dalam 4 bagian yaitu :  Uterus simplex : uterus hanya satu, ditemukan pada primata (bangsa kera) termasuk manusia.  Uterus dupleks (uterus bipartius) : tipe ini memiliki dua uterus yang terpisah, sehingga memiliki dua serviks yang masing-masing bermuara kedalam uterus. Tipe ini terdapat pada rodentia seperti : kelinci dan marmut.  Uterus Bipartius : mempunyai dua buah kornu yang panjang, yang bersatu di daerah istmus dekat servik, kemudian bermuara pada vagina tunggal. Tipe ini terdapat pada : karnivora dan babi.

 Uterus Bikornis : Kornua uteri yang tidak begitu panjang, karena penyatuan korpus uteri berlangsung agak jauh dari servik. Servik hanya sebuah dan bermuara kedalam vagina. Tipe ini terdapat pada : kuda dan ruminansia. Struktur histologi : a. Endometrium Istilah yang diberikan untuk mukosa dan submukosa, karena muskularis mukosa memang tidak ada. Lamina epithelialis terdiri atas epitel silindris sebaris, pada babi dan ruminansia sering tampak adanya bentuk epithel silindris banyak baris. Lamina propria terdiri atas jaringan ikat yang hanya mengandung sel disebut Stratum selulare, dibawahnya terdapat lapis jaringan ikat longgar dengan sedikit sel disebut : Zona spongiosa. Pada waktu birahi (estrus) zona spongiosa mengandung banyak cairan sehingga menggembung (edematus), sebaliknya setelah estrus pada ruminansia besar dan anjing sering terjadi perdarahan kecil dan berakhir pada diestrus.

b. Karunkula (carunculae) Merupakan penonjolan endometrium, bersifat bebas kelenjar dan banyak mengandung sel jaringan ikat dan pembuluh darah. Dengan pewarnaan HE daerah ini kuat mengambil zat warna sehingga tampak jelas. Pada uterus yang tidak bunting karunkula ini kecil, tapi pada yang bunting sangat membesar, bahkan pada sapi dapat sebesar ketan, jumlahnya tidak tentu, berkisar antara 60120 buah. Pada uterus bunting khorion melekat bahkan membenamkan vili kedalamnya. Submukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dengan sedikit sel jadi jelas dapat dibedakan dengan tunika propria. Sebagian besar kelenjar dari uterus (glandula uterina) terdapat dalam submukosa khsusnya ujung kelenjar, sebagian alat penyalurnya terdapat pada tunika propria. Bangun kelenjarnya adalah tubulus sederhana dengan ujung kelenjar menggulung, keadaan kelenjar sangat dipengaruhi oleh siklus kelamin. c. Myometrium Sebagai pengganti istilah tunika muskularis mukosa, terdiri atas otot polos yang tersusun secara melingkar sebelah dalam dan memanjang sebelah luar. Diantaranya terdapat stratum vaskulare. Pada uterus yang pernah bunting stratum vaskulare ini memiliki pembuluh darah yang besar, lebih jelas dari uterus dara.

Perimetrium (serosa), lapis luar merupakan kelanjutan dari peritoneum (serosa) hanya saja sub serosa relatip tebal dan mengandung otot polos membentuk alat penggantung uterus (ligamentum lata uteri).

2.3 Servik. Merupakan pintu gerbang antara uterus dan vagina. Bangun umum hampir mirip dengan uterus, selaput lendirnya (sesuai dengan peranannya) membentuk lipatan primer, sekunder dan tersier. Epithelnya silindris sebaris, tetapi bersifat sekretoris menghasilkan lendir. Beberapa sel tampak memiliki silia. Tunika propria terdiri atas jaringan ikat longgar, dan pada waktu estrus bersifat odematus, pada submukosa terdapat kelenjar (anjing dan kambing), bersifat tubulus dan mukus. Tunika muskularis yang sirkuler tebal, bahkan berlapis-lapis dibatasi oleh jaringan ikat, lapis lungitudinal bersatu dengan vagina. Serosa merupakan kelanjutan dari uterus mengandung lebih sedikit sel otot polos tapi lebih banyak mengandung ujung saraf perifer. Fungsi : servik uteri tertutup rapat pada waktu hewan bunting, disertai dengan lendir berwarna kuning yang mengental (mucusplug). Servik terbuka pada waktu partus atau sedang birahi. 2.4 Vagina Vagina berbentuk buluh terbuka, dibagian kranial berbatasan dengan servik uteri dan dibagian kaudal adalah vestibulum vulva. Sebagian kecil (kranial) vagina terdapat dalam rongga perut yang dibalut oleh serosa, dan sisi selebihnya terdapat dalam ruang pelvis dibalut oleh adentitia. Sebagaimana pada saluran kelamin yang lain, vagina pun mengikuti perubahan sesuai dengan siklus kelamin. Perubahan mana tampak jelas pada epithel vagina yang

penting untuk identifikasi siklus kelamin khusunya pada rodensia dan karnivora. Fungsi vagina adalah : pada waktu kopulasi menerima penis serta pancaran air mani setelah ejakulasi berlangsung. Struktur histologi:  Mempunyai epithel pipih banyak lapis, pada pengenalan siklus kelamin epitel ini mendapat sorotan khusus. Pada ruminansia besar epithel vagina kranial sering tampak adanya sel mangkok, yang jelas dan besar pada waktu esterus, sel ini penghasil lendir, dikeluarkan pada waktu metestrus.  Pertandukan (keratinization) pada permukaan epithel pada ruminansia besar tidak jelas, hanya sel permukaan jumlahnya meningkat. Pada karnivora anjing pertandukan tampak jelas pada waktu estrus, banyak sel permukaan lepas dan tercampur dengan eritrosit berasal dari endometrium.  Lamina propria terdiri atas jaringan ikat yang langsung berbatasan dengan sub mukosa, semakin menuju vestibulum jumlah folikel getah bening semakin meningkat, pembuluh darah banyak terdapat didalamnya. Sub mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar yang lebih sedikit mengandung sel jaringan ikat  Tunika muskularis terdiri atas lapis melingkar dan memanjang. Pada anjing tampak adanya tiga lapis yakni lapis longitudinal luar dan dalam dan lapis melingkar disebelah dalam, pada hewan piara yang lain lapis longitudinal dalam jarang tampak.

 Tunika adventitia terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengandung sel lemak, pembuluh darah pembuluh limfe dan folikel getah bening serta kelenjar di daerah vestibulum. Serosa hanya tampak dibagian kranial. 3 Alat Kelamin Luar (Genitalia externa) 3.1 Vestibulum Vestibulum merupakan daerah perbatasan antara vagina dan vulva. Daerah yang berbatasan dengan vagina ditandai dengan adanya selaput dara (himen), selaput dara jelas berkembang pada manusia tapi pada hewan piara kurang jelas, hanya berupa sedikit kenaikan mukosa. Daerah permuaraan urethra betina dianggap daerah perbatasan antara vagina dan vestibulum. Glandula vestibulares mayor dan minor bermuara di daerah vestibulum, bahkan didaerah ini sering tampak sisa (vestige) saluran limfe, dari masa kehidupan embrional. Struktur histologi : o Lamina epithelialis terdiri atas epithel pipih banyak lapis yang juga mengikuti perubahan siklus kelamin, sebagaimana terjadi pada vagina. Infiltrasi leukosit sering tampak pada epithel. Pada kuda dan sapi sering membentuk lipatan berbentuk buluh mirip lakuna dari morgagni pada urethra. o Lamina propria terdiri atas jaringan ikat longgar membentuk papil mikrsokopik dan mengandung banyak serabut elastis, limponodulus

banyak terdapat didalamnya, bahkan pada ruminansia besar sangat mencolok. Lebih dalam lagi terdapat pleksus venosus dan kelenjar vestibularis mayor jelas pada ruminansia besar, kucing dan kadang-kadang domba. Pada manusia cukup subur disebut kelenjar Bartholini. o Glandula vestibularis minor tampak pada anjing, kucing, domba, babi dan kuda terletak lebih superfisial dan tersebar. Pada kucing dan domba banyak terdapat sekitar klitoris, kedua kelenjar tersebut bersifat tubuloasinus majemuk dengan sel ujung kelenjar bersifat mukous. Kelenjar ini bermuara dibagian lateral dari vestibulum. Khususnya pada anjing dan kuda dikenal istilah Bulbus vestibuli berupa kavernous yang berkembang mirip korpus kavernosum urethrae terdapat pada dinding lateral vestibulum. Bulbus vestibuli sering memiliki kapsula yang cukup jelas, pada waktu kopulasi khususnya anjing mungkin bulbus vestibuli ini ikut berperan dalam menahan bulbus glandis penis. Pada hewan lain kaverneus tidak begitu subur pertumbuhannya. o Sub mukosa sifat jaringan ikatnya lebih longgar dari tunika propria. Lobulus kelenjar terdapat dalam lapis ini, bahkan kadang-kadang lebih dalam lagi diantara muskulus konstriktor vestibuli, karenanya dianggap homolog dengan kelenjar cowper. o Tunika muskularis terdiri atas : lapis dalam dan lapis luar, lapis paling luar adalah otot kerangka yakni muskularis konstriktor vestibuli dan muskularis konstriktor vulvae. Pada anjing muskularis konstriktor

vestibuli

berperan dalam menahan

glans penis waktu kopulasi

berlangsung. o Tunika adventitia berupa jaringan ikat longgar yang mempertautkan vestibulum dengan alat tubuh sekitarnya. 3.2 Labia Berupa bibir dari vestibulum dengan komisura dorsalis dan ventralis. Kalau pada manusia jelas dapat dibedakan antar labio majora dan minora, maka pada hewan piara lain keadaanya. Yang berkembang justru hanya sepasang dan ada kaitannya dengan labio minora pada manusia, selebihnya tertutup oleh kulit yang mengalami pigmentasi lebih kuat dari kulit sekitarnya, pada hewan daerah ini lebih dikenal sebagai daerah vulva. Pada anjing labio majora agak berkembang berupa elevasi kulit lateral dari labio minora. Korium bersifat fibroelastis dan subkutis banyak mengandung jaringan lemak. Muskulus konstriktor vulvae (otot kerangka) relatif subur pada anjing dan babi. 3.3 Klitoris Secara anatomis klitoris terdiri atas : badan (Corpus klitoridis) dan kepala (Glans klitoridis) dan selubung (Preptium klitoridis). Pada kedua bagian ini banyak mengandung ujung saraf sensoris, Korpus klitoridis memiliki korpus kavernosum seperti pada penis karenanya dipandang homolog dengan penis, meskipun dalam format kecil, bedanya pada klitoris tidak dilalui urethra.

Pada kuda didalamnya terdapat otot polos. Pada anjing, kucing dan babi dibagian tengah terdapat jaringan lemak. Ujung bebas daerah korpus kavernosum bersifat fibrous mirip pada penis ruminansia. Glans klitoris pada najing dan kuda korpus kavernosum glandis mirip glans penis ukuran kecil, tetapi sapi, domba, kambing dan babi kurang berkembang, hanya berbentuk jaringan ikat dengan pembuluh darah didalamnya. Preptium dibalut oleh epithel pipih banyak lapis tanpa rambut dan kelenjar kulit, didalamnya banyak terdapat ujung saraf simpatis. at 9:04 PM

Related Documents

Histologi Veteriner
July 2020 22
Histologi
August 2019 35
Histologi
June 2020 23
Istanbul Veteriner
August 2019 30
Histologi Practical.docx
November 2019 31