Farmakologi Bahan Tugas.docx

  • Uploaded by: gustri
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Farmakologi Bahan Tugas.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,843
  • Pages: 12
Limpa Limpa merupakan sekumpulan jaringan limfoid. Pada manusia limpa merupakan organ limfatik terbesar dalam sistem sirkulasi, memiliki banyak sel-sel fagositik, tempat pertahanan yang penting terhadap mikroorganisme yang menembus sirkulasi dan tempat destruksi banyak sel-sel darah merah. Struktur umum: Pada preparat limpa tampak bercak-bercak putih dalam parenkim yang merupakan nodulus limfatikus bagian dari pulpa putih. Nodulusnodulus yang terdapat di dalam jaringan merah (gelap), banyak mengandung darah, dinamakan pulpa merah. Pulpa limpa terdiri atas jaringan penyambung yang mengandung serabut-serabut retikuler, sel-sel retikuler dan makrofag. Pulpa putih terdiri atas jaringan limfatik. Seperti halnya pada jaringan limfatik pada umumnya, sel-sel retikuler dan serabut-serabut retikuler keduanya ditemukan dan membentuk jala-jala 3-dimensi dan ditempati oleh limfosit-limfosit dan makrofag. Pulpa merah adalah jaringan retikuler dengan sifat-sifat khusus, pulpa merah sebenarnya merupakan spon, rongga-rongga yang terdiri atas sinusoidsinusoid. Pulpa merah limpa mengandung makrofag, limfosit, sel-sel plasma, dan banyak unsur-unsur darah (eritrosit, trombosit, dan granulosit). Histofisiologi Limpa merupakan organ limfatik dengan sifat-sifat khusus dan fungsi utama sbb.: (1) pembentukan limfosit, (2) destruksi eritrosit, (3) pertahanan terhadap partikel-partikel asing, dan (4) cadangan darah. 1. Penghasil sel-sel darah: Pulpa putih limpa menghasilkan limfosit yang bermigrasi ke pulpa merah. Pada saat fetus, limpa menghasilkan granulosit (neutrofil, basofil, dan eosinofil) dan eritrosit, dan berhenti pada akhir fase fetal. Pada keadaan-keadaan patologis tertentu (misalnya, leukemia), limpa mulai lagi membentuk granulosit dan eritrosit, jadi mengalami proses yang dikenal sebagai metaplasia mieloid (perubahan patologis dari satu jenis sel menjadi sel lainnya).

2. Destruksi eritrosit: Sel-sel darah merah mempunyai masa hidup rata-rata 120 hari, setelah itu mereka dihancurkan, terutama dalam limpa. Makrofagmakrofag dalam pulpa merah menelan seluruh keping-keping eritrosit, kemudian dicerna oleh lisosom. Hemoglobin dicerna menjadi pigmen bilirubin, dan feritin yang mengandung besi. Senyawa-senyawa ini kemudian dikembalikan kedalam darah. Bilirubin dikeluarkan oleh sel-sel hati bersama dengan empedu. Feritin digunakan oleh eritrosit-eritrosit sumsum tulang untuk sintesis hemoglobin baru. 3. Pertahanan: limfosit B dan T dan makrofag di dalam limpa memiliki peranan penting dalam pertahanan tubuh. Limpa dianggap sebagai “saringan” darah terhadap kuman. Limfosit T yang ditemukan dalam selubung periarterial pulpa putih berproliferasi dan masuk aliran darah berperanan dalam mekanisme kekebalan yang diperantarai sel (kekebalan seluler). Limfosit B berproliferasi dan menghasilkan sel-sel plasma yang menghasilkan antibodi (kekebalan humoral). Makrofag limpa paling aktif mengfagosit partikel-partikel hidup (bakteri dan virus) dan partikel-partikel yang tidak berdaya yang mereka temukan dalam perjalanan mereka ke aliran darah. Bila didalam plasma darah terdapat lipid yang berlebihan (hiperlipemia), maka makrofag limpa mengumpulkan zat ini dalam jumlah yang sangat banyak. 4. Cadangan darah: Karena struktur pulpa merah yang seperti spon, limpa menyimpan darah, yang dapat masuk ke sirkulasi untuk menambah volume darah yang beredar. Splenektomi (pengambilan limpa), walaupun limpa mempunyai fungsi-fungsi penting, limpa dapat dibuang tanpa membahayakan individu. Organ-organ lain dengan sel-sel yang sama seperti yang ditemukan dalam limpa akan mengkompensasi kehilangan limpa ini. Splenektomi bermanfaat pada penyakitpenyakit dimana terdapat defisiensi fungsi sumsum tulang.

Sistem sirkulasi limfatik (Getah bening): 

Cairan limfe



Pembuluh limfe



Organ khusus, termasuk kelenjar limfe

Sistem Sirkulasi Limfatik Adalah sistem aliran satu arah dari jaringan kembali ke sistem sirkulasi darah. Dibedakan menjadi sistem superfisial (kulit dan subkutis) dan sistem yg lebih dalam (otot dan fascia). Untuk mengurangi kelebihan cairan dalam tubuh dan merupakan kelengkapan dari sistem sirkulasi dalam tubuh Sistem Sirkulasi Limfatik 1. Cairan limfe (lymph) : 

Komposisi = cairan interstitial dan plasma darah.



Beda dg cairan interstitial hanya lokasi.



Beda dg plasma darah kandungan

proteinnya lebih sedikit.

2. Pembuluh limfe 

Kapiler



Kelenjar limfe (lymph node)



Pembuluh limfe (lymph vesel)



Lymphatic trunk (gabungan lymph vesel).



Lymphatic duct (gab.lymph. Trunk)



Thoracic duct (lymph trunk yg lebih besar).



Cisterna chyle (inferior thoracic duct)

3. Organ Khusus : a. Tonsil, terletak di kerongkongan berfungsi pertahanan tubuh dari udara makanan/minuman. b. Peyer’s patchs, di iliumdan jejunum berfungsi pertahanan disaluran pencernaan. c. Lymph node, di sepanjang pemb.limfe berfungsi penyaringan. d. Appendix, di ujung jejunum berfungsi memerangi patogen. e. Thymus, di mediastinum, berfungsi maturasi sel T-lymphatic utk memerangi patogen. f. Spleen, diantara iga 9 -11 berfungsi ketahanan tubuh. Fungsi Sistem Limfatik



Membantu mempertahankan volume darah, tekanan darah dan mencegah edema.



Mengangkut lemak dan vitamin dari saluran pencernaan ke darah.



Mengembalikan protein yg telah terpisah dari darah kembali ke sistem sirkulasi tubuh.



Melalui penyaringan oleh organ khusus dpt meningkatkan kekebalan tubuh, dengan memerangi patogen dan detox.

Fungsi Kelenjar Limfe 

Filtrasi atau penyaringan, mencegah material yg rusak jangan masuk pemb.darah.



Menghasilkan limfosit untuk daya tahan tubuh.



Mengatur jumlah cairan limfe



Mengatur jumlah protein dlm cairan limfe.

LIMPA

Bagian sistem sirkulasi Limpa adalah jenis kelenjar tanpa saluran. Limpa adalah bagian dari sistem peredaran atau sirkulasi. Limpa adalah kelenjar tanpa saluran yang terbesar. Limpa terletak di bawah rongga dada, di sisi kiri lambung agak ke belakang. Limpa orang dewasa berukuran sepanjang 5 inci (12,5 cm) dan lebar 3-4 inci (7,5-10 cm), berat sekitar 7 ons. Limpa berongga, lunak, dan mudah hancur, berwarna merah ungu tua.

Tugas Limpa memiliki beberapa fungsi. Sel-sel darah merah disimpan di dalam limpa. Ketika tubuh memerlukan darah tambahan karena gerak badan atau pendarah-an, limpa mengencang atau berkontraksi. Kontraksi ini mengirimkan darah yang disimpan ke dalam aliran darah. Sel-sel darah merah yang sudah rusak disa-ring dari aliran darah dan dihancurkan di dalam limpa. Setiap bagian dari sel-sel darah merah yang rusak yang masih dapat digunakan dikembalikan ke dalam darah untuk digunakan oleh sumsum tulang mengha-silkan sel-sel darah merah yang baru.

Jikalau sum-sum tulang menjadi rusak, limpa dapat berfungsi untuk menghasilkan berbagai sel-sel darah. Limpa, bersama-sama dengan sumsum tulang dan hati, terus menerus menyaring gumpalan-gumpalan kecil dalam aliran darah.

Menghasilkan limfosit Limpa menghasilkan limfosit. 25% dari sel-sel darah putih yang beredar adalah limfosit. Limfosit dibagi atas dua kelompok besar: sel B dan sel T. Ketika suatu virus masuk ke dalam tubuh, sel T menemukan virus tersebut dan mengidentifikasinya. Sel T mulai membelah diri dan merangsang penghasilan sel T lainnya dan sel B yang melawan jenis virus tersebut. Sel T juga segera menuju ke limpa, di mana terdapat selsel B, dan memberi tanda sel-sel B untuk memulai produksi antibodi yang akan menghancurkan virus tersebut. Sel-sel T juga memberi tanda kepada sistem kekebalan tubuh untuk berhenti ketika virus telah dimusnahkan. Beberapa jenis sel T dan sel B yang akan mengingat jenis virus ini, yang disebut sel-sel memori (ingatan), akan tetap berada dalam aliran darah untuk diaktifkan kembali jikalau virus yang sama masuk kembali ke dalam tubuh. Darah masuk ke dalam limpa melalui pembuluh arteri limpa yang sangat besar. Pembuluh arteri limpa ini dibagi atas enam cabang atau lebih. Cabang-cabang ini terus dibagi-bagi atas cabang-cabang yang lebih kecil. Cabang-cabang yang kecil ini dikosongkan di dalam cairan limpa. Di sinilah terjadi penyaringan darah. Setelah ini terjadi, darah dikumpulkan dari cairan limpa dan dikembalikan ke dalam aliran darah dengan cara yang sama seperti ketika masuk ke dalam limpa.

Aliran darah yang benar itu penting Jadi, banyak fungsi bergantung kepada kegiatan limpa, khususnya, sistem kekebalan. Limpa perlu selalu berfungsi dengan benar supaya tubuh selalu dalam keadaan sehat yang sempurna. Agar dapat berfungsi secara benar, limpa harus selalu menerima persediaan darah yang baik. Limpa dapat menerima jumlah darah yang dibutuhkan hanya jikalau per-edaran darahnya baik. Mengikuti hukum-hukum kesehatan akan menjamin peredaran darah yang benar. (Lihat bagian tentang jantung untuk informasi tentang sirkulasi darah).

Penurutan kepada cara-cara Tuhan akan men-jamin kesehatan yang baik bagi seluruh tubuh terma-suk limpa dan fungsi-fungsi lain yang berhubungan dengan limpa.

2

Absorbsi, merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian sampai ke system sistemik.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi absorpsi adalah: 1. Sifat fisikokimia (kelarutan, polimorfisme, dll). 2. Ukuran partikel 3. Sediaan obat 4. Dosis 5. Waktu kontak obat dengan permukaan absorpsi. Misalnya pada obat diare, peristaltik usus cepat, namun obat diabsorpsi cepat sehingga waktu kontak obat dengan permukaan absorpsi rendah. 6. Luas permukaan absorpsi,. Misalnya pada lansia, organ banyak yang mengalami degeneratif sehingga luas permukaan absorpsi turun. 7. Rute pemberian 8. pH absorpsi 9. Struktur membran 10. Aliran darah Proses absorpsi pada beberapa rute pemberian obat: 1. Bukal/sublingual 2. Oral 3. Rektal 4. Dermal/kulit 5. Okular/mata 6. Nasal/hidung 7. Otic/telinga 8. Paru-paru 9. Parenteral

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat a. Ukuran partikel obat Kecepatan disolusi obat berbanding langsung dengan luas permukaan yang kontak dengan cairan/pelarut. Bertambah kecil partikel, bertambah luas permukaan total, bertambah mudah larut(Joenoes, 2002). b. Pengaruh daya larut obat Pengaruh daya larut obat/bahan aktif tergantung pada:

- Sifat kimia: modifikasi kimiawi obat - Sifat fisik: modifikasi fisik obat - Prosedur dan teknik pembuatan obat - Formulasi bentuk sediaan/galenik dan penambahan eksipien (Joenoes, 2002). c. Beberapa faktor lain fisiko-kimia obat. - Temperatur - pKa dan derajat ionisasi obat.

Hal-hal yang mempengaruhi dalam prsoses adsorbsi :  Zat yang diadsorbsi  Luas permukaan yang diadsorbsi  Temperatur  Tekanan

Distribusi obat adalah transfer obat dari darah ke jaringan/organ lain. Prosesnya reversibel, misalnya distribusi obat klorokuin dari jaringan lemak akan kembali lagi ke darah. Faktor yang mempengaruhi distribusi obat adalah: 1. Kecepatan distribusi. Kecepatan distribusi dipengaruhi oleh: 

Permeabilitas membran. Semakin permeabel suatu membran, semakin ceppat kecepatan distribusinya.



Perfusi darah, yaitu berapa banyak darah yang mengalir pada organ/jaringan tersebut. Semakin banyak darah yang mengalir pada tempat target, semakin cepat obat didistribusikan. 2. Seberapa jauh obat didistribusikan. Faktor ini dipengaruhi oleh:



Partisi obat melalui berbagai membran



Ikatan obat dengan komponen darah



Ikatan obat dengan komponen jaringan



Transpor obat



Volume fisiologis.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Distribusi Obat  Aliran darah 

Permeabilitas kapiler



Derajat ikatan obat tersebut dengan protein plasma (“carrier”) atau jaringan



Hidrofobisitas dari obat tersebut



B. DistribusiDistribusi merupakan perjalanan obat ke seluruhtubuh. Proses ini dipengaruhi oleh:1. Pengikatan protein plasma;2. Kelarutan obat dalam lipid (yaitu, apakah obattersebut larut dalam jaringan lemak);3. Sifat-keterikatan obat;4. Aliran darah ke dalam organ dan keadaan sirkulasi;5. Kondisi penyakit



21. 1. Protein plasma Obat terikat dalam protein plasma dalam taraf yang bervariasi.Ikatan protein pada obat akan mempengaruhi intensitas kerja, lamakerja dan eliminasi bahan obat sebagai berikut: bagian obat yangterikat pada protein plasma tidak dapat berdifusi dan pada umumnyatidak mengalami biotransformasi dan eliminasi. Jadi hanya obat –obatbentuk bebas saja yang akan mencapai tempat kerja dan berkhasiat.2. Kelarutan Lipid Kelarutan lipid merupakan taraf larutnya obat di dalam jaringanlemak tubuh. Tubuh secara kimiawi tersusun dari sejumlahkompartemen cairan dan jaringan lemak. Sebagian besar obat didistribusikan ke seluruh kompartemen cairan dalam tubuh, dan kemudian akanditeruskan ke dalam jaringan lemak dalam taraf yang besar/kecil. Tarafpenyebaran obat ke seluruh tubuh disebut volume distribusi.



22. 3. Karakteristik Pengikatan Beberapa obat memiliki karakteristik pengikatan yangtidak lazim. Contoh: tetrasiklin terikat dengan tulang dan gigi.Obat anti-malaria klorokuin dapat terikat dengan retina orangdewasa/janin.4. Aliran Darah ke Dalam Jaringan Sebagian jaringan tubuh menerima pasokan darah yanglebih baik daripada lainnya; contoh: aliran darah ke dalamotak jauh lebih tinggi daripada aliran darah ke tulang. Kondisisirkulasi darah ini menentukan distribusi obat. Sirkulasi darahdiutamakan pada jantung, otak, dan paru-paru. Karenavolume sirkulasi terbatas, obat akan terdapat padakonsentrasi tinggi di dalam jaringan yang bisa dijangkaunya.



23. 5. Kondisi Penyakit yang Diderita PasienContohnya, gagal ginjal dan kegagalan fungsi hati akanmengganggu kemampuan tubuh dalam mengeliminasisebagian besar obat. Obat juga akan menumpuk dalam tubuhjika pasien mengalami dehidrasi. Jika terjadi penumpukanobat, efek sampingnya akan semakin berat. Keadaan lain yangdapat

mempengaruhi distribusi obat meliputi: gagaljantung, syok, penyakit tiroid, penyakit GI.

Distribusi, merupakan perpindahan obat dari saluran sistemik ke tempat aksinya. Apabila suatu obat memilki waktu paruh yang lama, maka kecepatan distribusi obat semakin cepat dan akan semakin cepat terjadi akumulasi (terjadinya efek toksik). Untuk mengatasi hal tersebut, maka dosis dan cara pemakaiannya harus dikurangi. Faktor-faktor yang mempengaruhi prses distribusi, yaitu : 1.

Perfusi darah melalui jaringan

2.

Kadar gradien, pH dan ikatan zat dengan makro molekul

3.

Partisi ke dalam lemak

4.

Transport aktif

5.

Sawar, seperti sawar darah otak dan sawar plasenta, sawar darah cairan cerebrospinal

6.

Ikatan obat dan protein plasma.

Metabolisme, merupakan proses perubahan obat menjadi metabolitnya (aktif dan non aktif). Semakin besar dosis suatu obat, maka kemungkinan metabolit aktif semakin banyak, maka respon yang dihasilkan juga akan semakin besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses metabolisme : 1.

Metabolisme prasistemik, yang sangat berpengaruh pada ketersediaan hayati obat.

2.

Bentuk stereoisomer, obat yang mempunyai bentuk isomer mengalami rute dan kecepatan metabolisme obat di antara bentuk-bentuk isomernya.

3.

Dosis

4.

Umur

5.

Inhibisi

dan

induksi

metabolisme,

adanya

interaksi

bersaing

dua

substrat

untuk enzim menimbulkan hambatan enzim memetabolisme obat. Efek keseluruhan interaksi tergantung pada kadar relatif dari dua macam substrat dan afinitasnya pada letak aktifnya.

C. Biotransformasi Biotransformasi atau metabolisme obat ialahproses perubahan struktur kimia obat yang terjadidalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. Metabolisme, merupakan proses perubahan obat menjadi metabolitnya (aktif dan non aktif). Semakin besar dosis suatu obat, maka kemungkinan metabolit aktif semakin banyak, maka respon yang dihasilkan juga akan semakin besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses metabolisme : 1.

Metabolisme prasistemik, yang sangat berpengaruh pada ketersediaan hayati obat.

2.

Bentuk stereoisomer, obat yang mempunyai bentuk isomer mengalami rute dan kecepatan metabolisme obat di antara bentuk-bentuk isomernya.

3.

Dosis

4.

Umur

5.

Inhibisi

dan

induksi

metabolisme,

adanya

interaksi

bersaing

dua

substrat

untuk enzim menimbulkan hambatan enzim memetabolisme obat. Efek keseluruhan interaksi tergantung pada kadar relatif dari dua macam substrat dan afinitasnya pada letak aktifnya. 4. Faktor yang mempengaruhi metabolisme 1. Faktor genetik 2. Faktor fisiologis 3. Faktor farmakodinamik 4. Faktor lingkungan 4.1. Faktor genetik

• Perbedaan individual efek obat (sensitivitas dan resistensi obat), interaksi dan toksisitas obat bisa dipengaruhi oleh ras atau karakteristik etnis karena terjadi perbedaan gen polimorfik dan ekspresi enzim pemetabolisme. • Contoh: etnik Jepang & Cina (Asia) lebih sensitif thd etanol dibandingkan Caucasian (~20% vs ~3%). 4.2. Faktor Fisiologi • Usia merupakan salah satu faktor fisiologis yg mempengaruhi metabolisme, terlalu muda atau terlalu tua dapat menyebabkan kegagalan metabolisme. • Hormon, jenis kelamin, kehamilan, perubahan mikroflora intestinal, penyakit (terutama penyakit hati), dan status nutrisi juga mempengaruhi metabolisme. • Faktor yg menentukan perbedaan metabolisme pada penyakit hati adalah: tingkat keparahan penyakit, aliran darah ke hati, & jenis obat. 4.3. Faktor Farmakodinamika • Usia merupakan salah satu faktor fisiologis yg mempengaruhi metabolisme, terlalu muda atau terlalu tua dapat menyebabkan kegagalan metabolisme. • Hormon, jenis kelamin, kehamilan, perubahan mikroflora intestinal, penyakit (terutama penyakit hati), dan status nutrisi juga mempengaruhi metabolisme. • Faktor yg menentukan perbedaan metabolisme pada penyakit hati adalah: tingkat keparahan penyakit, aliran darah ke hati, & jenis obat 4.4. Faktor Lingkungan • Senyawa dari lingkungan (karbon monoksida, pestisida) dapat berkompetisi dgn obat atau xenobiotik untuk enzim pemetabolisme. • Selain itu senyawa dari lingkungan dapat juga menginduksi ekspresi enzim pemetabolisme (jumlah molekul enzim meningkat, laju tetap).

Biovailabilitas obat sangat bergantung pada 2 faktor, yaitu faktor obat dan faktor pengguna obat. Terdapat kemungkinan obat yang sama diberikan pada orang yang sama, dalam keadan berbeda, memberikan kurva dosis-respon yang berbeda. Faktor obat Kelarutan obat Ukuran partikel Bentuk fisik obat Dosage form Teknik formulasi Excipient Faktor Pengguna Umur, berat badan, luas permukaan tubuh

Waktu dan cara obat diberikan Kecepatan pengosongan lambung Gangguan hepar dan ginjal Interaksi obat lain Berikut akan dibahas lebih lanjut tentang pengaruh faktor obat terhadap biovailabilitas. Faktor penderita tidak disinggung lebih lanjut karena berada di luar ranah biofarmasetika.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme obat antara lain: 1. Faktor Genetik atau keturunan Perbedaan individu pada proses metabolisme sejumlah obat kadang-kadang terjadi dalam system kehidupan.Hal ini menunjukkan bahwa factor genetic atau keturunan ikut berperan terhadap adanya perbedaan kecepatan metabolisme obat. 2. Perbedaan spesies dan galur Pada proses metabolisme obat,perubahan kimia yang terjadi pada spesies dan galur kemungkinan sama atau sedikit berbeda,tetapi kadang-kadang ada perbedan uang cukup besar pada reaksi metabolismenya. 3. Perbedaan jenis kelamin Pada spesies binatang menunjukkan ada pengaruh jenis kelamin terhadap kecepatan metabolisme obat 4. Perbedaan umur Bayi dalam kandungan atau bayi yang baru lahir jumlah enzim-enzim mikrosom hati yang diperlukan untuk memetabolisme obat relatif masih sedikit sehingga sangat peka terhadap obat. 5. Penghambatan enzim metabolisme Kadang-kadang pemberian terlebih dahulu atau secara bersama-sama suatu senyawa yang menghambat kerja enzim-enzim metabolisme dapat meningkatkan intensitas efek obat,memperpanjang masa kerja obat dan kemungkinan juga meningkatkan efek samping dan toksisitas. 6. Induksi enzim metabolisme Pemberian bersama-sama suatu senyawa dapat meningkatkan kecepatan metabolisme obat dan memperpendek masa kerja obat.Hal ini disebabkan senyawa tersebut dapat meningkatkan jumlah atau aktivitas enzim metabolisme dan bukan Karena permeablelitas mikrosom atau adanya reaksi penghambatan.Peningkatan aktivitas enzim metabolisme obat-obat tertentuatau proses induksi enzim mempercepat proses metabolisme dan menurunkan kadar obat bebas dalam plasma sehingga efek farmakologis obat menurun dan masa kerjanya menjadi lebih singkat. Induksi enzim juga mempengaruhi toksisitas beberapa obat karena dapat meningkatkan metabolisme dan metabolit reaktif

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju metabolisme obat adalah sebagai berikut: 1. Faktor intrinsik Meliputi sifat fisika dan kimia obat, lipofilitas, dosis dan cara pemberian. 2. Faktor fisiologis Meliputi sifat yang dimiliki makhluk hidup, seperti species, genetik, umur dan jenis kelamin. 3. Faktor farmakologis Meliputi inhibisi enzim oleh inhibitor dan induksi enzim oleh induktor. 4. Faktor patologi Menyangkut jenis dan kondisi penyakit 5. Faktor makanan Adanya konsumsi alkohol, rokok dan protein. 6. Faktor lingkungan Adanya insektisida dan logam berat.

Ekskresi, berkaitan dengan eliminasi. Dimana semakin cepat eliminasi suatu obat, maka durasinya juga semakin cepat. Untuk mengatasinya maka frekuensi penggunaan obat perlu ditingkatkan agar tetap masuk dalam jendela terapi.

faktor-faktor yang mempengaruhi ekskresi 1. 2. 3. 4. 5.

filtrasi pada glomerulus berat molekul kurang dari 60Da tidak terikat protein Un-ionized & lipid soluble diresorbsi kembali ke peritubular capillaries dari renal tubule. ionized/polar -> renal tubule -> urine

Related Documents


More Documents from "prihan 20"