FARMAKOLOGI
DISUSUN OLEH : NIVA WIDIASTUTI`
18.0601.0005
MEYLIA DYANITA RAHMAWATI
18.0601.0015
NANDA YUNIA PRATIWI
18.0601.0027
M. TRI PRIHANTONO
18.0601.0037
MELISA BERLIANA EFFENDI
18.0601.0041
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2019
1
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karuniaNya lah kami dapat menyelesaikan makalah farmakologi ini. Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk menjelaskan materi tentang konsep faramakologi . Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini kami mengharapkan saran dari rekan-rekan dan dosen. Saya ucapkan banyak terima kasih yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk menyususun makalah ini sampai selesai.
Magelang,20 Maret 2019
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................................................... 1 KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2 DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4 A.
LATAR BELAKANG........................................................................................................................ 4
B.
RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................. 4
C.
TUJUAN ....................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................... 5 A.
FARMAKOLOGI ............................................................................................................................ 5
B.
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT ............................................................................. 6
C.
FARMAKOKINETIK ....................................................................................................................... 8
D.
FARMAKODINAMIK ................................................................................................................... 10
E.
PENGGOLONGAN OBAT ............................................................................................................ 12
F.
KETERSEDIAAN OBAT ................................................................................................................ 18
G.
PERSEDIAAN MENURUT METODE JUST IN TIME (JIT) ............................................................... 22
H.
TEORI-TEORI BATASAN DALAM MANAJEMEN PERSEDIAAN .................................................... 25
I.
DATA MANAJEMEN PERSEDIAAN DAN KENDALA SERTA SOLUSI ............................................. 27
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 29 A.
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 29
B.
SARAN ....................................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 30
3
BAB I
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut benar.Obat yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian integral dari rencana keperawatan.Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan.Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan tertentu.Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien tidak bisa mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan.Rencana tindakan keperawatanan harus mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja obat dan program dari dokter.
B. RUMUSAN MASALAH 1. 2. 3. 4.
Bagaimana proses farmakokinetik? Bagaimana proses farmakodinamik? Bagaimana penggolongan obat itu? Apa saja bentuk kesediaan obat?
C. TUJUAN 1. Agar seorang perawat mengetahui peran apa saja yang harus dimiliki dalam pemberian. 2. Supaya perawat dapat menghargai hak-hak pasien dalam pemberian obat. 3. Agar seorang perawat tidak salah lagi dalam pemberian obat. 4. Agar perawat memahami apa saja yang perlu di perhatikan dalam pemberian obat
4
BAB II
PEMBAHASAN A. FARMAKOLOGI Farmakologi berasal dari bahsa Yunani yaitu pharmacon (obat) dan logos (ilmu). Obat adalah setiap xzat kimia yang dapat memengaruhi proses hidup pada tingkat molecular. Farmakologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari intraksi obat dengan konstituen(unsure pokok) tubuh untuk menghasilkan efek terapi (theurapeutic). Pada masa lalu farmakologi mencakup seluruh ilmu pengetahuan tentang sejarah,sumber,sifat-sifat fisik dan kimia,kompoisi,efek-efek biokimia dan fisiologi,mekanisme kerja,absorpsi,biotransformasi,ekskresi,penggunaan terapi,dan penggunaan lainnya dan obat(Goodman dan Gillmann). Dengan demikian farmakologi merupakan ilmu pengetahuan yang sangat luas cakupannya. Dengan berkembanganya ilmu pengetahuan beberapa bagian dari farmakologi inji telah berkembang dengan disiplin ilmu tersedniri dalam ruang lingkup yang lebih sempit,tetapi tidak terlepas sama sekali dari farmakologi,misalnya farmakologi klinik,farmasi,toksikologi,dll. Pengetahuan yang luas tentang bagaimana obat-obat berinteraksi dengan komponenkomponen dalam tubuh untuk menghasilkan efek-efek terapi disebut dengan istilah farmakologi. Istilah farmakologi mencakup seluruh spectrum interaksi obat dalam tingkat molecular dengan tubuh keseluruhannya yang sangat mengandalkan pengetahuan biokimia,fisiologi,biologi molekuler,dan kimia organic. Penjalasan mekanisme molecular dari efek obat menghasilkan pengembangan obat-obat baru serta perumusan petunjuk-petunjuk klinik untuk keamanan dan efektivitas penggunaan obat-obat dalam terapi atau petunjuk untuk pencegahan penyakit dan penghilangan gejala-gejala penyakit,semua ini merupakan bagian dari farmakologi. Umumnya para ahli farmakologi menggabungkan anatara farmakologi kedokteran atau farmakologi medis(ilmu yang berkaitan dengan diagnosis,pencegahan,dan pengobatan penyakit) dengan toksikologi (ilmu yang mempelajari efek-efek yang tidak diinginkan dari suatu obat dan zat kimia lain). Hubungan antara dosis suatu obat yang diberikan pada seorang pasien dan penggunaan obat dalam pengobatan penyakit digambarkan dengan 2 bidang khusus farmakologi,farmakokinetik dan farmakofdinamik. Farmakodinamik mempelajari apa pengaruh obat pada tubuh. Farmakodinamik berkaitan dengan efek-efek obat,bagaimana mekanisme kerjanya dan organ-organ apa yang dipengaruhi. Farmakokinetik mempelajari proses apa yang dialami obat dalam tubuh. Farmakokinetik berkaitan dengan absorpsi , 5
distribsi,biotransformasi,dan ekskresi obat-obat. Faktor-faktor ini dirangkaikan dengan dosis-dosis penentuan konsentrasi suatu obat pada tempat kerjanya,dan penetusn intensitas obat sebagai fungsi dari waktu. Banyak prinsip biokimia,enzimologi,fisik,dan kimia yng menetukan transfer aktif dan pasif , serta distribusi zat melalui membrane-membran biologi yang dapat dipakai untuk dapat mengerti aspek penting dalam farmakologi. Farmakodinamik berkaitan dengan efekefek biokimia,fisiologi,dan mekanisme kerja obat-obatan. B. PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT PRINSIP 6 BENAR 1. Benar Pasien Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya. 2. Benar Obat Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya. 3. Benar Dosis Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti ! 4. Benar Cara/Rute 6
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi. Oral , adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping,enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus). Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen. 5. Benar Waktu Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat. 6. Benar Dokumentasi Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat
7
C. FARMAKOKINETIK Farmakokinetik meneliti perjalanan obat, mulai dari saat pemberiannya, bagaimana absorpsi di usus, transpor dalam darah, dan distribusinya ke tempat kerjanya dan jaringan lain. Begitu pula perombakannya (biotransformasi) dan akhirnya ekskresinya oleh ginjal 1. Absorbsi Nitrofurantoin sangat baik diabsorbsi pada saluran cerna dan absorbsi terjadinya sebagian besar di proksimal usus halus. Bioavailabilitas obat tersebut dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni apakah ditelan bersamaan dengan makanan, ukuran partikel, dan kadar pH.6 Beberapa studi menunjukkan bahwa jumlah obat yang diabsorbsi dan durasi konsentrasi terapeutik di urin secara bermakna meningkat apabila obat tersebut dikonsumsi bersamaan dengan makanan. Hoener dan Pattenson, melaporkan bahwa bioavailabilitas nitrofurantoin sebesar 87% dalam keadaan puasa dan 94% bersamaan dengan makanan.5,6 Pada ukuran kristal yang lebih besar seperti pada bentuk makrokristalin, dapat menurunkan kecepatan absorbsi pada saluran cerna dan memperpanjang ekskresi di urin. Absorbsi yang lambat ini memiliki keuntungan yakni menurunkan kejadian mual dan muntah dibandingkan bentuk mikrokristalin yang memiliki efek mual dan muntah lebih besar. Hailey dan Glascock, melaporkan bahwa bentuk makrokristalin dapat menurunkan masalah gastrointestinal secara bermakna dibandingkan bentuk mikrokristalin tanpa mempengaruhi konsentrasi obat tersebut di saluran kemih 2. Distribusi Salah satu hal yang penting dalam kualitas nitrofurantoin adalah kespesifisitas tempat distribusinya. Konsentrasi terapeutik yang aktif didapat pada saluran kemih, dimana juga dapat didistribusikan didalam urin, lumen tubular medula, ruang interstisial, dan limfe renal. Nitrofurantoin tidak menembus aqueous humor, cairan serebrospinal, 8
sekresi prostat, cairan amnion atau serum tali pusat bayi pada konsentrasi terapeutik. Konsentrasi pada sekresi prostat sangat sedikit, sehingga tidak bisa digunakan pada infeksi prostat. Konsentrasi pada air susu ibu sangat sedikit (0-0.5 μg/ml). Konsentrasi pada cairan empedu sama dengan konsentrasi serum. Pemberian
antasida
dapat
meningkatkan
ionisasi
dari
nitrofurantoin,
dan
menyebabkan penurunan absorpsi. Nitrofurantoin merupakan inhibitor potent terhadap adenin difosfat primer agregasi platelet yang diinduksi secara in vitro. Nitrofurantoin dapat menyebabkan perubahan beberapa hasil laboratorium darah. Pembacaan glukosa urin menggunakan reagen Benedict dapat menjadi positif palsu. Kadar serum glukosa, bilirubin, alkalin fosfatase dan BUN dapat meningkat secara positif palsu. Pasien yang mendapat nitrofurantoin sebaiknya diberitahukan bahwa warna urin dapat berubah menjadi coklat gelap.
9
D. FARMAKODINAMIK Farmakodinamik mempelajari kegiatan obat terhadap tubuh, terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapeutik yang ditimbulkan dimana secara singkat bahwa farmakodinamik mencakup semua efek yang dilakukan obat terhadap tubuh. 1. Mekanisme Kerja Mekanisme kerja dari aktivitas bakterisid nitrofurantoin melibatkan berbagai tempat, termasuk menginhibisi translasi ribosomal, merusak DNA bakteri, dan mengganggu kerja siklus krebs. Peranan dari masing-masing mekanisme tersebut masih belum sepenuhnya jelas. Nitrofurantoin dikonversikan oleh metabolisme nitroreduktase yang ada pada bakteri menjadi senyawa elektrofilik yang sangat reaktif sehingga menyerang protein ribosom bakteri, dan menyebabkan inhibisi total dari sintesis protein 2. Spektrum Antimikroba Nitrofurantoin memiliki kemampuan yang efektif dalam membunuh patogen saluran kemih, termasuk Escherichia coli, Enterococcus, Klebsiella dan Enterobacter. Pada dosis terapeutik, dapat mencapai kadar di urin sebesar 200 μg/ml. Nitrofurantoin memiliki efek bakteriostatik pada konsentrasi rendah (5-10 μg/ml) dan bersifat bakterisidal pada konsentrasi yang lebih tinggi. Banyak strain dari E.coli yang masih sensitif
terhadap
konsentrasi
hambatan
minimum
(minimal
inhibitory
concentration/MIC) kurang atau sama dengan 16 μg/ml, dimana untuk strain Enterobacter dan Klebsiella membutuhkan kadar MIC lebih dari 100 μg/ml. Nitrofurantoin tidak efektif terhadap Proteus, Serratia, dan Pseudomonas dikarenakan bakteri tersebut memiliki resistensi yang alami. 3. Profile Keamanan Nitrofurantoin secara garis beras merupakan obat yang aman. Pemakaian keseluruhan setelah lebih dari 3 dekade menunjukkan sangat sedikit sekali efek samping yang dilaporkan hingga kurang dari 0,001% berdasarkan keseluruhan pemakaian terapi. Namun, reaksi tambahan dapat dialami dan berhubungan dengan pemakaian jangka panjang, termasuk diantaranya gangguan gastrointestinal, erupsi kulit, gangguan
10
hematologi, defek neurologis, hepatotoksik, komplikasi pulmonal, dan gangguan lainnya. Gangguan gastrointestinal (anoreksia, mual, muntah) merupakan efek samping yang paling sering. Gejala tersebut muncul pada minggu pertama terapi dan upaya telah dilakukan dalam menurunkan frekuensi gejala tersebut dengan mengubah ukuran kristal nitrofurantoin, sehingga dapat memodifikasi absorpsi. Erupsi kulit, yang terdiri dari lesi makular, makulopapular atau urtikaria, merupakan efek samping kedua yang paling sering dari nitrofurantoin. Anemia hemolitik pada pasien dimana pada sel darah merah tersebut mengalami defisiensi enzim glukoa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) merupakan salah satu komplikasi hematologik yang terjadi dalam pemakaian nitrofurantoin. Efek samping yang serius terhadap nitrofurantoin adalah neuropati perifer. 4. Dosis dan Indikasi Nitrofurantoin tersedia dalam bentuk kapsul dan suspensi oral, namun tidak tersedia dalam bentuk injeksi. Nitrofurantoin memiliki beberapa jenis sediaan dosis, yaitu makrokristalin 50 mg, makrokristalin 100 mg, makrokristalin 25 mg, makrokristalinmonohidrat 100 mg, dan suspensi oral makrokristalin 25 mg/5 mL. Untuk keadaan infeksi saluran kemih dosis dewasa digunakan sebanyak 50 - 100 mg, 4 kali sehari atau 5 – 7 mg/kgBB/hari selama 1 minggu atau setidaknya 3 hari setelah urin dinyatakan steril. Dosis untuk penggunaan profilaksis infeksi saluran kemih, diberikan 50 - 100 mg oral sekali sehari sebelum tidur.
11
E. PENGGOLONGAN OBAT Obat dapat digolongkan berdasarkan beberapa kriterian penggolongan. Kriteria penggolongan obat yaitu berdasarkan proses fisiologis, dan biokimia dalam tubuh, bentuk sediaan obat sumber obat, undang-undang, cara kerja obat, cara penggunaan obat, serta kegunaan obat. Menurut proses fisiologi dan biokimia dalam tubuh, obat digologkan menjadi : a.
Obat diagnostik : obat diagnostik adalah obat yang membantu dan mendiagnosis (mengenali penyakit), misalnya barium sulfat untuk membantu diagnosis pada saluran lambung-usus, serta natriumopanoat dan asam iod organik lainnya untuk membantu diagnosispada saluran empedu.
b.
Obat kemoterapeutik : obat kemoterapeutik adalah obata yang dapat membunuh parasit dan kuman didalam tubuh inanag. Obat ini hendaknya memiliki kegiatan farmakodinamika yang sekecilpkecilnya trhadap organisme inang dan berkhasiat untuk melawan sebanyak mungkin parasit (baktri, virus). Obat-obat neoplasma (onkoliyika, sitostika, atau obat kanker) juga dapat dianggap termasuk golongan ini.
c. Obat farmakodinamika : obat farmakodinamika adalah obat yang bekerja terhadap inang dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologis atau fungsi biokimia dalam tubuh contohnya hormon, diuretik, hipnotik, dan obata otonom. 1. Penggolongan obat berdasarkan bentuk sediaan obat , dikelompokkan menjadi : a.
Bentuk gas : inhalasi,spraymaerosol.
b.
Bentuk cair atau larutan : lotion, dauche, infus intravena, injeksi, epitheman, cylsma, gargarrisma, obat tetes, elik sir, sirop dan potion.
c.
Bentuk setengah padat : salep mata (occulenta), gel, cerata, pasta, krim, salep (unguetum).
d.
Bentuk padat : supositoria, kapsul, pill, tablet, serbuk.
2. Penggolongan obat berdasarkan sumbernya, dikelompkkan menjadi : a.
Mikrroba dan jamur/fungi : antibiotik, penisilin.
b.
Sintetis ( tiruan) : vitamin Cdan kamper sintesis.
c.
Mineral (pertambangan) : sulfur, vaselin, parafin, garam dapur, iodkali.
d.
Hewan (fauna) : cere, adeps lanae, dan minhak ikan. 12
e.
Tumbuhan (flora) : minyak jarak, kina dan digitalis
3. Penggolongan obat menurut undang – undang, dikelompkkan menjadi : a.
Obat Bebas : Obat bebas adalah obat OTC (over the counter) atau obat yang dijual secara bebas di pasaran. Artinya, semua orang bisa sangat mudah dan bebas menemukan dan membeli obat ini, tanpa harus menggunakan resep dokter. Obat yang tergolong dalam kategori bebas adalah obat yang memiliki efek samping rendah serta kandungan bahan-bahan yang relatif aman. Namun meski tidak memerlukan pengawasan dokter, tetap harus memenuhi petunjuk dan dosis yang tertera di kemasan ketika mengkonsumsinya.
Obat bebas biasanya memiliki gambar lingkaran berwarna hijau dan bergaris tepi hitam. Simbol tersebut tertera di kemasan obat. Kebanyakan obat bebas adalah obat-obat untuk mengobati penyakit ringan, seperti batuk, flu, atau demam. Obat bebas juga bisa berupa vitamin atau suplemen nutrisi. Contoh obat bebas adalah parasetamol. b.
Obat Bebas Terbatas : Obat bebas terbatas memiliki kesamaan dengan obat bebas, yaitu keduanya dijual bebas di pasaran. Namun, obat bebas terbatas termasuk obat yang lebih keras ketimbang obat bebas, meski obat dalam golongan ini juga bisa dikonsumsi tanpa resep dari dokter. Dalam jumlah tertentu, obat ini masih bisa dijual di apotek mana saja.
13
Obat jenis bebas terbatas juga memiliki simbol tertentu di kemasannya, yaitu lingkaran biru bergaris tepi hitam. Tidak hanya itu, pada kemasan obat bebas terbatas juga tertulis peringatan-peringatan seperti: P1: Awas! Obat Keras! Baca Aturan Pakainya. P2: Awas! Obat Keras! Baca Aturan Pakainya. P3: Awas! Obat Keras! Hanya untuk Bagian Luar Tubuh. P4: Awas! Obat Keras! Hanya untuk Dibakar. P5: Awas! Obat Keras! Tidak Boleh Ditelan. P6: Awas! Obat Keras! Obat Wasir, Jangan Ditelan. Obat bebas terbatas bisa digunakan untuk mengobat penyakit dari yang tergolong ringan hingga serius. Kalau Kamu belum sembuh juga, meski sudah mengonsumsi obat dengan golongan bebas terbatas, lebih baik berhenti mengonsumsinya dan periksakan diri ke dokter. c. Obat Keras : Obat keras sudah termasuk obat yang tidak bisa dibeli bebas di apotek tanpa resep dokter, meski dijual legal di apotek. Tanpa resep dokter dan jika pemakaiannya tidak sesuai, dikhawatirkan obat ini bisa memperparah penyakit, meracuni tubuh, bahkan menyebabkan kematian. Simbol obat keras yang ada di kemasan obat adalah lingkaran merah bergaris tepi hitam dan terdapat huruf K di dalamnya.
14
Pada umumnya, banyak obat-obat tertentu yang termasuk dalam golongan ini, seperti: 1) Obat generik. 2) Obat Wajib Apotek (OWA). 3) Psikotropika. 4) Obat yang mengandung hormon, seperti obat penenang atau obat diabetes. 5) Antibiotik, seperti tetrasiklin, penisilin, ampisilin, sefalosporin.
d. Psikotropika : Untuk psikotropika, obat-obatan jenis ini memengaruhi susunan sistem saraf pusat, sehingga bisa menimbulkan perubahan pada mental dan perilaku orang yang mengonsumsinya. Maka dari itu, obat psikotropika hanya bisa dikonsumsi di bawah pengawasan dokter. Bahkan, psikotropika juga dibagi menjadi 4 golongan berdasarkan bahaya dampaknya pada tubuh manusia. Psikotropika golongan I adalah obat yang tidak boleh digunakan untuk terapi. Psikotropika golongan I hanya boleh dipakai untuk keperluan ilmu pengetahuan, karena memiliki potensi yang kuat untuk menyebabkan ketergantungan pada penggunanya. Lain dari psikotropika golongan I, psikotropika golongan II bisa digunakan untuk pengobatan maupun untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Namun, psikotropika golongan II tetap memiliki potensi kuat untuk menyebabkan ketergantungan. Psikotropika golongan III lebih banyak digunakan untuk pengobatan, meski obat jenis ini juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan ilmu pengetahuan. Risiko ketergantungan pada psikotropika golongan III cenderung rendah. Selain itu, sama seperti golongan III, risiko ketergantungan psikotropika golongan IV juga rendah. Psikotripika golongan IV banyak digunakan untuk pengobatan maupun keperluan ilmu pengetahuan.
15
Karena bersifat keras, psikotropika dan obat keras berada di dalam kategori yang sama. Keduanya juga memiliki simbol yang sama. Contoh obat keras adalah loratadine, pseudoeedrin, bromhexin HCL, alprazolam, clobazam. Sementara itu, contoh obat psikotropika adalah ekstasi, phenobital, sabu-sabu, diazepam. e. Narkotika : Narkotika adalah obat-obatan yang bisa berasal dari tanaman maupun tidak. Narkotika juga bisa berupa sintesis atau semi sintesis. Sama seperti psikotropika, narkotika menimbulkan efek ketergantungan, khususnya jenis yang bisa mengurangi rasa sakit, nyeri, dan tingkat kesadaran. Obat narkotika hanya boleh dijual di apotek, namun harus di bawah resep dokter. Obat narkotika memiliki simbol lambang palang merah yang tertera di kemasannya.
Mirip dengan psikotropika, narkotika juga memiliki golongan-golongan tertentu. Narkotika golongan I hanya digunakan untuk ilmu pengetahuan, namun tidak bisa digunakan
untuk
pengobatan.
Pasalnya,
golongan
I
memiliki
risiko
ketergantungan yang tinggi. Untuk narkotika golongan II, bisa digunakan untuk pengobatan dan kepentingan ilmu pengetahuan. Namun, biasanya dokter hanya memberi resep narkotika golongan II sebagai pilihan terakhir dalam pengobatan. Pasalnya, golongan II juga bisa menyebabkan kertegantungan yang kuat. Sementara itu, narkotika golongan III bisa digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan pengobatan karena memiliki risiko yang ringan untuk menyebabkan ketergantungan. Contoh obat narkotika adalah opium, ganja, dan heroin. Untuk golongan II, contohnya tebakon, morfina, dan peptidina. Sementara untuk golongan III, contohnya adalah kodeina, nikokodina, dan nikodikodina.
16
4. Penggolongan
obat
berdasarkan
cara
kerjanya
dalam
tubuh,
dikelompokkan menjadi : a. Sistemik : obata yang distribusikan ke seluruh tubuh, contohnya analgetik. b. Lokal : obat yang bekerja pada jaringan setempat, seperti pemakaia topikal.
5. Penggolongan obat berdasarkan cara penggunaannya, digolongkan menjadi : a. Medicametum ad ususm externum (pemakaian luar) melalui implantasi, nasal, ophtalmic, aurical, collution/gargarisma/gargel, diberi tiket biru. b. Medicametum ad ususm internum (pemaikaian dalam) melalui oral, diberi tiket putih
6. Penggologan obat menurut cara penggunaannya, obat digolongkan menjadi: a.
Untuk diagnosis (diagostic)
b.
Untuk mencegah (prophylactic)
c.
Untuk menyembuhkan (terpeutic)
17
F. KETERSEDIAAN OBAT 1. PENGETIAN PERSEDIAAN persediaanobat merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya hambatan-hambatan pada proses produksi. kekurangan persediaan barang jadi di pasaran akan menimbulkan kekecewaan pada pelanggan dan akan mengakibatkan perusahaan kehilangan mereka, sedangkan kelebihan persediaan akan menimbulkan biaya ekstra (biaya penyimpanan dan lain-lain) di samping resiko kerusakan karena penyimpanan barang yang terlalu lama. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengendalian persediaan yang efektif sangat diperlukan oleh suatu perusahaan. Oleh karena itu persediaan pada hakikatnya mencakup dua fungsi yang berhubungan sangat erat yaitu: a.
Perencanaan persediaan aspek perencanaan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang akan disediakan ataudiproduksi dan sumber terbaik pengadaan barang-barang.
b.
Pengawasan persediaan aspek pengawasan yaitu: 1)
bila mana dan berapa kali pesanan atau produksi dilaksanakan.
2)
berapa banyak pesanan atau produksi tersebut.
fungsi persediaan ditentukan oleh berbagai kondisi yaitu: a.
bila jangka waktu pengiriman relatif lama maka perusahaan perlu persediaan bahan baku yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan selama jangka waktu pengiriman. Atau pada perusahaan dagang, persediaan barang dagangan harus cukupuntuk melayani permintaan langganan selama jangka waktu pengiriman barang dari penyedia atau produsen.
b.
Seringkali jumlah yang dibeli atau diproduksi lebih besar daripada yang dibutuhkan.hal ini disebabkan karena membeli dan memproduksi dalam jumlah yang besar pada umumnya lebih ekonomis. karena sebagian barang/bahan yang belum digunakandisimpan sebagai persediaan.
c.
apabila barang bersifat musiman sedangkan tingkat produksi setiap saatadalah konstan maka perusahaan permintaan dapat melayani permintaan tersebut 18
denganmembuat tingkat persediaannya berfluktuasi mengikuti fluktuasi permintaan. Tingkat produksi yang konstan umumnya lebih disukai karena biaya-biaya untuk mencari dan melatih tenaga kerja baru, upah lembur ,dan sebagainya (bila tingkat produksi berfluktuasi) akan lebih besar daripada biaya penyimpanan barang di gudang (bilatingkat persediaan berfluktuasi) d.
Selain untuk memenuhi permintaan pelanggan,persediaan juga diperlukan apabila biaya untuk mencari barang/bahan pengganti atau biaya kehabisan barang/bahan(stock out cost) relatif besar.
2.
TUJUAN PERSEDIAAN a.
menghilangkan pengaruh ketidakpastian (mis safety stock )
b.
memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian.
c.
untuk mengantisipasi perubahan pada permintaan dan penawaran.
d.
.menghilangkan/mengurangi risiko keterlambatan pengiriman bahan.
e.
menyesuaikan dengan jadwal produksi.
f.
menghilangkan/mengurangi resiko kenaikan harga.
g.
menjaga persediaan bahan yang dihasilkan secara musiman.
h.
mengantisipasi permintaan yang dapat diramalkan.
i.
mendapatkan keuntungan dari quantity discount.
j.
komitmen terhadap pelanggan.
HAL-HAL YANG DIPERTIMBANGKAN a. Struktur biaya persediaan. b.-biaya per (item cost ) -biaya penyiapan pemesanan (ordering cost ) -biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order ) -biaya pengiriman pemesanan -biaya transportasi -biaya penerimaan (Receiving cost ) 19
-Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan(set up cost ) : surat menyurat dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan. c.biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost ) -biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan digunakan untuk investasi (Cost of capital ). -biaya yang meliputi biaya gudang,asuransi ,dan pajak (Cost of storage).biaya ini berubahsesuai dengan nilai persediaan. d.biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss). e.biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost).
D.METODA MANAJEMEN PERSEDIAAN A.METODA EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY ) B.METODA JIT ( JUST IN TIME ) E.PERSEDIAAN DARI SUDUT PANDANG TRADISIONAL (EQQ) Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam system tradisonal memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi daripada produksi berdasarkan permintaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu munculah ide Just In Time yang memproduksi apabila ada permintaan. Suatu proses produksi hanya akan memproduksi apabila diisyaratkan oleh proses berikutnya. Sebagai akibatnya pemborosoan dapat dihilangkan dalam skala besar, yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah. Kedua hal tersebut menjadikan perusahaan lebih kooperatif. Tujuan utama Just InTime adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melaluiusaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman. EQQ merupakan contoh dari system persediaan yang didorong (push inventory system) perolehan persediaan diawali dengan antisipasi permintaan di masa mendatang - bukan reaksi terhadap permintaan saat ini. ASUMSI : 20
1.kecepatan permintaan tetap dan terus menerus. 2. waktu antara pemesanan sampai dengan pesanan dating (lead time) harus tetap. 3. Tidak pernah ada kejadian persediaan habis atau stock out 4. material dipesan dalam paket atau lot dan pesanan datang pada waktu yang bersamaandan tetap dalam bentuk paket. 5. harga per unit tetap dan tidak ada pengurangan harga walaupun pembelian dalam jumlah volume yang besar. 6. besar carrying cost tergantung secara garis lurus dengan rata-rata jumlah persediaan. 7. besar ordering cost atau set up cost
tetap untuk setiap lot yang dipesan dan tidak
tergantung pada jumlah item pada setiap lot. 8. Item adalah produk satu macam dan tidak ada hubungan dengan produk lain.
1. Biaya persediaan = biaya pemesanan / persiapan + biaya penyimpanan TC = PD/Q + CQ/2 ……… (1) diamana : P : biaya penempatan dan penerimaan pesanan/biaya persiapan pelaksanaan produksi D : Jumlah permintaan tahunan yang diketahui Q : Jumlah unit yang dipesan setiap kali pesanan dilakukan C : Biaya penyimpanan satu unit persediaan selama satu tahun
Titik Pemesanan Kembali ( Reorder point / ROP) Titik dimana suatu pesanan baru harus dilakukan atau persiapan dimulai Fungsi dari EQQ tenggang waktu dan tingkat dimana persediaan hampir habis .Tenggang waktu / Lead Time waktu yang dibutuhkan untuk menerima kuantitas pesananekonomis setelah pesanan dilakukan atau persiapan dimulai . ROP = Tingkat Penggunaan X Tenggang Waktu Tingkat Penggunaan / Tenggang waktu
21
Misal contoh di atas. Produsen gunakan 50 komponen / hari dengan tenggang waktu 4 hari ROP = 50 X 4 = 200 unit . Saat persediaan 200 unit sudah harus pesan lagi. ketidakpastian Permintaan dan Titik Pemesanan kembali Jika permintaan atas komponen atau produk tidak diketahui dengan pasti, maka adakemungkinan terjadinya kehabisan persediaan. Sebagai contoh, jika komponen lemari es digunakan pada tingkat 60 komponen perhari dan bukan 50 maka sesuai perhitungan ROP diatas sebesar 200 komponen akan habis dalam waku 3 1/3 hari dan aktivitas reparasi yangmembutuhkan komponin ini akan menganggur 2/3 hari. Guna menghindari hal ini, organisasi sering menyimpan persediaan pengaman (safety stock) persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan atas fluktuasi permintaan. Kebaikan EQQ -Persediaan tradisional baik bagi beberapa kasus seperti persediaan obat yang pentinguntuk mengatasi serangan jantung. -Menyeimbangkan biaya persiapan biaya persiapan dan penyimpanan yangmemaksimumkan laba atau meminimumkan biaya. - Saat biaya persiapan tinggi jadi lebih baik buat produk dengan jumlah besar Sangat baik saat mengatasi masalah yang berkaitan dengan ketidakpastian.
G. PERSEDIAAN MENURUT METODE JUST IN TIME (JIT) Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh
dengan
perluasan
tanggung
jawab
yang
berkontribusi
pada
pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi. Metode produksi Just In time mensyaratkan tidak adanya persediaan bahan baku karena bahan
22
baku dan suku cadang dijadwalkan untuk sampai ke pabrik dari pemasok hanya pada saat dibutuhkan saja. Persediaan Just In Time Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasimanajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia,dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitasdan mengurangi pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Timedipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja,ruang dan waktu produksi. Perusahaan-perusahaan pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan :bahan baku, barang dalam proses , dan barang jadi. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan muluskendatipun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau bilamana sebuah departementidak mampu beroperasi selama beberapa waktu karena sesuatu atau hal lainnya. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan mulus kendatipun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau bilamana sebuah departemen tidak mampu beroperasi selama beberapawaktu karena sesuatu atau hal lainnya. namun penyimpanan persediaan-persediaan itu sudah barang tentu memakan biaya besar. Sistem Just In Time merupakan upaya untuk mengurangiatau menghilangkan persedian. Perusahaan yang mengadopsi system Just In Time ke proses produksinya mestilah merancang kembali fasilitas - fasilitas pabrikasinya dan kejadian-kejadian
yang
memicu
proses
JIT
merupakan
pendekatan
yang
meminimalkan total biaya penyimpanan dan biaya persiapan yang sangat berbeda dari trandisional. dalam JIT , tidak menerima biaya persiapan atau biaya pemesanan malah JIT mencoba menekan hingga nol sehingga biaya yang tersisa untuk dikurangi adalah biaya penyimpanan yang dicapai dengan mengurangi persediaan sampai tingkat yang sangat rendah. biaya Pemesanan dikurangi dengan cara: 1. kontrak Jangka Panjang dengan Pemasok 2. Pengisian kembali yang berkesinambungan (continuous replenishment)
23
Pembuat barang mengambil alih fungsi manajemen persediaan pengecer dengan memberitahu pengecer kapan dan berapa banyak persediaan yang harus dipesan kembali dan pengecer meninjau usul ini. contoh : yang dijalankan Wal – Mart dan Proctec & Gamble 3. Pertukaran data elektronik (Electronic data interchange – EDI) suatu bentuk awal dari perdagangan elektronik yang intinya : suatu metodeterotomatisasi
dari
pengiriman
informasi
dari
computer
ke
computer.memungkinkan para pemasok mengakses database para pembeli , sehinggamemungkinkan
pemasok
tahu
kapan
pembeli
butuh
pesanan
barang.karena adatukuren barang. 4. JIT Kemitraan JIT ke tingkat yang lebih tinggi , dengan menempatkan wakil pemasok yang bekerja di lapangan (secara penuh) , difasilitasi pelanggan tetapi dibayar oleh pemasok,menghadiri pertemuan perencanaan produksi , memiliki otoritas untuk membuat pesananatas nama pelanggan.
KETERBATASAN JIT 1. Sering timbul masalah dengan pemasok , meski ada kontrak jangka panjang , 2. Pandangan negative dari karyawan yang merasa diperas tenaganya. 3. Jika tidak dijalankan dengan baik ada resiko kehilangan penjualan yang bisa jadimerugikan penjualan yang hilang selamanya. Rumusan JIT yang digunakan adalah Sumber hendra kusuma : 2004 Dimana : XI : unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu. I : laba sebelum pajak penghasilan. X1 = (I + f1 + x2v2) / (p-v1 ) F1 : Total biaya tetaP X2 : Jumlah kuantitas berbasis nonunit V2 : Biaya variable berbasis nonunit
24
P : harga jual perunit VI : Biaya variable perunit
H. TEORI-TEORI BATASAN DALAM MANAJEMEN PERSEDIAAN Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya system persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya sistem persediaan terdiri dari : (Nasution, 2008 : 121 ). Biaya Pembelian (Purchasing Cost ) Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang. Biaya pembelian menjadi faktor penting ketika harga barang yang dibeli tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini biasa disebut sebagai quantity discountatau price breakdimana harga barang per unit akan turun bila jumlah barang yang dibeli banyak. Dalam kebanyakan teori persediaan , komponen biaya pembelian tidak dimasukkan kedalam total biaya sistem persediaan karena diasumsikan bahwa harga barang per unitdipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga komponen biaya pembelian untuk
periode waktu tertentu (misalnya 1
tahun) konstan dan hal ini tidak akan
mempengaruhi berapa banyak barang yang harus dipesan.
Biaya Pengadaan ( Procurement Cost ) Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal usul barang , yaitu : a. Biaya pemesanan (ordering cost ) Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barangdari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok (supplier) ,pengetikan pesanan , biaya pengangkutan , biaya penerimaan dan seterusnya. Biaya ini diasumsikan konstan untuk sekali pesan.
25
b. Biaya pembuatan ( setup cost ) Biaya
pembuatan
adalah
semua
pengeluaran
yang
timbul
dalam
mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul di dalam pabrik yang meliputi biaya menyusun
peralatan produksi , menyetel mesin ,
mempersiapkan gambar kerja dan seterusnya.
Biaya Penyimpanan (Holding Cost ) Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini meliputi: a. Biaya modal Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal ,dimana modal perusahaan memiliki ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suatu bunga bank. Oleh karena itu biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam suatu biaya sistem persediaan. biaya memiliki persediaan diukur sebagai persentase nilai persediaan untuk periode waktu tertentu. b. . Biaya Gudang barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang. bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya merupakan biayasewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka biaya gudangmerupakan biaya depresiasi. c. biaya perusakan dan Penyusutan barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang atau jumlahnya berkurang karena hilang. biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai persentasenya. d. Biaya kadaluarsa (absolence) barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model sepeti barang-barang elektronik. biaya kadaluarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.
e. biaya asuransi 26
barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tak diinginkan seperti kebakaran. biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi f. biaya
administrasi
dan
Pemindahan
biaya
ini
dikeluarkan
untuk
mengadministrasikan persediaan barang yang ada , baik pada saat pemesanan , penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari ,ke , dan di dalam tempat penyimpanan , termasuk upah buruhdan biaya peralatan handling . Biaya kekurangan persediaan (Shortage Cost ) bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan , maka akan terjadi keadaan kekurangan persediaan. keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena proses produksiakan terganggu dan kehilangan kesempatan mendapat keuntungan atau kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa sehiggan beralih ke tempat lain. biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari : a. kuantitas tidak dapat dipenuhi biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaanatau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. kondisi ini diistilahkan sebagai biaya penalti atau hukuman kerugian bagi perusahaan. b. Waktu Pemenuhan Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya perusahaan tidak mendapat keuntungan , sehingga waktu menganggur tersebut dapatdiartikan sebagai uang yang hilang. biaya waktu pemenuhan diukur berdasarkan waktuyang diperlukan untuk memenuhi gudang. c. biaya Pengadaan darurat Supaya konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal. kelebihan biayadibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran untuk menentukan biayakekurangan persediaan. I. DATA MANAJEMEN PERSEDIAAN DAN KENDALA SERTA SOLUSI dalam bab ini akan di paparkan contoh perhitungan EQQ terhadap persediaan dalam manajemen persediaan. EQQ merupakan contoh dari system persediaan yang didorong (push inventory system )perolehan persediaan diawali dengan antisipasi permintaan di masa mendatang bukanreaksi terhadap permintaan saat ini. 27
2.Biaya Persediaan = Biaya pemesanan + Persiapan , Biaya penyimpanan TC =MPD/Q + CQ/2 …………..(1) dimana : P : biaya penempatan dan penerimaan pesanan/biaya persiapan pelaksanaan produksi. D : Jumlah permintaan tahunan yang diketahui Q : Jumlah unit yang dipesan setiap kali pesanan dilakukan C : Biaya penyimpanan satu unit persediaan selama satu tahun Missal : Sebuah usaha reparasi lemari es (dimana komponen dibeli dari pemasok eksternal) D = 10.000 Unit
P = $25 Perpesanan
Q = 1.000 Unit
C = $2 Perunt
Biaya persediaan = (10 kali pesanan X $25/pesanan) + ($2X(1000 unit X 2) = $1.250 . Arinya : kuantitas pesanan sebanyak 1000 dengan total biaya $ 1.250
apakah sudah
merupakan pilihan terbaik (biaya terkecil)
Titik Pemesanan Kembali (Rooder Point / ROP ) Titik dimana suatu pesanan baru harus dilakukan atau persiapan dimulai. Fungsi dari EQQ yaitu tenggang waktu dan tingkat dimana persediaan hamper habis.
Ketidakpastian permintaan dan titik pemesanan kembali Jika permintaan / komponen atau produk tidak diketahui dengan pati, maka ada kemungkinan terjadi kehabisan persediaan .
28
BAB III
PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN
29
DAFTAR PUSTAKA Syamsuri,2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC Muhammad Fauzi,dkk. 2016. Farmakokinetik dan Farmakodinamik Nitrofurantoin. Departemen ilmu Penyakit Dalam Fakultas Ilmu Kedokteran. Universitas Sumatra Utara
30