Artikel Bahasa.docx

  • Uploaded by: gustri
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Artikel Bahasa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,179
  • Pages: 14
Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit 1. Pengertian kepuasan Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang; perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa. Menurut Oliver (dalam Supranto, 2001) mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan sangat puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat puas harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan tersebut. Menurut Kotler (1988) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. Upaya untuk mewujudkan kepuasan pelanggan total bukanlah hal yang mudah, Mudie dan Cottom menyatakan bahwa kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu (Tjiptono, 1997). Berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah perasaan senang, puas individu karena antara harapan dan kenyataan dalam memakai dan pelayanan yang diberikan terpenuhi. 2. Pengertian kepuasan pasien Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya. Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat merebut pelanggan. Junaidi (2002) berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas suatu produk dengan kinerja yang

dirasakan konsumen atas poduk tersebut. Jika kinerja produk lebih tinggi dari harapan konsumen maka konsumen akan mengalami kepuasan. Hal yang hampir serupa dikemukakan oleh Indarjati (2001) yang menyebutkan adanya tiga macam kondisi kepuasan yang bisa dirasakan oleh konsumen berkaitan dengan perbandingan antara harapan dan kenyataan, yaitu jika harapan atau kebutuhan sama dengan layanan yang diberikan maka konsumen akan merasa puas. Jika layanan yang diberikan pada konsumen kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen maka konsumen menjadi tidak puas. Kepuasan konsumen merupakan perbandingan antara harapan yang dimiliki oleh konsumen dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen pada saat mengkonsumsi produk atau jasa. Konsumen yang mengalami kepuasan terhadap suatu produk atau jasa dapat dikategorikan ke dalam konsumen masyarakat, konsumen instansi dan konsumen individu. Dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan pada kepuasan pasien. Pasien adalah orang yang karena kelemahan fisik atau mentalnya menyerahkan pengawasan dan perawatannya, menerima dan mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan (Prabowo, 1999). Sedangkan Aditama (2002) berpendapat bahwa pasien adalah mereka yang di obati dirumah sakit. berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien adalah perasaan senang, puas individu karena terpenuhinya harapan atau keinginan dalam menerima jasa pelayanan kesehatan. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien Menurut pendapat Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien dalam mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa faktor, antara lain : Kualitas produk atau jasa Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi konsumen terhadap kualitas poduk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas poduk atau jasa yang sesungguhnya dan komunikasi perusahaan terutama iklan dalam mempromosikan rumah sakitnya. Kualitas pelayanan Memegang peranan penting dalam industri jasa. Pelanggan dalam hal ini pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.

Faktor emosional Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap konsumen bila dalam hal ini pasien memilih rumah sakit yang sudah mempunyai pandangan “rumah sakit mahal”, cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Harga Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien. Biaya Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan, cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut. Tjiptono (1997) kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa faktor antara lain, yaitu : a. Kinerja (performance), berpendapat pasien terhadap karakteristik operasi dari pelayanan inti yang telah diterima sangat berpengaruh pada kepuasan yang dirasakan. Wujud dari kinerja ini misalnya : kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana perawat dalam memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien dan kenyamanan yang diberikan yaitu dengan memperhatikan kebersihan, keramahan dan kelengkapan peralatan rumah sakit. b. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), merupakan karakteristik sekunder atau karakteristik pelengkap yang dimiliki oleh jasa pelayanan, misalnya : kelengkapan interior dan eksterior seperti televisi, AC, sound system, dan sebagainya. c. Keandalan (reliability), sejauhmana kemungkinan kecil akan mengalami ketidakpuasan atau ketidaksesuaian dengan harapan atas pelayanan yang diberikan. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh perawat didalam memberikan jasa keperawatannya yaitu dengan kemampuan dan pengalaman yang baik terhadap memberikan pelayanan keperawatan dirumah sakit. d. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesification), yaitu sejauh mana karakteristik pelayanan memenuhi standart-standart yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya : standar keamanan dan emisi terpenuhi seperti peralatan pengobatan. e. Daya tahan (durability), berkaitan dengan beberapa lama produk tersebut digunakan.

Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis dalam penggunaan peralatan rumah sakit, misalnya : peralatan bedah, alat transportasi, dan sebagainya. f. Service ability, meliputi kecepatan, kompetensi, serta penanganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan oleh perawat dengan memberikan penanganan yang cepat dan kompetensi yang tinggi terhadap keluhan pasien sewaktu-waktu. g. Estetika, merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh panca indera. Misalnya : keramahan perawat, peralatan rumah sakit yang lengkap dan modern, desain arsitektur rumah sakit, dekorasi kamar, kenyamanan ruang tunggu, taman yang indah dan sejuk, dan sebagainya. h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), citra dan reputasi rumah sakit serta tanggung jawab rumah sakit. Bagaimana kesan yang diterima pasien terhadap rumah sakit tersebut terhadap prestasi dan keunggulan rumah sakit daripada rumah sakit lainnya dan tangggung jawab rumah sakit selama proses penyembuhan baik dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit dalam keadaan sehat. Sementara itu ahli lain Moison, Walter dan White (dalam Haryanti, 2000) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen, yaitu : a. Karakteristik produk, produk ini merupakan kepemilikan rumah sakit yang bersifat fisik antara lain gedung dan dekorasi. Karakteristik produk rumah sakit meliputi penampilan bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar yang disediakan beserta kelengkapannya. b. Harga, yang termasuk didalamnya adalah harga produk atau jasa. Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar. c. Pelayanan, yaitu pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam pelayanan. Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung di rumah sakit. kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Misalnya : pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan dalam memberikan pelayanan keperawatan. d. Lokasi, meliputi letak rumah sakit, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih rumah sakit. Umumnya semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah sakit tersebut.

e. Fasilitas, kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan penilaian kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap. Walaupun hal ini tidak vital menentukan penilaian kepuasan pasien, namun rumah sakit perlu memberikan perhatian pada fasilitas rumah sakit dalam penyusunan strategi untuk menarik konsumen. f. Image, yaitu citra, reputasi dan kepedulian rumah sakit terhadap lingkungan. Image juga memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien dimana pasien memandang rumah sakit mana yang akan dibutuhkan untuk proses penyembuhan. Pasien dalam menginterpretasikan rumah sakit berawal dari cara pandang melalui panca indera dari informasi-informasi yang didapatkan dan pengalaman baik dari orang lain maupun diri sendiri sehingga menghasilkan anggapan yang positif terhadap rumah sakit tersebut, meskipun dengan harga yang tinggi. Pasien akan tetap setia menggunakan jasa rumah sakit tersebut dengan harapan-harapan yang diinginkan pasien. g. Desain visual, meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan desain jalan yang tidak rumit. Tata ruang dan dekorasi rumah sakit ikut menentukan kenyamanan suatu rumah sakit, oleh karena itu desain dan visual harus diikutsertakan dalam penyusunan strategi terhadap kepuasan pasien atau konsumen. h. Suasana, meliputi keamanan, keakraban dan tata lampu. Suasana rumah sakit yang tenang, nyaman, sejuk dan indah akan sangat mempengaruhi kepuasan pasien dalam proses penyembuhannya. Selain itu tidak hanya bagi pasien saja yang menikmati itu akan tetapi orang lain yang berkunjung ke rumah sakit akan sangat senang dan memberikan pendapat yang positif sehingga akan terkesan bagi pengunjung rumah sakit tersebut. i. Komunikasi, yaitu tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan terhadap keluhan pasien. Misalnya adanya tombol panggilan didalam ruang rawat inap, adanya ruang informasi yang memadai terhadap informasi yang akan dibutuhkan pemakai jasa rumah sakit seperti keluarga pasien maupun orang yang bekunjung di rumah sakit. aka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor kepuasan pasien adalah : kualitas jasa, harga, emosional, kinerja, estetika, karakteristik produk, pelayanan, lokasi, fasilitas, komunikasi, suasana, dan desain visual . 4. Aspek – aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien Menurut Griffith (1987) ada beberapa aspek-aspek yang mempengaruhi perasaan puas pada seseorang yaitu :

a. Sikap pendekatan staf pada pasien yaitu sikap staf terhadap pasien ketika pertama kali datang di rumah sakit. b. Kualitas perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang telah dilakukan oleh pemberi layanan kepada pasien, seberapa pelayanan perawatan yang berkaitan dengan proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien dan kelangsungan perawatan pasien selama berada dirumah sakit. c. Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan administrasi pasien dimulai masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung sampai keluar dari rumah sakit. d. Waktu menunggu yaitu berkaitan dengan waktu yang diperbolehkan untuk berkunjung maupun untuk menjaga dari keluarga maupun orang lain dengan memperhatikan ruang tunggu yang memenuhi standar-standar rumah sakit antara lain : ruang tunggu yang nyaman, tenang, fasilitas yang memadai misalnya televisi, kursi, air minum dan sebagainya. e. Fasilitas umum yang lain seperti kualitas pelayanan berupa makanan dan minuman, privasi dan kunjungan. Fasilitas ini berupa bagaimana pelayanan terhadap pemenuhan kebutuhan pasien seperti makanan dan minuman yang disediakan dan privasi ruang tunggu sebagai sarana bagi orang-orang yang berkunjung di rumah sakit. f. Fasilitas ruang inap untuk pasien yang harus rawat. Fasilitas ruang inap ini disediakan berdasarkan permintaan pasien mengenai ruang rawat inap yang dikehendakinya. g. Hasil treatment atau hasil perawatan yang diterima oleh pasien yaitu perawatan yang berkaitan dengan kesembuhan penyakit pasien baik berapa operasi, kunjungan dokter atau perawat. tingkat kepuasan antar individu satu dengan individu lain berbeda. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari faktor jabatan, umur, kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pendidikan, jenis kelamin, sikap mental dan kepribadian (Sugiarto, 1999) Kepuasan pasien atau konsumen berdasarkan teori-teori diatas tidak hanya dipengaruhi oleh jasa yang dihasilkan oleh suatu rumah sakit semata, tetapi juga dipengaruhi oleh pelayanan yang diberikan oleh petugas rumah sakit baik dokter, perawat, dan karyawan-karyawan lainnya. Berdasarkan pandangan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan pada pasien adalah sebagai berikut : a. Sikap pendekatan staf pada pasien yaitu sikap staf terhadap pasien ketika pertama kali datang di rumah sakit. b. Kualitas perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang telah dilakukan oleh pemberi layanan kepada pasien, seberapa pelayanan perawatan yang berkaitan

dengan proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien dan kelangsungan perawatan pasien selama berada dirumah sakit. c. Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan administrasi pasien dimulai masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung sampai keluar dari rumah sakit. d. Fasilitas – fasilitas yang disediakan rumah sakit yaitu fasilitas ruang inap, kualitas makanan atau kios-kios penjual makanan yang terjamin kesehatannya, privasi dan waktu kunjungan pasien.

MENCIPTAKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI KESEHATAN “Health is not everything, but without it everything is nothing.”

Kata mutiara di atas terlihat begitu sederhananya namun apabila kita pahami dan kaji lebih mendalam, ternyata dibalik deretan kalimat yang simple menyimpan kandungan maknawi filosofis yang mengagumkan. Coba Anda bayangkan bagaimana bila kondisi fisik Anda sedang sakit. Tampak lesu, kurang brsemangat bahkan ada yang sampai mengeluarkan erangan. Memang hal ini tergantung kadar kesakitan masing-masing orang yang mengalaminya. Fenomena ini merupakan gambaran yang ada di sekitar kita karena tanpa kita sadari kesehatan akan melekat dalam perbendaharaan setiap manusia yang hidup di bumi ini. Hanya saja, masyarakat sering menanggapi masalah kesehatan identik dengan permasalahan kondisi fisik belaka. Padahal menurut UU RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dikatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Permasalahan yang timbul itu pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya persepsi masyarakat terhadap kesehatan atau tingkat pendidikan kesehatan yang relatif rendah, ekologi yang slum dan kurang tersedianya sarana dan infrastruktur yang mendukung kesehatan masyarakat. Sehingga boleh dikata, masyarakat di negara berkembang, seperti Indonesia, lebih menekankan kepada sickness care daripada health care yang mana hal ini bertolak belakang dengan semboyan di kebanyakan negara maju, “lebih baik mencegah daripada mengobati” atau lebih menekankan pada health care daripada sickness care. Kontroversi pandangan ini sebenarnya tanpa disadari mempengaruhi pendekatan kesehatan masyarakat dalam mencapai derajat kesejahteraan masyarakat. Bagi orang awam, kesehatan sering dimaknai secara sederhana yaitu apabila seseorang dengan nyata terhindar dari kesakitan atau problem fisik. Namun bagi masyarakat yang tertekan, kurang vitalitas, dan katakanlah mereka “tidak merasa sakit”, tidak akan ditunjukkan bahwa mereka memiliki beberapa kesakitan yang spesifik. Sebagai akibatnya, World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai “a state of complete physical, mental and social wellbeing and not merely the absence of disease and infirmity” (Coleman & Cressey, 1980:211). Sehat bukan hanya menyangkut pada kondisi biologis saja tetapi juga melibatkan faktor-faktor psikologis dan sosial yang sehat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan Kesehatan itu mahal harganya. Hal ini mengandung pengertian bahwa suatu masyarakat hendaknya benar-benar memperhatikannya sebab apabila seseorang dalam keadaan sehat maka mudahlah ia dalam melakukan segala hal termasuk pula menciptakan kesejahteraan pada

seseorang atau masyarakat. Survei-survei menunjukkan bahwa kesehatan yang baik adalah yang berhubungan dengan suatu kepuasan individu dalam kehidupannya. Sedangkan depresi dan ketidaksenangan akan menciptakan problem-problem kesehatan, seperti sakit dan stress. Untuk meningkatkan cara memelihara kesehatan diperlukan suatu lembaga yang menyediakan pelayanan. Pelayanan ini mengandung arti yang komprehensif, akan tetapi untuk mempermudah pengertian maka dibedakan atas dua macam pelayanan, yaitu health care dan sickness care. Health care merupakan suatu bentuk pelayanan atau asuhan yang memfokuskan pada usaha untuk memelihara kesehatan. Sedangkan pengertian untuk sickness care adalah suatu bentuk pelayanan atau asuhan yang memfokuskan pada orang yang sakit dan penyakitnya. Sehingga antara health care dan sickness care apabila ditinjau dari sifatnya adalah masalah health care itu mempunyai sifat yang luas. Artinya, masalah health care mencakup pula masalah sickness care. Menurut Kenneth L. Jones dkk, dalam bukunya Health Science (1969) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah: • Mental outlook on life Keadaan mental seseorang atau suatu masyarakat sangat menentukan kehidupannya atau kesehatannya. Sehat tidak hanya terfokus pada kondisi biologis saja, tetapi juga menyangkut masalah psikologis dan sosial yang sehat. Pengalaman penulis saat menjadi petugas lapangan di Aceh dalam The Study of the Tsunami Aftermath and Recovery (2006 – 2010) memperlihatkan faktor ini dalam proses rekonstruksi paska tsunami. Dari hasil temuan di lapangan, memberikan konfirmasi bahwa individu pada umumnya mengalami trauma selama tsunami. Tidak mengherankan jika terdapat tingkat reaksi stress pasca tsunami yang tinggi di daerah-daerah yang terkena bencana tsunami jika dibandingkan dengan daerah yang tidak terkena tsunami. Lebih jauh lagi, tingkat reaksi stress pasca trauma berkorelasi kuat dengan pengalaman trauma yang dialami akibat tsunami, kehilangan keluarga dan harta benda. Namun temuan ini biasanya hanya sekadar dijadikan catatan statistik bagi executor proyek rekonstruksi. Hal ini kemungkinan besar dipengaruhi minimnya persepsi pemangku proyek tersebut terhadap masalah mental sehingga pada akhirnya percepatan rekonstruksi ribuan rumah tinggal di Aceh sering tidak pas dalam peruntukkannya. Peruntukkannya yang seharusnya bagi korban tsunami malah banyak yang meleset. Banyak ditemui di daerah pembangunan rumah tersebut masih banyak yang kosong dan kalaupun ada biasanya penghuninya adalah para pendatang. Salah satunya adalah masalah mental para korban tsunami. Para korban sebenarnya masih trauma namun apa dikata rumah mereka sudah dibangun secara masal. • Intelligent use of foods Tubuh mausia membutuhkan makanan seimbang yang dapat menyuplai gizi dalam tubuh untuk mengganti sesuatu yang hilang dari tubuh karena pergerakan, menghilangkan rasa sakit karena lapar, menjadikan kuat dalam melakukan aktivitas, dan mengukuhkan peran kekebalan tubuh terhadap bibit penyakit. Mengonsumsi makanan secara seimbang dapat menjamin kesehatan.

Nutrisi makanan memiliki pengaruh penting pada kesehatan, baik bagi individu maupun masyarakat. Tubuh tersusun atas beberapa jaringan dan setiap jaringan tersusun atas jutaan sel. Agar dapat bekerja, hendaknya sel tersebut mendapatkan unsur-unsur pokok yang dikonsumsinya. Kalau tidak demikian akan terjadi pemogokan kerja yang dapat berpengaruh terhadap seluruh kinerja tubuh. Sebagai contoh, kalau jaringan yang menghasilkan sel darah merah dalam tubuh tidak mendapatkan unsur yang cukup untuk dikonsumsi, produksi sel darah merah akan berkurang. Berkurangnya produksi sel darah merah dapat mengakibatkan penyakit anemia (kurang darah). Selanjutnya, tubuh kekurangan oksigen yang dibawa oleh darah ke berbagai organ-organ tubuh sehingga timbullah gangguan pada organ ini dan menimbulkan pengaruh negatif pada seluruh organ tubuh (yang terlihat lemah). Tubuh yang sehat hendaknya mendapatkan makanan yang mengandung gizi sehat dan sempurna, yaitu makanan yang mampu menyuplai energi serta sumber-sumber pokok bagi pertumbuhan guna menjaga kesehatannya dan melawan penyakit yang menular atau tidak menular. Oleh karena itu, sudah selayaknya dipersiapkan nutrisi makanan yang seimbang sebagai faktor penting bagi kemajuan bangsa serta kemampuan berkarya dan berproduksi. Sehingga dengan demikian, soal pemilihan menu makanan yang mengandung gizi, sangat diperlukan. • Diseases prevention Pada faktor ini dimaksudkan bahwa dalam kesehatan suatu keluarga atau masyarakat, lebih ditekankan pada preventifisasi. Sehingga diharapkan pada akhirnya persepsi masyarakat di negara berkembang sedikit banyak telah menyerupai persepsi masyarakat di negara maju, yaitu lebih baik mencegah daripada mengobati. Tetapi mencegah juga merupakan alternatif yang baik dalam pembangunan kesehatan. Sehingga rasanya pas dengan ungkapan Jawa, “ana rega ana rupa.” Yang artinya apabila menekankan pada pencegahan niscaya akan lebih baik ketimbang segi kuratifnya. Pencegahan yang dimaksud di sini mengandung pengertian bahwa pencegahan itu meliputi pencegahan dari dalam dan pencegahan dari luar. • Choosing best health insurance Memilih dan memiliki asuransi kesehatan merupakan langkah yang baik dalam mewujudkan pembangunan kesehatan, khususnya bagi golongan yang tidak mampu atau golongan yang paspasan. Kepemilikan asuransi bagi negara berkembang seperti Indonesia, masih kurang “merakyat” atau masyarakat belum melek asuransi. Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya pengertian dan arti pentingnya asuransi, serta status sosial ekonomi masyarakat yang relatif rendah. Adapun pelaksanaan asuransi bagi Indonesia, pada umumnya diprioritaskan pada buruh atau karyawan suatu perusahaan tertentu di Indonesia. Yaitu dengan jalan memotong gajinya untuk disisihkan guna pembayaran asuransi. Namun demikian, ada juga berkat pionirisasi sebuah sosok

kepala daerah yang punya visi jauh ke depan, mewujudkan sebuah jaminan kesehatan bagi masyarakatnya. Seperti yang terjadi di Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan sebutan Kota Solo, telah meluncurkan Surakarta Public Health Service. Suatu program pemeliharaan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Kesehatan kepada masyarakat Surakarta yang berujud bantuan pengobatan yang meliputi promotif, kuratif maupun rehabilitasi. Semua masyarakat Surakarta yang dibuktikan dengan KK/ KTP yang belum termasuk dalam Program Askes PNS, Askes Swasta, Jamkesmas atau Asuransi Kesehatan lainnya bisa mendapatkan Kartu PKMS (Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta). • Mastering the environment Lingkungan yang meliputi fisik dan biologis serta lingkungan sosial budaya merupakan faktor yang mempengaruhi pembangunan kesehatan. Lingkungan fisik dan biologis erat hubungannya dengan masih tingginya angka kesakitan penyakit menular antara lainnya adanya iklim tropis yang memungkinkan berkembangnya penyebab penyakit, dan juga tempat-tempat pembiakan alamiah; masalah lain adalah air bersih dan pembuangan kotoran serta sanitasi yang jelek. Sebagai ilustrasi adalah pengalaman penulis saat berada di Kabupaten Lombok Timur dan Bima, Nusa Tenggara Barat (17 Juni – 31 Juli 2010, dalam rangka Focus Group Discussion Evaluasi Dampak Program Water Supply and Sanitation Project for Low-Income Communities (WSLIC-2) tampak masih sekian persen saja yang sudah bisa memanfaatkan WSLIC. Selain masih banyaknya kendala teknis di lapangan juga ada temuan yang unik juga di sana. Ada juga orang yang mampu tapi masih senang buang hajat besar di sungai, lantaran bukan tidak mampu membuat WC namun katanya sudah nyaman buang hajat di sungai lantaran kebiasaan masa kecil yang terbawa hingga kini. Sehingga di samping masih adanya pencemaran air tanah hasil limbah perut manusia juga menimbulkan polusi berupa bau tidak sedap. Kesejahteraan masyarakat Pembangunan kesehatan yang merupakan salah satu sarana untuk menciptakan kesehatan keluarga dan kesehatan masyarakat itu, ternyata tidaklah begitu mudah seperti apa yang kita bayangkan selama ini. Pembangunan kesehatan memerlukan dana yang bermilyar-milyar karena hal ini menyangkut masalah kelangsungan hajat hidup orang banyak dan martabat manusia. Untuk itu, pemerintah perlu menempuh berbagai cara guna mewujudkan kesehatan yang baik dan mewujudkan kesejahteraan suatu masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah menekankan pada perbaikan gizi, Keluarga Berencana (KB) dan penyediaan sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan. Yang bertalian dengan gizi itu menyangkut masalah kecerdasan dan tingkat produktivitas kerja. Yang berhubungan dengan KB itu menyangkut masalah demografi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), serta peningkatan index mutu hidup suatu keluarga. Sedangkan yang menyangkut dengan pelayanan kesehatan itu meliputi penyediaan sarana yang memadai dan terjangkau oleh masyarakat, seperti Posyandu, Puskesmas dan obat generik. Pada masalah pelayanan kesehatan ini, menyangkut masalah

peningkatan kesehatan dan kesejahteraan suatu masyarakat. Namun demikian, dalam mewujudkan kesemuanya itu diperlukan suatu model konseptual yang komprehensif, berkesinambungan dan selaras. Seperti misalnya, model pendekatan sosiologis dan kedokteran. Pendekatan model ini sedikit banyak dapat membantu untuk memecahkan kendala-kendala yang ada menyangkut health dan illness. Pendekatan sosiologis menekankan pada pola tingkah laku masyarakat mengenai sehat dan sakit. Sedangkan pendekatan kedokteran memfokuskan pada segi medis dan penyakitnya. Selain itu, yang perlu dicermati oleh pemerintah adalah bagaimana merubah mindset masyarakat dalam perihal kesehatannya, yaitu dari persepsi masyarakat yang gemar mengobati tatkala ditimpa musibah sakit menjadi lebih baik mengobati daripada mengobati. “Kesehatan tidaklah segalanya, tapi jika tidak sakit apalah artinya hidup ini.”

GUSTRI FIJRIANI BP : 1110322046

Cara Menciptakan Kesehatan Lingkungan Masyarakat perlu disadarkan akan pentingnya kesehatan lingkungan yang baik jika ingin menciptakan komunitas yang sehat dan bahagia. Apabila mereka mampu menjaga lingkungan dengan baik secara tanggung jawab, munculnya banyak penyakit, yang umumnya dikarenakan adanya lingkungan kotor, dapat dihindari. Saat melakukan proses inisiasi pengenalan kesehatan lingkungan, dibutukan kesadaran segenap elemen masyarakat sehingga tujuan dari terciptanya kesehatan secara menyeluruh dapat dirasakan oleh semua pihak yang nantinya manfaat dari kesehatan lingkungan juga dapat menguntungkan segenap masyarakat. Komitmen kuat dari dalam diri masing-masing orang di satu lingkungan tersebut menjadi proses awal yang harus dibangun. Tanpa adanya kesepakatan dan komitmen bersama, mustahil kesehatan lingkungan dapat tercipta mengingat jika lingkungan satu tidak terjaga kebersihannya, maka hal ini akan mempengaruhi buruknya kebersihan daerah lainnya. Terciptanya masyarakat sehat yang mandiri dan berkemampuan akan menjadi harapan tersendiri saat mereka berhasil mengaplikasikan kesehatan lingkungan dengan baik. Jika masyarakat sehat, maka hal ini akan menciptakan generasi yang mandiri terutama secara finansial karena jiwa dan badan yang sehat tentunya akan memberikan semangat tersendiri serta rasa fokus bagi mereka dalam bekerja. Mereka tidak akan terbebani untuk berobat ke dokter sehingga konsentrasi dalam bekerja akan semakin meningkat. Ketika mereka sudah mandiri secara finansial, maka mereka berkemampuan untuk mengaktulisasikan diri dalam kehidupan masingmasing. Saat menggerakkan masyarakat agar sadar pentingnya kebersihan bagi kehidupan, mereka memerlukan contoh konkret yang bisa dilihat dari program pemerintah dalam mendukung kesehatan lingkungan juga menjadi bentuk dukungan pemerintah agar masyarakatnya tetap berfokus pada penciptaan lingkungan yang lebih baik. Pelaksanaan beberapa aktivitas dalam menggalang kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya tetap bersih dapat dilakukan dengan program pembersihan massal di daerah yang memungkinkan tempat berkumpulnya sumber penyakit seperti tempat pembuangan sampah akhir, sungai, gorong-gorong, hingga

rumah masing-masing warga dapat mewujudkan terbangunnya komunitas pecinta kebersihan. Dalam program tersebut, pemerintah perlu mendukung dalam memberikan peralatan atau menyediakan segala sesuatu yang terkait dalam mendukung upaya masyarakat terhadap kesehatan lingkungan tersebut sehingga komunikasi dapat terjalin dan sinergi antara masyarakat dengan pemerintah. Pihak terkait seperti dinas kesehatan juga memiliki kontribusi signifikan dalam memonitor serta memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk menciptakan kesehatan lingkungan. Mereka sebaiknya secara berkala melakukan sosialiasi kepada warga mengenai masalah kesehatan apa yang saat ini mungkin dihadapi dalam sebuah lingkungan, sehingga kounitas masyarakat dapat menyumbangkan solusinya sehingga apa yang menjadi tujuan bersama dapat terwujud. Masyarakat jelas sangat dibutuhkan kontribusinya dalam hal ini karena mereka yang sangat memahami kondisi dan lingkungan mereka. Pemberian pelatihan bagi upaya kebersihan juga dapat diadakan oleh dinas kesehatan sehingga masyarakat mampu memberikan setidaknya upaya pertama dalam menghambat penyebaran penyakit di sebuah lingkungan. Pastikan masyarakat juga mau secara aktif dan partisipatif mengkomunikasikan masalah apa yang terjadi dalam lingkungannya terkait dengan kesehatan sehingga koordinasi antara dinas kesehatan dengan masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan tetap terjalin dengan baik.

Related Documents

Artikel
April 2020 61
Artikel
June 2020 55
Artikel
July 2020 41
Artikel
November 2019 56
Artikel
April 2020 44
Artikel
November 2019 61

More Documents from ""