Evaluasi Amel.docx

  • Uploaded by: Anitaa YuLiaa
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Evaluasi Amel.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,624
  • Pages: 3
Nama : Amelia Anggraini NPM : A1C01865 TEKNIK PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN TES HASIL BELAJAR A. CIRI-CIRI TES HASIL BELAJAR YANG BAIK 1. Bersifat valid atau validitas yang sering diartikan dengan tetap, benar, shahih atau absah. Maka sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara shahih atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. 2. Reliabilitas yang sering diterjemahkan dengan keajegan (stability) atau kemantapan (consystency). Maka sebuah tes dapat dikatakan reliabel apabila hasil-hasil pengukuran yang digunakan dengan menggunakan tes tersebut secara berulangkali terhadap obyek yang sama, senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil. 3. Bersifat obyektif, apabila tes disusun dan dilaksanakan “menurut apa adanya”. Ditinjau dari isi atau materi tesnya, tes diambilkan atau bersumber dari materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai atau sejalan dengan kompetensinya. Dan ditinjau dari segi pemberian skor dan penentuan nilai hasil tesnya, maka pemberian skor dan penentuan nilainya terhidar dari unsur-unsur subyektivitas. 4. Bersifat praktif (practicability) dan ekonomis. Praktis yang mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah, karena tes itu: a. Bersifat sederhana, tidak memerlukan peralatan yang banyak atau peralajan yang sulit pengadaannya, b. Lengkap, tes tersebut telah dilengkapi dengan petunjuk mengenai bagaimana cara mengerjakannya, kunci jawabannya dan pedoman scoring serta penentuan nilainya. 1. PRINSIP-PRINSIP DASAR DALAM PENYUSUNAN TES HASIL BELAJAR  Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.  Butir-butir soal hasil tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan.  Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi.  Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.  Tes hasil belajar harus memiliki reabilitas yang dapat diandalkan.  Tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri. 2. BENTUK-BENTUK TES HASIL BELAJAR DAN TEKNIK PENYUSUNANNYA 1. Tes Hasil Belajar Bentuk Uraian a. Pengertian Tes Uraian (essay test) atau tes subyektif (subjective test), yaitu salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagaimana dikemukakan sebagai : 1. tes berbentuk pertanyaan atau perintah 2. Menuntut untuk memberikan penjelasan, membandikan, penafsiran, dll. 3. Jumlah soal yang dibatasi. 4. Diawali kata jelaskan, bagaimana, mengapa dan kata Tanya yang serupa. b. Penggolongan Tes Uraian di bagi menjadi 2, yaitu: tes uraian bentuk bebas atau terbuka dan tes uraian berbentuk terbatas. c. Ketepatan Penggunaan tes Uraian adalah di pergunakan apabila pembuat soal ingin mengungkap daya ingat dan pemahaman testee terhadap materi pembelajaran dan untuk mengungkapkan kemampuan testee dalam memahami berbagai konsep dan aplikasinya. d. Segi-segi Kebaikan dan Kelemahan Tes Uraian

1) Segi kebaikan : pembuatan nya muda dan cepat karena kalimat nya yang pendek, mengurangi adanya kecurangan dikalangan testee, dapat mengetahui seberapa jauh tingkat penguasaan testee dalam memahami materi, testee terbiasa untuk berani mengemukakan pendapat dengan bahasa atau kalimat yang diolah sendiri 2) Segi kelemahan : kurang mampu mewakili luasnya materi pelajaran yang telah diberikan kepada testee, mengoreksi jawaban soal tes uraian cukup sulit, tester lebih banyak bersifat subyektif, lembaran hasil tes hanya dapat di koreksi oleh penyusun tes itu sendiri, validitas dan reliabilitas pada umumnya rendah. e. Petunjuk Operasional dalam Penyusunan Tes Uraian: sejauh mungkin mencakup materi pokok yang telah diajarkan, susunan kalimat dibuat berlainan dengan yang ada di buku pelajaran, setelah soal dibuat segera disusun dan dirumuskan jawaban yang benar, pertanyaan dan perintah di buat beragam, kalimat soal disusun secara ringkas padat dan jelas, membuat pedoman tentang cara mengerjakan atau menjawab soal. 2. Tes Hasil Belajar Bentuk Obyektif (Objetive Test) a. Pengertian Tes obyektif adalah jenis soal yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinanatau dengan mengisikan jawaban berupa katakata atau symbol pada tempat yang disediakan. b. Penggolongan Tes Obyektif  Tes Obyektif Bentuk Benar-Salah (True-False Test)  Tes Obyektif Bentuk Matching  Tes Obyektif Bentuk Pilihan Fill In  Tes Obyektif Bentuk Complation  Tes Obyektif Bentuk Multiple Choice Item Model-model multiple choice item yaitu : Model melengkapi lima pilihan, Model asosiasi dengan lima atau empat pilihan, Model melengkapi berganda, Model analisis hubungan antar Hal, Model analisis kasus, Model hal kecuali, Model hubungan dinamik, Model perbandingan kuantitatif, Model pemakaian gambar/ diagram/ grafik/ peta c. Ketepatan Penggunaan Tes Obyektif : peserta tes jumlahnya banyak sehingga waktu mengoreksi lenih efektif menggunakan tes obyektif, tester memiliki kemampuan dan pengalaman yang luas dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif, penyusun tes memiliki waktu yang lebih longgar dalam mempersiapkan penyususnan butir-butir soal tes obyektif, soal tes obyektif dapat dipergunakan lagi pada kesempatan tes-tes hasil belajar yang akan datang, penyusun tes yakin soal tes obyektif yang didusunnya dapat dilakukan penganalisisan untuk mengetahui kualitas atau derajar kesukaran, mengeluarkan soal tes obyektif maka prinsip obyektivitas akan lebih mungkin untuk diwujudkan karena hanya ada 2 kemungkinan jawaban. d. Segi-segi Kebaikan dan Kelemahan Tes Obyektif 1) Segi kebaikan : lebih respresentatif dalam hal mencakup materi yang telah diajarkan kepada peserta didik, lebih memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih obyektif dalam mengoreksi atau menetukan skor atau nilai, mengoreksi jauh lebih mudah, orang lain dapat membantu mengoreksi hasi tes belajar, butir-butir soal lebih mudah di analisis dari segi kesukaran atau daya pembedanya maupun validas dan reliabilitasnya. 2) Segi kelemahan : menyusun butir-butir soal tidak mudah,kurang dapat mengukur proses berpikir tinggi atau mendalam, terbuka kemungkinan bagi testee untuk bermain spekulatisi atau tebak terka, dengan jawaban menggunakan symbol dapat membuka peluang bagi testee untukmelakukan kerja sama. e. Petunjuk Operasional Penyusunan Tes Obyektif : pembuat soal tes harus sering berlatih sehingga dapat membuat soal tes obyektif yang lebih baik, setiap kali tes obyektif itu selesai di pergunakan hendaknya dilakukan penganalisisan item mana yang sudah baik atau kurang baik bahkan tidak baik, perlu disiapkan dahulu norma yang memperhitungkan faktor tebakan agar tidak terjadi spekulasi, tester sebaiknya menggunakan alat bantu berupa Tabel Spesifikasi Soal atau kisi-kisi soal agar dapat mengungkap aspek-aspek berpikir yang lebih mendalam, bahasa atau istilah-istilah yang digunakan dalam menyusun kalimat soal tes obyektif hendaknya ringkas dan jelas, dalam menyususun soal tes obyektif hendaknya diusahakan agar tidak ada yang dapat menghasilkan penafsiran ganda, usahakan

agar tidak terjadi kesalahan ketik atau kesalahan cetak, diberikan petunjuk atau pedoman yang jelas dan tegas sehingga testee dapat bekerja sesuai dengan petunjuk yang diberikan. f. Pembuatan Tabel Spesifikasi Soal Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mengatasi Kelemahan Tes Obyektif 1). Pengertian Tabel Spasifikasi : dikenal juga dengan istilah kisi-kisi adalah sebuah table analisis yang didalamnya dimuat rincian materi tes dan tingkah laku beserta proporsi yang dikehendaki oleh tester, dimana tiap petak table diisikan angka yang menunjukkan butir soal yang akan dikeluarkan dalam tes hasil belajat bentuk obyektif. 2). Cara Membuat tabel Spesifikasi. 3. TEKNIK PELAKSANAAN TES HASIL BELAJAR 1. Teknik Pelaksanaan Tes Tertulis Pertama, agar dalam mengerjakan soal tes para peserta tes dapat ketenangan, ruang tempat berlangsungnya ruang tes dipilih jauh dari keramaian, kebisingan dan lalu lalang orang. Kedua, ruang tes harus cukup longgar, tempat duduk di atur dengan jarak tertentu yang memungkinkan tercegahnya kerja sama yang tidak sehat diantara testee. Ketiga, ruang tes sebaiknya memiliki sistem pencahayaan dan pertukaran udara yang baik. Keempat, jika diruang tes tidak tersedia meja tulis atau kursi yang memiliki alas tempat menulis, sebelum tes dilaksanakan hendaknya menyiapkan alas tulis yang terbuat dari triplek atu lainnya. Kelima, lembar soal-soal tes diletakan secara terbalik, sehingga testtee mengerjakan soal serentak. Keenam, dalam mengawasi jalannya tes, pengawas hendak berlaku wajar. Ketujuh, sebelum berlangsungnya tes, hendaknya sudah ditentukan terlebih dahulu sanksi yang dapat dikenakan kepada tastee yang berbuat curang. Kedelapan, sebagai bukti mengikuti tes, harus disiapkan daftar hadir yang harus ditanda tangani oleh seluruh peserta tes. Dalam mengedarkan daftar hadir tes hendaknya diusahakan agar tidak mengganggu ketenangan jalanya tes. Kesembilan, jika waktu yang ditentukan telah habis, hendaknya testee diminta untuk menghentikan pekerjaanya dan secepatnya meninggalkan ruang tes untuk mencegah timbulnya berbagai kesulitan dikemudian hari, pada berita acara pelaksanaan tes, harus dituliskan secara lengkap, berapa orang testee yang hadir dan siapa yang tidak hadir. 2. Teknik Pelaksanaan Lisan Pertama,sebelum tes lisan dilaksanakan, tester sudah melakukan inventarisasi berbagai jenis soal yang akan diajukan kepada testee dalam tes lisan tersebut. Kedua, setiap butir soal yang telah ditetapkan untuk diajukan kedalam tes lisan itu, juga harus disiapkan sekaligus pedoman jawaban betulnya. Ketiga, skor atau nilai hasil tes lisan harus sudah dapat ditentukan di saat masing-masing testee selesei dites. Keempat, tes hasil belajar yang dilaksanakan secara lisan hendaknya jangan sampai berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi. Kelima, dalam rangka menegakkan prinsip obyektivitas dan prinsip keadilan, dalam tes yang dilaksanakan secara lisan itu, tester hendaknya jangan “memancingmancing” dengan kata-kata atau kode-kode tertentu untuk menolong testee tertentu dengan alasan “kasihan” kepada testee yang ada tersebut. Menguji, pada hakekatnya adalah “mengukur” dan bukan “membimbing” testee. Keenam, tes lisan harus berlangsung secara wajar, artinya tes lisan itu jangan sampai menimbulkan rasa takut, gugup atau panik di kalangan testee. Karena itu, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada testee, tester harus menggunakan kata-kata halus, bersifat sabar dan tidak emosional. Ketujuh, sekalipun sulit untuk dapat diwujudkan, namun sebaiknya tester mempunyai pedoman yang pasti, berapa lama atau berapa waktu yang disediakan bagi tiap-tiap peserta tes dalam menjawab soal-soal atau pertanyaan pada tes lisan tersebut. Kedelapan, pertanyaanpertanyaan yang diajukan hendaknya dibuat bervariasi atau beragam. Kesembilan, sejauh mungkin diusahakan agar tes lisan itu berlangsung secara individual (satu demi satu). 3. Teknik Pelaksanaan Tes Perbuatan Pertama, tester harus mengamati secara teliti, cara yang ditempuh oleh testee dalam menyelesaikan tugas yang telah ditentukan. Kedua, agar dapat dicapai kadar obyektifitas setinggi mungkin, hendaknya testeer yang berbicara atau berbuat sesuatu yang dapat mempengaruhi testee yang sedang mengerjakan tugas tersebut. Ketiga, dalam mengamati testee yang sedang melaksanakan tugas itu, hendaknya testee telah menyiapkan instrumen berupa lembar penilaian yang didalamnya telah ditentukan hal-hal apa sajakah yang harus diamati dan diberikan penilaian.

Related Documents

Evaluasi
May 2020 47
Evaluasi Ujian.docx
December 2019 34
Evaluasi Rm.xlsx
June 2020 13
Frm Evaluasi
November 2019 29

More Documents from "Sani Sarif"