CRITICAL REVIEW BUKU KEAJAIBAN ASEAN ; PENGGERAK PERDAMAIAN ADMINISTRASI DAN ORGANISASI INTERNASIONAL
Disusun Oleh : Isma Ardayani (1601111130) Dosen Pengampu: Geovani Meiwanda, S.Sos, M.PA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ILMU ADMINISTRASI PUBLIK UNIVERSITAS RIAU 2019
Critical review Buku yang dianalisis untuk direview kali ini berjudul “Keajaiban ASEAN Penggerak Perdamaian” yang ditulis oleh Kishore Mahbubani dan Jeffery Sng (keduanya merupakan mantan diplomat senior di Singapura). Asosiacion of South East Asian Nations (ASEAN) merupakan organisasi regional di Asia Tenggara yang beranggotakan 11 Negara dan dibentuk pada 8 Agustus 1967 yang didirikan oleh 5 orang perwakilan negaranya yang memiliki latar belakang yang berbeda sama sekali. Menurut buku ini, Asia tenggara telah menjadi persimpangan jalan dunia selama lebih dari dua ribu tahun. Karena status itu menjadikan kultur masyarakat Asia Tenggara Beragam dan menjadikan Asia Tenggara merupakan satu-satunya kawasan yang telah merasakan dampak empat gelombang kultural besar yang ada di dunia yaitu, india, china, islam, dan barat. Ini juga membuat Asia Tenggara sebuah laboratorium manusia yang unik untuk penelitian sejarah. Dan menjadikan Asia tenggara merupakan kawasan reramah diplanet ini sebagai tempat untuk mewujudkan kegiatan-kegiatan yang ambisius dalam kerja sama regional. Menurut buku ini ASEAN merupakan kawasan yang mengalami kemajuan yang sangat menakjubkan salah satu alasannya adalah terciptanya keamanan yang stabil dimana dinyatakan bahwa selain Uni Eropa tidak ada organisasi regional di dunia ini yang lebih baik dari ASEAN. Dan kemudian dipaparkan bahwa ASEAN tidak sekaku Uni Eropa yang menetapkan lebih dari 200 bahasa resmi dalam forum serta lalu lintas administrasi yang mengharuskan mereka menggelontorkan uang ratusan milyar dolar untuk membayar penerjemah bahasa per negara. sedangkan di ASEAN ditetapkan satu bahasa yaitu bahasa Inggris. Kemudian buku ini juga mengulas bagaimana geopolitik dan geo ekonomi ASEAN ditengah dua kekuatan besar China dan Amerika. Dimana ASEAN yang dulu sempat dipandang sebelah mata dan dituduh antek Amerika kini bisa dekat dengan China. Yang membingungkan bagi petinggi ASEAN adalah, mengapa ASEAN tidak meperoleh Nobel Perdamaian Dunia? Padahal ASEAN telah berhasil memberikan perdamaian yang kondusif selama lebih dari 50 Tahun sejak organisasi ini berdiri. Kenyataan ini menunjukkan minimnya pengetahuan dunia terhadap ASEAN. Buku ini ditutup dengan tiga usulan berani yang diajukan penulis dengan menampilkan alasan dan data-data yang relevan. Tiga usulan itu adalah(1). Kepemilikan organisasi ASEAN harus berpindah dari pemerintah ke Rakyat ASEAN. Karena pemerintah akan datang dan pergi sedangkan rakyat tidak. (2). Merubah secretariat saat ini yang terbilang kecil dan sangat terbatas menjadi sebuah lembaga yang bergairah untuk melayani ASEAN dengan sangat baik. (3). Memajukan ASEAN sebagai mercusuar baru untuk kemanusiaan. Dimana selama ini peran ini telah disematkan pada Amerika yang model penyelesaiannya dianggap tidak relevan yaitu dengan model Melting pot. Karena yang diperlukan Peradaban adalah cara menangani sebuah
dunia dengan keragaman yang semakin besar bukan semakin sedikit. Inilah yang menjadi alasan ASEAN satu-satunya organisasi regional dengan banyak peradaban di dunia dapat bertindak sebagai Alternatif mercusuar harapan.