Efek Sinergis Antara Mengkudu Dengan Paracetamol Salah satu tanaman yang kaya analgesik adalah mengkudu (Morinda citrifolia). Mengkudu digunakan oleh 80% penduduk Asia, Amerika Latin, dan Afrika sebagai pengobatan berbagai nyeri. Menurut hasil analisis Riskesdas tahun 2010, presentase penggunaan mengkudu sebagai tanaman obat di Indonesia adalah sebanyak 11,17% dan di provinsi Kalimantan Selatan adalah sebanyak 3,72% (7,8,9). Penelitian yang dilakukan Ulfah pada tahun 2004, membuktikan adanya efek analgesik pada perasan buah mengkudu. Beberapa senyawa yang terkandung dalam mengkudu dan diduga bersifat analgesik antara lain scopoletin, flavonoid, proxeronine, dan xeronine. Penelitian Bharti pada tahun 2011, menunjukkan kombinasi ekstrak buah mengkudu dengan parasetamol dapat meningkatkan efek antiinflamasi dan analgesik. Dengan cara menghambat reseptor histamin dan prostaglandin sehingga memunculkan efek antiinflamasi dan eanalgesik. Hal ini kemudian dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Wirdasari dkk pada tahun 2014, berdasarkan penelian yang didapatkan dari 5 kelompok dan masing-masing berisi 6 mencit. Kemudian diberi perlakuan Kelompok I aquadest 0,5ml, kelompok II diberikan perasan buah mengkudu dengan dosis 0,042 mg/g BB, kelompok III diberikan parasetamol 0,065 mg/g BB sedangkan, kelompok IV, V, VI diberikan kombinasi perasan buah mengkudu 0,042 mg/g BB dan parasetamol dengan dosis masing-masing: 0,01625 mg/g BB; 0,0325 mg/g BB; 0,065 mg/g BB. Hasil penenelitian menunjukkan rerata waktu reaksi nyeri mencit pada kelompok I, II, III, IV, V, dan VI berturut-turut adalah 5,36; 8,28; 8,02; 9,67; 10,5 dan 11,74 detik. Menurut Basar et al, Rasa nyeri terjadi akibat adanya kerusakan jaringan atau sel yang menyebabkan terlepasnya asam arakidonat. Metabolisme asam arakidonat melalui jalur siklooksigenase akan membebaskan prostaglandin yang akan meningkatkan sensitivitas ujungujung serabut nyeri dan mensensitisasi reseptor nyeri. Selanjutnya efek analgesik yang ditimbulkan buah mengkudu terjadi karena kemampuannya dalam menghambat enzim siklooksigenase. Di dalam buah mengkudu terdapat beberapa senyawa polifenol seperti golongan kumarin, flavonoid dan asam fenolat, dan dua iridoid. Senyawa-senyawa tersebut terbukti secara langsung menghambat menghambat produksi nitrit oksida (NO), aktivitas enzim siklooksigenase terutama COX-1 dan COX-2, dan prostaglandin E2 (PGE2), sehingga memunculkan efek anti inflamasi yang serupa dengan paracetamol. Penghambatan enzim siklooksigenase dan prostaglandin oleh buah mengkudu tentunya juga akan memunculkan efek analgesik. Pada penelitian ini parasetamol bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase tersebut, terutama pada COX-3. Penghambatan COX-3 oleh parasetamol menyebabkan konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin tidak terjadi sehingga memunculkan efek analgesik Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi yang sinergis pada kombinasi perasan buah mengkudu dengan parasetamol pada mencit. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi antara berbagai dosis parasetamol dengan perasan buah mengkudu memiliki efek analgesik yang lebih baik dibanding pemberian parasetamol secara tunggal pada mencit.
Effek Agonis Penggunaan Buah mengkudu dengan Phenobarbital Buah mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan suplemen makanan herbal yang populer di seluruh dunia dan digunakan untuk tujuan pencegahan atau terapi dalam berbagai penyakit,salah satu manfaat dari buah mengkudu yaitu sebagai hepatoprotektor. Aktivitas tersebut diperkirakan karena adanya aktivitas antioksiadan dalam mengkudu dengan kandungan flavonoid dan senyawa fenolik. Namun penemuan terbaru menyatakan penggunaan suplemen buah mengkudu yang diikuti dengan fenobarbital dapat meningkatkan terjadinya DILI (Drug Induced Liver Injury). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mrzljak et al, 2013 terhadap pasien wanita 38th yang telah menggunakan suplemen buah mengkudu selama 3 tahun dengan dosis 60 ml per hari yang digunakan untuk menjaga daya tahan tubuh, kemudian diikuti dengan pengguanaan obat antikonvulsan yaitu fenobarbital selama 9 bulan untuk pencegahan epilepsi pada pasien, hasil menunjukkan terjadinya kerusakan pada hati atau hepatoselular. Pada saat masuk rumah sakit pasien melakukan pemerikasaan. Tes laboratorium menunjukkan bilirubin 165,3 μmol / l (normal 2-20), AST 925 U / l (normal 8-30), alanine aminotransferase (ALT) 813 U / l (normal 10-36), γ-glutamyl transpeptidase 933 U / l (normal 935), alkaline phosphatase (AP) 532 U / l (normal 54-119) dan rasio normalisasi internasional 2,61, menunjukkan cedera hepatoseluler (rasio ≥ 5) sesuai dengan klasifikasi DILI. Level PB di bawah kisaran terapeutik (77 μmol / l; normal 86–173). Tidak ada bukti obstruksi bilier atau vaskular pada USG. Pemerikasaan terhadap virus Hepatitis (A, B, C), virus cytomegalo, virus Epstein-Barr, virus human immunodeficiency, virus herpes simplex, antibodi mikrosom hatiginjal), hemochromatosis dan penyakit Wilson dinyatakan negatif. Kemudian dilakukan tes lanjutan terhadap tingkat bilirubin pasien. Hasil tes menunjukkan bilirubin memuncak menjadi 366 μmol / l, sedangkan tes laboratorium lainya pada hati tidak menunjukan hasil yang memburuk secara signifikan. Biopsi hati dilakukan dan menunjukkan terjadinya kerusakan dengan hepatoselular dominan. Kemudian pemakaian suplemen mengkudu dengan fenobarbital dihentikan dan dilanjutkan penggunaan steroid selama 3 bulan hasil menujukkan kerusakan hepatoselular menjadi menurun. 2 bulan kemudian hasil data lab menunjukkan normalnya nilai billirubin dan parameter kerusakan hati lainya. Dapat disumpulkan bahwa penggunan buah mengkudu bersama dengan penggunaan fenobarbital dapat menimbulkan efek agonis berupa kerusakan hati.
Widasari , Firda, Mohammad Bakhriansyah, Istiana. 2014. Studi Interaksi Farmakodinamik Efek Analgesik Kombinasi Perasan Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia) Dengan Parasetamol. Berkala Kedokteran Vol. 10, No.1 Basar S, Uhlenhut K, Hogger P, et al. Analgesic and antiinflammatory activity of Morimda Citrifolia L (noni) fruit. Institute of Experimental and Clinical Pharmacology and Toxicology University Clinic Hamburg Germany. PubMed 2010; 24(1): 38-42.
Ulfah A. Efek analgesik perasan buah mengkudu (Morinda citrifolia L) pada mencit (Mus domesticus-domesticus) dengan metode rangsang peritoneal, Karya Tulis Ilmiah, Program Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, 2004. Mansjoer Soewarni. Mekanisme kerja obat anti radang. Bagian Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2003. Ardinata Dedi. Multidimensional nyeri. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara 2007; 2(2): 77-81. Sulistia GG, Rianto S, Frans DS, dkk. Farmakologi dan terapi. 5thth ed. Jakarta: Departement Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas lndonesia, 2007. Mrzljak, Anna, Iva, Kosutaa Anita, Skrtic, Tajana, Filipec, Kanizaja, D, Radovan Vrhovac. Associated With Noni (Morinda Citrifolia) Juice And Phenobarbital. 2013. Karger Vol.7 Hal.19-24 Pawlus AD, Kinghorn AD: Review of the ethnobotany, chemistry, biological activity and safety of the botanical dietary supplement Morinda citrifolia (noni). J Pharm Pharmacol 2007;59:1587 1609. McClatchey W: From Polynesian healers to health food stores: changing perspectives of Morinda citrifolia (Rubiaceae). Integr Cancer Ther 2002;1:110–120. Wang MY, Su C: Cancer preventive effect of Morinda citrifolia (noni). Ann N Y Acad Sci 2001;952: 161–168. Wang MY, Anderson G, Nowicki D, Jensen J: Hepatic protection by noni fruit juice against CCl(4)-induced chronic liver damage in female SD rats. Plant Foods Hum Nutr 2008;63:141 145. West BJ, Su CX, Jensen CJ: Hepatotoxicity and subchronic toxicity tests of Morinda citrifolia (noni) fruit. J Toxicol Sci 2009;34:581–585. Aithal GP, Watkins PB, Andrade RJ, Larrey D, Molokhia M, Takikawa H, Hunt CM, Wilke RA, Avigan M, Kaplowitz N, Bjornsson E, Daly AK: Case definition and phenotype standardization in drug-induced liver injury. Clin Pharmacol Ther 2011;89:806–815. Sgro C, Clinard F, Ouazir K, Chanay H, Allard C, Guilleminet C, Lenoir C, Lemoine A, Hillon
P: Incidence of drug-induced hepatic injuries: a French population-based study. Hepatology 2002;36:451–455. Vuppalanchi R, Liangpunsakul S, Chalasani N: Etiology of new-onset jaundice: how often is it caused by idiosyncratic drug-induced liver injury in the United States? Am J Gastroenterol 2007;102:558–562. Carey EJ, Vargas HE, Douglas DD, Balan V, Byrne TJ, Harrison ME, Rakela J: Inpatient admissions for drug-induced liver injury: results from a single center. Dig Dis Sci 2008;53:1977–1982.