LAPORAN KASUS KISTA OVARIUM PERMAGNA
Pembimbing: dr. Cipta Pramana, SpOG (K)
Disusun Oleh : Catherine Budiman (406171023)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KRMT WONGSONEGORO 2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS KISTA OVARI PERMAGNA Diajukan untuk Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Obstetri dan Gynekologi di RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO
Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal : ........................
Disusun oleh : Catherine Budiman (406171023)
Semarang, ................................. Dosen Pembimbing
dr. Cipta Pramana, Sp.OG(K)
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI
I. IDENTITAS Nama penderita
: Ny. S
Umur
: 65 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Dusun Tlogotanjung 05/04, Tegowanu, Grobogan
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Status
: Menikah
Tanggal Masuk
: 28 Juni 2018
Ruang
: Parikesit
No. RM
: 442226
II. ANAMNESIS Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 28 Juni 2018 pukul 11.00 WIB di bangsal Parikesit RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. Keluhan Utama : teraba benjolan di perut kiri bawah Riwayat Penyakit Sekarang : Seorang pasien umur 65 tahun datang ke poli RSUD KRMT Wongsonegoro dengan keluhan ada benjolan pada perut kiri bawah sejak 3 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan semakin lama semakin membesar. Keluhan juga disertai dengan nyeri pada perut bawah. Nyeri dirasakan saat benjolan semakin membesar. Keluhan lainnya seperti demam, mual, muntah, penurunan berat badan disangkal pasien. BAK dan BAB dalam batas normal. Sebelumnya pasien sudah memeriksakan diri ke dokter dan disarankan untuk operasi, tetapi saat itu pasien belum mau dioperasi. Pasien kemudian mencoba menggunakan pengobatan alternatif tetapi benjolan tidak menghilang namun semakin membesar. Hingga akhirnya pasien datang ke poli RSUD KRMT Wongsonegoro dan akan dilakukan operasi.
Riwayat menstruasi : Menarche pertama usia 12 tahun. Siklus haid biasanya 28 hari dan lamanya haid 7 hari dan menghabiskan hingga 3-4 pembalut sehari. Riwayat nyeri berlebihan saat menstruasi (-). Riwayat haid lebih banyak dari biasannya (-).
Riwayat pernikahan : Pasien menikah 1 kali, usia saat menikah 15 tahun.
Riwayat Obstetri : P5A0 No. Thn
Tempat
Umur
Jenis
partus
hamil
persalinan persalinan
1
Bidan
Aterm
Normal
Bidan
-
2
Bidan
Aterm
Normal
Bidan
-
3
Bidan
Aterm
Normal
Bidan
-
4
Bidan
Aterm
Normal
Bidan
-
5
Bidan
Aterm
Normal
Bidan
-
partus
Riwayat Kontrasepsi : Pasien pernah menggunakan kontrasepsi pil
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat hepatitis
: disangkal
Riwayat penyakit jantung: disangkal
Riwayat TBC
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Penolong
Penyulit Jenis
Keadaan
kelamin anak
Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat keluhan serupa
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat Penyakit Jantung
: disangkal
Riwayat Penyakit Paru
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan tinggal bersama suaminya. Biaya pengobatan ditanggung BPJS Non PBI.
III.
PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
Tanda Vital
: Komposmentis
o Tekanan darah
: 160/90 mmHg
o Nadi
: 80 kali/menit
o Suhu
: 36,3C
o Pernapasan
: 20 kali/menit
Antropometri o Berat Badan
: 70 kg
o Tinggi Badan
: 158 cm
o BMI
: 28,04
Kepala : Mesocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.
Mata : Bentuk simetris, pupil ODS bulat, isokor, refleks cahaya (+/+), konjungtiva anemis (-/-)
Hidung : Bentuk normal, sekret (-/-), deviasi septum (-).
Telinga : Normoti, discharge (-/-).
Mulut : Lidah tidak ada kelainan, uvula di tengah, faring tidak hiperemis.
Thorax a. Paru
Inspeksi: bentuk normal, simetris saat statis dan dinamis,
Palpasi: stem fremitus sama kuat pada seluruh lapang paru
Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba
Perkusi : Batas atas jantung di ICS II midclavicula line sinistra Batas kanan jantung sejajar ICS IV parasternal line dextra Batas kiri jantung di ICS V midclavicula line sinistra . Batas Apek di ICS V Linea axillaris anterior
Auskultasi: bunyi jantung I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen Inspeksi : buncit, sikatrik (-), massa (-), striae (-) Auskultasi : bising usus (+) Palpasi
: supel, nyeri tekan (+) pada perut kiri bawah, tidak teraba massa
Perkusi
: timpani, shifting dullness (–), undulasi (-)
Kulit : turgor kulit baik.
Kelenjar Getah Bening
Genitalia : Dalam batas normal
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
: Tidak teraba membesar
IV.
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI VT :
V.
Fluor/Fluksus
: -/-
V.U.V
: dalam batas normal
Ostium uteri externum
: menutup
Portio
: permukaan licin, kenyal, nyeri goyang (-)
Corpus uteri
: Sebesar telur ayam
Adneksa parametrium kiri
: teraba massa, nyeri (-)
Cavum douglas
: Tidak ada kelainan
PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium HEMATOLOGI
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Hemoglobin
12,4
g/dl
11,7 – 15,0
Hematokrit
37,70
%
35-47
Jumlah leukosit
9,2
/uL
3,6-11,0
Jumlah trombosit
205
ml
150- 400
Masa Perdarahan/BT
2 min 10 sec
2-7
Masa Pembekuan/CT
8 min 10 sec
4 - 10
Gula Darah Sewaktu
87
mg/dL
70-115
Ureum
22,4
mg/dl
17,0-43,0
Creatinin
0,4
mg/dl
0,5-0,8
Albumin
3,9
g/dL
3,4 – 4,8
Natrium
139
mmol/L
135,0-147,0
Kalium
4,20
mmol/L
3,50-5,0
Calsium
1,22
mmol/L
1,12-1,32
HBsAg
Negatif
Negatif
Pemeriksaan USG (29 Juni 2018)
Pemeriksaan USG Abdomen :
HEPAR ukuran dan bentuk normal, parenkim homogen, eksogenitas normal, tepi rata, sudut tajam, tak tampak nodul, V.Porta dan V.Hepatika tak melebar. Duktus biliaris intra-ekstrahepatal tak melebar.
VESIKA FELEA tak membesar, dinding tak menebal, tak tampak batu, tak tampak sludge.
LIEN ukuran normal, parenkim homogen, V.Lienalis tak melebar, tak tampak nodul.
PANKREAS ukuran normal, parenkim homogen, duktus pankreatikus tak melebar.
GINJAL KANAN ukuran dan bentuk normal, batas kortikomeduler jelas, PCS tampak melebar, tak tampak batu, tak tampak massa.
GINJAL KIRI ukuran dan bentuk normal, batas kortikomeduler jelas, PCS tampak melebar ringan, tak tampak batu, tak tampak massa.
AORTA tak tampak melebar. Tak tampak pembesaran limfanodi paraaorta.
VESIKA URINARIA dinding tak menebal, permukaan regular, tak tampak batu/massa.
UTERUS ukuran normal, parenkim homogen, tak tampak massa, endometrial line baik.
Tak tampak efusi pleura. Tak tampak cairan bebas intraabdomen.
Pada kavum pelvis yang meluas ke kavum abdomen, tampak massa hipoekoik lonulated batas tegas tepi regular disertai internal echo, ukuran tak terjangkau probe. Pada pemeriksaan CDS, tampak sedikit vaskularisasi.
KESAN :
Moderate hydronephrosis kanan dan mild hydronephrisis kiri
Massa kistik lobulated batas tegas tapi regular disertai internal echo pada kavum pelvis yang meluas ke kavum abdomen, ukuran tak terjangkau probe DD : haemorrhagic ovarian cyst, cystic ovarian neoplasm
VI.
RESUME Telah diperiksa seorang pasien umur umur 65 tahun datang ke poli RSUD KRMT Wongsonegoro dengan keluhan ada benjolan pada perut kiri bawah sejak 3 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan semakin lama semakin membesar. Keluhan juga disertai dengan nyeri pada perut bawah. Nyeri dirasakan saat benjolan semakin membesar. Keluhan lainnya seperti demam, mual, muntah, penurunan berat badan disangkal pasien. BAK dan BAB dalam batas normal. Sebelumnya pasien sudah memeriksakan diri ke dokter dan disarankan untuk operasi, tetapi saat itu pasien belum mau dioperasi. Pasien kemudian mencoba menggunakan pengobatan alternatif tetapi benjolan tidak menghilang namun semakin membesar. Hingga akhirnya pasien datang ke poli RSUD KRMT Wongsonegoro dan akan dilakukan operasi. Pemeriksaan fisik abdomen terdapat nyeri tekan pada perut kiri bawah. Pemeriksaan ginekologi, teraba massa pada adneksa parametrium kiri. Pemeriksaan laboratorium normal.
Pada pemeriksaan USG ditemukan massa kistik lobulated batas tegas tepi regular disertai internal echo pada kavum pelvis yang meluas ke kavum abdomen, ukuran tak terjangkau probe.
VII.
DIAGNOSIS
Diagnosa Kerja Kista Ovarium Permagna
VIII.
TATALAKSANA
Pro laparotomi salfingo-ooforektomi
Non operatif : - Inf. Ringer latktat 20 tpm - Inj. Cefotaxime 2x1 gram - Inj ketorolac 3x1 ampul
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui. Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan. Pada wanita organ yang paling sering terjadi adalah kista ovarium.1
Sifat Kista a. Kista Fisiologis2 Hormon fungsi ovarium Setiap hari ovarium normal produksi kista kecil (folikel the graff) melepas oosit mature folikel akan rupture membentuk korpus luteum pematangan uk 1,5-2cm dengan kista kecil di tengah. Jika oosit tidak dibuahi, korpus luteum akan menalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. b. Kista Patologis2 Kegagalan pembentukan hormone gangguan fungsi ovarium kegagalan proses ovulasi (LH surge tidak terjadi) pembentukan folikel tidak sempurna tertimbun di ovarium > folikel gagal mengalami pematangan dan gagal melepas sel telur gagal ovulasi dan gagal menyerap cairan kembali kista ovarium.
Klasifikasi Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan non neoplastik. Tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan ganas, dan tumor jinak dibagi dalam tumor kistik dan solid 1.
Tumor Non Neoplastik a.
Tumor akibat radang
b.
Tumor lain i. Kista folikel ii. Kista korpus lutein iii. Kista teka-lutein iv. Kista inklusi germinal
v. Kista endometrium 2.
Tumor Neoplastik Jinak a.
Kistik i. Kistoma ovarii simpleks ii. Kistadenoma ovarii musinosum iii. Kistadenoma ovarii serosum iv. Kista endometroid v. Kista dermoid
b.
Solid i. Fibroma ii. Tumor Brenner iii. Tumor sisi aderenal (makulinovo-blastoma).1
1.
Kista Ovarium Non-Neoplastik a. Tumor Akibat Radang Tumor ini biasanya disebabkan oleh proses infeksi yang terjadi pada adneksa. Tumor ini cukup jarang. Proses pembentukan tumor ini didahului oleh masuknya bakteri kedalam uterus yang berlanjut ke bagian salfing dan menuju ke adneksa. Kemudian terjadilah infeksi dan terjadi proses imunologis sehingga terbentuk abses.1
b. Kista Folikel Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel atau dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau beberapa dan besarnya biasanya berdiameter 1-1 ½ cm. Umumnya jika diameter tumor tidak lebih dari 5 cm, dapat di tunggu dahulu karena kista folikel dalam 2 bulan akan hilang sendiri.1,3
Gambar 1. Kista Folikel
c. Kista Korpus Lutein Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum akan mempertahankan diri (korpus luteum persisten), perdarahan yang terjadi di dalamnya akan menyebabkan kista, berisi cairan berwarna merah coklat karena darah tua. Pada potongsn ovarium kista korpus luteum memberi gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Penanganan kista luteum ini menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal ini dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa mengorbankan ovarium.1,3
Gambar 2. Kista Korpus Luteal
d. Kista Teka Lutein Kista biasanya bilateral dan sebesar tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormone koriogonadrotropin yang berlebihan.1,3
Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur yang fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi. Kista teka-lutein biasanya berisi cairan bening, berwarna seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari growth indung telur, serta terapi hormon.
Gambar 3. Kista Teka Lutein
e. Kista Inklusi Germinal Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian terkecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. Biasanya terjadi pada wanita usia lanjut dan besarnya jarang melebihi 1 cm. Kista terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serous.1,3
Gambar 4. Kista Inklusi Germinal
f. Kista Endometrium Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam rahim tetapi melekat pada dinding luar ovarium. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan tersebut menghasilkan darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexual intercourse.1,3
Gambar 5. Kista Endometroid
g. Kista Stein Leventh Kista stein-leventhal atau ovarian polikistik ditandai dengan pertumbuhan polikistik ovarium kedua ovarium, amonera sekunder atau oligomenora dan infertilitas. Gangguan ini terjadi pada perempuan berusia 15-30 tahun. Walaupun mengalami pembesaran ovarium juga mengalami proses sklerotika yang menyebabkan permukaannya berwarna putih tanpa identasi seperti mutiara sehingga disebut sebagai ovarium kerang.
Diagnosisnya dibuat berdasarkan anamnesis yang mengarah pada beberapa gejala diatas dan pemeriksaan fisik terarah. Riwayat menerke dan haid yang normal kemudian berubah menjadi episode amenoea yang semakin lama, pembesarah ovarium yang dapat dipalpasi. Untuk terapi diberikan klomifen sitrat 50-100mg/hari selama 5-7 hari per siklus.1
2. Neoplasia Jinak Kistik: a. Kistoma Ovari Simpleks Kista ini mempunyai permukaan yang rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.1,3
b. Kistadenoma Ovarii Serosum Kista ini sering ditemukan bilateral (10-20%) daripada kistadenoma musinosum. Tumor serosa dapat membesar sehingga memenuhi ruang abdomen, tetapi lebih kecil dibanding dengan ukuran kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, tetapi dapat juga lobulated karena kista serosum pun dapat berbentuk multikolur, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabuan. Ciri khas dari kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat karena bercampur darah. Tidak jarang, kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma). Tidak ada gejala klasik yang menyertai tumor serosa proliferatif. Kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan rutin dari pelvis. Kadang-kadang pasien mengeluh rasa ketidaknyamanan daerah pelvis dan pada pemeriksaan ditemukan massa abdomen atau pun ascites. Kelainan ekstra abdomen jarang ditemukan pada keganasan ovarium kecuali pada stadium terminal. 1,2,4
Apabila ditemukan pertumbuhan papiler, proliterasi dan stratifikasi epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara makroskopik digolongkan ke dalam kelompok tumor ganas. 30-35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan. Bila terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan ascites, prognosis penyakit adalah kurang baik. Terapi pada umumnya adalah pengangkatan tumor. Tetapi oleh karena berhubung dengan besarnya kemungkinan keganasan perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.1,3
Gambar 6. Kista Ovarium Serosum
c. Kistadenoma Ovarii Musinosum Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Tumor ini mungkin muncul sebagai tumor unilateral kista teratoma atau sebagai metaplasia mucinosum dari mesothelium. Tumor mucinous yang berasal dari teratoid ditemukan pada penderiya yang muda. Paling sering pada wanita berusia antara 20-50 tahun dan jarang sekali pada masa prapubertas. Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor ini merupakan kira-kira 60% dari seluruh
ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum nerupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium. Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan berbagala (lobulated) dan umumnya multitokular dan odematosa; lokular yang mengandung mukosa ini kelihatan biru dari peregangan kapsulnya. Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar dan pada tumor ini tidak dapat ditemukan jaringan yang normal lagi. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral (8-10%). Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabuan terutama apabila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada permukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah. Pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epital torak tinggi dan selsel goblet yang terisi lendir. Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan bersifat odernatus dan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar, kelenjarkelenjar menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi suatu sobekan pada dinding kista (spontan ataupun pada saat operasi), maka selsel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudorniksoma peritonei timbul penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlengketan. Akhirnya penderita meninggal karena ileus. Pada kista kadang-kadang ditemukan daerah padat dan pertumbuhan papiler.1,3
d. Kista Endometrioid Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat 1 lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.1
e. Kista Dermoid Adalah suatu tumor jinak ovarium (sel germinativum) dimana struktur-strukturnya terdiri atas epitel kulit, gigi dan produk glandula sebasea warna putih kuning menyerupai lemak. Factor resikonya adalah wanita kurang dari 20 tahun.
Tumor ini terdiri dari ectoderm (kelenjar keringat, kelenjar apokrin, kelenjar sebasea, rambut), mesoderm (gigi, kartilago, struktur trakea), endoderm (membrane mukosa, saluran cerna, jaringan penyusun tumir, terdiri dari sel-sel mature (teratoma matur), berdinding putih dan tebal. Tumor ini memiliki gejala nyeri perut, gangguan miksi, nyeri punggung. Komplikasi dari kista dermoid adalah torsi kista, pendarahan dan keganasan.2
Gambar 7. Kista Dermoid
Kistoma Ovarium Permagna Penegakan diagnosis kistoma ovarium dapat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,hingga pemeriksaan penunjang yang cermat. Anamnesis dapat meliputi usia dan status menopause pasien hingga gejala-gejala yang timbul yang dirasakan secara subyektif oleh pasien. Berikutnya, melalui pemeriksaan penunjang, dapat berupa pemeriksaan USG guna menentukanlokasi bilateral/unilateral, ukuran dari massa,hingga tingkat serologik marker. Ukuran pada kistoma ovarium memegang peranan penting dalam penegakan diagnosis secara klinis. Bila diameter kista kurang dari delapan sentimeter, dapat disebut sebagai kista fungsional. Namun, apabila berukuran lebih dari delapan sentimeter, dapat disebut sebagai kista neoplastik yang berpotensi terjadinya keganasan. Kistoma ovarii permagna merupakan salah satu jenis tumor ovarium neoplastik. Sehingga, secara klinis didapatkan diameter kista lebih dari 8cm. Ukuran diameter kista yang besar tentu saja akan dapat memberikan gangguan bagi organ disekitarnya. Seringkali ditemukan adanya gangguan dari pola buang air besar dan juga miksi. USG berfungsi untuk mengetahui massa yang terdapat dalam abdomen, darimana asalmassa tersebut apakah dari uterus atau dari indung telur. Pada kistoma ovarium
permagna temuan klinis berupa diameter kista yang lebih dari 8 cm akan didukung oleh temuan USG yang menunjukkan hasil terdapat massa kistik dengan besar yang tak terjangkau transducer pada parametrium yang meluas hingga epigastric Penatalaksanaan dari kista ovarii permagna adalah dengan operasi pengangkatan kista untuk menghilangkan penekanan yang ditimbulkan kista terhadap organ disekitarnya serta menghindari komplikasi kista yang mungkin terjadi. Sebelum operasi pengangkatan kista dilakukan perlu diperhatikan kondisi umum pasien, apabila pasien keadaan umumnya kurang baik maka perlu diperbaiki keadaan umumnya terlebih dahulu sebelum dilakukan pengangkatankista. Tindakan operasi yang dapat dilakukan adalah Total Abdominal Histerektomi dan salfingoooforektomi bilateral.
Etiologi Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.1 Faktor resiko terjadinya kista ovarium.5 a. Riwayat kista ovarium sebelumnya b. Siklus menstruasi yang tidak teratur c. Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas d. Menstruasi dini e. Tingkat kesuburan f. Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang g. Terapi tamosifen pada kanker mammae.
Tanda dan gejala Banyak tumor ovarium tidak menunjukan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah: 1. Akibat dari pertumbuhan Menyebabkan benjolan di perut bagian bawag, kista yang menekan kandung kencing menyebabkan gangguan kencing, sedangkan tumor bila menekan rectum dapat terjadi obstipasi, pada tumor yang besar dapat menyebabkan tidak nafsu makan, rasa sesak dll.
2. Aktifitas endokrin Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali tumor itu sendiri mengeluarkan hormone. Tumor sel granulosa dapat menimbukan hipermenorea dan archenoblastoma dapat menyebabkan amenorea. 3. Akibat komplikasi tumor a. Nyeri perut mendadak akibat pendarahan ke dalam kista yang menimbulkan pembesaran kista yang mendadak dan akibat dari putaran tangkai dari tumor (torsio kista). b. Infeksi pada tumor. c. Robek dinding kista: terjadi iritasi peritoneum akibat cairan yang keluar dari kista. d. Perubahan ke arah keganasan terjadi pada kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum dan kista dermoid.2
Diagnosis Tumor Ovarium Ditemukan adanya benjolan di rongga perut bagian bawah atau di rongga panggul dan dinilai besarnya tumor konsistensinya lokasinya permukaan dan dapat digerakkan atau tidak. Pada pemeriksaan bimanual uterus terpisah dari tumor ovaium. Untuk pemeriksaan tambahan dapat dilakukan laparaskopik, USG, Xfoto.2
Penanganan Tumor Ovarium Jika tumor bersifat neoplastic memerlukan operasi dan bila bersifat non neoplastic tidak perlu dioperasi. Bila tumor tidak memberi gejala pada penderita dan besarnya tidak melebihi jeruk nipis atau diameter kurang dari 5 cm kemungkinan adalah kista folikel atau kista korpus luteum yang bersifat non neoplastic. Tindakan operasi sendiri dapat berupa kistektomi atau salpingeoooforektomi bila tumor overium besar. Apabila tumor mengarah ke ganas maka dapat dilakukan histerektomi dan sapingoooforektomi.2
Prognosis Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Apabila sudah dilakukan operasi, angka kejadian kista berulang cukup kecil yaitu 13%.
Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.1 Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk.1,4
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 3., editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2011. 2.
Pramana C. Serie Praktis Ilmu Kandungan (Ginekologi). Semarang: CP Production. 2014.
3.
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. 2000.
4.
Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology Section. Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills..2008
5.
Medscape
Reference,
Ovarium
Anatomy,
Available
http://emedicine.medscape.com/article/1949171-overview#aw2aab6b3
at