BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Patologi Pada Ny. E dengan Ketuban Pecah Dini di RSUD Salatiga Pengkajian Tanggal
: 11 Desember 2017
Pukul
: 16.15 WIB
Ruang
: Ruang Bersalin RSUD Salatiga
1.
Subjektif a.
Biodata Nama ibu
:
Ny. E
Nama suami :
Tn. A
Umur
:
30 tahun
Umur
:
30 tahun
Agama
:
Islam
Agama
:
Islam
Pendidikan
:
SMP
Pendidikan
:
SMP
Pekerjaan
:
Swasta
Pekerjaan
:
Swasta
Alamat
:
Jl.Imam Bonjol Gang Buntu Salatiga
No. Register : b.
127. 1561
Alasan datang Ibu datang untuk melahirkan
c.
Keluhan utama Ibu mengatakan belum merasakan kenceng, merasakan pegelpegel pada punggung sampai ke perut bagian bawah, pukul 14.00 WIB keluar cairan yang keluar dari jalan lahir dan baunya khas, ibu
2
mengatakan datang ke RSUD Salatiga pada pukul 16.15 WIB dan di bawa ke ruang bersalin pada pukul 17.15 WIB. d.
Riwayat kesehatan yang lalu : 1)
Ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti : sesak nafas (asma), gula (Diabetes Melitus), tekanan darah tinggi (Hipertensi)
2)
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti : batuk berdarah (TBC) , penyakit kuning (Hepatitis), kencing nanah (PMS)
3)
Ibu tidak pernah menderita penyakit kronis penyakit jantung, ginjal, paru-paru
e.
4)
Ibu tidak pernah menjalani operasi apapun
5)
Ibu tidak ada alergi makanan dan obat-obatan tertentu
Riwayat kesehatan sekarang: 1)
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit kronis seperti Jantung, Ginjal dan Paru-paru.
2)
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti batuk berdarah (TBC), kencing nanah (PMS), & penyakit kuning (Hepatitis).
3)
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menurun seperti sesak nafas (Asma), gula (Diabetes Melitus), dan tekanan darah tinggi (Hipertensi).
4)
Ibu mengatakan tidak sedang alergi terhadap makanan dan obat-obatan tertentu.
3
f.
Riwayat kesehatan keluarga : 1)
Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang pernah hamil kembar ataupun memiliki anak cacat.
2)
Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang memiliki keturunan dengan kelainan kongenital seperti bibir sumbing dan atresia ani.
3)
Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti Hipertensi, diabetes melitus dan asma.
4)
Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti penyakit kuning (hepatitis), kencing nanah (PMS), dan batuk berdarah (TBC).
g.
Riwayat pernikahan: Menikah 1 kali, umur 25 tahun, lama pernikahan 5 tahun, status pernikahan sah menurut UUD
h.
Riwayat obstetri 1)
Riwayat haid a)
Menarche
:
± 13 tahun
b)
Lama
:
± 6-7 hari
c)
Siklus
:
± 28 hari/ teratur
d)
Jumlah
:
2-3x ganti pembalut
e)
Dismenorhea
:
Ya, nyeri punggung sampai perut bagian bawah
f)
Flour albus
:
Ya, menjelang menstruasi dan sesudah menstruasi
4
g) 2)
HPHT
:
24 – 03 – 2017
Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Ibu mengatakan bahwa ini merupakan kehamilan yang pertama, belum pernah melahirkan, dan belum pernah keguguran
3)
Riwayat kehamilan sekarang a)
GPA
:
G2P0A1
b)
Umur kehamilan
:
ibu mengatakan usia kehamilannya 9 bulan / 39 minggu 4 hari
c)
HPL
:
13 – 12 – 2015
d)
ANC
:
7 x di bidan
TM I
:
2x pada usia kehamilan 4minggu, 8 minggu
TM II
:
2x pada usia kehamilan 12 dan 25 minggu
TM III
:
3x pada usia kehamilan 30, 35, dan 39 minggu
e)
Tempat ANC
:
di Bidan D
f)
Imunisasi TT
:
ibu mengatakan 2x imunisasi
Tabel 4.1. Pemberian Imunisasi TT Pemberian
Waktu
Tempat
TT1
Bulan februari 2015 pada saat mendaftar capeng
TT 2
Dilakukan pada saat kehamilan 2 bulan
Di Puskesmas sayung I Di BPM D
usia
Interval Awal
4 minggu setelah TT1
5
g)
Keluhan hamil muda : mual dan muntah
h)
Keluhan hamil tua : tidak ada
i)
Mulai merasakan gerakan janin : 4-5 bulan
j)
Jumlah gerakan janin dalam 2-3 jam : 2-3 kali
k)
BB sebelum hamil : 40 kg
l)
Terapi/obat/jamu yang di konsumsi : ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat selain bidan (vitamin dan tablet tambah darah)
m) Pengambilan keputusan : suami
4) Jenis Kontrasepsi
n)
Kekhawatiran khusus : tidak ada
o)
Pesan khusus (jika ada) : tidak ada
Riwayat KB Waktu Pemakaian 1)
Belum menggunakan KB apapun
i.
Lama Pemakaian
Keluhan
2)
3)
Alasan Drop Out -
Rencana Yang Akan Datang Ibu belum tahu KB yang akan digunakan nantinya
Pola Kehidupan Sehari – hari 1)
Pola Nutrisi
Makan
:
Selama hamil
Menjelang Persalinan
3x/ hari
Terakhir makan pukul 13.00 wib
Porsi
:
Jenis
:
1 piring
1 piring
Nasi, lauk pauk,
Nasi, lauk pauk, sayur
sayur dan buah
dan buah
Ket -
6
Macam
:
Nasi. Tempe tahu,
Nasi, ayam, tempe,
sayur bayam, dan
sayur bayam dan buah
buah Keluhan
:
Tidak ada
Tidak ada
Minum
:
8 gelas/hari
Terakhir minum pukul 14.30
2)
Jenis
:
Air putih dan teh
Teh manis
Keluhan
:
Tidak ada
Tidak ada
Pola Eliminasi Menjelang Selama hamil Persalinan BAB
:
2x/sehari
Terakhir BAB tanggal 9 Desember pukul 20.00 wib
Konsistensi
:
Lembek
Lembek
Warna
:
Kuning
Kuning
Bau
:
Khas feses
Khas Feses
Keluhan
:
Tidak ada
Tidak Ada
BAK
:
4-5x/hari
Terakhir pada pukul 11.00 wib
Warna
:
Kuning jernih
Kuning jernih
Jumlah
:
±500 cc
±200cc
Bau
:
Khas urine
Khas urine
Keluhan
:
Tidak ada
Tidak ada
7
3)
Pola personal Hygiene Selama hamil
Menjelang Persalinan
Mandi
2x sehari
Terakhir mandi pukul 07.30 wib
Keramas
:
2 hari sekali
Belum keramas
Gosok gigi
:
2x sehari
Terakhir sikat gigi pukul 07.30 wib
Ganti pakaian :
2x sehari
Terakhir ganti pakaian pukul 10.00 wib
Ganti celana
:
3x sehari
Dalam
Terakhir ganti celana dalam pukul 10.00
Ganti pembalut :
2-3 x sehari
Tidak menggunakan pembalut
Cara cebok
4)
:
Dari depan ke
Dari depan ke
belakang
belakang
Pola istirahat Selama hamil
Menjelang Persalinan
Tidur malam
: 8 jam/ hari
4 jam
Tidur siang
: 2 jam/hari
Tidak tidur siang
Gangguan
: Tidak ada
Tidak ada
8
5)
Pola aktivitas
:
Selama kehamilan : Ibu mengatakan selama hamil ibu melakukan aktivitas rumah tangga seperti biasanya. Menjelang persalinan : Ibu mengatakan menjelang persalinan ibu hanya bisa tidur di atas kasur miring kanan dan kiri dan tidak duduk karena takut air ketubannya keluar. 6)
Pola hubungan seksual Selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil ia melakukan hubungan seksual 1x dalam 1 minggu sampai usia kehamilan 6 bulan Menjelang persalinan : Ibu mengatakan menjelang persalinan tidak pernah melakukan hubungan seksual Keluhan :
Ibu mengatakan tidak ada keluhan selama
berhubungan seksual j.
Data Psikologis : Ibu mengatakan cemas dengan proses persalinan ini karena air kawahnya sudah merembes.
k.
Data sosial budaya : Ibu mengatakan di lingkungan sosial ibu berbaur dengan baik di masyarakat, dan ibu mengatakan bahwa menjelang persalinan tidak ada pantangan yang dapat mengganggu proses persalinan.
l.
Data ekonomi
: ibu mengatakan gaji dari pekerjaan ia dan suami
sudah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya proses persalinan, dalam proses ini ibu menggunakan asuransi dari pemerintah yaitu BPJS.
9
m. Data pengetahuan : ibu mengatakan belum mengetahui tentang tanda-tanda KPD, cara menangani KPD, cara meneran yang benar, posisi dalam melahirkan dan IMD (Inisiasi Menyusu Dini). 2.
Objektif a.
b.
Pemeriksaan umum 1)
Keadaan umum
:
baik
2)
Kesadaran
:
composmentis
3)
Tanda – tanda vital Tekanan Darah
:
110/80 mmHg
Nadi
:
88x/menit
Pernafasan
:
24x/menit
Suhu
:
36,70C
4)
Tinggi badan
:
147 cm
5)
Berat badan
:
54 kg
6)
LiLA
:
24 cm
Status present 1)
Kepala
:
Mesochepal, kulit kepala bersih, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka.
2)
Rambut
:
warna rambut hitam, rambut lurus, bersih, tidak rontok dan tidak ada ketombe.
3)
Muka
:
bentuk oval, tidak pucat, tidak ikterik, tidak ada luka, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada pembengkakan (odem).
10
4)
Mata
:
simetris,
conjungtiva
merah muda (tidak
anemis), sklera berwarna putih (tidak ikterik), reflek pupil +/+. 5)
Hidung
:
bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada sekret, tidak ada polip
6)
Mulut
:
bersih, bibir kering, tidak pecah-pecah, tidak ada sariawan, lidah bersih, warna merah, gusi tidak ada pembengkakan, tidak ada caries gigi, tidak ada pembengkakan pada tonsil
7)
Telinga
:
bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen
8)
Leher
:
tidak ada nyeri tekan pada leher, tidak ada bekas operasi, tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid, parotis, vena jugularis dan kelenjar limfe
9)
Dada
:
tidak ada bekas operasi, tidak ada retraksi dinding dada, payudara membesar, puting menonjol, areola menghitam, tidak ada nyeri tekan pada payudara kanan maupun kiri, kolostrum sudah keluar
10) Perut a)
Inspeksi :
perut membesar, umbilikal menonjol, terdapat striae gravidarum, terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas operasi
11
b)
Palpasi
:
Leopold I
tidak ada nyeri tekan dan tidak kembung :
TFU: 3 jari dibawah PX (30 cm), teraba 1 bagian bulat, lunak, tidak melenting yaitu bokong janin Leopold II
:
Kanan : Teraba bagian kecil-kecil dan bergerak yaitu ekstremitas janin Kiri
:
Teraba keras, ada tahanan keras, memanjang yaitu punggung janin. Leopold III : Teraba 1 bagian bulat, keras, melenting, tidak dapat di goyangkan yaitu kepala janin sudah masuk PAP. Leopold IV : Divergen (sudah masuk PAP) Penurunan bagian bawah ianin c)
DJJ :
: 3/5 bagian.
frekuensi : 11-12-12, reguler, irama teratur, jumlah 140x/menit, puntum maximum dibawah pusat kiri ibu
d)
Kontraksi uterus : 2x/10’/25”
e)
TBJ
:
(30-11)x 155
:
2945 gram
11) Punggung
: tidak ada kelainan pada tulang punggung
12) Genitalia
: bersih, tidak ada penyakit menular seksual seperti gonorhea dan kondiloma, keluar air ketuban berwarna jernih, keluar lendir darah
12
Pemeriksaan Dalam a)
b)
Keadaan jalan lahir : Vulva
:
bersih tidak ada odem, tidak ada varices
OUE
:
tidak membuka
Vagina :
tidak ada odem, tidak ada peradangan/infeksi
PPV
air ketuban
:
Keadaan porsio (1)
Effacement
: 30%
(2)
Pembukaan
: 3 cm
c)
Kulit ketuban : kulit ketuban pecah (-)
d)
Presentasi
e)
POD dan posisi POD : UUK dan posisi UUK belum bisa
: kepala
ditentukan f)
Penurunan BBJ : penurunan H II
g)
Tanda-tanda moulage : tidak ada tanda-tanda moulage (-).
h)
Bagian menumbung : tidak ada
13) Anus
: tidak ada hemoroid
14) Ekstremitas Kanan :
:
tidak ada oedem, turgor baik, warna kulit tidak ikterik, reflek patella (+)
Kiri
:
tidak ada odem, turgor baik, warna kulit tidak ikterik, tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm, reflek patella (+)
13
c.
Pemeriksaan penunjang Kertas lakmus : warna merah berubah menjadi biru 1)
Pemeriksaan laboratorium Tanggal pemeriksaan : 10/12/2015 jam 11.00 wib Pemeriksaan HEMATOLOGI Darah Rutin 1 Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit Golongan darah/Rh APTT Control Waktu protombin Control KIMIA Gula Darah Sewaktu URINE Urine lengkap Warna Kejernihan Protein
Satuan
Nilai Rujukan
12.1 36.9 9.8 227 O/positif 26.3 26.6 8.1 11.2
g/dl % Ribu/uL Ribu/uL
11.7 – 15.5 33-45 3.6-11.0 150-440
Detik
25-35 21.3-26.4 9.9-11.6 9.0-12.2
L
Detik
104
Mg/dl
75-110
Kuning Jernih Neg
Mg/dl
Reduksi
Neg
Mg/dl
Bilirubin
Neg
Mg/dL
<30mg/dl (negatif) <15 mg/dl (negatif) <1 mg/dL (negatif)
IMUNOSEROLOGI HBsAg Kualitatif
3.
Hasil
Non reaktif
Non reaktif
Assesment a.
Diagnosa kebidanan G1P0A0 umur 20 tahun hamil 39 minggu 4 hari janin tunggal, hidup intra uteri, letak membujur, PUKI, presentasi kepala, sudah masuk panggul, inpartu kala I fase laten dengan KPD
b.
Masalah Cemas menghadapi persalinan dan KPD
14
Data Dasar : Subjektif 1)
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan pertamanya tidak pernah keguguran
2)
Ibu mengatakan mengeluarkan air dari jalan lahir jam 8 pagi merembes
3)
Ibu mengatakan merasakan mulas sampai pinggang
4)
Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 6 Maret 2015
5)
Ibu mengatakan hari perkiraan lahir tanggal 13 Desember 2015
6)
Ibu mengatakan cemas dengan proses persalinan yang akan di hadapinya
Objektif 1)
Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
: Baik
b) Kesadaran
: Composmentis
c) Tanda – tanda vital Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 88x/menit
Pernafasan
: 24x/menit
Suhu
: 36,70C
d)
Tinggi badan
:
147 cm
e)
Berat badan
:
54 kg
f)
LiLA
:
24 cm
15
2)
Status Obstetri a)
Perut (1) Palpasi
: tidak ada nyeri tekan dan tidak kembung
Leopold I : TFU: 3 jari dibawah PX (30 cm), teraba 1 bagian bulat, lunak, tidak melenting yaitu bokong janin Leopold II : Kanan
:
Teraba
bagian
kecil-kecil
dan
bergerak
yaitu
ekstremitas janin Kiri : Teraba keras, ada tahanan keras, memanjang yaitu punggung janin. Leopold III : Teraba 1 bagian bulat, keras, melenting, tidak dapat di goyangkan yaitu kepala janin sudah masuk PAP. Leopold IV : (2) Divergen (sudah masuk PAP)Auskultasi
:
frekuensi 11-12-12, reguler, irama teratur, jumlah 140x/menit, puntum maximum dibawah pusat kiri ibu (3) Kontraksi uterus : 2x/10’/25” b)
Genitalia
:
bersih, tidak ada penyakit menular seksual seperti gonorhea dan kondiloma, keluar air ketuban berwarna jernih, keluar lendir darah
16
Pemeriksaan Dalam (1) Keadaan jalan lahir : Vulva
:
bersih tidak ada odem, tidak ada varices
OUE
:
tidak membuka
Vagina :
tidak
ada
odem,
tidak
ada
peradangan/infeksi PPV
:
air ketuban
(2) Keadaan porsio (a) Effacement
:
30%
(b) Pembukaan
:
3 cm
(3) Kulit ketuban
:
(-)
(4) Presentasi
:
kepala
(5) POD dan posisi POD : UUK dan posisi UUK belum bisa ditentukan
c.
(6) Penurunan BBJ
: penurunan H II
(7) Tanda – tanda moulage
: tidak ada
(8) Bagian terkemuka
: tidak ada
Diagnosa potensial Tidak ada
d.
Tindakan segera Tidak ada
4.
Planning Tanggal 10 Desember 2015
Jam 15.45 wib
1.
Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu
2.
Motivasi ibu menghadapi cemas dalam menghadapi proses persalinan dan KPD
3.
Berikan KIE tentang KPD pada ibu
17
4.
Lakukan konsultasi dengan dr. SpOG
5.
Berikan advis dokter
6.
Siapkan fisik ibu
7.
Siapkan mental ibu
8.
Siapkan alat, obat, perlengkapan ibu dan bayi.
9.
Pantau kala I dengan pengawasan 10 a.
KU
f.
His
b.
Nadi
g.
DJJ
c.
TD
h.
Bandle Ring
d.
RR d.
i.
PPV
e.
Suhu
j.
Tanda kala II
10. Pantau kemajuan persalinan setiap 4 jam sekali atau bila ada indikasi
Catatan implementasi Tanggal 10 Desember 2015 WAKTU 15.46 wib
1.
15.48 wib
2.
15.51 wib
3.
IMPLEMENTASI WAKTU Menginformasikan hasil pemeriksaaan pada ibu tentang 15.47 wib hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik dan sudah pembukaan 3 cm Memotivasi ibu dalam menghadapi cemas persalinan dan 15.50 wib KPD bahwa dalam cemas dalam menghadapi persalinan adalah hal yang normal terjadi, dan ketuban pecah dini yang terjadi dilakukan observasi. Memberikan KIE kepada ibu tentang KPD, meliputi : 15.55 wib a. Pengertian KPD Adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau dimulainya tanda inpartu b. Tanda dan gejala KPD 1) Ketuban pecah secara tiba-tiba 2) Keluar cairan ketuban dengan bau yang khas 3) Bisa tanpa disertai kontraksi/his 4) Terasa basah pada pakaian dalam/underwear yang konstan c. Komplikasi pada KPD 1) Partus Prematur 2) Berkembangnya infeksi yang serius pada plasenta yang menyebabkan korioamnionitis 3) Abrupsio plasenta 4) Kompresi talipusat 5) Infeksi pospartum
1.
EVALUASI Ibu sudah mengetahui tentang kondisinya dan senang dengan hasil pemeriksaan yang diberikan
2.
Ibu sudah tidak persalinannya
cemas menghadapi
proses
3.
Ibu sudah jelas dengan pendidikan kesehatan yang diberikan dengan mampu menjawab: Pengertian KPD, tanda dan gejala 3 point dari 4 point yang diberikan, komplikasi 3 poin dari 5 poin yang diberikan, dan penatalaksanaan KPD
18
d.
15.56 wib
4.
15.59 wib
5.
16.06 wib
6.
Penatalaksanaan KPD Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu 1) Jika terdapat his dan lendir darah, kemungkinan terjadi persalinan premature 2) Nilai serviks Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infus oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesarea Melakukan konsultasi dengan dr. SpOG dengan telpon 15.58 wib
Memberikan advis dokter 16.05 wib Memberikan induksi RL dengan oksitosin, RL 500 ml + 5 IU oksitosin dimulai 12 tpm dinaikkan setiap 15 menit dan berakhir sampai 40 tpm, Observasi DJJ dan HIS Menyiapkan fisik ibu dengan cara : 16.10 Wib a. Menganjurkan ibu jika ingin BAK atau BAB b. Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri untuk memperlancar jalannya oksigen ke janin. c. Menganjurkan ibu untuk makan/minum saat tidak ada kontraksi. d. Menganjurkan ibu untuk nafas panjang jika ada kontraksi dengan cara tarik nafas melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut
4.
5.
Advis dokter : Induksi RL dengan oksitosin, RL 500 ml + 5 IU oksitosin dimulai 12 tpm dinaikkan setiap 15 menit dan berakhirhingga 40 tpm dan observasi DJJ dan HIS Induksi oksitosin dimulai jam 16.00 wib dari 12 tpm dengan mengobservasi HIS dan DJJ sebelum di naikkan tetesan
6. a. Ibu mengatakan sudah BAK pukul 15.00 wib dengan menggunakan pispot b. Ibu mengatakan belum BAB c. Ibu dalam posisi tidur miring kekiri d. Ibu sudah minum air putih dan teh pukul 15.30 wib e. Ibu mengerti dan menarik nafas panjang melalui
19
16.11 WIB
7.
16.18 wib
8.
16.30
9.
Menyiapkan mental ibu dengan cara: 16.17 wib a. Memberi motivasi pada ibu agar tidak cemas menghadapi persalinan b. Menganjurkan ibu untuk banyak berdoa selama proses persalinan c. Menganjurkan suami untuk selalu mendampingi ibu selama proses persalinan Menyiapkan alat, obat, perlengkapan ibu dan bayi, yaitu: 16.19 wib a. Alat (partus set) Gunting tali pusat, tali pengikat, 2 klem koker, 1 gunting episiotomi, 1 spuit, 5 kassa steril, De Lee suction, hecting set, duk, tensimeter, termometer, jam, kom air DTT, korentang, tempat sampah kering dan basah, tempat linen, bak larutan klorin, bak air DTT, tempat plasenta. b. Obat-obatan terdiri dari : oxytosin 2 ampul, lidocain, salep mata, vitamin K. c. Perlengkapan ibu terdiri dari : celana dalam, pembalut, baju dan jarik. d. Persiapan bayi terdiri dari : bedong, popok, gurita, baju bayi, topi, sarung tangan dan kaki. Memantau kala I meliputi : 17.0 ib a. KU setiap 4 jam b. Nadi setiap 30 menit c. RR setiap 30 menit d. Suhu setiap 4 jam e. His setiap 30 menit
7.
hidung dan dikeluarkan melalui mulut jika ada kontraksi Ibu tampak tenang dan siap untuk bersalin Ibu berkata bahwa suami dan keluarganya selalu mendampingi selama proses persalinan nanti
8.
Alat, obat-obatan, perlengkapan ibu dan bayi sudah dipersiapkan di ruang bersalin
9.
KU N RR His DJJ
: baik : 88x/menit : 24x/menit : 3x/10’/30” : 11,12,12, irama teratur
20
f. g. h. i. j. 17.55 wib
DJJ setiap 30 menit Bandle Ring setiap 4 jam PPV setiap 4 jam Tanda Kala II Tekanan Darah setiap 4 jam
10. Melakukan pemeriksaan dalam dengan indikasi menilai 18.15 Ib kemajuan persalinan
Bandle ring :PPV : ketuban jernih dan lendir darah Tanda kala II : dorongan meneran, keluar lendir darah TD : 110/80 mmHg S : 36,70C 10. Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan Keadaan jalan lahir : Vulva : bersih, tidak ada odem, tidak ada varises OUE : membuka Vagina : tidak ada odem Keadaan porsio Effacement : penipisan 80 % Pembukaan : 8 cm Kulit ketuban : Presentasi : kepala POD dan posisi POD : UUK dan posisi UUK arah jam 12 Penurunan BBJ : H III Tanda-tanda maoulage : tidak ada Bagian menumbung : tidak ada
21
SUBJEKTIF
OBJEKTIF
ASSESMENT
PLANNING
Ibu mengatakan perutnya semakin mules Ibu mengatakan ingin buang air besar
Status obstetrikus DJJ : frekuensi : 11-1212, reguler, irama teratur, jumlah 140x/menit, puntum maximum dibawah pusat kiri ibu Kontraksi uterus : 5x/10’/45” Pemeriksaan dalam Keadaan jalan lahir : Vulva : bersih, tidak ada odem, tidak ada varise OUE : membuka Vagina : tidak ada odem Keadaan porsio Effacement : penipisan 80 % Pembukaan : 8 cm Kulit ketuban : (-) Presentasi : belakang kepala POD dan posisi POD : UUK dan posisi UUK arah jam 12 Penurunan BBJ : H III Tanda-tanda moulage : tidak ada Bagian menumbung: tidak ada
Diagnosa kebidanan G1P0A0 umur 20 tahun hamil 39 minggu 4 hari, janin tunggal, hidup intrauteri, letak membujur, PUKI, presentasi kepala sudah masuk PAP inpartu kala I fase aktif dengan ketuban pecah dini. Masalah : tidak ada
1. Beri tahu ibu sudah memasuki inpartu kala I fase aktif 2. Lanjutkan pengawasan 10 meliputi a. KU b. Tekanan Darah c. Nadi d. RR e. Suhu f. His g. DJJ h. Bandle Ring i. PPV j. Tanda Kala II
CATATAN IMPLEMENTASI IMPLEMENTASI EVALUASI Jam 1. Memberitahu ibu 18.22 1. Ibu sudah mengerti sudah memasuki wib hasil pemeriksaan inpartu kala I fase yang diberikan aktif 18.25 2. Melanjutkan 18.45 2. KU : baik wib pengawasan 10 WIB N : 88x/menit a. KU RR : 24x/menit b. Nadi His : 4x/10’/45” c. RR DJJ : 11,12,12, d. Suhu irama teratur e. His Bandle ring : f. DJJ PPV : g. Bandle Ring ketuban jernih dan h. PPV lendir darah i. Tanda Kala II j. Tekanan Darah Tanda kala II : ada Jam 18.20 wib
2. Pantau kemajuan 18.50 persalinan wib dengan periksa dalam
dorongan meneran, perineum menonjol, vulva membuka TD : 120/80 mmHg S : 360C 1. Memantau kemajuan persalinan dengan periksa dalam
19.00 WIB
1. Hasil pemeriksaan yang dilakukan a. Genitalia : terdapat lendir darah, tidak ada PMS, perineum menonjol 1) Vulva : bersih, tidak ada odem,
22
tidak ada varises 2) OUE : membuka 3) Vagina : tidak ada odem dan tidak ada peradangan b. Pemeriksaan dalam 1) keadaan jalan lahir : tenang, tidak ada pembengkakan 2) keadaan porsio effacement : 100% pembukaan : 10 cm 3) Kulit ketuban : negatif (-) 4) Presentasi : kepala 5) POD dan posisi POD : UUK dan posisi UUK arah jarum jam 12 6) Penurunan BBJ : penurunan HODGE III+ 7) Tanda – tanda moulage : tidak ada 8) Bagian
23
Ibu mengatakan merasakan ingin buang air besar Ibu mengatakan ada rasa ingin meneran
Status obstertikus Tanda inpartu kala II : Ada tekanan pada anus Perineum menonjol Vulva membuka Periksa dalam Genitalia : terdapat lendir darah, tidak ada PMS Vulva : bersih, tidak ada odem, tidak ada varises OUE : membuka Vagina : tidak ada odem dan tidak ada Keadaan jalan lahir : tenang, tidak ada pembengkakan Keadaan porsio Effacement : 100% Pembukaan : 10 cm Kulit ketuban : negatif () Presentasi : belakang kepala POD dan posisi POD : UUK dan posisi UUK arah jarum jam 12 Penurunan BBJ : penurunan HODGE III+
Diagnosa kebidanan G1P0A0 Inpartu kala II dengan KPD Masalah : tidak ada
Beritahu ibu bahwa pembukaannya sudah lengkap dan ini sudah masuk inpartu kala II Siap alat
19.06 wib
menumbung : tidak ada c. Anus : tidak ada hemoroid, ada tekanan pada anus Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu siap untuk persalinannya
Memberitahu ibu bahwa pembukaannya sudah lengkap
19.07 wib
19.08 wib
Menyiapkan alat
19.09 wib
Siap diri
19.10 wib
Menyiapkan diri menggunakan APD
19.11 wib
Periksa DJJ saat tidak ada kontraksi dan beritahu ibu dan bapak
19.12 wib
19.13 wib
Ibu senang dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan bahwa ia dan bayinya dalam keadaan baik-baik saja dan bersedia diberikan makan/minuman
Anjurkan ibu posisi senyaman mungkin
19.14 wib
19.15 wib
Ibu mengatakan nyaman jika tidur terlentang
Anjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi Lakukan pertolongan bayi dan lahirkan bayi
19.16 wib
Memeriksa DJJ saat tidak ada kontraksi dan memberi tahu bapak bahwa janin dalam keadaan baik-baik saja dan berikan makan atau minuman jika tidak ada kontraksi Menganjurkan ibu posisi senyaman mungkin Mengajari ibu meneran yang benar
19.17 wib
Melakukan pertolongan pada bayi baru lahir Saat kepala tampak 56 cm di depan vulva
19.25 wib
Ibu sudah bisa meneran dengan benar saat ada kontraksi Bayi lahir spontan jenis kelamin perempuan
19.17 wib
Patahkan ampul oksitosin, buka spuit, masukan kedalam bak instrumen Menggunakan APD celemek
24
Tanda – tanda moulage : tidak ada Bagian menumbung : tidak ada
letakkan kain di atas perut ibu Meletakkan dook steril yang sudah dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu Cek kelengkapan partus set Memakai handscoen steril pada kedua tangan Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm di depan vulva, lindungi perineum dengan tangan kanan yang di alasi dook steril, tangan kiri melindungi verteks untuk mencegah defleksi maksimal dan membantu lahirnya kepala. Menganjurkan ibu untuk meneran secara perlahan-lahan atau bernafas dangkal dan cepat Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat tunggu putaran paksi luar secara spontan Memegang bayi secara
25
Lakukan selintas
Ibu mengatakan perutnya terasa mules
Status present Perut TFU : setinggi pusat Kontraksi : keras Vulva : tali pusat berada di depan vagina, ada semburan darah, talipusat memanjang PPV : ± 50cc
Diagnosa kebidanan G1P0A0 inpartu kala III dengan kpd
penilaian
19.25 wib
Periksa kembali uterus ibu untuk memastikan tidak ada janin kedua Beritahu ibu akan di suntikkan oksitosin
19.25 wib
Suntikkan oksitosin
19.27
19.26 wib
biparietal menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan kepala bayi ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan keatas untuk melahirkan bahu belakang. Kemudian lakukan sangga susur yaitu memindahkan tangan kiri untuk menyusur lengan, dada, punggung sampai kedua kaki bayi lahir Melakukan penilaian selintas dan letakkan bayi diatas kain kering dan mengeringkan bayi dengan menggunakan kain bersih dan kering Memeriksa kembali uterus ibu untuk memastikan tidak ada janin kedua Memberitahu ibu akan di suntikkan okitosin agar uterus berkontraksi dengan baik Menyuntikkan oksitosin
19.25 wib
Bayi lahir menangis kuat,warna kemerahan, gerakan aktif, bayi sudah dibersihkan
19.25 wib
Janin tunggal
19.26 wib
Ibu bersedia untuk disuntikkan oksitosin
19.27
Oksitosin sudah di
26
wib
Jepit, potong dan ikat tali pusat dan lakukan IMD
19.28 wib
Lakukan aktif manajemen kala III dan lahirkan plasenta
19.28 WIB
10 IU secara IM di paha 1/3 paha atas lateran dengan sudut 900 Menjepit tali pusat dengan umbilikal klem 3 cm dari umbilikal bayi. Mengarah ke arah distal dan jepit kembali tali pusat dengan jarak 2 cm dari klem Melindungi perut bayi dengan tangan kiri, kemudian memotong tali pusat Meletakkan bayi di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi untuk melakukan IMD Selimuti bayi dengan kain bersih dan kering beri topi Melakukan manajemen aktif kala III Pindahkan klem 5-10 cm di depan vulva Meletakkan tangan kiri diatas sympisis Tangan kanan menegangkan tali pusat sejajar dengan lantai dengan cara
wib
suntikkan di paha ibu
19.28 wib
Umbilikal sudah dipotong, bayi sudah berada di dada ibu untuk dilakukan IMD, bayi diselimuti dan diberi topi
19.30 wib
Plasenta lahir spontan
27
memegang klem diantara jari telunjuk dan jari tengah dengan posisi tangan menggenggam dan telapak tangan menghadap keatas Cek tanda pelepasan plasenta : adanya semburan darah, tali pusat semakin memanjang, uterus membulat Setelah uterus berkontraksi, menegangkan talipusat kearah bawah sambil tangan kiri mendorong uterus kearah belakang atas (dorso cranial) Melakukan peneganagan tali pusat terkendali dan mendorong uterus secara dorso cranial hingga plasenta terlepas dari implantasi Meminta ibu sedikit meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai, kemudian kearah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap
28
Ibu mengatakan bahwa perutnya masih terasa mulas Ibu mengatakan bahwa ia
Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis Status Obstetri Perut TFU : 2 jari dibawah pusat Kontraksi : keras Genitalia : luka laserasi
Diagnosa kebidanan P1A0 kala IV
Lakukan massase uterus
19.30 wib
Cek kelengkapan plasenta
19.30 wib
melakukan dorso cranial) Memindahkan klem 510 dari vulva Setelah plasenta tampak di vulva, mengkap dan memegang plasenta dengan kedua tangan. Putar plasenta searah jarum jam dan pilin selaput ketuban sehingga plasenta lahir seluruhnya dimasukkan ke dalam wadah yang telah disediakan Melakukan massase fundus uterus untuk mengecek kontraksi Mengecek kelengkapan plasenta
Cek laserasi, nilai perdarahan
19.31 wib
Mengecek laserasi dan perdarahan dan
19.32 wib
Lakukan heacting
19.33 wib
Melakukan heacting pada mukosa vaginaotot perineum dengan menggunakan benang catgut
19.38 wib
19.30 wib 19.31 wib
TFU : 2 jari dibawah pusat PPV : darah segar ± 50 cc Kontraksi keras Plasenta lahir dengan kotiledon lengkap, diameter ±20 cm, berat ±500 gram, insersi lateral, panjang tali pusat ±70 cm Laserasi terdapat pada mukosa vagina-otot perineum, perdarahan ±10 cc Sudah dilakukan heacting menggunakan benang catgut
29
senang dengan kelahiran anaknya
di mukosa vaginaperineum PPV : darah segar ±50 cc
Pastikan uterus berkontraksi dengan baik Pindahkan bayi dari ibu ke infant warmer dan lakukan pemeriksaan antropometri dan berikan vit K dan tetes mata
19.38 wib
memastikan uterus berkontraksi dengan baik Memindahkan bayi dari dada ibu untuk dilakukan pengukuran antropometri dan mencegah terjadinya hipotermi ke infant warmer
19.39 wib
Evaluasi kala IV
19.44 wib
Mengevaluasi kala IV pada 2 jam pertama yaitu setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua
19.45 wib
Ajarkan ibu untuk
19.46
Mengajarkan ibu cara
19.47
19.40 wib
19.44 wib
Kontraksi keras, tidak ada perdarahan yang berlebihan Bayi sudah dipindahkan dan dihangatkan di dalam infant warmer Hasil pemeriksaan antropometri yang dilakukan: By ny S lahir jam 19.25 wib jenis kelamin ♀ BB : 3300 gram PB : 50 cm LK : 34 cm LD : 32 cm LiLA : 10 cm AS : 9-10-10 Anus (+), mekonium (+) Pemberian tetes mata 1/1 vit K (phytomenadion) 1x1 mg Evaluasi kala IV setiap 15 menit pada 1 jam pertama 19.45 wib TD 110/60 mmHg N : 84 x/menit S: 36,90C TFU : 2 jari dibawah pusat Kontraksi uterus : keras Kandung Kemih : kosong PPV : 10cc Ibu sudah bisa melakukan
30
masase uterus
wib
melakukan masase uterus dan menilai kontraksi Mengevaluasi dan menilai jumlah perdarahan
wib
Evaluasi dan nilai jumlah perdarahan
19.48 wib
19.49 wib
Pantau tanda dan bahaya pada bayi 15 menit
19.50 wib
Pantau tanda bahaya pada bayi meliputi nafas dan suhu bayi
19.51 wib
evaluasi 15 menit kedua Bersihkan tempat, ibu dan rendam alat,
19.52 wib
Mengevaluasi pada 15 menit kedua, membersihkan tempat, ibu dan merendam alat
20.15 wib
Evaluasi 15 menit ketiga dan ajari ibu untuk menyusui bayinya
20.16 wib
Mengevaluasi post partum 15 menit ketiga dan mengajarkan ibu untuk menyusui bayinya
20.40 wib
masase uterus sendiri saat kontraksi sudah melemah Perdarahan ± 120 cc, kala I : ± 10 cc, kala 2: ± 50 cc, kala III: ± 50cc, kala IV : ± 10 cc Bayi berada di infant warmer dengan suhu 36,80C dan pernafasannya 55 x/menit 20.00 wib Evaluasi 15 menit ke II TD : 100/70 mmHg N : 85 x/menit TFU : 2 jari dibawah pusat Kontraksi : keras Kandung kemih : kosong PPV : Ibu sudah di sibin, baju sudah diganti dengan yang bersih, tempat sudah dibersihkan, alatalat direndam dalam larutan klorin. Pukul 20.15 WIB dilakukan evaluasi 15 menit ke 3 dengan hasil TD : 100/60 mmHg N : 84 x/menit TFU : 2 jari dibawah pusat Kontraksi uterus : keras Kandung kemih : kosong
31
Evaluasi 15 menit ke 4 dan persiapkan ruang untuk perawatan
20.41 wib
Mengevaluasi 15 menit ke 4 dan menyiapkan ruangan perawatan di baitu nisa 2 via telpon
20.50 wib
Dokumentasi dan evaluasi 30 menit pertama
20.51 wib
Mendokumentasikan dan mengevaluasi post partum 30 menit pertama
21.00 WIB
Evaluasi 30 menit kedua
21.20 WIB
Mengevaluasi 30 menit kedua post partum
21.30 WIB
PPV : Ibu bersedia untuk menyusukan bayinya, dan lakukan evaluasi selama 1 jam tetap jaga kehangatan Pukul 20.30 evaluasi ke 4 dengan hasil TD : 110/70 mmHg N : 83 x/menit TFU : 2 jari dibawah pusat Kontraksi uterus : keras Kandung kemih : kosong PPV : Ruangan sudah dipersiapkan Dokumentasi pada partograf sudah dilengkapi dan evaluasi 30 menit pertama pada pukul 21.00 wib TD : 110/80 mmHg N : 86 x/menit S : 36,50C TFU : 2 jari dibawah pusat Kontraksi : keras Kandung kemih : kosong Perdarahan : 20 cc Hasil : TD : 120/70 mmHg N : 85 x/menit TFU : 2 jari dibawah pusat Kontraksi uterus : keras Kandung kemih : kosong
32
PPV : -
33
B. Pembahasan Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai proses asuhan pada ibu bersalin Ny. S dengan ketuban pecah dini menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney yang terdiri dari 7 langkah, mulai dari pengkajian sampai evaluasi dengan ada tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek yang penulis alami di lapangan. 1.
Langkah I : Pengumpulan data a.
Subjektif Langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Pada kasus ini dalam pengkajian dilakukan wawancara langsung kepada pasien, dari wawancara tersebut diperoleh data subjektif. Menurut Fajar (2009; h. 22) wawancara adalah suatu teknik penggumpulan data dimana peneliti mendapatkan keterangan dari responden secara lisan melalui bercakap-cakap dengan berhadapan muka dengan responden. Anamnesis
umum
meliputi
nama,
umur,
alamat,
pekerjaan,
kebangsaan/suku, tingkat pendidikan, agama, harapan terhadap kehamilan, tingkat kehidupan ekonomi, kebiasaan yang diyakini tentang kehamilan atau pandangan
tentang
kehamilan,
pandangan
tentang
sistem
pelayanan
kesehatan, perkawinan, dan usia menikah. Anamnesis keluarga meliputi penyakit dalam keluarga yang dapat mempengaruhi kehamilan, baik langsung maupun tidak.anamnesis medis untuk mengetahui penyakit yang sedang dialami dan penyakit yang pernah dialami ibu, baik langsung maupun tidak langsung, yang mempengaruhi kehamilan, persalinan dan nifas. Anamnesis kebidanan meliputi data tentang haid (menarche, siklus dan HPHT), kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya, riwayat ginekologi, serta riwayat kehamilan sekarang. Keadaan psikososial yang perlu di kaji keadaan psikis klien saat ini, hubungan klien dengan keluarga dan tetangga, bagaimana kehamilannya saat
34
ini diharapkan atau tidak. Jika kehamilan diharapkan, jenis kelamin yang diinginkan laki-laki atau perempuan. Hal yang perlu ditanyakan berkaitan dengan kebudayaan adalah kebiasaan ibu minum jamu selama hamil, pantangan makanan bagi ibu, dan adat budaya yang mengikat. Selama hamil, apakah diadakan selamatan. Pola nutrisi yang perlu dikaji adalah nafsu makan, porsi makan dalam sehari, jumlah minum, da pola makan selama hamil. Pola eliminasi yang perlu dikaji yaitu keluhan berkemih atau defekasi ibu selama hamil dan sebelum hamil. Perlu juga diketahui frekuensinya dalam sehari. Personal higine yaitu mengkaji cara ibu menjaga kebersihan tubuh dalam keseharian, misalnya kebiasaan mandi, berganti pakaian, menggosok gigi, dan mencuci rambut. Pola aktivitas yang perlu dikaji adalah frekuensi hubungan seksual sebelum hamil dan selama hamil. Perlu juga diketahui keluhan dalam melakukan hubungan seksual. Selain itu, jenis pekerjaan sehari-hari yang dilakukan (Saminem, 2009; h. 22). Menurut Kemenkes RI (2013; h. 123), faktor predisposisi ketuban pecah dini, adalah riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya, infeksi traktus genital, perdarahan antepartum, merokok. Sedangkan menurut Manuaba (2010 h: 283) penyebab ketuban pecah dini yaitu serviks yang inkompeten, ketegangan rahim berlebihan pada kehamilan kembar dan hidramnion, kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang dan letak lintang, kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, disporposi sefalopelvik, kelainan bawaan dari selaput ketuban, infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah. Kecemasan menjelang persalinan umum dialami oleh ibu (Hasuki,2005). Meskipun persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, namun didalam menghadapi proses persalinan dimana terjadi serangkaian perubahan fisik dan psikologis yang dimulai dari terjadinya kontraksi rahim, dilatasi jalan lahir, dan
35
pengeluaran bayi serta plasenta yang diakhiri dengan bonding awal antara ibu dan bayi (Saifuddin, 2009). Hasil wawancara pada Ny. S yaitu ibu mengatakan berumur 20 tahun, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, keluhan yang dirasakan adalah merasakan kencang-kencang pada tanggal 10 Desember 2015 pukul 03.00 WIB dan keluar air dari jalan lahir pada pukul 08.00. Riwayat penyakit, ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit apapun baik menular, menurun dan menahun. Riwayat pernikahan 1 kali, umur 19 tahun, lama pernikahan 1 tahun, status SAH. Riwayat kehamilan ini merupakan kehamilan pertama, belum pernah melahirkan, dan belum pernah keguguran, ibu juga tidak memiliki kebiasaan merokok pada saat hamil. Data psikologis yang dialami bahwa ibu, suami dan keluarga besar bahagia dengan kehamilan ini tetapi ibu cemas dengan persalinan yang dihadapi karena ketubannya sudah pecah. Kesimpulan dari kasus ketuban pecah dini dapat disebabkan berbagai hal adalah riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya, infeksi traktus genital,
perdarahan
antepartum,
merokok,
serviks
yang
inkompeten,
ketegangan rahim berlebihan pada kehamilan kembar dan hidramnion, kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang dan letak lintang, kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, disporposi sefalopelvik, kelainan bawaan dari selaput ketuban, infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah maka kesimpulannya tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. b.
Objektif Untuk mendapatkan data objektif dilakukan dengan cara observasi dan pemeriksaan fisik. Pengamatan (observasi) adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar dan mencatat sejumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah
36
yang diteliti (Notoatmodjo, 2010; h. 131). Sedangkan pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data untuk memperoleh data objektif dari riwayat keperawatan klien. Metode yang digunakan meliputi: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (Varney, 2006; h. 27). Menurut Saminem (2009; h. 24) salah satu pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan dengan palpasi (terutama abdomen) dilakukan untuk menentukan bagian janin yang baru dapat diraba pada kehamilan 20 minggu.bagian yang mudah diraba adalah kepala, letak janin dalam uterus, masuknya bagian terendah, umur kehamilan, keseimbangan antara bagian terndah janin dengan panggul. Palpasi abdomen menggunakan cara Leopold dibagi dalam empat tahap. Sebagai pedoman untuk mengukur tinggi fundus uteri, digunakan tiga bagian tubuh, yaitu prosesus xifoideus, simfisis dan pusat. Palpasi dengan cara Leopold yaitu Leopold I menentukan tinggi fundus uteri, menentukan bagian yang terdapat pada fundus uteri, Leopold II untuk menentukan letak punggung dan bagian kecil janin, Leopold III untuk menentukan bagian yang terdapat pada bagian bawah uterus dan apakah masih dapat digerakkan, Leopold IV yaitu menentukan seberapa dalam bagian terendah yang telah masuk pintu atas panggul. Menurut JPKN-KR (2008; h. 41) untuk mendengarkan denyut jantung janin (DJJ) menggunakan fetoskop pinnards atau doppler yang digunakan untuk menghitung jumlah denyut jantung janin per menit, gunakan jarum detik pada jam dinding atau jam tangan. Nilai djj selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulai penilaian sebelum atau selama puncak kontraksi. Dengarkan djj minimal 60 detik. Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali per menit. Sedangkan kontraindikasi pada pemeriksaan dalam yaitu jika ada perdarahan pervaginam, jika ketuban pecah, lihat warna dan bau air ketuban, jika terlihat pewarnaan.Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam sekali atau apabila ada indikasi (meningkatnya
37
frekuensi dan durasi serta intensitas kontraksi, dan ada tanda gejala kala 2). Hal-hal yang perlu dinilai dari pemeriksaan dalam adalah vulva vagina, konsistensi portio, pembukaan serviks, air ketuban, presentasi dan posisi janin, penurunan bagian terbawah janin, penyusupan kepala janin dan bagian lain dari janin. Sedangkan menurut Saminem (2009; h. 26) pemeriksaan panggul dilakukan pertama kali pada wanita hamil untuk mengetahui kemungkinan adanya kelainan, pada primi dilakukan usia kehamilan 34-36 minggu, sedangkan pada multi dilakukan pada usia 36-38 minggu. Bagian yang diperiksa meliputi promontorium, spina iskiadika, konjugata diagonalis, diameter interspina, konjugata vera, sakrum, linea inominata, arkus pubis, dan dinding samping. Menurut Prawirohardjo (2010; h. 680)menentukan pecahnya selaput ketuban yaitu dengan adanya cairan ketuban yang keluar dari vagina. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk dan mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38oC serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah >15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardia , mungkin mengalami infeksi intrauterin. Tentukan tandatanda persalinan dan skoring pelvik. Menetukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan). Menurut Manuaba (2009) tanda dan gejala kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna merah darah.
38
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. Menurut Manuaba (2010; h. 451) faktor yang mempengaruhi keberhasilan induksi persalinan yaitu semakin rendahnya kedudukan terendah janin, kemungkinan keberhasilan induksi semakin besar, penempatan presentasi kepala, kondisi serviks yang lunak, multigravida, usia ibu yang relatif tua (di atas 30-35 tahun) dan usia anak terkecil kurang dari 5 tahun mempengaruhi kekakuan serviks, kehamilan yang mendekati aterm. Pertimbangan tersebut ditetapkan oleh Bishop dalam bentuk penilaian, dengan memperhitungkan skor bishop jika skor bishop >7 maka bisa dilakukannya persalinan pervaginam, namun jika skor bishop <7 maka langsung dilakukan seksio sesarea. Menurut Mochtar (2011; h. 178) lamanya persalinan lebih pendek dari biasa, yaitu pada primi 10 jam dan multi 6 jamjarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode laten = LP = lag period. Menurut Varney (2008; h. 41) Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam sekali atau apabila ada indikasi (meningkatnya frekuensi dan durasi serta intensitas kontraksi, dan ada tanda gejala kala 2) tetapi pada kasus Ny. S dilakukan 4 kali pemeriksaan dalam dengan jarak pemeriksaan dalam 2-3 jam. Dari kesimpulan pada kasus di dapat hasil bahwa hasil pemeriksaan Ny. S leopold I teraba 1 bagian bulat tidak melenting kemungkinan bokong janin, leopold II teraba sebelah kanan kecil-kecil bergerak kemungkinan ekstremitas dan sebelah kiri teraba tahanan keras memanjang kemungkinan punggung janin, leopold III teraba 1 bagian bulat, keras dan melenting, sudah tidak bisa di goyangkan yaitu kepala sudah masuk PAP, dan leopold IV divergen, pada pemeriksaan DJJ di dapatkan hasil normal yaitu 11-12-12 dengan jumlah
39
140x/menit, reguler dan irama teratur, puntum maksimum ada di sebelah kiri bawah pusat, his terjadi 2x/10’/25”, pada pemeriksaan dalam di temukan bahwa pembukaan 3 cm, dengan penipisan 30%, kulit ketuban sudah pecah, penurunan HII dengan presentasi kepala, POD dan posisi POD belum bisa di tentukan, tidak ada molage dan bagian yang menumbung. Pada kasus Ny. S dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah, urin dan nitrazin test dari data yang di dapat bahwa terdapat kesenjangan antara teori dan lapangan. 2.
Interpretasi data Langkah kedua bermula dari data dasar: menginterpretasi data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus. Kata masalah dan diagnosis sama-sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai sebuah diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh. Masalah sering kali berkaitan dengan bagaimana ibu menghadapi kenyataan tentang diagnosisnya dan ini sering kali bisa diidentifikasi sebagai pengalaman bidan dalam mengenali masalah seseorang. a. Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan didapatkan dengan cara melihat hasil pemeriksaan data subjektif dan data objektif. Pada kasus ini saat pengambilan kasus dilapangan, didapatkan diagnosa kebidanan yaitu G1P0A0 umur 20 hamil 39 minggu 4 hari, janin tunggal, hidup intra uteri, letak membujur, punggung kiri, presentasi kepala sudah masuk panggul, inpartu kala I fase laten dengan ketuban pecah dini, ditegakkan berdasarkan data dasar yang meliputi data subjektif ibu mengatakan sudah keluar air ketuban pada jam 08.00 WIB, ini merupakan kehamilan pertama, belum pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran, ibu mengatakan merasakan mules-mules dari punggung sampai ke perut bagian bawah. Data objektif diperoleh dari pemeriksaan fisik dalam batas
40
normal dan didapatkan hasil pada pemeriksaan abdomen bahwa leopold I teraba 1 bagian bulat tidak melenting kemungkinan bokong janin, leopold II teraba sebelah kanan kecil-kecil bergerak kemungkinan ekstremitas dan sebelah kiri teraba tahanan keras memanjang kemungkinan punggung janin, leopold III teraba 1 bagian bulat, keras dan melenting, sudah tidak bisa di goyangkan yaitu kepala sudah masuk PAP, dan leopold IV divergen serta pemeriksaan dalam di dapatkan hasil bahwa pembukaan 3 cm, dengan penipisan 30%, kulit ketuban sudah pecah, penurunan HII dengan presentasi kepala, pod dan posisi pod belum bisa di tentukan, tidak ada molage dan bagian yang menumbung, data penunjang yang dilakukan yaitu dengan menggunakan kertas lakmus atau nitrazin yang berubah warna merah menjadi biru. Hal tersebut menunjukkan bahwa diagnosa yang ditujukan pada kasus ini sudah sesuai dengan teori. b. Masalah Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah masalah dan diagnosa. Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa masalah tidak di definisikan sebagai diagnosa, tetapi perlu pertimbangan untuk membuat rencana secara menyeluruh (Varney, 2007; h.27). Menurut Varney (2006) data psikologis perlu di kaji kebanyakan ibu merasa takut dan cemas daat proses persalinan. Apalagi dalam persalinan yang tidak normal yaitu ketuban pecah dini, sehingga perlu dukungan supaya ibu tenang. Kecemasan menjelang persalinan umum dialami oleh ibu (Hasuki,2005). Meskipun persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, namun didalam menghadapi proses persalinan dimana terjadi serangkaian perubahan fisik dan psikologis yang dimulai dari terjadinya kontraksi rahim, dilatasi jalan lahir, dan pengeluaran bayi serta plasenta yang diakhiri dengan bonding awal antara ibu dan bayi (Saifuddin, 2009).
41
Dari kasus Ny. S di dapatkan hasil dari data subjektif bahwa Ny. S mengalami kecemasan dalam menghadapi proses persalinan karena air ketubannya sudah pecah. 3.
Diagnosa potensial Pada langkah ini penulis mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah ini membutuhkan antisipasi, apabila mungkin dilakukan pencegahan. Menurut Mochtar (2011; h. 178) lamanya persalinan lebih pendek dari biasa, yaitu pada primi 10 jam dan multi 6 jamjarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode laten = LP = lag period. Menurut Varney (2008; h. 41) Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam sekali atau apabila ada indikasi (meningkatnya frekuensi dan durasi serta intensitas kontraksi, dan ada tanda gejala kala 2) tetapi pada kasus Ny. S dilakukan 4 kali pemeriksaan dalam dengan jarak pemeriksaan dalam 2-3 jam. Sedangkan menurut Prawirohardjo (2010; h. 678) pengaruh yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan, yaitu persalinan prematur, resiko infeksi pada ibu dan janin meningkat pada ibu terjadi korioamnionitis dan pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis, hipoksia, asfiksia, sindrom deformitas janin ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonar. Pada kasus ini tidak terjadi diagnosa potensial pada ibu dan bayi, karena sudah dilakukan penatalaksanaan yang benar. Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada di lahan praktek.
4.
Tindakan segera/kolaborasi Langkah
keempat
mencerminkan
sifat
kesinambungan
proses
penatalaksanaan, yang dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan pranatal periodik, tetapi juga bidan melaksanakan perawatan berkelanjutan bagi
42
wanita tersebut. Beberapa data mengidentifikasikan keadaan darurat, yang mengharuskan bidan mengambil tindakan secara cepat untuk mempertahankan nyawa ibu dan bayinya. Pada kasus ibu nifas Ny. S tidak dilakukan tindakan segera karena tidak ada diagnosa potensial. 5.
Perencanaan Pada langkah ini yaitu suatu rencana yang komprehensif meliputi hal-hal yang diindikasikan oleh kondisi pasien dan masalah lain yang berkaitan, seluruh keputusan yang dibuat dalam pengembangan suatu rencana perawatan yang dibuat dalam mengembangkan suatu rencana perawatan yang komprehensif harus valid berdasarkan atas pengetahuan teoritis, tepat, sesuai dan aktual serta asumsi yang tervalidasi tentang apa yang akan dan tidak dilakukan oleh pasien yang bersangkutan. Menurut Saifuddin, dkk (2009; h. 219) penangan pada ketuban pecah dini hal yang dilakukan yaitu rawat dirumah sakit, berikan antibiotika (ampisilin 4x500mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin) dan metronidazol 2x500 mg selama 7 hari jika kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksamteson, dan induksi sesudah 24 jam, jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin). Menentukan pecahnya selaput ketuban yaitu dengan adanya cairan ketuban yang keluar dari vagina. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk dan mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38oC serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah >15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardia , mungkin mengalami infeksi intrauterin. Tentukan tanda-tanda persalinan
43
dan skoring pelvik. Menetukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan
bila
akan
dilakukan
penanganan
aktif
(terminasi
kehamilan)
(Prawirohardjo, 2010; h. 680). Pada langkah ini rencana yang akan diberikan terhadap Ny. S dengan persalinan normal disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan pada inpartu kala I sampai dengan kala IV. Rencana asuhan persalinan normal yang diberikan pada kasus persalinan normal adalah 58 langkah APN sesuai dengan JNPK-KR tahun 2008. Pada kasus Ny. S perencanaan persalinan dengan menggunakan 58 langkah asuhan persalinan normal dimana perencanaan yang telah di susun secara efektif, perencanaan oleh bidan dengan dukungan dari pasien dan keluarga pasien yang kooperatif, adapun kebutuhan yang direncanakan meliputi kebutuhan ibu untuk pemenuhan nutrisi, eliminasi, istirahat, rasa aman dengan menghadirkan suami beserta keluarga ibu dan nyaman seperti anjurkan ibu untuk makan dan minum selama
proses
persalinan,
anjurkan
ibu
untuk
BAB/BAK
setiap
ibu
menginginkannya, anjurkan ibu untuk relaksasi nafas dalam Lamaze saat ada kontraksi agar rasa dapat merelaksasi rasa nyeri dan kenceng pada perut ibu, anjurkan ibu
istirahat saat tidak ada kontraksi, anjurkan suami atau keluarga
mendampingi ibu selama proses persalinan, dan memberikan informasi pada ibu tentang keadaannya dan janinnya. Padaperencanaan yang dilakukan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. 6.
Implementasi Penatalaksanaan pada kasus Ny. S sudah dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat tetapi terdapat kesenjangan yaitu : a. Pemeriksaan dalam menurut Varney (2008; h. 41) Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam sekali atau apabila ada indikasi (meningkatnya frekuensi dan durasi serta intensitas kontraksi, dan ada tanda gejala kala 2) sedangkan
44
pada kasus Ny. S pemeriksaan dalam dilakukan sebanyak 4 kali dalam waktu 3,5 jam, hal ini dilakukan karena ada indikasi tanda kala II. b. Menurut WHO 2016 sebelum melakukan tindakan cuci tangan terlebih dulu. Pada kasus Ny. S pada saat bidan akan melakukan pertolong persalinan, bidan tidak cuci tangan terlebih dulu, karena adanya keterbatasan waktu. c. Alat Pelindung Diri selanjutnya disebut APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh dan atau sebagian tubuh dari adanya kemungkinan potensi bahaya dan kecelakaan kerja (Peraturan Menteri
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
Republik
Indonesia
Nomor
Per.08/MEN/VII/2010). Pada kasus Ny. S pengunaan APD tidak sesuai dengan teori karena pada saat menolong persalinan bidan tidak menggunakan APD lengkap yaitu : topi, kaca mata, sepatu boots karena terlalu terburu-buru untuk menolong persalinan. Menurut teori alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Jadi alat pelindung diri adalah merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan, dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan yang terjadi. d. Pada kasus Ny. S pelaksanaan asuhan yang di berikan yaitu tidak sesuai dengan 58 langkah APN karena pada langkah ke 32 yaitu pelaksanaan IMD tidak di lakukan selama 1 jam. Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai dia menyusu sendiri (JNPK-KR, 2008; h. 128) keuntungan dari IMD untuk ibu dan bayinya itu sendiri adalah optimalisasi fungsi hormonal ibu dan bayi, kontak kulit ke kulit bayi dan IMD akan menstabilkan pernapasan, mengendalikan temperatur tubuh bayi, memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik,
45
mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif, meningkatkan kenaikan berat badan (bayi kembali ke berat badan lahirnya lebih cepat), meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi, bayi tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama, menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dakan perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi, bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat, kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama kehidupannya. e. Pada kasus Ny. S tidak dilakukan pemberian Vitamin K dan salep pada 1 jam kelahirannya, menurut JNPK-KR (2008; h. 137) semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarah BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oelh sebagian BBL, dan pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi tersebut mengandung antibiotika tetrasiklin 1%. Salep antibiotika harus tepat diberikan pada waktu satu jam stelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran. f.
Pada kasus Ny. S bayi tidak diberikan HB 0 pada 1 jam setelah pemberian Vitamin K1. Menurut JNPK-KR (2008; h. 137) HB 0 merupakan imunisasi yang bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu dan bayi, hal ini dikarenakan Hepatitis 0 di Rumah Sakit Islam Sultan Agung diperuntukkan bagi pasien yang tinggal di wilayah Semarang, sedangkan pasien tinggal di wilayah Kab. Demak.
7.
Evaluasi Langkah terakhir merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu memenuhi kebutuhan ibu seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua tentang masalah diagnosis ataupun kebutuhan. Rencana tersebut menjadi efektif bila bidan
46
mengimplementasi semua tindakan dalam rencana dan menjadi tidak efektif bila tidak diimplementasi. Mungkin saja sebagian efektif, sementara sebagian lain rencana tersebut tidak efektif (Varney, 2007. Hal: 27-28). Pada kasus Ny. S hasil implementasi yaitu melakukan asuhan persalinan normal dengan 58 langkah APN. Hasil yang diperoleh bayi lahir spontan, jenis kelamin perempuan, warna kulit kemerahan, bergerak aktif, menangis keras pada tanggal 10 Desember 2016 pukul 19.25 WIB, di Rumah Sakit Sultan Agung Semarang, tanpa ada komplikasi yang terjadi baik ibu dan bayinya.
47