Benarkah Bangsa Kita Miskin Bagikan 13 Juni 2009 jam 12:13 Diunggah melalui Facebook Seluler Semua orang mengatakan bahwa bangsa kita sangat kaya akan sumber daya alam. Wilayahnya sedemikian luas, tanahnya subur, banyak jenis tambang, kekayaan laut, hutan dan juga pemandangan sangat indah. Orang Indonesia seperti tidak mau mencari tempat indah, sebab di mana-mana sudah indah. Negeri yang kaya itu juga dihuni oleh jumlah penduduk yang besar. Lebih dari 220 juta penduduk Indonesia, tersebar di seluruh wilayah. Sementara orang mengatakan bahwa persoalan yang sedang dihadapi oleh bangsa ini adalah persoalan ekonomi. Rakyatnya masih miskin, pengangguran semakin meningkat, sementara lembaga pendidikan juga masih sibuk dengan urusannya sendiri. Misalnya, Ujian Nasional yang diselenggarakan pada setiap tahun, masih selalu menyimpan masalah. Persoalannya juga hanya di seputar yang itu-itu saja,yakni kebocoran, rekayasa kelulusan siswa, dan sejenisnya. Sayangnya, persoalan itu tidak pernah bisa diselesaikan secara tuntas. Padahal pendidikan merupakan pintu masuk memperbaiki mental, kharakter dan moral bangsa ini ke depan. Ada pertanyaan kritis yang perlu dijawab terkait dengan bangsa ini. Apakah benar bahwa persoalan bangsa ini yang sebenarnya terletak pada ekonomi atau bukankah keadaaan ekonomi itu sesungguhnya hanyalah sebagai akibat dari persoalan lain yang lebih mendasar. Masih banyak orang miskin di negeri ini, seperti buruh, petani, nelayan, pengangguran atau setengah menganggur dan bahkan juga PNS golongan rendah. Rasanya menjadi ganjil, masyarakat yang menempati wilayah yang kaya raya, tetapi masih miskin. Seringkali kita mendengar bahwa nelayan tidak bisa menjual hasil ikannya dengan harga pantas, petani tidak mendapatkan hasil yang memadai karena harga ketika panen turun menjadi tidak seimbang dengan biaya tanam, penghasilan buruh sangat rendah, pendidikan tidak berkualitas dan seterusnya. Jika
demikian, maka diduga ada kekuatan yang bermain di balik itu semua, yang mengganggu. Sehingga, sesungguhnya ekonomi sebagian banyak orang, yakni rakyat tidak bisa leluasa mengalami kemajuan adalah sebagai akibat dari sistem yang berjalan selama ini. Jika persoalan ekonomi itu sebagai akibat dari persoalan lain, lalu apakah yang dimaksud persoalan lain yang sesungguhnya menjadi akar dari semua persoalan itu. Untuk menjawab persoalan itu, marilah kita lihat, keadaaan bangsa ini. Bangsa ini sebenarnya tidak semua miskin. Memang para buruh, nelayan, petani, pedagang kecil dan PNS golongan bawah adalah miskin. Akan tetapi di tengah-tengah masyarakat miskin itu terdapat sekelompok orang yang kuat dan juga kaya raya. Sekelompok kecil ini menguasai sumber-sumber ekonomi secara berlebihan. Mereka memiliki akses yang sedemikian luas dan kuat hingga memberikan peluang gerak yang sedemikian cepat dan kuat. Kelompok ini jumlahnya memang tidak terlalu besar, tetapi sekali lagi, memiliki kekuatan yang luar biasa. Kekuatan yang tidak seimbang seperti inilah yang kemudian menjadikan kesenjangan hidup yang sangat jauh. Yang kaya sangat kaya, sedangkan sebaliknya yang miskin sangat miskin. Inilah sesungguhnyha pemandangan buruk di negeri ini. Sementara, mereka yang memiliki kekuatan ekonomi karena tidak terkendali maka semakin hari semakin bertambah kuat, dan sekaligus juga semakin memiskinkan rakyat kecil. Sehinggapersoalan bangsa ini bukan semata-mata kemiskinan, melainkan terjadinya kesenjangan dan ketidak-adilan yang sungguh luar biasa.Maka persoalan di negeri ini bukan semata-mata persoalan ekonomi. Persoalan Indonesia dimulai dari adanya sebagian kecil masyarakat yang kaya, tetapi ingin semakin kaya dengan tanpa peduli pada orang lain, mereka itu tamak, rakus, dan bahkan juga menghisap. Kita lihat saja, misalnya dalam contoh yang sederhana yang ada di depan kita sehari-hari. Hadirnya pusat-pusat bisnis termasukmall, toko-toko besar swalayan, menjadikan usaha-usaha orang kecil gulung tikar. Dulu rakyat kecil bisa hidup dengan berjualan di pasar-pasar tradisional, tetapi saat sekarang mereka kukut akibat tidak mampu lagi bersaing dengan pengusaha besar yang muncul kemudian. Para pengusaha besar yang memiliki modal dan teknologi, memproduk barang-barang dengan harga lebih murah, menjangkauwilayah sedemikian luas.
Inilah yang sesungguhnya yang menjadikan terjadinya proses pemiskinan yang luar biasa itu.Contoh yang paling mengenaskan. Kita lihat di daerah-daerah wisata, seperti Bali, Lombok dan lain-lain. Tanah-tanah strategis dipinggir jalan besar dan bahkan juga di pinggir laut sudah tidak lagi dimiliki pemiliknyha yang asli. Tanah itu sudah berganti tangan, dimiliki oleh pengusaha besar. Pemilik asli sudah berubah menjadi satpamnya. Sedangkan isterima sudah menjadi pembantu rumah tangga para pemilik baru tanah yang dulu dimiliki oleh mereka. Oleh karena itu yang terjadi saat ini adalah proses persaingan yang tidak seimbang, antara sebagian kecil orang pemilik modal dan teknologi dengan orang-orang ----rakyat, yang tidak memiliki akses yang cukup. Maka terjadilah pemiskinan yang luar biasa itu.Sebagai akibatnya jarak yang sedermikian jauh antara si kaya dan si miskin, -----disadari atau tidak, menjadikan ekonomi tidak berjalan semestinya. Daya beli rakyat semakin rendah. Karena di daerah-daerah tidak tersedia uang, maka pertuimbuhan ekonomi berjalan lamban. Daya beli masyarakat lemah sehingga tidak mampu menumbuhkan ekonomi di berbagai tempat. Kita lihat secara sederhanamisalnya, usaha meubel tidak ada yang beli. Keuntungan tidak ada, sehingga pengusaha itu tidak bisa melanjutkan usahanya. Para pekerjanya terpaksa dihentikan. Padahal, bisa dibayangkan berapa banyak pihak yang dirugikan sebagai akibat berhentinya perusahaan meubel itu. Pemasok kayu berhenti, jasa pengangkutan, penjual cat, besi, pemasaran, toko-toko meubel, tidak terkecuali termasuk para buruh perusaha itu, semua berhenti. Atas dasar hasil penglihatan tersebut, maka sesungguhnya persoalan ekonomi di negeri ini terkait dengan persoalan lain yang lebih mendasar. Persoalan itu terkait dengan mental sebagian kecil orang yang memiliki nafsu untuk menguasai apa saja secara berlebihan, tanpa memperhatikan lingkungan kehidupan yang luas. Oleh sebab itu, solusinya bukan saja orang yang mengerti ekonomi, tetapi adalah orang yang memahami anatomi kehidupan sosial yang mendalam. Diperlukan orang arif untuk menyelesaikan persoalan bangsa ini. Mirip dengan persoalan itu adalah penyelesaian ujian nasional. Sementara pejabat mengira bahwa kecerobohan atau penyimpangan ujian nasional disebabkan karena faktor pengawas. Atas dasar anggapan itu kemudian ditambahlah jumlah pengawas ujian itu hingga melibatkan perguruan tinggi. Ternyata hasilnya tetap, masih ada saja
penyimpangan ujian. Hal itu terjadi karena sebenarnya persoalan itu bukan bersumber dari faktor pengawasan, melainkan ada faktor psikologis dan sosiologis yang kurang ditangkap oleh pejabat yang berwenang. Demikian pula persoalan ekonomi di negeri ini. Ada faktor lain di luar faktor ekonomi, sehingga menyebabkan kemiskinan malah justru bertambah pada setiap tahunnya. Faktor penyebab itulah semestinya yang harus dihilangkan oleh pemimpin bangsa ini ke depan. Bangsa ini sesungguhnya kaya, hanya sebagian rakyatnya saja yang miskin. Problem besarnya adalah tidak adanya keadilan dan pemerataan, yang menyebabkan sebagian besar rakyatnya tidak punya pintu untuk menjadi kaya. Wallahu a’lam.