Bab Iv Metode.pdf

  • Uploaded by: Amalia Rahma
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Iv Metode.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 3,879
  • Pages: 13
METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Indonesia. Pengumpulan data dilakukan oleh tim Riskesdas pada bulan Mei– Agustus 2010. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data untuk penelitian ini dilakukan pada bulan Juni–September 2011 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan sampel yang digunakan dalam Riskesdas 2010. Sampel Riskesdas 2010 di tingkat kabupaten/kota berasal dari 441 Kabupaten/Kota yang tersebar di 33 provinsi. Jumlah tersebut merupakan sebagian

dari

jumlah

keseluruhan

kabupaten/kota

di

Indonesia

(497

Kabupaten/Kota). Sebanyak 56 kabupaten tidak termasuk kedalam sampel Riskesdas karena jumlah rumah tangga dari blok sensus pada kabupaten tersebut kurang dari 25 rumah tangga, sehingga tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan dan terdapat 1 kabupaten di Provinsi Papua (Kabupaten Nduga) yang tidak dapat dikunjungi dalam periode waktu pengumpulan data Riskesdas. Populasi dalam Riskesdas 2010 adalah seluruh rumah tangga biasa yang mewakili 33 provinsi. Sampel rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010. Proses pemilihan rumah tangga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling. Riskesdas mengambil sejumlah blok sensus dari setiap kabupaten/kota yang termasuk ke dalam kerangka sampel kabupaten/kota. Pemilihan blok sensus tersebut dilakukan sepenuhnya oleh BPS dengan memperhatikan status ekonomi dan rasio perkotaan/perdesaan, serta dipilih blok sensus yang mewakili propinsinya. Blok sensus tersebut proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Selanjutnya dipilih 25 rumah tangga dari setiap blok sensus menggunakan simple random sampling oleh penanggung jawab teknis kabupaten yang sudah dilatih. Blok sensus yang dipilih untuk kesehatan masyarakat adalah sebesar 2800 blok sensus dengan 70000 rumah tangga.

17

Riskesdas 2010 berhasil mengunjungi 2798 blok sensus dari 441 kabupaten/kota. Jumlah rumah tangga dari blok sensus tersebut sebanyak 69300 rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 251388 anggota. Berdasarkan jumlah anggota rumah tangga tersebut diperoleh 44844 remaja berusia 10-19 tahun dengan jumlah remaja laki-laki sebanyak 22933 dan remaja perempuan sebanyak 21911 orang. Kriteria inklusi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel berusia 10-19 tahun dalam kondisi konsumsi yang biasa, yaitu tidak sedang diet, sakit, puasa atau dalam acara hajatan/hari raya. Kriteria eksklusi sampel yang digunakan adalah kondisi fisiologis hamil. Cleaning data dilakukan pada sampel yang tidak ada data berat badan dan tinggi badan, serta terhadap sampel yang asupan energinya <0.3 atau >3 kali dari energi basal dan memiliki tingkat kecukupan gizi >400% yang dijelaskan pada Gambar 2. Total sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 39400 orang (87.9% dari total sampel awal remaja), dengan 20509 sampel laki-laki dan 18891 orang sampel perempuan. Jumlah seluruh anggota rumah tangga 251388 orang

Jumlah calon sampel 44844 remaja (10-19 tahun)

Cleaning data

Cleaning data

- Nilai total asupan energi <0.3 dan >3 kali dari total energi basal : 1470 sampel - Asupan air dari minuman nol (0) : 1467 sampel - Asupan air dari makanan nol (0) : 2 sampel

- Tidak ada data tinggi badan dan berat badan : 179 sampel - Kondisi fisiologis hamil : 372 sampel - Kondisi konsumsi tidak biasa (sedang diet, puasa, dan acara hajatan/hari raya) : 628 sampel

- Tingkat kecukupan gizi > 400% : 1326 sampel

Jumlah sampel yang digunakan 39400 remaja

Gambar 2 Alur memperoleh jumlah sampel yang digunakan

18

Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder dari Riskesdas 2010 dalam bentuk electronic file berupa entry data dan hasil pengolahan tim Riskesdas 2010 (Tabel 3). Cara pengumpulan data yang dilakukan oleh tim Riskesdas dapat dilihat pada Lampiran 1. Contoh kuesioner Riskesdas 2010 dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 3 Sumber dan cara pengumpulan data Peubah Karakteristik individu 1. Daerah 2. Usia 3. Jenis kelamin 4. Status hamil 5. Pendidikan Karakteristik keluarga 1. Pekerjaan ayah 2. Pekerjaan ibu Antropometri 1. Berat badan

Sumber data yang digunakan Kuesioner Riskesdas (RKD10.RT) Blok I No. 5 Blok IV No 7 Blok IV No 4 Blok IV No 10 Blok IV No 8 Kuesioner Riskesdas (RKD10.RT) Blok IV No 9 Blok IV No 9 Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok X No 1a,1b

2. Tinggi badan

Blok X No 2a, 2b

Asupan pangan 1. Jumlah pangan 2. Jenis pangan 1. Status ekonomi 2. Asupan zat gizi makro dan mineral (E, P, L, Kh, Ca, P, Fe) 3. Asupan vitamin (Vit A, Tiamin,Riboflavin, Niasin, Vit B6, Vit B12, Folat, Vit C)

Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok IX Blok IX Hasil olahan data Riskesdas 2010 Hasil olahan data Riskesdas 2010 Hasil olahan data Riskesdas 2010

Cara pengumpulan data Wawancara

Wawancara

Pengukuran langsung - Diukur dengan timbangan berat badan digital (kapasitas 150 kg dan ketelitian 50 g) - Diukur dengan alat ukur tinggi badan multi fungsi (kapasitas ukur 2 m dan ketelitian 0.1) Food recall 1x24 jam

Olahan BPS Dihitung menggunakan Nutrisurvey Software Dihitung menggunakan Nutrisurvey Software

Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Office Excel dan SPSS. Proses pengolahan data meliputi editing dan cleaning. Proses cleaning data dilakukan untuk memastikan bahwa data yang digunakan logis dan sesuai dengan peubah yang ditentukan. Proses cleaning data dilakukan pada data asupan pangan, berat badan, dan tinggi badan. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mengukur asupan air dan MGP yang diolah menggunakan data asupan pangan, serta status gizi yang diolah menggunakan data berat badan dan tinggi badan (Gambar 2). Sampel dalam penelitian ini adalah remaja berusia 10-19 tahun. WHO (2011) menyatakan bahwa usia remaja adalah 10-19 tahun. Sampel tersebut kemudian dikelompokkan menurut jenis kelamin dan kelompok usia. Sampel dikelompokkan ke dalam tiga kelompok usia, yaitu kelompok usia 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-19 tahun. Pengelompokkan ini didasarkan pada proses pertumbuhan remaja yang terjadi dalam tiga tahap. Menurut Omran dan Al-

19

Hafez (2001), perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada remaja tidak terjadi

pada

saat

yang

bersamaan,

sehingga

perubahan

tersebut

dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu remaja awal (early adolescent), remaja tengah (middle adolescent), dan remaja akhir (late adolescent). Karakteristik Data mengenai karakteristik sosial ekonomi terdiri dari data karakteristik sampel dan keluarga yang dianalisis secara statistik deskriptif. Data tersebut adalah daerah tempat tinggal sampel, pendidikan sampel, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, dan status ekonomi keluarga. Data tersebut kemudian dikelompokkan dalam beberapa kategori berdasarkan kuesioner Riskesdas 2010. Daerah tempat tinggal sampel dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu perdesaan dan perkotaan. Pendidikan sampel dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu tidak pernah sekolah, tamat SD/MI, tamat SMP/MTS, dan lainnya. Pada kelompok lainnya terdapat pendidikan tamat SMA/MA, tamat diploma (D1/D2/D3) dan tamat perguruan tinggi (PT). Pekerjaan ayah dan ibu dikelompokkan

menjadi

enam

kelompok,

yaitu

tidak

bekerja,

TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layan jasa/dagang, petani/nelayan, buruh, dan lainnya. Status ekonomi dikelompokkan menurut kuintil yang didasarkan pada besar pengeluaran keluarga per kapita setiap bulannya. Status gizi Status gizi remaja dihitung menggunakan standar penilaian berdasarkan IMT menurut umur. Status gizi sampel digunakan dalam menentukan rumus perhitungan kebutuhan energi, yang lebih lanjut akan digunakan untuk menghitung kebutuhan air. Berikut merupakan rumus perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Riyadi 2003) : IMT =

(kg) T (m) x T (m)

Standar penilaian status gizi remaja berdasarkan WHO (2007) menunjukkan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur yang normal berkisar antara persentil ke-5 sampai ke-85. Sampel tergolong kurus bila IMT menurut umur berada dibawah persentil ke-5 (IMT/U < persentil ke-5) dan tergolong overweight bila IMT menurut umur berada diatas persentil ke-85 (IMT/U ≥ persentil ke-85) (Tabel 4).

20

Tabel 4 Kategori status gizi remaja berdasarkan IMT menurut umur Usia (tahun) Kurus 10 < 14.1 11 < 14.5 12 < 14.9 13 < 15.4 14 < 16.0 15 < 16.5 16 < 17.1 17 < 17.5 18 < 17.9 19 < 18.2 Sumber : WHO (2007)

Laki-laki Normal 14.1 – 18.6 14.5 – 19.3 14.9 – 20.1 15.4 – 20.9 16.0 – 21.9 16.5 – 22.8 17.1 – 23.7 17.5 – 24.4 17.9 – 25.0 18.2 – 25.6

Gemuk > 18.6 > 19.3 > 20.1 > 20.9 > 21.9 > 22.8 > 23.7 > 24.4 > 25.0 > 25.6

Kurus < 13.9 < 14.4 < 14.9 < 15.5 < 16.0 < 16.5 < 16.8 < 17.0 < 17.1 < 17.2

Perempuan Normal 13.9 – 19.1 14.4 – 20.0 14.9 – 20.9 15.5 – 21.9 16.0 – 22.9 16.5 – 23.7 16.8 – 24.2 17.0 – 24.7 17.1 – 24.9 17.2 – 25.2

Gemuk > 19.1 > 20.0 > 20.9 > 21.9 > 22.9 > 23.7 > 24.2 > 24.7 > 24.9 > 25.2

Asupan air Data estimasi asupan air dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan sumbernya, yaitu air yang berasal dari minuman, air dari makanan, dan air metabolik. Air yang berasal dari minuman diperoleh berdasarkan data food recall 1x24 jam yang diperoleh dari Riskesdas 2010. Air yang berasal dari minuman dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu air putih dan bukan air putih, seperti teh, kopi, susu kental manis, sirup, susu, jus, minuman karbonasi dan lainnya. Berat minuman bukan air putih yang dikonsumsi dikonversikan ke dalam kandungan air menggunakan koreksi berat padatan zat gizi yang dikandungnya, serta menggunakan National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011). Jenis minuman yang kandungan airnya diperoleh dari National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011) dapat dilihat pada Lampiran 3. Air yang berasal dari makanan diperoleh berdasarkan data food recall 1x24 jam yang terdiri dari tiga waktu makan utama dan dua waktu selingan. Air yang berasal dari makanan dibagi ke dalam 11 kelompok makanan berdasarkan Daftar Kode Bahan Makanan yang digunakan oleh Riskesdas 2010, yaitu (1) serealia, umbi, dan olahannya; (2) kacang-kacangan, biji-bijian, dan olahannya; (3) daging dan olahannya; (4) telur dan olahannya; (5) ikan, hasil perikanan, dan olahannya; (6) sayuran dan olahannya; (7) buah-buahan; (8) olahan susu; (9) minyak dan lemak; (10) serba serbi; dan (11) makanan jajanan. Berat makanan yang dikonsumsi dikonversikan ke dalam kandungan air menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 2007 dan Energy and Nutrient Composition of Foods (Health Promotion Board Singapore Government

2009).

Jenis

makanan

yang

kandungan

airnya

dihitung

21

berdasarkan Energy and Nutrient Composition of Foods (Health Promotion Board Singapore Government 2009) adalah jenis pangan yang tidak terdapat dalam DKBM (Lampiran 3). Konversi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)} Keterangan : Kgij

= kandungan zat-zat gizi-i dalam bahan makanan-j

Bj

= berat makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij

= Kandungan zat gizi dalam 100 g BDD bahan makanan-j

BDDj = bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan Data asupan air juga diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi pangan (karbohidrat, protein, lemak) yang dikonsumsi (air metabolik). Menurut Verdu dan Navarrete (2009), 1 gram karbohidrat, lemak dan protein masing-masing menghasilkan 0.55 mL, 1.07 mL, dan 0.40 mL air, sehingga diperoleh rumus perhitungan air metabolik sebagai berikut : Air metabolik =

(Karbohidrat yang dikonsumsi (g) x 0.55 mL) + (Protein yang dikonsumsi (g) x 0.40 mL) + (Lemak yang dikonsumsi (g) x 1.07 mL)

Estimasi asupan air Estimasi total asupan air pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah air dari minuman yang seharusnya dikonsumsi oleh sampel jika data yang diketahui adalah jumlah air dari makanan dan air metabolik yang berasal dari data Riskesdas 2010 (Gambar 3). Estimasi total asupan air yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase kontribusi air dari makanan dan metabolik terhadap total asupan air sebesar 30%, sedangkan kontribusi air dari minuman terhadap total asupan air sebesar 70%. Persentase ini diperoleh berdasarkan penelitian Fauji (2011) dan Institute of Medicine (2005) dalam Santoso et al. (2011). Berdasarkan Institute of Medicine (2004) dalam Santoso et al. (2011), asupan air pada populasi di Amerika Serikat menunjukan total asupan air 28% berasal dari makanan dan 72% dari minuman, yang terdiri dari 28% air putih dan 44% minuman lain-lain. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Fauji (2011) menyatakan bahwa kontribusi asupan air dari air putih dan minuman lainnya terhadap total asupan air yaitu sebesar 73.5% pada sampel remaja, sedangkan rata-rata asupan air dari makanan dan air metabolik terhadap total

22

asupan air sebesar 26.5%. Menurut Santoso et al. (2011), secara umum dari berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa kontribusi air dari minuman yaitu 65% dan air dari makanan dan air metabolik sebesar 35%.

Jika :  Jumlah air dari makanan dan air metabolik (A)  datanya diketahui dari data Riskesdas 2010  Jumlah estimasi air dari minuman (B)  data belum diketahui  Total estimasi asupan air (C)  data belum diketahui

30% + 70% = 100% A+B=C

A+B=

x 100% = 30%  C =

xAB=

xA

A–AB= A

Jadi : Estimasi asupan air dari minuman (mL) = x (asupan air dari makanan (mL) + air metabolik (mL))

Estimasi total asupan air (mL) = estimasi asupan air dari minuman (mL) + (asupan air dari makanan (mL) + air metabolik (mL)) Gambar 3 Perhitungan estimasi total asupan air

Kebutuhan air dan kebutuhan energi Kebutuhan air yang berasal dari asupan air dari makanan, air dari minuman dan air metabolik yaitu 1.31 mL/Kal untuk pria dan 1.22 mL/Kal untuk wanita pada golongan usia dewasa (19-70 tahun), sedangkan pada anak-anak (9-13 tahun) yaitu sebesar 1.15 mL/Kal untuk laki-laki dan 1.11 mL/Kal untuk perempuan (Manz & Wentz 2005). Berdasarkan kebutuhan air pada dewasa dan anak-anak tersebut, maka diasumsikan rata-rata kebutuhan air pada remaja adalah sebesar 1.15 mL/Kal untuk remaja perempuan dan 1.23 mL/Kal untuk remaja laki-laki. Kebutuhan air menurut Popkin et al. (2010) yang membandingkan antara Adequate Intake (AI) air dengan Estimated Energy Requirement (EER) pada remaja adalah sebesar 1.15 mL/Kal untuk remaja

23

perempuan dan 1.18 mL/Kal untuk remaja laki-laki. Perhitungan ini didasarkan pada kebutuhan energi sampel. Kebutuhan energi dihitung menggunakan rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escootstump (2008) yang didasarkan pada oxford equation. Kebutuhan energi sampel dihitung sesuai dengan jenis kelamin, status gizi, usia, faktor aktivitas, serta berat badan dan tinggi badan aktual berdasarkan Total Energy Expenditure (TEE) yang dikoreksi dengan Thermic Effect of Food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi yang berhubungan dengan asupan pangan. Besarnya nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu sebesar 10% dari TEE (Tabel 5). Perhitungan kebutuhan energi pada remaja juga termasuk kebutuhan energi cadangan yang digunakan untuk pertumbuhan. Tabel 5 Perhitungan kebutuhan energi (Kal) menurut usia, jenis kelamin dan status gizi Rumus perhitungan kebutuhan energi Laki-laki 10-18 tahun dengan status gizi normal EER = TEE + energi cadangan EER = 88.5 – (61.9xU) + PA x (26.7xBB+ 903xTB)+ 25 Kal Keterangan: PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.13 (ringan) PA = 1.26 (aktif) PA = 1.42 (sangat aktif) Laki-laki 10-18 tahun dengan status gizi gemuk EER = TEE EER = 114 – (50.9xU) + PA x (19.5xBB+ 1161.4xTB) Keterangan: PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.12 (ringan) PA = 1.24 (aktif) PA = 1.45 (sangat aktif) Perempuan 10-18 tahun dengan status gizi normal EER = TEE + energi cadangan EER = 135.3 – (30.8xU) + PA x (10xBB + 934xTB)+ 25 Kal Keterangan: PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.16 (ringan) PA = 1.31 (aktif) PA = 1.56 (sangat aktif) Perempuan 10-18 tahun dengan status gizi gemuk EER = TEE EER = 389 – (41.2xU) + PA x (15xBB+ 701.6xTB) Keterangan: PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.18 (ringan) PA = 1.35 (aktif) PA = 1.60 (sangat aktif)

Kebutuhan energi (Kal) EER + 10%TEE

EER + 10%TEE

EER + 10%TEE

EER + 10%TEE

24

Rumus perhitungan kebutuhan energi Laki-laki (usia 19 tahun) dengan status gizi normal EER = TEE TEE = 662 – (9.53xU) + PA x (15.91xBB+ 539.6xTB) Keterangan; PA = 1.0 untuk 1.0 ≤ PAL < 1.4 PA = 1.11 untuk 1.4 ≤ PAL < 1.6 PA = 1.25 untuk 1.6 ≤ PAL < 1.9 PA = 1.48 untuk 1.9 ≤ PAL < 2.5 Laki-laki (usia 19 tahun) dengan status gizi gemuk EER = TEE TEE = 1086 – (10.1xU) + PA x (13.7xBB+ 416xTB) Keterangan; PA = 1.0 untuk 1.0 ≤ PAL < 1.4 PA = 1.12 untuk 1.4 ≤ PAL < 1.6 PA = 1.29 untuk 1.6 ≤ PAL < 1.9 PA = 1.59 untuk 1.9 ≤ PAL < 2.5 Perempuan (usia 19 tahun) dengan status gizi normal EER = TEE TEE = 354 – (6.91xU) + PA x (9.36xBB+726xTB) Keterangan; PA = 1.0 untuk 1.0 ≤ PAL < 1.4 PA = 1.12 untuk 1.4 ≤ PAL < 1.6 PA = 1.27 untuk 1.6 ≤ PAL < 1.9 PA = 1.45 untuk 1.9 ≤ PAL < 2.5 Perempuan (usia 19 tahun) dengan status gizi gemuk EER = TEE TEE = 448 – (7.95xU) + PA x (11.4xBB+619xTB) Keterangan; PA = 1.0 untuk 1.0 ≤ PAL < 1.4 PA = 1.16 untuk 1.4 ≤ PAL < 1.6 PA = 1.27 untuk 1.6 ≤ PAL < 1.9 PA = 1.44 untuk 1.9 ≤ PAL < 2.5

Kebutuhan energi (Kal) TEE + 10% TEE

TEE + 10% TEE

TEE + 10% TEE

TEE + 10% TEE

Sumber : Mahan & Escoot-stump (2008) Keterangan : U = umur (tahun), BB = berat badan (kg), TB = tinggi badan (m) EER = estimasi kebutuhan energi (Kal) TEE = total pengeluaran energi (Kal) PA = koefisien aktivitas fisik

Faktor aktivitas Faktor aktivitas ditentukan oleh pekerjaan masing-masing sampel karena pada data Riskesdas 2010 tidak terdapat data mengenai aktivitas sampel. Sampel yang tidak bekerja tergolong kategori faktor aktivitas yang sangat ringan, sekolah tergolong kategori aktif, wiraswata/layan jasa/dagang tergolong kategori aktivitas ringan, petani/nelayan dan buruh tergolong kategori aktivitas sangat aktif, dan sampel yang memiliki pekerjaan selain dari yang telah disebutkan, tergolong kategori aktivitas ringan. Setelah ditentukan kategori faktor aktivitasnya, kemudian dihitung kebutuhan energi setiap sampel (Tabel 5).

25

Kebutuhan protein Perhitungan data kebutuhan protein didasarkan pada formula estimasi Angka Kecukupan Protein (AKP) sesuai dengan kelompok usia dan jenis kelamin. Perhitungan kebutuhan protein disesuaikan dengan berat badan aktual sampel serta dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein yaitu sebesar 1,2 (Tabel 6). Faktor koreksi mutu protein tersebut didasarkan pada kenyataan rendahnya mutu protein makanan penduduk Indonesia (WNPG 2004). Berikut rumus dan tabel perhitungan kebutuhan protein menurut usia dan jenis kelamin: Kebutuhan protein = AKP x faktor koreksi mutu protein Keterangan : -

AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari)

-

Faktor koreksi mutu protein = 1.2

Tabel 6 Perhitungan kebutuhan protein menurut usia dan jenis kelamin Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 10-12 tahun 0.95 g/kg BB/hr x 1,2 0.85 g/kg BB/hr x 1,2 13-15 tahun 0.85 g/kg BB/hr x 1,2 0.85 g/kg BB/hr x 1,2 16-18 tahun 0.85 g/kg BB/hr x 1,2 0.85 g/kg BB/hr x 1,2 19 tahun 0.80 g/kg BB/hr x 1,2 0.80 g/kg BB/hr x 1,2 Sumber : WNPG (2004) Kelompok usia

Kebutuhan lemak dan karbohidrat Perhitungan kebutuhan lemak didasarkan pada perbandingan komposisi energi dari karbohidrat, protein dan lemak masing-masing adalah 50-65%, 1020% dan 20-30% (WNPG 2004). Berdasarkan perbandingan tersebut diperoleh kebutuhan lemak sampel adalah 20% dari kebutuhan energi total untuk laki-laki dan 25% dari kebutuhan energi total untuk perempuan. Perbedaan persentase tersebut disebabkan oleh selama masa pertumbuhan, komposisi jaringan lemak pada perempuan lebih banyak dibandingkan pada laki-laki (Bredbenner et al. 2009). Setelah mengetahui banyaknya energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein dan lemak, maka dapat diperoleh kebutuhan karbohidrat sampel. Perhitungan data kebutuhan karbohidrat diperoleh dari sisa kalori total energi sampel yang dijelaskan sebagai berikut : Kebutuhan Karbohidrat =

(

) (

( )

) (

( )

)

26

Kebutuhan zat gizi mikro Perhitungan data kebutuhan zat gizi mikro didasarkan pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) (WNPG 2004) sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Zat gizi mikro yang dihitung adalah kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C. Rata-rata kebutuhan zat gizi mikro sampel dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10. Tingkat pemenuhan kebutuhan air Berdasarkan data asupan air, dapat diperoleh data tingkat pemenuhan kebutuhan air dengan membandingkan antara asupan air dan kebutuhan air sampel yang dinyatakan dalam bentuk persen. Berikut adalah perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan air : Tingkat pemenuhan kebutuhan air (%) = Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi selain air Berdasarkan data asupan zat gizi, dapat diperoleh data tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi selain air dengan membandingkan antara zat gizi yang dikonsumsi dengan kebutuhan zat gizi sampel yang dinyatakan dalam bentuk persen. Berikut adalah perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi sampel : Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi (%) = Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP) Berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi termasuk air, diperoleh mutu gizi asupan pangan. Penilaian MGP dilakukan dengan menghitung rata-rata tingkat kecukupan

zat

gizi

yang

dinyatakan

dalam

persen.

Zat

gizi

yang

dipertimbangan dalam penilaian MGP, yaitu 16 zat gizi meliputi energi, protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, vitamin C, kalsium, besi, dan fosfor. Mutu gizi asupan pangan dapat dihitung dengan rumus (Hardinsyah 2001) : MGP (%) =

(

)

Keterangan : TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi ke-i, yaitu (asupan zat gizi kei/kecukupan zat gizi ke-i) x 100 n

= Jumlah zat gizi yang dipertimbangan dalam penilaian MGP

27

Perhitungan tingkat kecukupan gizi ke-i (TKGi) setiap nilai TKGi bernilai maksimum 100 (truncated at 100) dengan alasan untuk meminimalkan kompensasi antara nilai TKGi yang rendah dan tinggi secara matematik, karena secara biologis antar zat gizi yang berbeda tidak dapat saling substitusi melainkan saling berinteraksi. Setelah diperoleh nilai MGP, lebih lanjut nilai tersebut dikategorikan berdasarkan empat kategori (Hardinsyah 1996), yaitu kategori <55 tergolong sangat kurang, 55-69 tergolong kurang, 70-84 tergolong cukup dan >84 tergolong baik. Analisis data Hasil pengolahan data selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil pengolahan data tersebut kemudian dianalisis secara statistik. Analisis statistik menggunakan uji beda-t (Independent samples t-test) dan uji korelasi Rank Spearman. Uji beda-t (Independent samples t-test) untuk menganalisis perbedaan setiap peubah pada penelitian ini, yaitu kebutuhan air, asupan air, tingkat pemenuhan kebutuhan air, dan MGP berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia. Tanda a, b, c pada tabel hasil menunjukkan hasil uji beda statistik. Tanda yang berbeda antar kolom menunjukkan hasil uji berbeda signifikan menurut kelompok usia, sedangkan tanda yang berbeda antar baris menunjukkan hasil uji beda signifikan menurut jenis kelamin. Uji beda-t (Independent samples t-test) juga dilakukan untuk mengetahui perbedaan asupan air dan MGP menurut daerah tempat tinggal. Analisis statistik uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik dengan asupan air dan MGP. Definisi Operasional Sampel adalah remaja dalam penelitian Riskesdas 2010 baik laki-laki dan perempuan berusia 10-19 tahun yang telah melalui tahapan cleaning data. Kebutuhan Air adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tubuh setelah dikoreksi kebutuhan energi sampel. Asupan Air adalah jumlah air yang masuk ke dalam tubuh sampel yang diperoleh dari tiga sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air dari hasil metabolisme. Air dari Makanan adalah air yang terkandung di dalam makanan yang dikonsumsi sehingga memberikan kontribusi asupan air bagi sampel.

28

Air dari Minuman adalah air yang diperoleh dari minuman yang memberikan kontribusi asupan air bagi sampel. Air Metabolik adalah air yang berasal dari hasil metabolisme zat gizi (karbohidrat, protein, lemak) di dalam tubuh sampel yang memberikan kontribusi asupan air. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Air adalah nilai yang menunjukkan pemenuhan asupan air terhadap kebutuhan air sampel. Pangan adalah segala macam jenis olahan atau mentah berupa makanan atau minuman yang dapat dikonsumsi dan memberikan kontribusi energi serta zat gizi bagi tubuh. Asupan Gizi adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi dan diperoleh dari asupan pangan. Tingkat

Pemenuhan

Kebutuhan

Zat

Gizi

adalah

nilai

yang

menunjukkan pemenuhan asupan zat gizi terhadap kebutuhan gizi sampel. Mutu

Gizi

Asupan

Pangan

adalah

nilai

yang

mencerminkan

pemenuhan kebutuhan gizi secara keseluruhan (energi, karbohidrat, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, vitamin C, dan air) yang dikonsumsi oleh sampel.

Related Documents

Bab-iv
June 2020 31
Bab Iv
June 2020 62
Bab Iv
June 2020 34
Bab Iv
May 2020 45
Bab Iv
June 2020 48
Bab Iv
June 2020 53

More Documents from "Al"

Bab Iv Metode.pdf
May 2020 4
Bab V, Fartoks
October 2019 39
Bk Soal Dan Jwbn Neww.docx
October 2019 53
Kata Pengantar.docx
May 2020 27
B. Madur Rara.docx
May 2020 31