Bab Iii Tinjauan Pustaka.docx

  • Uploaded by: Wulan Dewi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Iii Tinjauan Pustaka.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,548
  • Pages: 42
BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1

Umum Fungsi dari peralatan plambing adalah untuk menyediakan air bersih ke

tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup, dan membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya. Fungsi pertama di gunakan oleh sistem penyediaan air bersih dan yang kedua oleh sistem pembuangan. Meskipun sistem plambing adalah sarana yang sangat penting dan dikenal banyak

orang,

tapi

bukannya

tidak

mungkin

untuk

merancang

atau

melaksanakannya tanpa menggunakan komputer. Walaupun demikian, kesalahan dalam merancang, pemasangan, dan perawatan dari peralatan plambing dapat membahayakan jiwa manusia. Kenyataanya banyak kecelakaan fatal telah terjadi dan banyak terkena penyakit akibat kesalahan perancangan dan kesalahan pemasangan instalasi plambing. Oleh karena itu, maka banyak Negara yang telah menetapkan undang-undang, peraturan, pedoman pelaksanaan (code of practice), standar yang manyangkut peralatan dan instalasi palmbing. Di Indonesia telah disiapkan “Pedoman Plambing Indonesia” oleh suatu tim yang di bentuk oleh Direktorat Jendral Cipta Karya dan terdiri dari berbagai unsure ( pemerintah, kontraktor, konsultan industri dan perguruan tinggi). Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing harus dilakukan bersama dan sesuai dengan tahap-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan secara seksama hubungannya dengan bagian-bagian kontruksi gedung serta dengan peralatan lainnya yang ada dalam gedung tersebut (seperti listrik, pendingin, dan lain-lain).

III-1

III-2 Perencanaan dan perancangan sistem plambing dimulai dengan rencana, konsep, rencana dasar, rancangan pendahuluan, dan gambar-gambar pelaksanaan, dengan selalu memperhatikan koordinasi dan keserasian dengan perencanaan dan perancangan elemen lainnya dalam gedung. 3.1.1 Prosedur Perencanaan 1)

Rancangan Konsep Dalam menyiapkan rancangan konsep sistem plambing, hal-hal berikut ini

perlu diketahui :

2)

1.

Jenis dan penggunaan gedung.

2.

Denah bangunan.

3.

Jumlah penghuni.

Penelitian Lapangan Dalam tahap rancangan konsep, penelitian lapangan sangat penting di

samping hal-hal yang tersebut diatas. Penelitian lapangan yang kurang memadai atau tidak lengkap, hanya akan menimbulkan kesulitan pada tahap awal perancangan, tetapi bahkan dapat menyebabkan terhambatnya pelaksanaan pemasangan instalasi. Oleh karena itu penelitian lapangan merupakan bagian dari pekerjaan perencanaan dan perancangan.

3.

Rencana Dasar

1.

Masalah Umum Dalam tahap ini disiapkan dasar-dasar perancangan, dengan menggunakan

rencana konsep serta data yang diperoleh dari penelitian lapangan. Antara lain diperlukan :

2.



Pertemuan dengan pemilik gedung atau perancangan gedung.



Penyesuaian dengan persyaratan gedumg maupun peralatan lainnya. Pemilihan Peralatan Setelah menetapkan dasar-dasar perancangan, jenis sistem plambing dapat

dipilih, data untuk perhitungan perancangan dapat disiapkan dan jenis-jenis peralatannya.

III-3 4.

Rancangan Pendahuluan Berdasarkan rencana dasar yang telah dibuat, kapasitas dari sistem dan

peletakan peralatan plambing dipelajari lebih detail dengan menggunakan gambar-gambar pendahuluan denah bangunan.

5.

Rancangan Pelaksanaan Setelah rancangan pendahuluan diperiksa dan disetujui oleh pemilik gedung

atau perancang gedung, perhitungan dan gambar-gambar pelaksanaan dapat dipisahkan. Selain itu juga disiapkan dokumen spesifikasi dan perkiraan biaya pelaksanaan. Kontraktor pelaksana akan membuat penawaran biaya pelaksanaan berdasarkan gambar rancangan dan spesifikasi tersebut, yang akan menjadi bagian terpenting dari dokumen kontrak dengan pemberi tugas (pemilik gedung). Disamping itu, kontraktor pelaksana akan menyiapkan pula gambar-gambar kerja (shop drawing) untuk menunjukan atau menegaskan detail pemasangan.

3.2

Perancangan Sistem Penyediaan Air Bersih

3.2.1 Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air Bersih Penyediaan air minum dengan kualitas yang tetap baik merupakan prioritas utama. Banyak Negara yang telah menetapkan standar kualitas air bersih. Standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan standar kualitas air bersih terutama untuk Negara yang sedang berkembang, dan juga menyamakan standar kualitas air minum untuk alat angkutan internasional (kapal dan pesawat). Negaranegara yang masih akan menetapkan standar kualitas air minumnya diharapkan menggunakan standar WHO tersebut, (Noerbambang & Morimura, 2000)

3.2.2 Pencegahan Pencemaran Air Sistem pnyediaan air bersih meliputi beberapa peralatan seperti tangki air bawah tanah, tangki air di atas atap, pompa-pompa, perpipaan dan lain sebagainya. Dalam peralatan-peralatan ini, air minum harus dapat dialirkan ke tempat-tempat

yang

dituju

tanpa

mengalami

pencemaran.

Pencegahan

pencemaran lebih ditekankan pada sistem penyediaan air bersih, dan ini adalah faktor terpenting yang ditinjau dari segi kesehatan.

III-4 Hal-hal yang dapat menyebabkan pencemaran antara lain masuknya kotoran, tikus, serangga kedalam tangki, terjadinya karat dan rusaknya bahan tangki dan pipa, terhubungnya pipa air minum dengan pipa lainnya, tercampurnya air minum dengan air jenis kualitas lainnya, aliran balik (back flow) air dari jenis kualitas air lain ke dalam pipa air minum. Contoh pencemaran dan pencegahannya : 1.

Larangan hubungan pintas Hubungan pintas (cross connection) adalah hubungan fisik antara dua

sistem pipa yang berbeda, satu sistem pipa untuk air bersih dan sistem pipa lainnya berisi air yang tidak diketahui atau diragukan kualitasnya, di mana air akan dapat mengalir dari satu sistem ke sistem lainnya. Demikian pula sistem penyediaan air bersih tidak boleh dihubungkan dengan sistem perpipaan lainnya. Sistem perpipaan air bersih dan peralatannya tidak boleh terendam dalam air kotor atau bahan lain yang tercemar.

2.

Pencegahan aliran balik Aliran balik (back flow) adalah aliran air atau cairan lain, zat atau campuran,

ke dalam sistem perpipaan air bersih, yang berasal dari sumber lain yang bukan untuk air bersih. Aliran balik tidak dapat dipisahkan dari hubungan pintas dan ini disebabkan oleh terjadinya efek siphon-balik (back siphonage). Efek siphon-balik terjadi karena masuknya aliran ke dalam pipa air bersih dari air bekas, air tercemar, dari peralatan saniter atau tangki, disebabkan oleh timbulnya tekanan negatif dalam pipa. Sebagai contoh dapat dilihat kemungkinan-kemungkinan pada bak mandi, bak cuci, mesin pencuci, dan lain-lain. Apabila pencucian dilakukan dalam bak dengan slang air tersambung pada keran sedang ujung slang terendam dalam air cucian, air kotor bekas cucian dapat terisap ke dalam sistem pipa air bersih pada waktu tekanan negatif. Tekanan negatif dalam sistem pipa sering disebabkan oleh terhentinya penyediaan air atau karena pertambahan kecepatan aliran yang cukup besar dalam pipa. Pencegahan aliran balik dapat dilakukan dengan menyediakan celah udara atau memasang penahan aliran-balik.

III-5 3.

Pukulan air dan pencegahannya Penyebab pukulan air bila aliran dalam pipa dihentikan secara mendadak

oleh keran atau katup, tekanan air pada sisi atas akan meningkat dengan tajam dan menimbulkan gelombang tekanan yang akan merambat dengan kecepatan tertentu, dan kemudian dipantulkan kembali ke tempat semula. Gejala ini menimbulkan kenaikan tekanan yang sangat tajam sehingga menyerupai suatu pukulan dan dinamakan gejala pukulan air (water hammer). Pukulan air mengakibatkan berbagai kesulitan seperti kerusakan pada peralatan plambing, getaran pada sistem pipa, patahnya pipa, kebocoran, dan suara berisik sehingga dapat mengurangi umur kerja peralatan dan sistem pipa.

Gambar 3.1 Pelepas vakum jenis bertekanan Sumber : Morimura, 2000

Pukulan air cenderung terjadi dalam keadaan sebagai berikut (Noerbambang dan Morimura, 2000): a.

Tempat-tempat di mana katup ditutup/dibuka mendadak;

b.

Keadaan di mana tekanan air dalam pipa selalu tinggi;

c.

Keadaan di mana kecepatan air dalam pipa selalu tinggi;

d.

Keadaan di mana banyak jalur ke atas dan ke bawah dalam sistem pipa;

e.

Keadaan di mana banyak belokan dibandingkan jalur lurus;

f.

Keadaan di mana temperatur air tinggi. Jelas bahwa pencegahan gejala pukulan air menyangkut tindakan untuk

mengatasi

keadaan-keadaan

diatas,

dan

meliputi

cara-cara

ini (Noerbambang dan Morimura, 2000): a.

Menghindarkan tekanan kerja yang terlalu tinggi

b.

Menghindarkan kecepatan aliran yang terlalu tinggi

c.

Memasang rongga udara atau alat pencegah pukulan-air

d.

Menggunakan dua katup-bola-pelampung pada tangki air.

berikut

III-6 3.3

Sistem Penyediaan Air Bersih

3.3.1 Sistem Penyediaan Air Bersih Sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat dikelompokkan dalam berbagai jenis yaitu (Noerbambang dan Morimura, 2000). 

Sistem sambungan langsung



Sistem tanki atap



Sistem tangki tekan



Sistem tanpa tangki (booster system)

1.

Sistem sambungan langsung Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan

pipa utama penyediaan air bersih (misalnya : pipa utama di bawah jalan dari Perusahaan Air Minum). Karena terbatasnya tekanan dalm pipa utama dan dibatasinya ikuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil. Ukuran pipa cabang biasanya diatur atau ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum.

Gambar 3.2 Sistem sambungan langsung Sumber : Morimura, 2000

2.

Sistem tangki atap

III-7 Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (yang berada di lantai terendah bangunan atau di bawah muka tanah) dan kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan, ini dilakukan jika tekanan air kecil dari pipa utama, tapi jika tekanan air cukup tinggi tangki bawah dapat dihilangkan. Dari tangki ini air didistribusikan keseluruh bangunan. Sistem tangki ini diterapkan seringkali karena alasan-alasan berikut : 

Sistem pipa yang menaikan air ke tangki atap bekerja secara otomatis dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan terjadi kesulitan, pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki atap.



Perawatan tangki bawah dan tangki atap harus dipasang alarm yang memberikan tanpa suara untuk muka air rendah dan air penuh. Tanda alarm ini biasanya dipasang di ruang kontrol atau ruang pengawas

instalasi bangunan. Untuk bangunan yang cukup besar, sebaiknya disediakan pompa cadangan untuk menaikan air ke tangki atap. Pompa cadangan ini dalam keadaan normal biasanya dijalankan bergantian dengan pompa utama, untuk menjaga agar jika ada kerusakan atau kesulitan dapat segera diketahui.

III-8

Gambar 3.3 Sistem dengan tangki atap Sumber : Morimura, 2000

Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat langsung dialirkan ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam tangki bawah dan pompa. Dalam keadaan demikian ketinggian lantai paling atas yang dapat dilayani akan bergantung kepada besarnya tekanan air dalam pipa utama. Sistem penyediaan air bersih biasanya dirancang sedemikian agar pada alatalat tersebut di atas dapat disediakan tekanan air sebesar 1,0 kg/cm2. Dengan demikian maka tangki atap harus dipasang sedemikian sehingga muka air terendah berada 10 m atau lebih di atas alat-alat plambing tersebut.

3.

Sistem tangki tekan Kerja dari sistem ini yaitu air yang telah ditampung di dalam tangki bawah

dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup, sehingga udara di dalamnya terkompresi dan air dapat dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan.

III-9

Gambar 3.4 Sistem tangki tekan dengan sumur untuk rumah Sumber : Morimura, 2000

Kelebihan-kelebihan dari sistem tangki tekan antara lain : 

Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu mencolok di banding dengan tangki atap.



Mudah merawatnya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama pompa-pompa lainnya.



Harga awal lebih murah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di atas menara.

Kekurangan-kekurangan dari sistem tangki tekan antara lain : 

Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa hari sekali harus ditambahkan udara ke pompa dengan kompresor atau dengan menguras seluruh air dari dalam tangki tekan.



Sistem tangki tekan dapat di anggap sebagai suatu pengaturan otomatik pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem penyimpanan air seperti tangki atap.



Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relatif sedikit, maka pompa akan sering bekerja dan hal ini menyebabkan keausan pada saklar yang lebih cepat.

III-10 4.

Sistem tanpa tangki (booster system) Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun baik tangki bawah, tangki

tekan, ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misalnya, pipa utama Perusahaan Air Minum). Sistem ini sebenarnya dilarang di Indonesia, baik oleh Perusahaan Air Minum maupun pada pipa-pipa utama dalam permukiman khusus (tidak untuk umum). Ciri-ciri sistem tanpa tangki : 

Mengurangi kemungkinan pencemaran air minum karena menghilangkan tangki bawah maupun tangki atas.



Mengurangi kemungkinan terjadi karat karena kontak air dengan udara relatif singkat.



Jika cara ini diterapkan pada bangunan pencakar langit akan mengurangi beban struktur bangunan. (Noerbambang & Morimura, 2000)

3.3.2 Tekanan Air dan Kecepatan Aliran Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit terkena pancaran air serta mempercepat kerusakan pada peralatan plambing, dan menambahkan kemungkinan terjadi pukulan air. Besar tekanan standar adalah 1,0 kg/cm2, sedangkan tekanan static diusahakan diantara 4,0 sampai 5,0 kg/cm2 untuk perkantoran dan antara 2,5 sampai 3,5 kg/cm2 untuk hotel dan perumahan. Kecepatan aliran air yang terlampau tinggi akan dapat menembah kemungkinan timbulnya pukulan air, dan menimbulkan suara berisik dan kadangkadang menyebabkan ausnya di permukaan dalam pipa. Biasanya digunakan standar kecepatan 0,9 sampai 1,2 m/dt, dan batas maksimum berkisar antara 1,5 sampai 2,0 m/dt.

III-11 3.4

Tangki-tangki Air Tangki-tangki yang digunakan untuk menyimpan air minum (tangki bawah

tanah, tangki atas, tangki tekan, dsb) haruslah dibersihkan secara teratur, agar kualitas air dapat tetap dijaga. Di beberapa Negara hal ini bahkan dipersyaratkan oleh undang-undang, dengan batas ukuran tangki minimum yang tertentu.

3.4.1 1.

Pemasangan tangki dalam bangunan Pemasangan tangki di lantai bangunan Pemasangan tangki air diantara pelat lantai bawah dan pondasi dari

bangunan. Tetapi seringkali di bawah lantai yang sama juga dipasang bak penampung air bangunan atau air kotor. Dalam keadan yang paling buruk bahkan tangki air minum tersebut hanya dibatasi oleh suatu dinding dengan bak penampung air kotor. Keadaan ini memebrikan kemungkinan timbulnya pencemaran air bersih oleh air kotor tersebut. Disyaratkan bahwa tangki air juga tidak merupakan bagian structural dari bangunan tersebut serta lokasinya tidak berdekatan dengan tempat pembuangan air atau kotoran apapun dan tidak terpengaruh oleh sumur artesis atau genangan air.

2.

Ruang bebas untuk pemeriksaan sekeliling tangki Dalam pemasangan tangki air diperlukan ruang bebas yang cukup sekeliling

tangki untuk pemeriksaan dan perawatan, seperti disebelah atas, dinding dan dibawas alasnya. Ruang bebas ini sekurang-kurangnya 45 cm, tetapi lebih baik dibuas sebesar 60 cm agar memudahkan pengecetan dinding luar tangki.

3.

Lubang perawatan (manhole) Setiap tangki harus dilengkapi dengan suatu lubang bertutup untuk

memudahkan perawatan, dengan ukuran yang cukup agar orang-oarang yang masuk kedalam tangki tidak mendapat kesulitan. Ukuran lubang antara 45 smapai 60 cm untuk memudakan orang yang masuk membawa peralatan untuk memebrsihkan tangki.

III-12 Beberapa hal di bawah ini yang perlu di perhatikan dalam merancang manhole ( lubang perawatan dan pemeriksaan). a.

Penutupan manhole harus rapat untuk mencegah masuknya kotoran dan binatang ke dalam tangki. Demikian pula pada waktu ada air di atas tutup tangki (air hujan atau air untuk memebrsihkan) harus dicegah agar tidak dapat masuk melalui manhole. Untuk ini lubang harus pada bidang yang kira-kira 10 cm lebih tinggi permukaan tutup tangki, dan tutup tangki tersebut memiliki kemiringan (1/100) kea rah luar dari manhole.

b.

Penutup manhole harus dapat terkunci dengan rapat untuk mencegah pembukaan bagi orang yang tidak berhak. Ditempuh dengan pemasangan kunci atau memasang baut-baut pengikat.

4.

Kontruksi yang memudahkan perawatan. Kontruksi air sebaiknya dibuat sedemikian agar memudahkan pemeriksaan

dan perawatan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan : a.

Pipa yang biasanya dilengkapi dengan katup, sebaiknya dipasang dengan lubang yang kira-kira 20 cm di atas dasar tangki. hal ini untuk mencegah agar endapan kotoran tidak terhisap ke dalam pipa.

b.

Saluran atau lekukan dangkal sebaiknya dibuat pada dasar tangki, dengan kemiringan yang cukup kea rah lubang pengurasan. Saluran atau lekukan ini akan berguna untuk memperlancar pembuangan endapan kotoran pada waktu tangki di bersihkan.

c.

Tangki harus dapat dibersihkan tanpa memutuskan penyediaan air ke dalam pipa distribusi. Hal ini dapat dcapai dengan menyediakan lebih dari satu tangki, atau membagi tangki dengan dinding partisi menjadi dua bagian atau lebih.

5.

Pipa peluap Setiap tangki harus dilengkapi dengan pipa peluap. Ujung dari pipa peluap

tidak boleh disambungkan langsung ke pipa bangunan melainkan dengan cara tidak langsung. Ujung pipa peluap tersebut juga harus dilengkapi dengan saringan serangga.

III-13 6.

Pipa ven Tujuan dari pipa ven adalah memasukan atau mengeluarkan udara tangki

pada waktu volume air dalam tangki berkurang atau bertambah. Pipa ven biasanya diperlukan pada tangki dengan volume air 2 m3 atau lebih. Lubang udara masuk pipa ven harus dipasang saringan serangga.

3.4.2 Gabungan dengan Tangki Pemadam Kebakaran. Perpipaan yang berfungsi ganda untuk penyediaan air bersih dan air pemadam kebakaran. Pada dasarnya harus selalu tersedia volume air yang cukup untuk keperluan pemadam kebakaran, tanpa tergantung pada pemakaian air bersih. Hal ini menjamin dengan pemasangan pipa hisap pompa pemadam kebakaran sedemikian sehingga lubang masuknya dekat dengan dasar tangki, sedangkan untuk pompa penyediaan air bersih lubang masuk pipa hisap dipasang lebih tinggi.

3.5

Perancangan Sistem Air Bersih Perancangan sistem air bersih diantaranya :



Sistem pipa



Pemasangan katup



Penentuan ukuran pipa



Penaksiran laju aliran air

3.5.1 Sistem Pipa Pada dasarnya ada dua sistem pipa penyediaan air dalam gedung, yaitu sistem pengaliran keatas dan sistem pengaliran ke bawah. Dalam sistem pengaliran kebawah, pipa utama dari tangki atas dipasang mendatar dalam langitlangit teratas dari gedung., dan dari pipa mendatar ini dibuat cabang-cabang tegak ke bawah untuk melyani lantai-lantai di bawahnya. Dalam sistem pengaliran ke bawah, maka perlu ruang yang cukup dalam langit-langit lantai teratas untuk memasang pipa utama mendatar, ruang yang cukup pula untuk melakukan pemeriksaan, perawatan, operasi dan penyetelan atas

III-14 katup-katup pada pipa cabang-cabang tegak ke bawah. Pembuangan udara yang tertinggal dalam pipa relatif cukup mudah. Suatu sistem dimana digunakan pipa hantar dari pompa tangki air bawah ke atas terpisah dari pipa air utama melayani lantai-lantai gedung, dinamakan sistem dua pipa atau sistem pipa ganda. Jika kedua fungsi tersebut di atas dilayani oleh satu pipa maka dinamakan sistem satu pipa atau sistem pipa tunggal. Suatu sistem dimana digunakan pipa hantar dari pompa tangki air bawah ke atas terpisah dari pipa air utama melayani lantai-lantai gedung, dinamakan sistem dua pipa atau sistem pipa ganda. Jika kedua fungsi tersebut di atas dilayani oleh satu pipa maka dinamakan sistem satu pipa atau sistem pipa tunggal. Dalam sistem pipa ganda tekanan air pada peralatan plambing tidak banyak berubah, karena hanya terpengaruh oleh tinggi rendahnya muka air dalam tangki atas. Sedangkan dalam sistem pipa tunggal, tekanan air pada peralatan plambing akan bertambah pada waktu pompa bekerja mengisi tangki.

Gambar 3.5 Sistem distribusi ke atas Sumber : Morimura, 2000

III-15

Gambar 3.6 Sistem distribusi ke bawah Sumber : Morimura, 2000

Gambar 3.7 Sistem satu pipa Sumber : Morimura, 2000

III-16 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan sistem pipa : 1.

Sistem manapun yang dipilih, pipa harus dirancang dan dipasang sedemikian rupa sehingga udara maupun air jika perlu di buang atau dikeluarkan dengan mudah.

2.

Pipa mendatar pada system pengaliran ke atas sebaiknya dibuat agak miring ke atas (searah aliran), sedangkan pada aliran ke bawah dibuat agak miring ke bawah. Kemiringannya sekitar 1/300.

3.

Perpipaan yang tidak merata, melengkung ke atas atau melengkung ke bawah, harus dihindarkan. Kalau akibat sesuatu hal tidak dapat dihindarkan (misalnya ada perombakan gedung) hendaknya dipasang katup pelepas udara.

4.

Harus dihindarkan membalikan arah aliran. Misalnya, pipa cabang tegak akan

melayani

daerah

di

atasnya

pipa

utama

mendatar,

tetapi

penyambungannya di arahkan ke bawah lebih dahulu.

3.5.2 Pemasangan Katup Dari pipa utama (tegak ataupun mendatar) biasanya dibuat pipa-pipa cabang yang melayani tiap lantai pada gedung bertingkat. Pada pipa-pipa cabang ini, sedekat mungkin dengan pipa utamanya, hendaknya di pasang katup-katup pemisah agar jika perlu dilakukan perawatan atau perbaikan pada cabang tersebut, maka tidak perlu instalasi seluruh gedung dimatikan. Katup tersebut biasanya dipasang pada kedua ujungnya dengan flens pipa dan bukan dari jenis dengan sambungan ulir. Katup sorong (gate valve) banyak dipasang sebagai katup pemisah cabang, dan jika katup tersebut merangkap pula berfungsi untuk mengatur (membatasi) laju aliran air pada pipa cabang tersebut biasanya dipasang katup bola (globe valve).

3.5.3 Penaksiran Laju Aliran Air Metode penaksiran laju aliran air Ada beberapa metode yang digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran air, diantaranya :

III-17 a)

Berdasarkan jumlah pemakai

b)

Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing

c)

Berdasarkan unit beban alat plambing

a.

Penaksiran berdasarkan jumlah pemakai (penghuni) Metode ini didasarkan pada pemakaian rata-rata sehari dari setiap penghuni,

dan perkiraan jumlah penghuni. Apabila jumlah penghuni diketahui, atau sitetapkan, untuk sesuatu gedung maka angka tersebut dipakai untuk menghitung pemakaian rata-rata sehari berdasarkan standar mengenai pemakaian air per orang per hari untuk sifat penggunaan gedung tersebut. Tetapi jika jumlah penghuni tidak diketahui, biasanya ditaksir berdasarkan luas lantai dan menetapkan kepadatan hunian per luas lantai. Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metode ini biasanya digunakan untuk menetapkan volume tangki bawah, tangki atap, pompa dsb. Sedangkan ukuran pipa yang diperoleh dengan metode ini hanyalah pipa penyediaan air bersih ( mislanya pipa dinas) dan bukan untuk menentukan ukuran pipa-pipa dalam seluruh jaringan.

b.

Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat

diketahui, misalnya untuk perumahan atau gedung kecil. Juga harus diketahui jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut.

c.

Penaksiran berdasarkan unit beban alat plambing Dalam metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban

(fixture unit ). Untuk setiap bagian pipa di jumlahkan besarnya unit beban dari semua alat plambing yang dilayaninya, dan kemudian dapat diketahui besarnya laju aliran dalm bentuk kurva. (Noerbambang & Morimura, 2000)

3.5.4 Penentuan Ukuran Pipa Ukuran pipa ditentukan berdasarkan laju aliran puncak, pertimbangan batas kerugian gesek, batas kecepatan tinggi yang biasanya 2 m/dt, dan tambahan

III-18 pertimbangan-pertimbangan yang di dasarkan pada pengalaman kontraktor pelaksana.

3.6

Peralatan Penyediaan Air

Peralatan penyediaan air diantaranya : 

Jenis peralatan



Bahan dan mekanisme

3.6.1 Jenis Peralatan (1)

Tangki Air



Tangki air bawah tanah Air dari jaringan air minum kota dialirkan melalui katup bila dan ditampung

dalam tangki bawah tanah dan kemudian dipompa ke dalam jaringan pipa penyediaan air bersih gedung. Ukuran dan kapasitas tangki harus cukup besar. Tangki semacam ini dapat dibuat dari baja, beton bertulang, kayu dan bahan FRP (fiberglass Reeinforced Plastic). 

Tangki atap Tangki ini mendapat air dari pompa yang menyedot dari tangki bawah.

Tangki ini berfungsi untuk menyimpan air kebutuhan singkat dan menstabilkan tekanan air sehubungan dengan fluktuasi pemakaian air sehari-hari. Biasanya di buat dari pelat baja, kayu, dan FRP. 

Tangki tekan Tangki semacam ini berfungsi untuk menyimpan air dengan tekanan tinggi.

Biasanya terbuat dari baja.

(2)

Pompa penyediaan air Pompa yang menyedot air dari tangki bawah atau tangki bawah tanah dan

mengalirkannya ke tangki atas atau tangki atap dinamakan pompa angkat (mengangkat air dari bawah ke atas), sedangkan pompa yang mengalirkan air ke tangki tekan dinamakan pompa tekan. Pompa penyediaan air dapat diputar oleh

III-19 motor listrik, motor turbin, motor baker, dan sebagainya (Noerbambang dan Morimura, 2000) Jenis-jenis pompa penyediaan air yang banyak digunakan adalah (Noerbambang dan Morimura, 2000): 1.

Pompa sentrifugal Komponen dari pompa sentrifugal adalah impeller dan rumah pompa.

Pompa dengan impeler tunggal disebut pompa tingkat tunggal (single stage). Apabila

beberapa impeler dipasang

pada

satu

poros

dan

air

dialirkan

dari impeler pertama ke impeler kedua dan seterusnya secara berturutan, disebut pompa dengan tingkat banyak (multi stage).

2.

Pompa submersibel Pompa submersibel adalah suatu pompa dengan konstruksi di mana bagian

pompa dan motor listriknya merupakan suatu kesatuan dan terbenam dalam air. Pompa submersibel terbagi atas pompa turbin untuk sumur dan pompa submersil untuk sumur dalam. Kelebihan dan ciri-ciri pompa submersibel, adalah (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000): a.

Tidak diperlukan suatu bangunan pelindung pompa

b.

Tidak berisik

c.

Konstruksinya sederhana, karena tidak ada poros penyambung dan bantalan perantara

d.

Pompa dapat bekerja pada kecepatan putaran tinggi

e.

Mudah dipasang

f.

Harga relatif murah

3.6.2 Bahan dan Mekanisme (1)

Bahan dan Kontruksi Tangki Air Bahan-bahan yang digunakan untuk tangki air adalah pelat baja biasa dan

baja tahan karat, kayu FRP (plastik yang diperkuat dengan serat gelas), dan beton bertulang.

III-20 a)

Tangki Air Pelat Baja Banyak tangki yang dibuat dari baja, karena pembuatannya relatif mudah

dan harganya tidak terlalu mahal, dan dapat disesuaikan dengan bentuk dan ukuran tempat tersedia. Penguatan kontruksi struktural tidak sulit dilakukan. Kekurangannya pada korosi, bila tidak ditanggulangi dari awal akan menimbulkan kesulitan ( dimulai dari gejala kandungan besi tinggi dalam air dan kemudian “air merah” ).

Gambar 3.8 Tangki air dibuat dari panil plat baja. Sumber : Morimura, 2000

b)

Tangki Air dari Baja Tahan Karat Pelat baja tahan karat jelas lebih baik dari pada baja biasa ditinjau sebagai

bahan. Permukaan tangki tidak perlu dicat mencegah terjadi pengelupasan cat di dalam tangki pada waktu pembersihan, permukaan yang licin dapat memudahkan pembersihan endapan dan kotoran yang mungkin timbul di permukaan dalam tangki. kekurangan dari tangki baja tahan karat bahwa harga pelat baja tahan karat sangat tinggi dibandingkan dengan baja biasa. Tangki baja tahan karat, tangki ini masih bisa berkarat karena : 

Kualitas baja kurang baik



Pengelasan kurang baik



Konsentrasi kurang baik



Konsentrasi ion klorin tinggi, jangka waktu lama

III-21 

c)

Kotoran dibiarkan menempel terlalu lama

Tangki Air FRP FRP (Fiberglass Reinforced Plastic), sebagai bahan tangki digunakan

sekitar tahun enampuluhan. Serta gelas dalam bahan ini komposit berfungsi sebagai penguat struktural. Bahan plastik yang digunakan kebanyakan adalah unsaturated polyster resin.

Gambar 3.9 Tangki FPP diatas atap Sumber : Morimura, 2000

d)

Tangki Air dari Kayu Tangki air dari kayu biasanya dibuat dengan bentuk silindris atau eliptis. Air

di dalam tangki harus sering diganti, untuk mencegah proses pembusukan kayu yang di sebabkan oleh air diam (air yang digunakan untuk penyediaan pemadam kebakaran). Dalam volume yang sama tangki air kayu silindris biasanya lebih murah daripada tangki air baja.

e)

Tangki Air dari Beton Bertulang Tangki dengan bahan beton bertulang lebih berat, dapat menimbulkan

keretakan, sulit untuk dibuat, sulit dalam penjagaan agar kedap untuk jangka lama (perawatan secara periodik).

III-22 (2)

Konstruksi Pompa Air Jenis-jenis pompa air yang banyak digunakan :

a.

Jenis Putar

Kelebihan jenis putar adalah : 

Ukuran lebih ringan



Dapat memopa terus menerus tanpa gejolak



Kontruksi sederhana dan mudah dioperasikan

Dari jenis ini yang sering digunakan adalah tipe pompa sentrifugal. 1)

Pompa sentrifugal Komponen utama dari pompa sentrifugal adalah impeler (bagian yang

berputar) dan rumah pompa (stasioner). Selepas dari impeler air akan masuk kedalam pompa yang menyerupai bentuk rumah “keong”, dan disalurkan ke pipa keluar. Pompa dengan impeler tunggal (single stage). Apabila impeler dipasang pada satu poros dan air dialirkan dari impeler pertame ke impeler kedua dan seterusnya secara berurutan, disebut pompa dengan tingkat banyak (multi stage). Jumlah impeler pada pompa multi stage digunakan bias 10 buah.

2)

Pompa diffuser atau pompa turbin Pompa diffuser disebut pula pompa turbin, mempunyai diffuser yang

terpasang pada rumahnya berfungsi sebagai pengaruh aliran air keluar dari impeler. Sedangkan, Pompa submersible adalah suatu pompa dengan kontruksi dimana bagian pompa dan motor listrik yang merupakan suatu kesatuan dan terbenam dalam air.

III-23

Gambar 3.10 Pompa difuser dan pompa submersibel Sumber : Morimura, 2000



Pompa turbin untuk sumur (bore-hole pump) Pompa dipasang dengan poros vertical, motor penggeraknya (motor listrik

atau motor bakar) dipasang di atas dan terpisah dari pompa. Dulu digunakan untuk sumur dalam (deep well). Tetapi dengan teknologi lebih canggih, pembuatan motor listrik dapat dibenamkan di dalam air, sehingga pompa ini tidak digunakan lagi pada sumur dalam. 

Pompa submersible untuk sumur dalam Pompa ini digunakan untuk sumur dalam, dimana motor listrik terpasang

langsung dalam ruang pompa (direct coupled) dan merupakan suatu kontruksi yang terpadu. Penyambungan ke atas hanya dengan pipa keluar dan kabel penghantar daya listrik. Pipa keluar berfungsi pula sebagai tempat pompa bergantung. Kelebihan dari pompa submersible adalah : 

Tidak memerlukan “bangunan pelindung pompa”



Tidak berisik



Kontruksi sederhana, karena tidak ada poros penyambung dan bantalan perantara.



Pompa dapat bekerja pada kecepatan putaran tinggi.



Mudah dipasang.



Harga relatif murah (positive displacement).

III-24

Gambar 3.11 Tampak luar pmpa dan motor submersibel Sumber : Morimura, 2000

b.

Pompa jenis langkah positif



Pompa torak Gerakan bolak-balik di dalam silinder akan menimbulkan tekanan positif

atau negatif pada satu sisinya, yang akan membuka katup keluar atau masuk, dan mengalirkan air ke dalam pipa atau masuk ke dalam silinder. Jumlah air yang dialirkan sama dengan volume langkah dari torak tersebut. Pada waktu ini pompa torak sudah jarang digunakan sebagai pompa penyediaan air. 

Pompa tangan Prinsip kerja dari pompa tangan ini hampir sama dengan prinsip kerja dari

pompa torak, hanya kontruksi yang dibuat khusus agar mudah digerakan dengan tangan. Kemampuannya untuk mengangkat air terbatas oleh kemampuan daya manusia.

III-25 c.

Pompa khusus



Pompa vortex Pompa vortex disebut juga pompa kaskade, mempunyai impeler dengan

lekukan-lekukan yang dipotong pada pinggirannya yang berputar pada suatu rumah silindris, cirri khas dari pompa ini adalah mampu memberikan tekanan yang tinggi pada laju aliran yang tidak besar. Banyak digunakan pada gedung kecil atau permukaan.

Gambar 3.12 Konstruksi pompa aliran “vortex” Sumber : Morimura, 2000



Pompa gelembung udara Pompa gelembung udara disebut juga air lift pump, karena air dalam suatu

pompa terangkat oleh gelembung-gelembung air sebagai akibat adanya perbedaan berat jenis air dan udara. Udara dimasukan ke dalam pipa tersebut dari bawah, dimana ujung pipa harus terbenam di bawah muka air. 

Pompa jet Pompa jet sering disebut juga sebagai pompa “injeksi”. Sebenarnya pompa

ini merupakan suatu sistem yang terdiri dari sebuah pompa sentrifugal dan suatu jet-ejctor, digunakan untuk memompa sumur dengan muka air lebiih dari 10 m di bawah muka tanah. Pompa sentrifugal dipasang di atas tanah, memompakan air dengan tekanan besar (laju aliran kecil) melalui pipa dari nosel. Nosel dipasang menghadap ke atas dalam suatu pipa yang besar dan terpasang di bawah muka air sumur. Akibat

III-26 pancaran air dari nosel, muka air sumur dalam pipa besar akan tersedot dan terdorong ke atas. 

Pompa bilah (wing pump) Pompa bilah digerakkan oleh tangan dan sering digunakan pada perumahan.

Impeler dalam suatu rumah silindris berputar kira-kira 90o. Pompa ini dapat mengangkat air sampai 60 m. Kelemahannya adalah terletak pada impeler yang makin lama semakin halus, sehingga efesiensinya menurun dan kemampuan mengangkat air juga akan menurun.

Gambar 3.13 Pompa Sayap Sumber : Morimura,2000

3.7

Penggantung dan Penumpu Pipa Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk penggantungan atau penumpuan

sebagai berikut (Noerbambang & Morimura , 2000) : 1.

Berat pipa Berat yang diperhitungkan : berat pipa itu sendiri, berat isi pipa, berat

perlengkapan seperti katup, bahan isolasi. Disamping itu pada instalasi pipa-pipa tertentu ada kemungkinan orang akan berdiri di atas pipa, baik untuk berjalan

III-27 maupun memeriksa atau memperbaiki perlengkapan pipa tersebut atau pipa lain di sebelahnya. 2.

Jenis pipa Jarak antar penggantung atau penumpu bergantung pada jenis bahan pipa,

karena adanya perbedaan kelenturan. 3.

Ekspansi pipa Pegantung atau penumpu pipa harus mampu menampung adanya perubahan

panjang pipa akibat perubahan temperature pipa. 4.

Jarak antar pipa Jarak antar pipa dengan pipa, antar pipa dengan dinding, harus cukup lebar

untuk memungkinkan penggunaan alat-alat, pemasangan isolasi, pengecatan, dan pekerjaan perawatan umum. Jarak mnimum biasanya 25 mm. 5.

Pertimbangan untuk pekerjaan yang lainnya Perlu diperhatikan jarak dan ruang yang perlu untuk pekerjan-pekerjaan

yang nantinya akan dipasang di sekitar pipa, seperti saluran udara, pipa dan rak untuk kabel listrik. 6.

Pipa sejajar Pipa sebaiknya dipasang dengan sumbunya atau permukaan bawahnya pada

satu bidang dengan rapi dan jarak satu dengan yang lain sejauh mungkin. 7.

Penggantungan pipa pada pipa lainnya Pipa tidak boleh digantung pada pipa lainnya karena dapat menimbulkan

lendutan pada pipa yang di atasnya. 8.

Baut penggantung pipa Baut harus dipasang vertikal, terutama jika klemnya dilengkapi dengan

cincin Karet peredam getaran. Karet ini harus dijaga agar mendapat beban yang merata.

3.7.1 Lokasi dan Jarak antar Pegantung Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk lokasi dan jarak antar penggantung sebagai berikut (Noerbambang & Morimura , 2000) :

III-28 1. Jarak antar pegantung Jika jarak dibuat lebih panjang akan ada kemungkinan timbul lendutan pipa yang berlebihan. 2. Lokasi pegantung Pegantung atau penumpu pipa harus dipasang pada tempat-tempat berikut :  Di sekitar katup dan sambungan ekspansi (untuk katup berukuran 100 mm atau lebih harus dipasang pada kedua sisinya).  Pada belokan pipa mendatar  Pada cabang pipa  Pada pipa yang disambungkan mesin atau peralatan, di dekat mesin atau peralatan tersebut.

3.7.2 Cara Menggantung atau Menumpu Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tata cara menggantung atau menumpu yaitu sebagai berikut (Noerbambang & Morimura , 2000) : 1. Pipa dalam gedung Pegantung yang digunakan adalah insert, baut penggantung dan klem pipa. a. Insert Insert dipasang pada cetakan beton setelah beton menjadi keras, insert akan tertanam kuat di dalam beton. Sebuah batang yang ujungnya berulir disekrupkan ke dalam insert tersebut sebagai penggantung pipa.

Gambar 3.14 Jenis Insert Sumber : Morimura,2000

III-29

Gambar 3.15 Fitting dipasang pada Insert Sumber : Morimura,2000

b. Klem pipa Klem pipa sering juga disebut “sabuk pengaman” atau “strip penggantung”, dibuat dari strip baja dengan ukuran yang cukup untuk menahan beban pipa. Dalam

mengikat

pipa

dengan

klem,

perlu

diperhatikan

masalah

pengembangan pipa air panas dan juga perbedaan bahan pipa dengan bahan klem. Karena biasanya klem terbuat dari baja, untuk pipa tembaga perlu disediakan bahan bukan logam untuk memisahkan baja dengan tembaga. Bahan pemisah ini di buat dari asbes (untuk air panas) atau karet.

Gambar 3.16 Klem Pipa Sumber : http://www.hotfrog.co.id/

Cara Menggantung atau menumpu pipa mendatar secara tunggal: 

Pipa digantung di bawah kontrusi baja



Pipa ditumbu di atas kontruksi baja



Pipa digantung di bawah pelat beton

III-30 c. Penggantung dan penumpu pipa tegak Penggantung dan penumpu pipa tegak harus dapat menahan pipa tersebut agar tidak merosot atau agar tidak terjadi getaran.

2. Penumpu pipa dalam tanah Pipa yang dipasang di dalam tanah, bila timbul keraguan mengenai kualitas tanah, sebaiknya disediakan penumpu atau penggantung pipa, untuk menahan pipa apabila terjadi penurunan tanah (settlement) yang dapat menimbulkan penurunan kemiringan pipa. Hal ini dapat mengurangi kecepatan aliran air dalam pipa, kemungkinan terjadi keretakan pada pipa atau mematahkan pipa tersebut.

3.8

Alat Plambing Alat plambing digunakan untuk semua peralatan yang dipasang di dalam

maupun di luar gedung, untuk menyediakan (memasukan air) air panas atau air dingin, dan untuk menerima (mengeluarkan) air buangan. Bahan yang digunakan sebagai alat plambing harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 

Tidak menyerap air



Mudah dibersihkan



Tidak berkarat



Relatif mudah dibuat



Mudah dipasang

3.8.1 Peralatan Saniter Peralatan saniter yang biasanya digunakan di Indonesia seperti kloset, peturasan, lavatory, bak cuci dapur, dan shower. 1.

Kloset Kloset dibagi menjadi beberapa golongan menurut kontruksinya.



Tipe wash out

III-31 Tipe ini adalah yang paling tua dari jenis kloset duduk. Kotoran tidak jatuh ke dalam dalam air yang merupakan “sekat”, melainkan pada suatu permukaan penampungan yang agak luas dan sedikit berair, sehingga seringkali pada waktu penggelontoran tidak bias bersih sekali. 

Tipe wash down Tipe ini mempunyai kontruksi yang sedemikian hingga kotoran jatuh langsung atau tidak langsung ke dalam air sekat, sehingga bau yang timbul akibat sisa kotoran kurang dibandingkan dengan tipe wash out.

Gambar 3.17 Kloset jenis washdown two piece Sumber : http://mafiaharga.com/77-harga-kloset-duduk-toto-terbaru/



Tipe siphon Tipe ini mempunyai konstruksi jalannya air buangan yang rumit dibandingkan dengan tipe wash down, untuk sedikit menunda aliran air buangan hingga timbul efek siphon.



Tipe shipon-jet Tipe ini dibuat untuk menimbulkan efek siphon yang lebih kuat, dengan memancarkan air dalam sekat melalui suatu lubang kecil searah aliran air buangan. Dibandingkan dengan tipe shipon, tipe shipon-jet akan menggunakan air penggelontoran lebih banyak.

III-32 

Tipe blow-out Tipe ini dirancang untuk menggelontorkan dengan cepat air kotor dalam mangkuk kloset, tetapi akibatnya membutuhkan air dengan tekanan sampai 1 kg/cm2 dan menimbulkan berisik.

2.

Peturasan Peturasan yang banyak digunakan adalah tipe wash out. Untuk tempat-

tempat umum sering dipasang peturasan berbentuk mirip “talang” dibuat dari porselen, plastik atau baja tahan karat, karena harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 

Dalamnya talang 15 cm atau lebih



Pipa pembuangan ukuran 40 mm atau lebih dan dilengkapi dengan saringan



Pipa penggelontor harus diberi lubang-lubang untuk menyiram bidang belakang talang dengan air.



Laju aliran penggelontor dapat ditentukan dengan menganggap setiap 45 cm panjang talang ekivalen dengan satu peturasan biasa.

Gambar 3.18 Jenis Peturasan Sumber: SNI-03-6481-2000

III-33 3.

Washtafel Washtafel dan perlengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi

dan tidak ada bagian yang retak atau cacat lainnya dan telah disetujui oleh pengawas. Ketinggian dan kontruksi potongan harus sesuai dengan gambar rencana serta ketentuan dari brosur produsen. Pemasangan harus baik serta rapi dan dibersihkan dari semua kotoran dan noda-noda serta dalam penyambungan instalasi plambing tidak boleh ada kebocoran. Adapun cara pemasangan washtafel adalah sebagai berikut : a.

Membuat lubang tempat meletakkan washtafel.

b.

Membuat lubang untuk pipa penyaluran air buangan darii washtafel .

c.

Memeriksa semua peralatan dari kerusakan sebelum dipasang.

d.

Membersihkan peralatan sebelum dipasang.

e.

Setelah semuanya siap, washtafel itu dipasang pada dinding tembok yang disekrupkan pada klos kayu yang ditanam pada dinding tembok atau dengan memakai mur baut. Setelah selesai dipasang, jangan lupa membersihkan noda yang menempel

dan memeriksa kembali saluran airnya agar tidak terjadi kebocoran.

Gambar 3.19 Washtafel Sumber : https://www.toto.co.id/products/lw230j

III-34 4.

Pancuran Mandi Pancuran mandi yang disambung dengan pipa fleksibel (hand shower)

sekarang ini makin banyak digunakan, disamping pancuran yang dipasang tetap pada dinding. Pancuran mandi semacam ini memberi keleluasaan lebih dalam penggunaanya untuk mandi, tetapi dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan kemungkinan aliran balik. Untuk mencegah hal ini, seharusnya dipasang pemecah vakum untuk menghindari aliran balik.

Gambar 3.20 Shower Sumber : http://www.bjhomejogja.com/onda-shower-sb03

3.8.2 Fitting Saniter 1.

Keran air Ada beberapa macam keran air, diantaranya : a. Keran air yang dengan mudah dibuka dan ditutup, yang umum digunakan untuk berbagai keperluan. b. Keran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup sendiri, misalnya untuk cuci tangan. c. Keran air yang laju alirannya diatur oleh ketinggian muka air, yaitu keran atau katup pelampung.

III-35

(a)

(b) Gambar 3.21 a. keran air jenis double faucet 2 in 1 W/M ½” b. keran air jenis wall wanted tap Sumber : https://.lazada.co.id%2Fbeli-perlengkapan-kamar-mandi.html

2.

Katup gelontor dan tangki gelontor

a.

Katup gelontor Katup gelontor berfungsi mengatur aliran air penggelontor, untuk kloset

atau kakus dan peturasan.

III-36  Katup gelontor untuk kloset Katup ini dapat digunakan terus menerus selama pipa berisi air tanpa harus menunggu, sehingga sangat cocok untuk dipasang di tempat kakus umum untuk digunakan oleh orang banyak. Katup ini menimbulkan suara berisik pada waktu penggunaan. Perawatan memerlukan tenaga yang terlatih, mengingat cara kerja katup ini tidak terlalu sederhana. Cara menggelontoran dengan menggunakan katup

gelontor, aka nada

kemungkinan timbulnya efek aliran balik dari air kotor ke dalam system perpipaan air bersih, karena secara hidroulik air yang ada di dalam pipa air bersih berhubungan dengan air kotor dalam kloset.  Katup gelontor peturasan Fungsi katup gelontor untuk peturasan, untuk mengatur laju aliran air, tetapi air yang dialirkan sekitar 5 liter untuk waktu sekitar 10 detik. Biasanya katup gelontor tidak secara otomatis (harus ditekan supaya air mengalir) tidak digunakan untuk peturasan umum. Hal ini disebabkan karena di tempat umum kadang-kadang orang lupa untuk menggelontorkannya, sehingga sebaiknya digunakan jenis yang akan bekerja secara otomatis setiap jangka waktu tertentu.

b.

Tangki gelontor Tangki gelontor dibuat dari porselen atau plastik, dan ada yang otomatis ada pula yang harus dijalankan oleh manusia.  Tangki gelontor atas Cara kerjanya dengan menarik rantai pembuka katup pada tangki, atau dengan katup yang dipasang pada pipa yang menuju kloset. Tangki jenis ini tidak cocok digunakan untuk kakus umum karena biasanya memerlukan waktu sekitar 3 menit untuk mengisi tangki.  Tangki gelontor rendah Letak tangki gelontor rendah biasanya sedemikian hingga jarak antara dasar tangki dengan bibir taraf banjir kloset sekitar 10 sampai 20 cm. Pada kloset

III-37 shipon perlu diatur agar masih ada air yang mengalir pada akhir penggelontoran untuk mengisi sekitar air.

3.9

Pemeriksaan dan Pengujian Sistem Plambing

3.9.1 Pemeriksaan Ada tiga macam pemerikasaan yang perlu dilakukan , yaitu : 1.

Pemeriksaan sebagian – sebagian

2.

Pemeriksaan setelah selesai pemasangan

3.

Pemeriksaan ulang Tujuannya adalah untuk memeriksa , apakah kontruksinya, fungsinya, serta

kelakuan dari seluruh sistem, alat plambing, mesin-mesin dan perlengkapan lainnya, telah dapat memenuhi persyaratan yang berlaku dan sesuai yang direncanakan (dengan gambar rancangan dan spesifikasi yang dibuat). 1.

Pemeriksaan Sebagian a. Sebelum sesuatu bagian dari sistem plambing ditanam dalam tanah atau dalam bagian gedung, atau tertutup oleh bagian gedung atau di cat harus dilakukan pemeriksaan kembali. b. Bagian dari sistem yang akan diperiksa harus cukup bebas agar pemeriksaan dapat dilakukan dengan baik.

2.

Pemeriksaan Keseluruhan Setelah seluruh sistem dipasang harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh.

3.9.2 Pengujian Pengujian biasanya dilakukan atas masing-masing jenis alat,pengujian atas berbagai bagian sistem plambing, dan pengujian atas fungsi dan kelakuan dari seluruh sistem setelah selesai pemasangan . 1.

Pemeriksaan Tekanan Uji Harus dieperiksa agar tekanan uji akan sampai kesemua bagian dari sitem

plambing,dengan membuka semua tutup sementara (yang biasanya dipasangpada waktu pelaksanaan untuk mencegah masuknya kotoran kedalam sistem).bagian sistem plambing yang akan diuji harus dipisahkan dengan katup dari seluruh

III-38 instalasi. Air untuk menguji tekanan harus dimasukan perlahan-lahan dengan menggunakan pompa khusus untuk penguji tekanan.

2.

Penguji sistem air dingin dan air panas Setelah selesai pemasangan suatu bagian atau seluruh sistem air pipa air

panas dan air dingin, harus dilakukan pengujian tekanan dengan menggunakan air. Sedangkan alat-alat plambing telah selesai dipasang, dilakukan pula dengan pengujian tekanan serta pemeriksaan atas laju aliran airnya.Selain pipa dan alat plambing, tangi air juga harus dijuji dengan mengisi penuh sesuai dengan perencanaannya. Ada beberapa cara untuk melakukan pengujian sistem air dingin dan air panas sebelum digunakan: a.

Pengujian Tekanan

1.

Pompa penguji tekanan disambungkan kepada bagian sistem yang akan diuji dan setelah diberikan tekanan dalam pipa, periksa adanya kebocoran terutama pada sambungan-sambungan.

2.

Untuk sistem disambungkan langsung dengan jaringan distribusi air minum kota,tekanan uji adalah sebesar 17,5 kg/cm2 atau lebih, pada bagian terendah dari sistem tersebut.(Pedoman Plambing Indonesia).

3.

Untuk sistem plambing dengan tangki dibawah atap, tekana uji tidak boleh kurang dari dua kali tekanan kerja pada bagian terendah sistem. Tekana tidak boleh kurang 7,5 kg/cm2.

4.

Untuk spipa keluar pompa, tekanan uji tidak boleh kurang dari dua kali tekanan

pompayang dinyatakan dalam spesifikasi perencanaan sistem

plambing, tekanan tidak boleh kurang dari 7,5 kg/cm2. 5.

Setelah tekanan dalam pipa yang diuji mencapai nilai tekan uji tersebut diatas ,tanpa menambah tekanan dengan pompa penguji lagi,tekanan dalam pipa harus tetap selama 60 menit.dengan demikian dapat disimpulkan bahawa sistem pipa tidak ada yang bocor.kalau alat plambing sudah terpasang ,waktu uji 2 menit.

III-39 b.

Pengujian Tangki

1.

Setelah selesai dipasang , tangki harus benar-benar dibersihkan dan kemudian diisi dengan air untuk memeriksa adanya kebocoran.

2.

Tangki harus tidak

menunjukan gejala kebocoran sekurang-kurangnya

selama 24 jam.

c.

Pengujian dengan Aliran Untuk setiap alat plambing, harus diuji apakah air yang keluar atau dialirkan

sesuai dengan yang direncanakan, dan periksa kalau ada kekurangannya.

3.10 Instalasi Pengolahan Air Bersih (Water Treatment Plant) 3.10.1 Umum Instalasi Pengolahaan Air (IPA) Atau Water Treatment Plant (WTP) adalah sistem atau sarana yang terintegrasi berfungsi untuk mengolah air dari kualitas air baku (influent) menjadi kualitas air yang diinginkan sesuai dengan standar baku mutu yang sudah ditentukan, seperti untuk kebutuhan air minum. Pada umumnya instalasi pengolah air minum terdiri atas koagulasi & flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi. Tingkat pengolahan air tergantung kepada kualitas air baku dan hasil akhir yang diinginkan. Karena tingkat pengolahan menentukan jumlah dan tipe unit operasi dan unit proses yang digunakan, maka terdapat sejumlah rangkaian pengolahan yang biasa digunakan dalam pengolahan air. Sedangkan dasar pertimbangan untuk memilih alternatif proses pengolahan ditentukan oleh :  Karakteristik air baku  Hasil akhir kualitas yang diinginkan  Tersedianya perlengkapan utama pemeliharaan setelah konstruksi selesai  Kecakapan operator dan personil pemeliharaan  Kemudahan operasi dan pemeliharaannya  Penanganan buangan yang memenuhi syarat  Minimasi harga atau biaya

III-40 3.10.2 Jenis Pengolahan Air Bersih 1.

Koagulasi & Flokulasi Koagulasi yaitu suatu proses pembubuhan zat kimia (koagulan) ke dalam air

baku dengan tujuan untuk menstabilisasi muatan partikel koloid agar bisa berikatan satu sama lainnya sehingga membetuk flok yang merupakan gabungan partikel - partikel tersebut. Koagulan yang sering digunakan adalah Aluminium (Al3+) dan Besi (Fe3+). Sedangkan, flokulasi yaitu proses pembentukan flok sehingga menjadi partikel yang mempunyai ukuran lebih besar dari sebelumnya dengan menggunakan pengadukan lambat, sehingga flok yang terbentuk lebih mudah diendapkan. Ada beberapa macam teknik pengadukan yang dapat dilakukan, pengadukan cepat ataupun lambat dapat dilakukan dalam satu bak dengan menggunakan baffle pada pengadukan lambat dan penggunaan impeller atau propeller pada pengadukan cepat. Pengadukan juga dapat dilakukan secara hidrolis, mekanis ataupun pneumatic. Pengadukan hidrolis merupakan pengadukan dengan cara mengalirkan air pada suatu lintasan panjang dengan pengadukan banyak. Pengadukan secara mekanis yaitu pengadukan dengan menggunakan impeller atau propeller. Pengadukan secara mekanis ini merupakan teknik pengadukan yang paling banyak dilakukan. Sedangkan pengadukan secara pneumatic merupakan pengadukan dengan menggunakan gelombang udara. Udara dialirkan pada bak/kolam koagulasi sehingga menimbulkan gelembung di dalam air dan gelembung-gelembung tersebut akan timbul ke permukaan sehingga menyebabkan air seperti mendidih.

2.

Sedimentasi Sedimentasi ialah suatu proses pemisahan parikel tersuspensi dari

suspensinya dengan pengendapan secara gravitasi, dan kemudian suspensinya dipisahkan menjadi larutan yang relatif jernih. Biasanya bak ini berbentuk bulat (circular) dan empat persegi panjang (rectangular).

III-41 Proses sedimentasi digunakan untuk menghilangkan partikel diskrit air, flok-flok, dan presipitat yang terbentuk selama proses pengolahan air yang bermacam-macam jenis.

3.

Filtrasi Filtrasi ialah suatu proses pemisahan zat padat dari cairan dengan

melewatkan air yang diolah melalui media Proses ini bisa menggunakan media pasir (sand filter), karbon aktif (activated carbon), dan teknologi membran (membrane process) seperti MF (Microfiltration), UF (Ultrafiltration), NF (Nanofiltration) atau RO (Reverse Osmosis). Untuk menghilangkan partikelpartikel

yang

sangat

halus,

flok-flok

dari

material

tersuspensi

dan

mikroorganisme. Pada proses filtrasi ini terjadi penahanan partikel diantara lapisan media (bagian porinya) atau diatas permukaan media, yaitu partikel yang mempunyai diameter yang lebih besar dari pori media, sedangkan flok-flok atau partikel yang memiliki diameter lebih kecil akan mengendap dan menempel dibutiran media. Jenis-jenis media filter : a

Sand Filter (Penyariangan Pasir) Sand filter adalah filter yang menggunakan pasir (sand) sebagai media filter-

nya. Tujuan utamanya adalah menghilangkan kontaminasi padatan tersuspensi (suspended solid) dalam air. Berdasarkan kecepatan pengaliran, terdapat dua jenis filter :  Saringan pasir lambat (Slow Sand Filter) SSF meniru terjadinya perkolasi air di dalam tanah dan ditujukan untuk air baku yang memiliki kekeruhan maksimum 30 mg/l. SSF ini umumnya untuk komunitas kecil dengan air baku yang baik dan tidak bervariasi.  Saringan pasir cepat (Rapid Sand Filter) Dalam perencanaan, RSF ini akan mengalami pengolahan terlebih dahulu, yang berfungsi untuk menurunkan kekeruhan air sampai 10 mg/l. Proses pencucian kembali filter berlangsung dengan menggunakan aliran air yang dipompakan balik, sehingga mampu membebaskan partikel-partikel yang terperangkap di dalam lapisan pasir.

III-42 b

Carbon Filter (Penyaringan Karbon) Carbon filter adalah metode penyaringan yang menggunakan sepotong

karbon aktif untuk menghilangkan kontaminan dan kotoran, memanfaatkan adsorpsi kimia.

4.

Desinfeksi Desinfeksi adalah proses yang dimaksudkan untuk membunuh bakteri-

bakteri patogen yang terdapat di dalam air sebagai upaya untuk memenuhi persyaratan mikrobiologinya. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk proses desinfeksi diantaranya ialah :  Kimiawi, misalnya dengan menggunakan khlor, iodene, brom, asam/basa atau ozon.  Fisis, misalnya dengan pemanasan dan penyinaran.  Mekanis, misalnya dengan saringan pasir atau pada waktu sedimentasi, dimana bakteri dapat terikat pada suspended solid sebanyak 25 - 75%

Related Documents


More Documents from "ILo CHila'asZe SLayers"

Bab Ii Gambaran Umum 1.docx
December 2019 24
Leo.docx
November 2019 34
Slide-7-psak-46.pptx
April 2020 12