BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana terjadi perubahan fisik, mental dan psikososial yang cepat sehingga berdampak pada aspek kehidupannya, Masa remaja usia 10 – 19 tahun merupakan suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. Pada masa ini terjadi perubahan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi untuk
mencapai
kematangan
yang
di
tunjukkan
dengan
kemampuan
melaksanakan fungsi reproduksi sehingga remaja bisa lebih menjaga kebersihan pada organ reprodukasi (Kemenkes, 2016). Pada remaja yang kurangnya pengetahuan dan informasi tentang kebersihan alat genitalia akan berdampak pula pada perilaku remaja dalam menjaga kebersihan alat genitalianya karena pengetahuan dan perilaku perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kebersihan alat genetalia. Kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai cara perawatan daerah kewanitaan yang benar dan ketidakpahaman remaja putri mengenai cara perawatan yang baik dan benar sehingga dapat menyebabkan terjadinya keputihan. Pengetahuan remaja putri tentang perawatan daerah kewanitaan rendah disebabkan karena rendahnya kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan
1
organ reproduksi dan berpengaruh pada perilaku remaja yang akibatnya dapat terjadi masalah pada daerah kewanitaan. Daerah kewanitaan jika tidak dibersihkan secara benar maka mempunyai peluang 3,5 kali terjadi infeksi dan menyebabkan keputihan dibandingkan pada remaja putri yang membersihkan daerah kewanitaan dengan benar (Jimkesmeas,2017). Kebersihan atau Personal Hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan seseorang untuk menjaga kesejahteraan fisik dan psikis. warnanya putih seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan. Jika Silim atau lendir ini tidak terlalu banyak, tidak menjadi persoalan. Maka dari itu wanita sangat penting menjaga kebersihan tubuh apalagi kebersihan pada daerah kewanitaan untuk mencegah terjadinya keputihan. Keputihan adalah gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian remaja, gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid memengaruhi munculnya gejala keputihan (Prayitno, 2014). Keputihan yang terjadi karena remaja kurang mengetahui pentingnya personal hygiene sehingga remaja cenderung mengabaikan kebersihan diri terhadap kebersihan geneteli sehingga remaja sering mengalami keputihan. Menurut studi Badan Kesehatan Dunia (WHO) masalah kesehatan reproduksi perempuan yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang diderita para perempuan di dunia salah satunya adalah keputihan (Jimkesmeas,2017). Kondisi ini terjadi karena para remaja kurang mengetahui pentingnya menjaga kesehatan sehingga mengalami keputihan. Kondisi ini juga 2
bisa disebabkan karena stress sehingga terjadi perubahan hormon, bisa juga karena jarang mengganti celana dalam, gatal diarea vagina, gangguan saat mestruasi, dan sering menonton film-film sex. Data dari WHO (2012) menunjukan bahwa sebanyak 276,4 juta kasus infeksi trikomonas vaginalis terjadi pada wanita usia 15-49 tahun. Jumlah kasus penyakit infeksi organ reproduksi (akibat bakteri, jamur, parasit dan virus trikomonas vaginalis, vaginal bacterial, sifilis, kandida albicans dan gonorrheae) yang diobati pada tahun 2009-2011 di Negara Indonesia yaitu berkisar 246.448 kasus (Depkes RI, 2011). Menurut BKKBN Jumlah wanita di Dunia yang permah mengalami keputihan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%, di Amerika mengungkapkan lebih dari 20 juta perempuan Amerika menggunakan cairan pembersih vagina secara rutin. Sekitar 37% perempuan Amerika yang berusia 1544 tahun menggunakan cairan pembersih kedalam vagina secara rutin, teratur seminggu sekali. Sebanyak 75% wanita di Indonesia pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih. Di mana ditunjukkan jumlah yang dilayani dalam program kesehatan reproduksi terdapat 29,8% mengalami kejadian keputihan pada remaja putri, 87 responden 70,7% mengalami keputihan positif dan 36 responden 29,3% mengalami keputiahan yang negative . Hal ini berkaitan dengan cuaca yang lembab yang mempermudah wanita Indonesia mengalami keputihan,
3
dimana cuaca yang lembab dapat mempermudah berkembangnya infeksi dan jamur.
1.2 Identifikasi masalah 1.2.1 Sekitar 25% remaja putri mengalami keputihan pada Negara maju
1.2.2 Sebanyak 75% wanita di Indonesia pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan setengah di antaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih. Hal ini berkaitan dengan cuaca yang lembab yang mempermudah wanita Indonesia mengalami keputihan, dimana cuaca yang lembab dapat mempermudah berkembangnya infeksi jamur. 1.2.3 Sebanyak 87 responden 70,7% mengalami keputihan positif dan 36 responden 29,3% mengalami keputiahan yang negative 1.3 Rumusan masalah 1.3.1 Apakah ada hubungan personal hygiene dengan pencegahan keputihan?
1.3.2 Apakah ada hubungan personal hygiene dengan penyebab keputihan? 1.3.3 Apakah ada hubungan personal hygiene dengan penatalaksanaan? 1.3.4 Apakah ada pengobatan untuk mencegah keputihan? 1.4 Tujuan penelitian 1.4.1 Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan personal hygiene dengan terjadinya keputihan pada remaja putrid. Penelitian ini bersifat
4
Kuantitatif dengan Desain penelitian Cross Sectional, tempat dan waktu penelitian di SMA Muhammadiyah Batudaa 1.4.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap remaja putrid terhadap personal hygiene untuk mencegah keputihan 2. Mengetahui angka keputihan remaja ditingkat SMA 3. Mengetahui penyebab terjadinya keputihan 1.5 Manfaat penelitian 1.5.1 Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan tingkat pengetahuan remaja putri untuk mencegah keputihan 1.5.2 Secara praktis 1. Bagi Remaja Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bacaan dan menambah pengetahuan remaja
mengenai hubungan tingkat
pengetahuan remaja putri untuk mencegah keputihan 2. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan referensi bagi peneliti yang memiliki tema yang sama 3. Instansi kesehatan
5
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kegiatan pemberian kesehatan kepada remaja untuk mencegah keputihan
6
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Hubungan Tingkat pengetahuan Remaja tentang personal hygiene untuk mencegah keputihan 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tau pengindraan manusia terhadap suatu objek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakini indra pengliatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupajan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,2012) 2.1.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarak (2007) adalah: 1) Pendidikan Pendidikan berarti timbangan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuai hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. 2) Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
7
3) Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan menjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan yaitu, perubahan ukuran, perubahan priporsi, hilangnya ciri-ciri lama, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. 4) Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupan 5) Kebudayaan lingkungan sekitar Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pemebntukan sikap kita. Apabilan dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. 8
6) Informasi Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. 2.1.2 Remaja Remaja atau adolescence (inggris), berasal dari bahasa latin “adolescence” yang bearti timbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikososial (Depkes,2016). 2.1.1.1.Tumbuh kembang remaja putri 1) Pertumbuhan Pertumbuhan adalah suatu yang berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur (soetjiningsih,2010) 2) Perkembangan Perkembangan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat kogresif dan kontinyu yang berlangsung dalam periode tertentu. Perkembangan fisik remaja merupakan perkembangan yang sangat pesat. Remaja tidak hanya tumbuh dari segi ukuran (semakin tinggi), tetapi juga mengalami kemajuan secara fungsional, terutama organ seksual atau pubertas. Hal ini ditandai dengan datangnya mestruasi pada wanita (widiastuti,2009). 2.1.3 Personal hygiene
9
Personal hygiene berawal dari bahasa yunani, berasal dari kata personal yang artinya perorangan dan hygine yang berarti sehat. Pemeliharaan hygine perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau tantangan fisik memerlukan bantuan perawat untuk melakukan praktik kesehatan yang rutin. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan untuk kesejahteran fisik dan psikis. Perilaku personal hygiene tidak terlepas dari pengetahuan dan sikap remaja mengenai personal hygiene. Jika personal hygiene remaja tidak terjaga maka akan menimbulkan dampak fisik terjadinya gangguan kesehatan seperti keputihan dan dampak psikologis yaitu terganggunya kebutuhan rasa nyaman. Oleh karena itu, remaja putri harus diberi perhatian yang lebih mengenai kesehatan reproduksinya. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan. Praktik hygine sama dengan meningkatkan kesehtan (Potter dan Perry,2012). Seseorang yang sakit biasanya dikarenakan masalah kesehatan yang kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap msalah kebersihan adalah masalah yang biasa aja, padahal jika hal tersebut dibiarka akan mempengaruhi kesehatan, maka dari itu menjaga hygiene sangat penting bagi kesehatan diri kita. 2.1.4 Keputihan 10
Keputihan atau Fluora albus adalah cairan yang berlebihan dari vagina Bukan merupakan darah Tanda-tanda keputihan normal adalah jika cairan yang keluar tidak terlalu kental, jernih, tidak berbau, warna putih atau kekuningan jika terkontaminasi oleh udara, tidak disertai rasa nyeri, dan tidak timbul rasa gatal yang berlebih. Keputihan terjadi karena dalam keadaan normal, dimana kondisi vagina tidak dalam keadaan steril melainkan mengandung bakteri dan jamur yang berpotensi menimbulkan terjadinya keputihan dan sampai kapanpun keputihan akan selalu di alami oleh sebagian wanita. Keputihan bukan suatu penyakit tersendiri, tetapi dapat merupakan gejala dari penyakit lain. Keputihan yang berlangsung terus menerus dalam waktu yang cukup lama dan menimbulkan keluhan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya. Tanda-tanda keputihan patologis antara lain cairan yang keluar sangat kental dan berubah warna, bau yang menyengat, jumlah yang berlebih dan menyebabkan rasa gatal, nyeri serta rasa sakit dan panas saat berkemih (Jimkesmeas,2017). 2.1.1.1 Penyebab keputihan Menurut Prayitno (2014) penyebab keputihan secara umum yaitu: 1) Penggunaan tissue yang terlalu sering untuk membersihkan organ kewanitaan, biasanya, hal ini dilakukan setelah buang air kecil ataupun buang air besar. 2) Mengenakan pakaian berbahan sintesis yang ketat sehinggga ruang yang ada tidak memadai. Akibatnya, timbulnya iritasi pada organ kewanitaan. 11
3) Sering kali menggunakan WC yang
kotor sehingga memungkinkan
adanya bekteri yang dapat mengotori organ kewanitaan. 4) Jangan mengganti panty liner. 5) Sering kali bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain sehingga kebersihannya tidak terjaga. 6) Kurangnya perhatian terhadap organ kewanitaan. 7) Membasuh organ kewanitaan ke arah yang salah, yaitu dari kearah basuhan dari belakang ke depan. 8) Aktifitas fisik yang sanga sehingga daya tahan tubuh melemah. 9) Tidak segera mengganti pembalut ketika menstruasi. 10) Pola hidup yang kurang sehat, seperti kurang olahraga, pola makan yang kurang teratur, atau kurang tidur. 11) Kondis kejiwaan yang sedang mengalami stress berat. 12) Menggunakan sabun pembersih organ kewanitaan secara berlebihan sehingga flora doderleins yang berguna menjaga tingkat keasaman di dalam organ kewanitaan terganggu. 13) Kondisi cuaca, khususnya cuaca yang lembab di daerah tropis. 14) Sering kali mandi dan berendam di air panas atau hangat. Kondisi yang hangat justru memberikan peluang yang lebih besar bagi jamur penyebab keputihan untuk tumbuh dengan subur. 15) Tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang kotor.
12
16) Kadar gula yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan jamur penyebab keputihan tumbuh dengan subur. 17) Sering berganti-ganti pasangan ketik berhubungan seksual. 18) Kondisi hormon yang tidak seimbang. Misalnya terjadinya peningkatan hormone ekstrogen pada masa pertengahan siklu menstruasi, saat hamil, atau mendapatkan rangsangan seksual. 19) Serin menggaruk organ kewanitaan. 20) Infeksi akibat kondom yang tertinggal didalam organ kewanitaan secara tidak sengaja. 21) Infeksi yang disebabkan oleh benang AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). 2.1.1.2 Pencegahan keputihan 1)
Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alcohol, serta hindari stress berkepanjangan.
2) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi degan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasanya untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
13
3)
Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
4) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina. 5) Hindari pemakaian bedak talcum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi. 6). Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya. 2.1.13 Penatalaksanaan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sedian obat dapat berupa sediaan oral (tablet,kapsul). Topical seperti kream yang dioleskan dan uvula yang dimaksudkan langsung kedalam liang vagina (sibagariang,2010).
14
2.2 Kajian penelitian yang Relavan Penelitian/ Tahun
Wina Tresnawati Akbid
La
Mashiro/ 20
Judul
Hubungan
Metode
Personal 1. Metode
Tansa hygiene terjadinya
Hasil
dengan Keputihan
diRemaja Putrid
digunakan metode
Hasil penelitian menunjukkan
ialah
bahwa masih banyak remaja
penelitian
kuantitatif desain
yang
dengan penelitian
croos sectional 2. Sampel
putri
yang
mengalami
keputihan yaitu (53,8%), masih ada remaja putri yang memiliki personal
hygiene
buruk
dalam
sebanyak
(44,6%).
Dan
penelitian ini yaitu
terjadinya
keputihan
lebih
remaja putri SMAN
banyak terjadinya pada remaja
3 Rangkasbitung
putri yang personal hygienenya
3. teknik pengambilan sampel
buruk (93,1%), dibandingkan dengan
remaja
putri
yang
menggunakan teknik
memiliki personal hygiene baik
pengumpulan
(22,2%).
secara dengan kuesioner, analisis
data primer
instrument teknik data
15
univariat
dan
bivariat.
Tina
Rahmawati Tingkat
diploma kebidanan/2015
III Remaja Pentingnya
Pengetahuan 1. Metode tentang Personal
hygine untuk Mencegah Keputihan
yang
digunakan metode
ialah penelitian
deskritif kuantitatif 2. Sampel
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak remaja putri yang mengalami tingkat baik
sebanyak
9
responden
dalam
(22,5%), pada tingkat cukup
penelitian ini yaitu
sebanyak 21 responden (52,5%),
remaja putri SMAN
pada tingkat kurang sebanyak
1 Saragen
10 responden (25%)
3. teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple
Random
Sampling pengumpulan
data
menggunakan kuesioner, analisis
teknik data
16
univariate
dengan
program SPSS
Tiaradevi
Maudhyta Hubungan
Pratiwi/2017
Pengetahuan,
Stress,
1. Penelitian
ini
dilakukan
dengan
Penggunaan Antiseptic
metode
survei
dan
analitik
dengan
Penggunaan
Pembalut
dengan
pendekatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak remaja putri yang mengalami tingkat baik
sebanyak
9
responden
cross
(22,5%), pada tingkat cukup
Kejadian Fluor Albus
sectional
study,
sebanyak 21 responden (52,5%),
pada
yaitu jenis penelitian
pada tingkat kurang sebanyak
yang
10 responden (25%)
Remaja
SMA 8 Kendari
siswi
dilakukan
untuk
melihat
hubungan antara dua variabel pada situasi atau
sekelompok
subyek
yang
dilakukan bersamaan pada satu
17
waktu dengan cara responden
mengisi
kuesioner yang telah disediakan. 2. Penelitian
ini
dilakukan SMA
di
di
Negeri
8
Kendari
Provinsi
Sulawesi
Tenggara
pada bulan februari tahun 2017. 3. Penentuan
sampel
menggunakan pendekatan proportional stratified
random
sampling.
Sampel
dalam penelitian ini adalah
72
responden. Pengumpulan
data
18
dengan menggunakan kuesioner
untuk
mengukur variabel.
19
2.3 Kerangka pikir 2.3.1 Kerangka Teori
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keputihan
Personal Hygiene
Lingkungan
Pengetahuan
Alat Mandi
Lingkungan yang
Pengetahuan yang kurang
kurang bersih
mengenai keputihan
Kurang perhatian dan pembersihan secara
Pergaulan bebas
Kurang mengeahui penyebab keputihan
menyeluruh
Kurang menjaga kebersihan
KEPUTIHAN
20
2.3.2
Kerangka Konsep
Penyuluhan Tentang mencegah
Pengetahuan Tentang Keputihan
keputihan
Keterangan:
: Variabel Independent
: Variabel Dependent
2.4 Hipotesis penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian (Notoatmodji,2012). Hipotesis dalam penyululuhan ini adalah Hubungan Tingkat Pengaruh Remaja Tentang Personal Hygiene untuk Mencegah Keputihan diSMA Muhammadiyah Batudaa.
21
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa ilohungayoh Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo dengan pertimbangan bahwa data populasi. Alasan memilih lokasi ini adalah karena masih ada remaja yang belum mengetahui tentang personal hygiene untuk mencegah terjadinya keputihan 3.1.2 Waktu penelitian Waktu penelitian ini berlangsung dari
tanggal 23 agustus 2018 sampai
27 agutus 2018 Tahapan dilaksanakan mulai pra survei, pembuatan proposal penelitian dan konsultasi dosen pembimbing. 3.2 Desain penelitian Desain penelitian adalah pedoman atau prosedur serta teknik dalam perencanaan penelitian yang berguna sebagai panduan untuk membangun strategi yang menghasilkan model atau blue print penelitian. Dalam penelitian
menggunakan Metode kuantitatif dengan desain
penelitian croos sectional Sampel dalam penelitian ini yaitu remaja putri SMA
22
Muhamaddiyah Batudaa kelas XI teknik pengambilan sampel menggunakan teknik pengumpulan data secara primer dengan instrument kuesioner, teknik analisis data univariat dan bivariat. 3.3 Variabel penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan remaja putrid kelas XI tentang pentingnya personal hygiene untuk mencegah keputihan (Notoatmodjo,2012) 3.3.1
Variabel Independen Adapun yang menjadi variabel independent atau variabel bebas adalah penyuluhan kesehatan
3.3.2
Variabel Dependent Adapun menjdi variabel dependent atau variabel terkait adalah pengetahuan remaja tentang mencegah keputihan di SMA Muhammadiyah Batudaa
23
3.4 Definisi Oprasional Variabel
Definisi
Variabel
Alat ukur
Hasil ukur
Skala
Penyuluhan kesehatan Kuesioner
- Siap
Ordinal
Independent:
memberikan
- Tidak siap
Penyuluhan
tentang
pentingnya
Kesehatan
penjaga
kebersihan
materi
atau personal hygiene untuk
mencegah
terjadinya
keputihan
kepada remaja Variabel
Pengetahuan
Dependent:
remaja
Pengetahuan
keputihan
para Kuesioner mengenai
Pengetahuan
Normal
dengan Kriteria: a) Baik bila skor jawaban
>
50% b) Kurang bila
baik
jawaban
<50%
24
3.5 Populasi dan sampel 3.1.1 Populasi Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Jumlah siswi kelas XI di SMA Muhammadiyah berjumlah 40 siswi populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI SMA Muhammadiyah Batudaa 3.1.2 Sampel Sampel yang diambil adalah sebagian dari jumlah remaja putrid kelas X di SMA Muhammadiyah Batudaa Kabupaten Gorontalo 3.6 Teknik pengumpulan data 3.5.1 Jenis Data Pengambilan data dilakukan dengan cara diberikan lembar pertanyaan persetujuan tanpa ada paksaan dan membagikan kuesioner pre dan post saat melakukan penyuluhan pada siswi SMA Muhammadiyah Batudaa yang berjumlah 40 siswi. Ketika penyuluhan belum dimulai peneliti menghimbau kepada siswi untuk mengisi kuisioner yang pre sampai selesai dan dikumpul pada saat itu juga oleh peneliti. Kemudian setelah penyuluhan selesai, peneliti membagikan lagi lembar kuesioner yang post kemudian dikumpulkan pada saat itu. 1. Data primer 25
Data primer diperoleh secara langsung diambil dari objek atau objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo,2012). Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner diisi oleh siswi kelas XI SMA Muhammadiyah Batudaa tentang pentingnya personal hygiene untuk mencegah keputihan 2. Data sekunder Diperoleh dari data-data pihak SMA Muhammadiyah Batudaa. 3.7 Metode Pengolahan Data dan Teknik Analisa Data 3.6.1 Metode Pengolahan Data Setelah kuisioner diisi oleh respons kemudian dikumpulkan kembali kepeneliti, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dan analisa data. Menurut Notoatmodjo (2012), langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori 3. Tabulating Tabulating
merupakan
prosese
penyusunan
data
yang
doperoleh
berdasarkan variabel yang akan diteliti. 26
4. Data Entri Data entri merupakan kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master table atau data base computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga membuat table kontigensi. 3.6.2 Analisa Data Analisa data dalam meliputi penelitian ini adalah: 1. Analisis univariat Analisis univariat yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja kelas XI tentang pengetahuan personal hygien untuk mencegah keputihan. 2. Analisis bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Analisis bivariat dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang personal hygiene untuk mencegah keputihan. 3.8 Hipotesis Statistik H1 : Ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap remaja tentang personal hygiene untuk mencegah keputihan H0 :Tidak hubungan tingkat pengetahuan terhadap remaja tentang personal hygiene untuk mencegah keputihan
27
3.9 Etika Penelitian Notoatmodjo (2012), mengatakan bahwa masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting, mengingat penelitian keperawatan
berhubungan
langsung
dengan
manusia.
Etika
penelitian
keperawatan meliputi: 1.
Lembar persetujuan (Informed Consend) Dalam melaksanakan penelitian, peneliti wajib memberikan informasi yang cukup untuk orang/objek (yang bisa mewakili) yang diteliti dan juga wajib mendapatkan izin objek yang diteliti.
2.
Tanpa nama (Anonimity) Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan. Tetapi cukup menuliskan kode masing-masing lembar ceklis
3.
Kerahasian (Confidentiality) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil peneliti, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
28
DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo.(2012). Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Prayitno, S. (2014). Buku lengkap kesehatan organ reproduksi wanita. Yogyakarta: Saufa Kemenkes. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Jimkesmeas. 2017. Jurnal Ilmiah kesehatan Masyarakat. Jakarta WHO. 2012. Profil Kesehatan Dunia. Sibagariang, E, E et, al. 2012. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info. BKKBN, (2011). Kajian profil penduduk remaja. Policy Brief Pusat Penelitian dan pengembangan kependudukan. (diakses tanggal 30 agustus 2016) Ramayanti, Anita (2017). Hubungan Personal Hygiene Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Di SMA Muhammadiyah 5: Yogyakarta. Wina, Dkk (2014). Hubungan Personal Hygiene Dengan Terjadinya Keputihan Pada Remaja Putri: Rangkasbitung
29