Bab I & Bab Ii.docx

  • Uploaded by: PMKP RSGH
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I & Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,873
  • Pages: 70
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat utama, oleh karena itu setiap manusia berhak memiliki kesehatan, namun pada kenyataannya tidak semua orang memiliki derajat kesehatan yang optimal dikarenakan berbagai masalah, misalnya lingkungan yang tidak baik, sosial ekonomi yang rendah, pola hidup yang tidak sehat mulai dari makanan, kebiasaan, maupun lingkungan sekitarnya (Misbach, 2011).

1

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sedang menghadapi masalah kesehatan, kesehatan tersebut bukan lagi beban penyakit ganda (double burden of disease), melainkan telah berkembang menjadi 3 beban penyakit ( triple burden of disease). 3 beban penyakit yang dimaksud adalah penyakit menular yang belum tuntas diselesaikan, penyakit tidak menular yang mulai banyak diderita oleh masyarakat, dan munculnya penyakit baru yang belum pernah ada sebelumnya (Depkes RI, 2007).

Data dari WHO pada tahun 2014 menyebutkan bahwa angka mortalitas pada kelompok penyakit tidak menular (PTM) di dunia akan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, terdapat 38 juta kematian yang diakibatkan 2

karena berbagai penyakit pada kelompok penyakit tidak menular (PTM) dari total 54 juta kematian. Angka mortalitas tersebut tetap meningkat dan diperkirakan akan mencapai 52 juta kematian pada tahun 2030 (WHO, 2014).

Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah penyakit saluran pencernaan seperti gastitis. Masyarakat pada umumnya mengenal gastritis dengan sebutan penyakit maag yaitu penyakit yang menurut mereka bukan suatu masalah yang besar, misalnya jika merasakan nyeri perut maka mereka akan langsung mengatasinya dengan makan nasi, kemudian nyerinya hilang. Penyakit gastritis ini bila tidak di atasi dengan cepat maka dapat menimbulkan perdarahan (hemorha gastritis) sehingga banyak darah yang keluar dan 3

berkumpuldi lambung, selain itu juga dapat menimbulkan tukak lambung, kanker lambung sehingga dapat menyebabkan kematian (Harison, 2000:1550, dalam, Hastuti:2007). Permasalahan dalam sistem pencernaan tidak boleh diabaikan. Masalah pencernaan yang paling umum terutama maag pada remaja adalah penyakit meningkatknya asam lambung atau gastro-esophageal reflux, sebagian besar dikenal sebagai penyakit maag. Gangguan ini harus diberi perlakuan khusus karena dapat menimbulkan masalah yang lebih serius yang dapat mempengaruhi sistem pernapasan. Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari guna untuk mendapatkan

kebutuhan

zat

4

gizi

yang

cukup

untuk

kelangsungan hidup, pemulihan setelah sakit, beraktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Apabila pola makan tidak sehat akan terjadi gangguan pola makan seperti timbulnya gastritis. Maka perlu diperhatikan frekuensi, waktu dan jenis makanan dan pada remeja yang paling rawan terserang penyakit ini ( Erna:http://repository.unand.ac.id/id/eprint/18360 ). Penyakit gastritis terjadi karena dua hal, yaitu gangguan fungsional dari lambung yang tidak baik dan terdapat gangguan struktur anatomi. Gangguan fungsional berhubungan dengan adanya gerakan dari lambung yang berkaitan dengan sistem saraf di lambung atau hal-hal yang bersifat psikologis. Gangguan suktur anatomi bisa berupa luka erosi atau juga

5

tumor. Faktor kejiwaan atau stres juga terhadap timbulnya serangan ulang penyakit gastritis (Sukarmin, 2011). Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap

6

sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita. Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk ( Kurnia, Rahmi:2011). Sedangkan di Indonesia sudah pernah di lakukan penelitian kuman Helicobacter Pylori tetapi belum dalam skala besar pada pasien gastritis yang dapat menimbulkan ulkus lambung namun dari pemeriksaan yang dilakukan pada pasien gastritis

sekitar

60-70%

ditemukan

2000:1551, dalam Hastuti:2007).

7

kuman

(Harison,

Pada tahun 2016 di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Mukomuko didapat data rekam medik pasien yang mengalami gastritis sebanyak 37 orang, sedangkan pada tahun 2017 angka kejadian meningkat menjadi 47 orang. Berdasarkan dari data tersebut yang setiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah pasien, penulis tertarik untuk mengambil judul kasus “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gastritis di ruang Mawar RSUD Mukomuko”

B. Batasan masalah

Batasan penulisan pada studi kasus ini adalah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis yang meliputi tahap

pengkajian,

penegakan

diagnosa

perencanaan, implementasi, dan evaluasi. 8

keperawatan,

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai adalah mengetahui secara umum tentang Gastritis dan mampu menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada pasien dengan penyakit jantung koroner.

2. Tujuan khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah: a. Mengetahui pengkajian Asuhan Keperawatan secara komprehensif pada klien dengan Gastritis

9

b. Mengetahui gambaran diagnosa keperawatan pada klien dengan Gastritis. c. Mengetahui gambaran rencana Asuhan Keperawatan sesuai dengan masalah yang dibutuhkan pada klien dengan Gastritis. d. Mengetahui gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gastritis e. Mengetahui gambaran melakukan Evaluasi Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gastritis. f. Mengetahui

gambaran

pendokumentasian

Keperawatan pada klien dengan Gastritis. D. Manfaat 1. Bagi mahasiswa

10

Asuhan

Manfaat bagi mahasiswa adalah untuk memberikan tambahan pengetahuan atau informasi tentang gastritis dan memberikan masukan yang bermanfaat kepada mahasiswa dalam pembuatan asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis. 2. Bagi keluarga Manfaat bagi keluarga adalah untuk memberikan tambahan pengetahuan dan informasi tentang gastritis serta menjadi acuan dalam memberikan perawatan pada pasien dengan gastritis. 3. Bagi pelayanan kesehatan Manfaat

bagi

pelayanan

kesehatan

adalah

memberikan tambahan pengetahuan tentang gastritis

11

kepada

pelayan

kesehatan,

untuk

meningkatkan

kewaspadaan masyarakat terhadap gastritis, serta dapat memberikan masukan yang bermanfaat kepada layanan kesehatan dalam mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis. 4. Bagi akademik Manfaat bagi akademik adalah bentuk sumbangsi kepada mahasiswa keperawatan sebagai referensi untuk menambah wawasan dan bahan masukan dalam kegiatan belajar

mengajar

yang

berkaitan

dengan

keperawatan pada pasien dengan gastritis.

12

asuhan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A.

Konsep Teori Penyakit 1. Definisi Gastrits adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung, Khususnya selaput lendir pada mukosa gaster yang sering diakibatkan oleh diet yang sembrono (Smeltzer,2001 : 1062 ; Suyono, 2001 : 127 ; Hadi,, 1999: 181 ; Hinchliff, 1999 : 182). Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492)

13

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422) Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. (Imu Penyakit Dalam Jilid II) Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa

lambung

dan

berkembang

dipenuhi

bakteri

(Charlene. J, 2001, hal : 138). Jadi gastritis itu adalah Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari

14

gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat. Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu : a. Gastritis akut Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.

15

b. Gastritis kronis Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan suddart) Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan : a. Gambaran hispatology - Gastritis kronik superficial - Gastritis kronik atropik - Atrofi lambung - Metaplasia intestinal

16

Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet. b. Distribusi anatomi Gastritis kronis korpus (gastritis tipe A)Sering dihubungkan dengan proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena terjadi gangguan absorpsi vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh kerusakan sel parietal yang menyebabkan sekresi asam lambung menurun. Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B) Paling sering dijumpai dan berhubungan dengan kuman Helicobacter pylori.

17

2. Anatomi dan Fisiologi Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan tersebut secara bertahap membuka. Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung

18

(esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar – kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim – enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut. Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mukosa – mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang

19

mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan terhindar

keasaman

dari

dalam

sifat

lambung) korosif

sehingga asam

hidroklorida. Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.

3.

Etiologi Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut : ≥ Gastritis Akut Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspiri (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan

20

Erosi mucosta lambung). Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis. Gastritis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat anti inflamasi non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis (Mansjoer, Arif, 1999, hal : 492). ≥ Gastritis Kronik Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok. Penyebab lain adalah diet yang sombrono , makan terlau banyak, dan

21

makan yang terlalu cepat dan makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme. Faktor psikologi Stress baik primer maupun sekunder dapat merangsang peningkatan produksi asam-asam gerakan paristaltik lambung. Sterss juga akan mendorong gerakan antara makanan dan dinding lambung menjadi tambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan luka pada lambung. Stress berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan sering pula menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis akibat infeksi bakteri dari luar tubuh jarang terjadi sebab bakteri tersebut akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit atau infeksi bakteri penyebab gastritis, umumnya berasal dari dalam tubuh penderita

22

bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah ada sebelumnya

4. Patofisiologi Perangsangan sel vagus yang berlebihan selama stress psikologis dapat menyebabkan pelepasan atau sekresi gastrin yang menyebabkan dari nukleus motorik dorsalis nervus vagus, setelah melewati nervus vagus menuju dinding lambung pada sistem saraf enterik, kemudian kelenjar-kelenjar gaster atau getah lambung,

sehingga

mukosa

dalam

antrum

lambung

mensekresikan hormon gastrin dan merangsang sel-sel parietal yang nantinya produksi asam hidroklorinnya berlebihan sehingga terjadi iritasi pada mukosa lambung (Guyton, 2007: 1021-1022).

23

Obat-obatan, alkohol, garam empedu, atau enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung, mengganggu barier mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung. Maka terjadi iritasi dan peradangan pada mukosa lambung dan nekrosis yang dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dan perdarahan dan peritonitis (Long, 1996 : 196). Asam hidroklorida disekresi secara kontinyu sehingga sekresi meningkat karena mekanisma neurogenik dan hormonal yang dimulai oleh rangsangan lambung. Jika asam lambung atau hidroklorida tidak dinetralisir atau mukosa melemah akibatnya tidak ada perlindungan, akhirnya asam hidroklorida dan pepsin akan merusak lambung, yang lama-kelamaan barier mukosa

24

lambung yaitu suplai darah, keseimbangan asam-basa, integritas sel mukosal dan regenerasi epitel. Bahan-bahan seperti aspirin, alkohol dan Anti Inflamasi Non Steroid dapat menurunkan produksi mukosa lambung. Pada fase awal peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung syaraf yang terpajan yaitu syaraf hipotalamus untuk mengeluarkan asam lambung. Kontak antara lesi dan asam juga merangsang mekanisme reflek lokal yang dimulai dengan kontraksi otot halussekitarnya. Dan akhirnya terjadi nyeri yang biasanya dikeluhkan dengan adanya nyeri tumpul, tertusuk, terbakar di epigastrium tengah dan punggung. Dari masukan minuman yang mengandung kafein, stimulan sistem saraf pusat parasimpatis dapat meningkatkan aktivitaas

25

otot lambung dan sekresi pepsin. Selain itu nikotin juga dapat mengurangi sekresi bikarbonat pankreas, karena menghambat netralisasi asam lambung dalam duodenum yang lama-kelamaan dapat menimbulkan mual dan muntah. Peradangan akan menyebabkan terjadinya hiperemis atau peningkatan vaskularisasi, sehingga mukosa lambung berwarna merah dan menebal yang lama-kelamaan menyebabkan atropi gaster dan menipis, yang dapatberdampak pada gangguan sel chief dan sel parietal, sel parietal ini berfungsi untuk mensekresikan faktor intrinsik, akan tetapi karena adanya antibody maka faktor intrinsik tidak mampu untuk menyerap vitamin B12 dalam makanan, dan akan terjadi anemia perniciosa (Horbo,2000: 9 ; Smeltzer, 2001 : 1063 – 1066).

26

 Pathway

27

5. Komplikasi a. Gastritis Akut Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar

28

tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya pendarahan.

29

Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan. b. Gastritis Kronik Gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram negatif Helicobacter pylori. Bakteri patogen ini (helicobacter pylori) menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, dan paling sering ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada penampakan gejala (asimptomatik).

Sekali

bersarang,

bakteri Helicobacter

pylori dapat bertahan di perut selama hidup seseorang. Namun, sekitar 10-15 persen individu yang terinfeksi kadang-kadang akan mengalami penyakit luka lambung atau usus duabelas jari.

30

Kebanyakan luka, lebih sering terjadi di usus duabelas jari daripada di lambung. Helicobacter pylori merupakan jenis bakteri Gram negative yang berbentuk spiral dan sangat cocok hidup pada kondisi kandungan

udara

sangat

minim.

Bakteri Helicobacter

pylori berkoloni di dalam lambung dan bergabung dengan luka lambung

atau

duodenum

(lihat

gambar).

Infeksi

oleh Helicobacter pylori banyak ditemui pada penduduk di negara-negara berstandar ekonomi rendah dan memiliki kualitas kesehatan yang buruk. Menempel dan Menginisiasi pembentukan luka Helicobacter pylori tinggal menempel pada permukaan dalam lambung melalui interaksi antara membran bakteri lektin

31

dan oligosakarida yang spesifik dari glikoprotein membran selsel epitel lambung. Mekanisme utama dari bakteri ini dalam menginisiasi pembentukan luka adalah melalui produksi racun VacA. Racun VacA akan menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung melalui berbagai cara, diantaranya adalah melalui pengubahan fungsi endolisosom, peningkatan permeabilitas parasel, pembentukan pori dalam membran plasma, atau apoptosis (pengaktifan bunuh diri sel). Lokasi infeksi Helicobacter pylori di bagian bawah lambung dan mengakibatkan peradangan hebat, yang sering kali disertai dengan komplikasi pendarahan dan pembentukan lubang-lubang. Peradangan kronis pada bagian distal lambung meningkatkan

32

produksi asam lambung dari bagian badan atas lambung yang tidak terinfeksi. Ini menambah perkembangan tukak lebih besar di usus duabelas jari. Pada

beberapa

individu, Helicobacter

pylori juga

menginfeksi bagian badan lambung. Bila kondisi ini sering terjadi, menghasilkan peradangan yang lebih luas yang tidak hanya mempengaruhi borok di daerah badan lambung tetapi juga kanker lambung. Kanker lambung merupakan kanker penyebab kematian kedua di dunia. Peradangan di lendir lambung juga merupakan faktor risiko tipe khusus tumor limfa (lymphatic neoplasm) di lambung, atau disebut dengan limfoma MALT (mucosa associated lymphoid tissue,

jaringan

limfoid

yang

33

terkait

dengan

lendir).

Infeksi Helicobacter pylori berperan penting dalam menjaga kelangsungan tumor. Limfoma-limfoma dapat merosot saat bakteri-bakteri itu dibasmi dengan antibiotik. Helicobacter pylori hanya terdapat pada manusia dan telah menyesuaikan diri di lingkungan lambung. Hanya sebagian kecil individu terinfeksi berkembang menjadi penyakit lambung. Bakteri Helicobacter pylori sendiri sangat beragam dan galurgalurnya berbeda dalam banyak hal, seperti perekatan ke lendir lambung dan kemampuan menimbulkan peradangan. Walau pada satu individu terinfeksi, semua bakteri Helicobacter pylori tidak identik, dan selama jalur infeksi kronis, bakteri menyesuaikan diri terhadap perubahankondisi-kondisi di lambung.

34

Tukak lambung dan usus duabela jari dapat diobati melalui penghambatan produksi asam lambung, tetapi sering kali akan kambuh kembali akibat bakteri dan peradangan kronis lambung tetap ada. Studi Marshall dan Warren menunjukkan bahwa penyakit tukak lambung itu dapat diatasi hanya bila bakteri dibasmi dari lambung dengan antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik secara serampangan dapat mengakibatkan masalah serius, yaitu ketahanan bakteri melawan obat-obat penting. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik melawan Helicobacter pylori pada pasien-pasien yang tidak mengalami tukak lambung dan usus duabelas jari harus dibatasi.

35

6. Manifestasi Klinik a. Gastritis akut erosive Gastritis akut erosive sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah : 1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah. 2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya. 3) Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.

36

4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala. 5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas. 6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran. b. Gastritis kronis 1) Bervariasi dan tidak jelas 2) Perasaan penuh, anoreksia

37

3) Distress epigastrik yang tidak nyata 4) Cepat kenyang 7. Pemeriksaan Diagnostik Menurut priyanto, 2006 pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk pasien gastritis adalah: a.

Pemeriksaan darah seperti Hb, Ht, Leukosit, Trombosit.

b.

Pemeriksaan endoskopi.

c.

Pemeriksaan hispatologi biopsy segmen lambung.

8. Penatalaksanaan Medis a. Pemeriksaan darah Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam

38

hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis. b. Uji napas urea Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H. Pyloridalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi. c. Pemeriksaan feces Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya

39

darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung. d. Endoskopi saluran cerna bagian atas Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinarx. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkansebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke

40

laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop. e. Rontgen saluran cerna bagian atas Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.

41

f. Analisis Lambung Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata). g. Analisis stimulasi

42

Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histaminatau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak. B.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Menurut Muttaqin, (2012) yaitu: 1. Pengkajian Pengkajian

merupakan

aspek

penting

dalam

proses

perawatan. Hal ini penting untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Perawat mengumpulkan data dasar informasi status

terkini

klien

mengenai

pengkajian

sisteme

kardiovaskuler sebagai prioritas pengkajian. Pengkajian sistematis pasien mencakup riwayat yang berhubungan dengan gambaran gejala berupa nyeri dada, sulit bernafas (dispnea) dan keringat dingin (diaforesis). Masing-masing gejala harus dievaluasi waktu dan durasinya serta faktor yang mencetuskan dan yang meringankan. a. Data biografi 43

Nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku dan agama yang di anut.

b. Keluhan utama Keluhan utama biasanya nyeri ulu hati / epigastrium, mual, muntah, nyeri sebelum / setelah makan, adanya perdarahan/muntah darah. c. Riwayat penyakit sekarang Hal ini meliputi keluhan umum mulai dari sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri perut, pusing, mual, muntah, nafsu makan menurun, kembung. d. Riwayat penyakit dahulu Mengkaji apakah klien pernah mengalami sakit seperti yang dirasakan sekarang atau pernah menderita penyakit keturunan atau yang lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien. e. Riwayat kesehatan keluarga Mengkaji pada keluarga, apakah didalam keluarga ada yang menderita gastritis atau penyakit menular. f. Riwayat psikososial

44

Meliputi

perasaan

pasien

terhadap

penyakitnya,

bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit. g. Pola aktivitas dan latihan Hal ini perlu dilakukan pengkajian pada pasien dengan gastritis untuk menilai kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan aktivitas. (Panthee, 2011).

h. Kebiasaan yang dialami o Konsumsi alkoho o Suka minum kopi, teh panas o Perokok o Kebiasaan makan sedikit, terlambat makan, makan makanan pedas/ mengandung gas dan asam o Makan tidak teratur o Penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter : aspirin, analgesic, steroid (kalmetaxon) dan lainlain. o Menjalankan diet ketat

45

i. Pola-pola fungsi kesehatan 1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Tanggapan klien mengenai kesehatan dan kebiasaan yang kurang menjaga kebersihan serta pemakaian obat yang mengiritasi lambung, intake makanan yang kurang menjaga kebersihan, tidak dimasak dahulu dan sering makan yang terkontaminasi dengan bakteri 2. Pola nutrisi dan metabolism Pada umumnya klien makan tidak teratur 3. Pola aktivitas Pada klien gastritis akan mengalami gangguan karena selalu terdapat rasa nyeri pada daerah lambung 4. Pola eliminasi Pada umumnya pada klien gastritis tidak ada gangguan atau masalah pada pola eliminasi alvi atau uri. 5. Pola istirahat tidur

46

Rasa mual, nyeri, yang sering menyerang epigastrium akan mengurangi waktu dan menjadi gangguan tidur klien

6. Pola sensori dan kognitif Pada klien gastritis biasanya tidak ada gangguan pada panca indera 7. Pola persepsi diri Klien mengalami kecemasan sebab sering merasa nyeri, mual, muntah. 8. Pola hubungan dan peran Klien masih tetap berinteraksi dengan orang lain dan hanya perannya yang terganggu karena klien harus banyak istirahat akibat nyeri yang sering dirasakan 9. Pola reproduksi dan seksual Pada umumnya klien tidak mengalami gangguan baik organ maupun kebiasaan seksualitas 10. Pola penanggulangan stress

47

Cara

klien

menanggulangi

stress

biasanya

menggunakan mekanisme koping yang baik jika dimotivasi keluarga atau perawat.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan Kebiasaan agama yang dianut, kebiasaan beribadah baik di rumah ataupun di rumah sakit. j. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan Umum Keadaan umum lemah, nyeri epigastrium, respiratori rate meningkat, suhu meningkat, nadi meningkat.  Inspeksi Pucat, lemah, adanya perdarahan, mual, muntah, penurunan berat badan, keluar keringan dingin  Palpasi Nyeri tekan kuadran kiri atas, nyeri tekan epigastrium, turgor menurun.  Auskultasi

48

Terdapat peningkatan fisik usus/gaster  Perkusi Hipertimpani, kembung.

2. Kepala dan leher Wajah pucat, mata cekung, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, dan wajah menyeringai kesakitan. 3. Sistem integument Turgor kulit menurun, tekstur kulit kasar, dan kadang sianosis. 4. Sistem respirasi Tidak ada kelainan pada sistem respirasi. 5. System kardiovaskuler Terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan nadi dan adanya suara jantung irregular. 6. Sistem gastrointestinal

49

Terjadi

mual,

muntah,

dan

peningkatanfisik

usus/gaster. 7. Sistem genio unrinaria Tidak terdapat dysuria, retensi urine

8. Sistem musculoskeletal Adanya kelemahan otot karena kurangnya cairan dan nyeri persendian. 9. Sistem endokrin Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya gastritis dari sistem endokrin. 10. Sistem persyarafan Motorik dan sensorik tidak ada gangguan pada umumnya. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa

keperawatan

adalah

pernyataan

yang

menguraikan respon aktual atau potensial klien terhadap

50

masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya (Potter & Perry, 2010). Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan berdasarkan respon pasien yang disesuaikan menurut ( SDKI, 2016):

1. Nyeri berhungan dengan peradangan mukosa lambung 2. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah). 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. 5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi. 3. Intervensi Keperawatan Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat 51

terpenuh. Dalam teori perencanaan keperawatan dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan Nursing Intervension Clasification (NIC) dan Nursing Outcome Clasification (NOC)(Judith et al, 2012). Perencanaan keperawatan disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang ada dengan Spesifik, Mearsure, Archievable, Rasional, Time (SMART) selanjutnya akan diuraikan rencana keperawatan dari diagnosa yang ditegakkan (Judith et al, 2012).

52

No.

1.

Diagnosa

Tujuan &

Keperawatan

Kriteria Hasil

Nyeri berhubungan dengan peradagan mukosa lambung

NOC:

NIC:

Kontrol nyeri yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut

Manajemen nyeri :

Manajemen nyeri :

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif . 2. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau 3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 4. Gunakan teknik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien 5. Manajemen lingkungan: lingkungan tenang dan batasi pengunjung (Muttaqin, 2012) 6. Kurangi fktor presipitasi nyeri 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi Dengan cara relaksasi pernapasan dalam dan ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri(Muttaqin, 2012) 8. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.

1. Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda-tanda nyeri sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya 2. Mengetahui respon nyeri 3. Mengetahui respon klien terhadap nyeri 4. Menumbuhkan sikap saling percaya 5. Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan (Muttaqin, 2012) 6. Dapat menurunkan tingkat nyeri klien 7. Pernapasan dalam meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurrunkan nyeri sekunder dari iskemia jaringan dan distraksi (pengalihan penglihatan) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri, sehingga menurunkan persepsi nyeri (Muttaqin, 2012) 8. Klien tidak merasa cemas dan takut sebabsebab nyeri

1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Secara Konsisten Hasil yang diharapkan adalah indikator 4-5 dibuktikan dengan kriteri: 1. Mengenali kapan nyeri terjadi 2. Menggambarkan faktor penyebab 3. Menggunakan jurnal harian untuk memonitor gejala dari waktu ke waktu 4. Menggunakan tindakan pencegahan 5. Menggunakan analgesik yang direkomendasikan 6. Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan 7. Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada profesional kesehatan

Intervensi

53

Rasional

8. Menggunakan sumber daya yang tersedia 9. Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri 10. Melaporkan nyeri yang terkontrol Indikator Tingkat Nyeri: 1: Berat 2: Cukup Berat 3: Sedang 4: Ringan 5: Tidak ada Dengan kriteria: 1. Nyeri yang dilaporkan berkurang 2. Durasi episode nyeri tidak memanjang 3. Mengerang dan menangis tidak ada 4. Ekspresi nyeri pada wajah tidak ada atau berkurang 5. Ketegangan otot tidak ada

Pemberian analgesik 9. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi 10. Cek riwayat alergi 11. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri 12. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis antangina seperti nitrogliserin, morfin, dan penyekat beta (Muttaqin, 2012) 13. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali 14. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala 15. Dianjurkan diet tinggi serat dan penggunaan pencahar ringan seperti duoctyl sodium sulfosuksinat (200 mg/hari) (Sudoyo, 2006) 16. Ikuti lima benar obat 17. Verifikasi resep atau dolar sebelum memberikan obat 18. Bantu pasien dalam minum obat

54

9. Sebagai scuan dalam pemberian dosis obat yang tepat 10. Menghindari adanya kemerahan, gatalgatal dan efek lain dari konsumsi obat yang salah 11. Mengurangi nyeri yang dirasakan sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya 12. Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan efek vasodilatasi koroner, morfin menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi, dan mengurangi kerja miokardium, sedangkan penyekat beta untuk pengontrol nyeri melalui hambatan rangsangan simpatis. Dengan demikian, denyut jantung akan berkurang. Obat ini menurunkan kebutuhan pemakaian oksigen, sehingga meredakan rasa nyeri (Muttaqin, 2012) 13. Mengetahui perubahan status kesehatan setelah pemberian obat 14. Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan/keefektifan intervensi 15. Efek penggunaan narkotika untuk menghilangkan nyeri yang sering mengakibatkan konstipasi 16. Menghindari kesalahan dalam pemberian obat 17. Memastikan tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat 18.Memenuhi kebutuhan dengan mendukung partisipasi dan kemandirian pasien

2.

Devisite volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat

NOC:

NIC:

Keseimbangan cairan:

Manajemen cairan:

1. Gangguan ekstrim

4. input dan output seimbang.

1. Monitor status hidrasi ( missal, membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah osmotic ) 2. Jaga intake / asupan yang akurat dan catat output (pasien) 3. Monitor tanda-tanda vital 4. Tingkatkan asupan oral ( misal, memberikan sedotan, menwarkan cairan diantara waktu makan, mengganti air es secara rutin, menggunakan cangkir obat kecil ) yang sesuai. 5. Dukung pasien dan keluarga untuk membatu dalam pemberian makan dengan baik.

5. Tanda-tanda vital dalam batas normal

Kolaborasi

2.Berat 3.Sedang 4.Ringan 5.Tidak ada Hasil yang diharapkan adalah indikator 45 dibuktikan dengan kriteri: 1. mukosa bibir lembab 2. menunjukkan turgor kulit baik 3. pengisian kapiler berwarna merah muda

6. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan ( misal, peningkatan

55

1. Agar dapat segera dilakukan tindakan jika terjadi syok 2. Untuk mengetahui balance cairan dalam tubuh/ homeostatis 3. Mengetahui dengan cepet penyimpangan dari keadaan normalnya. 4. Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh. 5. Memenuhi kebutuhan dengan mendukung partisipasi dan kemandirian pasien 6. mengetahui hasil laboratorium yang abnormal 7. Pemberian cairan IV sangant penting bagi klien yang mengalami defisite volume cairan untuk memenuhi kebutuhan cairan 8. Sebagaia acuan dalam pemberian dosis obat yang tepat 9. Untuk menghindari terjadinya hipertermi apabila terjadi dehidrasi. 10. Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh. 11. Mengetahui perubahan status kesehatan setelah pemberian obat 12. Memastikan tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat

berat jenis, peningkatan BUN, penurunan hematocrit, peningkatan kadar osmolitas urin ) 7. Berikan terapi IV, seperti yang ditentukan 8. Berikan diuretik yang diresepkan 9. Berikan cairan IV sesuai suhu kamar 10. Berikan cairan dengan tepat 11. Monitor reaksi pasien terhadap terapi elektrolit yang diresepkan 12. Konsultasi dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala kelebihan volume cairan menetap atau memburuk

3.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi

NOC:

NIC :

Status nutrisi : Asupan nutrisi :

Manajemen nutrisi:

1. 2. 3. 4. 5.

1. Catat adanya alergi makanan 2. Ajarkan pasien bagaimana

Tidak adekuat Sedikit adekuat Cukup Sebagian besar Sepenuhnya

membuat catatan makanan harian

56

1. Mencegah terjadinya dampak alergi terhadap makanan tertentu 2. Mempermudah pasien untuk memilih makanan yang sesuai target gizi 3. Untuk meningkatkan nafsu makan 4. Untuk meningkatkan nafsu makan

Hasil yang diharapkan adalah indikator 45 dibuktikan dengan kriteria : 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2. Nafsu makan meningkat 3. Intake & output seimbang 4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 5. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang bearti

3. Ciptakan lingkungan yang

4. 5.

6.

7. 8. 9.

optimal pada saat mengkonsumsi makanan ( misal, bersih, berventilasi, santai, dan bebas dari bau yang menyengat ). Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut sebelum makan Pastikan makanan yang disajikan dengan cara menarik dan suhu yang cocok untuk konsumsi secara optimal Bantu pasien membuka kemasan makanan, memotong makanan, dan makan jika diperlukan Tawarkan makanan ringan yang padat gizi Monitor kalori & asupan makan Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan

Kolaborasi: 10. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi 11. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 12. Beri obat-obatan sebelum makan ( misalnya, penghilang

57

5. Untuk meningkatkan nafsu makan 6. Mempermudah pasien dalam mengkonsumsi makan & untuk mengurangi aktifitas yang memungkinkan yang dapat menimbulkan cidera 7. Memenuhi kebutuhan nutrisi tdalam tubuh 8. Untuk mengetahui adanya perubahan status nutrisi 9. Untuk Mengetahui tanda_tanda malnutrisi 10. 11. 12. 13. Untuk memperlancar BAB

rasa sakit, antiemetic ) jika diperlukan. 13. Pastikan diet mencakup makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi. 4.

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

NOC :

NIC :

Konservasi energi :

Manejemen Energy

1. Gangguan berat 2. Gangguan cukup berat 3. Gangguan sedang 4. Gangguan ringan 5. Tidak ada gangguan Hasil yang diharapkan adalah indikator 45 dibuktikan dengan kriteria:

1.

1. Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat 2. Menyadari keterbatasan energy 3. Mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat energy 4. Melaporkan kekuatan yang cukup untuk beraktivitas

4.

2.

3.

5.

6.

Anjurkan pasien istirahat dalam 12 jam pertama (sudoyo, 2006) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan Monitor klien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan Tingkatkan tirah baring, istirahat (di tempat tidur/kursi)

1.

2.

3.

4. 5.

6.

Terapi Aktivitas 7. 7.

8.

58

Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan

8.

Aktivitas yang berlebihan akan meningkatkan kerja jantung dan mengakibatkan kelelahan. Keterbatasan dalam beraktivitas harus diketahui gunanya untuk mengidentifikasi masalah Kelelahan diatasi untuk meningkatkan kemampuan toleran terhadap aktivitas Kelelahan dan emosi berlebihan meningkatkan kerja jantung Menurunkan kerja miokard dan konsumsi oksigen, menurunkan resiko komplikasi Aktivitas yang memerlukan menahan napas dan menunduk dapat mengakibatkan bradikardi, jadi menurunkan curah jantung Peningkatan aktivitas dilakukan secara bertahap untuk menghindari serangan Alat bantu diberikan untuk mobilisasi tanpa pengeluaran banyak energy

5.

Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi

NOC : Pengetahuan : Proses penyakit 1. Tidak ada 2. Terbatas 3. Sedang 4. Banyak 5. Sangat banyak Hasil yang diharapkan adalah indikator 4-5 dibuktikan dengan kriteria: 1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan 2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan 3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat /tim kesehatan lainnya

kemampuan fisik, psikologi dan sosial Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda NIC : Pengajaran : proses penyakit 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga terkait dengan proses penyakit yang spesifik 2. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat 3. Identifikasi kondisi pasien yang spesifik 4. Hindari pemberian harapan yang kosong 5. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat. 6. Rewiew pengetahuan pasien mengenai kondisinya 7. Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya 8. Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai kebutuhan 9. Beri ketenangan terkait kondisi pasien, sesuai kebutuhan. Kolaborasi 10. Jelaskan patofisiologi dan penyakit bagaimana hal ini berhubungan dengan antomi

59

1. Untuk mengetahui seberapa banyak informasi yang telah diketahui pasien dan keluarga tentang penyakitnya 2. Untuk menambah informasi tentang penyakit yang diderita pasien 3. Sebagai acuan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan sesuai kondisi pasien 4. Untuk meningkatkan kepercayaan diri pasien untuk bisa sembuh 5. Untuk meningktakan harapan pasien untuk kesembuhannya 6. Untuk mengetahui batas pemahaman pasien dan keluarga tentang penyakitnya. 7. Supaya keluarga dan pasien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan 8. Agar pasien dan keluarga mengetahui penyebab terjadinya penyakitnya. 9. Untuk mengurangi kecemasan akibat penyakitnya 10. Untuk menambah pemahaman tentang proses penyakit 11. Untuk

dan fisiologi, dengan cara yang tepat 11. Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada sesuai kebutuhan 12. Berikan informasi mengenai pemeriksaan diagnostic yang tersedia sesuai kebutuhan. 13. Perkuat informasi yang diberikan dengan anggota tim kesehatan lain, sesuai kebutuhan.

(Modifikasi : Bulechek, dkk, 2016 & Muttaqin, 2012 & Sudoyo, 2006 & Taylor, 2015)

60

12. Untuk 13.

4. Implementasi Keperawatan Implementasi yang merupakan komponen proses keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tindakan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2010). 1) Nyeri berhubungan dengan peradangan mukosa lambung a. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif b. Mengevaluasi pengalaman nyeri masa lampau c. Mengobservasi

reaksi

nonverbal

dari

ketidaknyamanan d. Menggunakan teknik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien e. Memanajemen lingkungan: lingkungan tenang dan batasi pengunjung (Muttaqin, 2012) f. Mengurangi faktor presipitasi nyeri

61

g. Mengajarkan

tentang

teknik

non

farmakologi.

Dengan cara relaksasi pernapasan dalam dan ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri(Muttaqin, 2012) h. Memberikan

informasi

tentang

nyeri

seperti

penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

2) Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat a. Memonitor status hidrasi b. Memonitor tanda-tanta vital c. Meningkatkan asupan oral d. Memonitor intake dan output e. Menganjurkan keluarga untuk membatu pasien dalam pemberian makan dengan baik f. Memberikan cairan dengan tepat g. Memberikan pengobatan sesuai kebutuhan ( kolaborasi ) 62

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat a. Mencatat adanya alergi makan b. Mengajarkan pasien bagaimana membuat catatan makan harian c. Menciptakan lingkungan yang nyaman pada saat mengkonsumsi makanan d. Melakukan oral hygine sebelum makan e. Menawarkan makanan yang padat gizi f. Memonitor kalori dan asupan makanan g. Memonitor berat badan setiap hari h. Memberikan obat-obatan sebelum makan i. Memberikan informasi tentang kebutuhan gizi 4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik a. Menganjurkan pasien istirahat dalam 12 jam ertama (sudoyo, 2006)

63

b. Mengobservasi

adanya

pembatasan

klien

dalam

melakukan aktivitas c. Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan d. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan e. Memonitor klien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan f. Meningkatkan

tirah

baring, istirahat (di

tempat

tidur/kursi) 5) Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi a. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga terkait dengan proses penyakit b. Menyediakan informasi pada pasien tentang kondisi c. Menghindari pemberian harapan kosong d. Memberikan penjelasan mengenai proses penyakit e. Memberikan ketenangan terkait kondisi pasien

64

f. Menjelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada g. Mereview pengetahuan pasien tentang kondisinya

5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan tujuan dengan melihat perkembangan

klien.

Evaluasi

klien

PJK

dilakukan

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan dan menggunakan SOAP (subjektif, objektif, analisa dan perencanaan) ( Potter & perry, 2012 ) 1) Nyeri berhubungan dengan peradangan mukosa lambung S:

Pasien mengatakan nyeri didadanya terasa berkurang

O:

Nyeri yang dilaporkan berkurang, durasi episode nyeri tidak memanjang, mengerang dan menangis tidak ada, ekspresi nyeri pada wajah tidak ada atau berkurang, ketegangan otot tidak ada

A:

Masalah teratasi

65

P:

Intervensi dihentikan

2) Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat S:

Pasien mengatakan tidak lemas lagi

O:

Terlihat turgor kulit elastis, mukosta bibir lembab, wajah terlihat kebih segar, tanda-tanda vital dalam batas normal, pengisian kapiler merah muda, intak dan output seimbang

A:

Masalah teratasi

P:

Intervensi dihentikan

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat S:

Pasien mnegatakan nafsu makan sudah bertambah, tidak ada mual muntah lagi

O:

Sudah

ada

peningkatan

berat

badan,

pasien

menghabisakan makanan 1 porsi, dan tidak ada tandatanda malnutrisi A:

Masalah teratasi

P:

Intervensi dihentikan

66

4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik S:

Pasien mengatakan sudah bisa beraktivitas seperti biasa tanpa adanya rasa pusing.

O:

Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat, menyadari keterbatasan energy, mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat energy, melaporkan kekuatan yang cukup untuk beraktivitas

A:

Masalah teratasi

P:

Intervensi dihentikan

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi S:

Pasien

mengatakan

sudah

paham

mengenai

penyakitnya O:

Pasien dapat menyampaikan kembali informasi yang telah diberikan oleh perawat/tim kesehatan lainnya mengenai kondisi penyakitnya

A:

Masalah teratasi

P:

Intervensi dihentikan

67

DAFTAR PUSTAKA Doengoes M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.Jakarta : EGC. Hadi, Sujono. (1999). Gastroentrologi. Jakarta : Penerbit Alumni. Inayah. Lin. (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien denagn gangguan sistem Masjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI Price, Sylvia A. Wilson, L. M. (1994). Patofisiologi Konsep Proses Penyakit, edisi 4, Alih Bahasa Peter Anugrah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa

68

H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta : EGC. Underwood, J. C. E. (1996). Patologi Umum dan Sitemik, edisi 2. Jakarta : EGC. Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC http://www.indofarma.co.id/index.php?option=com_content&ta sk=view&id=27&Itemid=125

69

70

Related Documents

Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72
Bab-i-bab-v.doc
May 2020 71
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 67
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 65
Bab I-bab Iii.docx
November 2019 88

More Documents from "Nara Nur Gazerock"