BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Perkembangan Motorik Bayi 2.1.1 Definisi Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 24 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti. Usia 0-12 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan bayi yang pesat sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas. Periode ini bisa berubah menjadi periode kritis jika sibuah hati tidak memperoleh makanan sesuai gizinya (khomsah, Nurjanah, & harlinawati, 2016). Bayi pada usia ini akan bertambah berat badannya antara 680-900 gram setiap bulannya pada tahap ini tetap tidak semua bayi dapat tumbuh seperti yang disebut diatas, setiap bayi memiliki sifat pertumbuhanya masing-masing. Selama dia tumbuh dengan konsisten dan tingkat yang sama (Nirwana, 2011). Perkembangan menurut Susanto (2012), adalah suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional. Perkembangan motorik adalah kontrol gerak badan melalui aktivitas saraf pusat, saraf tepi dan otot. Kontrol pergerakan tersebut muncul dari perkembangan refleks-refleks yang dimulai sejak anak lahir. Anak menjadi tidak berdaya jika perkembangan tersebut tidak muncul. Perkembangan pada anak meliputi berbagai aspek yaitu perkembangan kognitif, bahasa, emosi, sosial dan motorik. Perkembangan motorik
yang menjadi salah satu aspek penting yang perlu
diperhatikan ini dapat ditinjau dari motorik kasar dan halus yang bisa dilihat sejak neonatus (kementrian kesehatan RI, 2014).
Motorik kasar anak akan berkembang sesuai dengan usianya (age approprianteness). Perkembangan motorik kasar adalah kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk dalam perkembangan motorik kasar. Otototot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh Perkembangan motorik kasar dipengaruhi proses kematangan dalam diri anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda dengan perkembangan anak lainnya (Hidayati, 2010). Perkembangan motorik halus adalah perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau hanya sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh dalam gerakan motorik halus. Perkembangan keterampilan tersebut berjalan secara bertahap, umumnya dalam urutan tertentu, sesuai dengan pertambahan usia anak. Dengan mengetahui aspek- aspek perkembangan anak. Orang tua bisa mendapatkan informasi mengenai masalah-masalah yang terjadi pada anaknya (Hidayati, 2010). 2.1.2 Tata cara merangsang perkembangan motorik bayi Menurut Reva (2016), tata cara merangsang perkembangan motorik adalah: 1. Perkembangan motorik kasar a. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap setelah itu lakukan beberapa kali guna untuk melatih si kecil.
b. Ajaklah si kecil untuk mengangkat kepalanya, bunda bisa menempelkan cermin maupun gambar besar atau sejajarkan dengan wajah bunda sambil memanggil nama si kecil. c. Membelai kepala dan leher belakangnyasehingga si kecil akan berusaha mengangkat kepalanya. d. Baringkan si kecil dengan posisi terlentang, kemudian bantu si kecil untuk membalikkan posisi tubuhnya. 2. Perkembangan motorik halus a. Ketika si kecil mengepalkan telapak tangannya, bunda bisa membuka kepalan tangan si kecil dan sentuh jari jemarinya satu persatu kemudian luruskan. b. Berikan pijatan lembut pada jari-jari sikecil dan berikan mainan lembut dengan warna-warna yang mencolok dan bisa mengeluarkan bunyi untuk memancingnya bereaksi. c.
Pegang jari-jari tangan si kecil, lalu lakukan gerakan menyilangkan lengan di bagian dada. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot, lengan atas, bahu serta punggung bagian atas.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik pada bayi Menurut Kholifah (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik diantaranya adalah: 1. Faktor genetic (Internal) Faktor genetik akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan tulang, alat seksual, serta saraf, sehingga merupakan modal
dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang. Faktor genetic yaitu perbedaan ras, etnis atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan kromosom dan pengaruh hormone. 2. Faktor lingkungan (eksternal) Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat mencapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya
potensi
bawaan,
sedangkan
kurang
baik
akan
menghambatnya. Faktor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih didalam kandungan (faktor prenatal) dan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal) a. Faktor lingkungan prenatal Faktor lingkungan prenatal yang mempengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir adalah: 1) Gizi Gizi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama selama trimester akhir kehamilan 2) Mekanis Posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan congenital, misalnya club foot. 3) Toksin, zat kimia dan radiasi Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obatan atau kebiasaan merokok oleh ibu hamil
4) Kelainan endokrin 5) Infeksi dalam kandungan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin 6) Kelainan imunolog 7) Psikologis ibu b. Faktor lingkungan postnatal Faktor lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum adalah: a. Biologis Lingkungan biologis yang dimaksud adalah ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit yaitu imunisasi, penyakit kronis. b. Fisik Yang termasuk dalam faktor fisik yaitu cuaca, musim, ventilasi. Cahaya dan radiasi c. Psikososial Bayi harus selalu memberikan stimulasi gerak pada bayi agar bayi dapat tumbuh dan berkembang optimal. Motorik bayi dapat dirangsang dengan memberikan permainan, gambar-gambar yang berwarna agar bayi dapat meraih dan memegangnya. d. Status sosial ekonomi keluarga Status
sosial
ekonomi
keluarga
juga
dapat
mempengaruhi
perkembangan anak. Anak dengan keluarga yang memiliki sosial
ekonomi tinggi umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anaksosial ekonomi rendah. Demikian juga dengan anak yang berpendidikan rendah, tentu akan sulit untuk menerimaarahan dalam pemenuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan lain yang menunjang dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. 3. Faktor pemberian ASI Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan motorik bayi juga dinyatakan oleh penelitian Kholifah (2017) yang menunjukkan bahwa perkembangan motorik halus dan kasar dipengaruhi oleh pemberian ASI. Kandungan immunoglobulin yang terdapat dalam ASI dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit, sehingga bayi tidak mudah sakit dan dapat berkembang dan bergerak secara optimal, apabila nutrisi dari ASI kurang maka kematangan otot bayi akan terganggu dan ini akan berpengaruh terhadap perkembanagn motoriknya. Hal ini dibuktikan dari penelitian. Banyak penelitian yang menerangkan tentang pengaruh gizi terhadap perkembangan motorik kasar. Le vitsky dan Strupp pada penelitiannya terhadap tikus mengungkapkan bahwa kurang gizi menyebabkan functional isolationism ‘isolasi diri’ yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak (conserve energy) dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku eksploratori, perhatian, dan motivasi. Aplikasi teori ini kepada manusia adalah bahwa pada keadaan kurang energi dan potein (KEP), anak menjadi tidak aktif,
apatis, pasif, dan tidak mampuberkonsentrasi. Akibatnya, anak dalam melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik di sekitarnya hanya mampu sebentar saja dibandingkan dengan anak yang gizinya baik, yang mampu melakukannyadalam waktu yang lebih lama. Hasil penelitiaan menunjukkan bahwa status gizi berpengaruh terhadap kecerdasan serta perkembangan motorik kasar anak. Gizi yang cukup dapat meningkatkan kecerdasan dan perkembangan motorik kasar anak, sedangkan gizi kurang dapat memperlambat kecerdasan dan perkembangan motorik kasar pada anak (Dian, 2014). 2.1.4 Tahap-tahap perkembangan motorik pada bayi Menurut Janiwarty & Pieter (2013), ada beberapa tahap diantaranya: 1. Tahap perkembangan motorik bayi usia 0-3 bulan a. Nol sampai tiga minggu:
menyusu, gerak reflek memegang atau
menangis, mengangkat kepala dan bahu atau tengkurap b. Empat sampai enak
minggu: menoleh kekanan atau kekiri, mulai
tersenyum c. Tiga bulan: mengangkat kepala dan bahu bilah tengkurap .2. Tahap perkembangan fisik bayi menurut usia a. Satu bulan: bayi sudah mampu melakukan gerak reflek seperti membuka mulut, mencari putting susu ibu, menghisap, menelan. Bila memegang sesuatu bayi selalu memegangnya dengan cara menggenggam. b. Dua bulan: bayi sudah mampu melakukan gerakan motorik kekanan dan kekiri mengikuti gerakan benda yang terletak dekat mata. Bayi mudah
mampu memegang benda-benda yang diberikan untuk memerapa saat, lalu melepaskanya. Bayi sudah mampu meminta perhatian dengan menggerakan lengan dan kaki, bayi senang menghisap setiap benda yang dipegang. c. Tiga bulan: bayi sudah mampu mengangkat kepala dan tubuhnya jika diletakan pada posisi tengkurap. Bayi senang memegang mainan dengan kedua tangannya sembari melihat kesana kemari dan berusaha untuk mencari suara-suara atau music yang didengarnya. Bayi telah mampu duduk untuk sementara waktu jika ditopang. 3. Tahap perkembangan bicara bayi a. Lahir: dapat mengenali percakapan, menangis, membuat semacam respon terhadap suara. b. satu sampai 3 bulan: mengeluarkan sura “uuu” dan tertawa. Pada usia 3 bulan bayi sudah bicara (speech sound). 2.1.5 Stimulasi pada bayi Menurut Armini, dkk (2017). Stimulasi pada bayi merupakan kelanjutan dari stimulasi pada neonatus. Beberapa stimulasi yang dapat dilakukan untuk bayi adalah: a. Bantu bayi duduk sendiri, dengan mendudukan bayi dikursi yang mempunyai sandaran. b. Latih kedua tangan bayi masing-masing memegang benda dalam waktu yang bersamaan.
c. Latih bayi menirukan kata-kata dengan cara menirukan suara bayi dan buat bayi agar menirukan kembali. d. Latih bayi bermain “ciluk ba” atau bermain lain, seperti melanbaikan tangan sambil menyebut “da…da” “…da…da”. e. Angkat bayi dan bantu dia berdiri diatas permukaan yang datar dan kokoh. f. Latih bayi memasukan dan mengeluarkan benda dari wadah. g. Perlihatkan gambar benda dan bantu bayi menunjukan nama benda yang anda sebutkan. Macam-macam stimulasi pada bayi usia 0-3 bulan: a. Stimulasi visual: Objek warna terang diatas tempat tidur b. Stimulasi auditif: mengacak bicara dengan cara mendengarkan suara lonceng c. Stimulasi taktik: membelai, menyisir, menyelimuti d. Stimulasi kinetic: berjalan-jalan 2.2 Penggunaan Bedong Terhadap Perkembangan Motorik Bayi A. Definisi Bedong ( Swaddling) adalah cara membungkus bayi dengan selimut yang bertujuan untuk memberikan rasa hangat dan nyaman. Sebenarnya, membedong atau swaddling sudah dilakukan sejak lama oleh orang tua. Bedong adalah tradisi yang telah berusia berabad-abad yang dipercaya dapat membuat bayi merasa masih berada dilingkungan rahim yang hangat. Membedong bayi juga dikenal
dapat menenangkan bayi yang rewel karena belum terbiasa terhadap suara dari dunia luar (Indivara, 2009). Menurut Suririnah (2009), bedong adalah metode pembungkusan bayi dengan kain untuk memberikan rasa hangat seperti didalam rahim, ini biasanya dilakukan pada bayi baru lahir yang dapat membantu memberikan rasa hangat sehingga bayi dapat tidur lebih lama. Penggunaan bedong terhadap perkembangan motorik akan membatasi pergerakan pada tubuh bayi pergerakan ini yang akan mempengaruhi perkembangan bayi. Pertumbuhan fisik dan pencapaian kemampuan bayi pada perkembangan terjadi dengan cepat selama tahun pertama (Laksana, 2011). Cara membedongpun bervariasi. Ada yang membedong dengan ketat ataupun longgar. Tapi umumnya yang dianut di Indonesia adalah membedong dengan ketat untuk mencapai tujuan membedong. banyak masyarakat berfikir bedong membuat tidur lebih nyenyak dan bayi lebih tenang karena bayi merasa dipeluk (Wahyuni, 2014). Faktor adat istiadat seperti anggapan bahwa bayi dibedong agar kaki tidak pengkor atau agar kaki menjadi lurus adalah salah dan itu hanyalah mitos yang terlanjur dipercaya oleh banyak orangtua. Bedong bukan perngkat meluruskan kaki tetapi hanyalah cara untuk menghindari dari bayi yang kedinginan. Tanpa dibedong kaki bayi akan tetap lurus jika sudah waktunya. Bayi baru lahir memang tidak lurus, terlihat seperti bentuk O kondisi ini sangat normal dan akan bertahan sampai usia 3 bulan. Selanjutnya antara 3 tahun 6 bulan justru berbentuk X, setelah 6-7 tahun kaki akan menjadi lurus. Fakta menunjukan bahwa pemakaian bedong sama sekali tidak ada kaitanya dengan pembentukan kaki bayi, semua
kaki bayi yang baru lahir memang bengkok karena dalam perut tidak ada ruangan cukup bagi bayi untuk meluruskan kaki, sehingga waktu bayi lahir kakipun masih bengkok, apa lagi dinegara-negara yang cukup mendapat sinar matahari seperti Indonesia tidak ada kaki X atau O, yang ada adalah orang yang menderita kaki X atau O karena sakit pada kelenjar parathyroid (Holikah & suminar, 2017). 2.2.1 Teknik membedong bayi Menurut Indivara (2012), teknik bedong adalah: a. Selalu meletakkan bayi terlentang (sleep on baby back) b. Jangan membedong bayi dengan ketat .Bedong bayi dengan longgar saja. Tak masalah jika begitu terbangun si kecil ’memorak-porandakan’ bedongnya itu. c. Tidak membedong denan kain berlapis (apalagi ketat) yang membuat bayi kepanasan (overheated) dan dapat meningkatkan resiko pneumonia serta infeksi saluran pernafasan akut lainnya akibat paru-paru bayi tidak dapat mengembang sempurna ketika ia bernafas. d. Gunakan kain bedong yang tipis tapi cukup hangat, seperti kain flanel, dan cukup gunakan satu lembar kain saja. Bila bayi Anda menggunakan popok sekali pakai, jangan lupa untuk sering-sering mengganti kain bedongnya e. Kenakan pakaian dari bahan yang tipis saja pada si kecil karena bila Anda memakaikan baju yang tebal atau berlapis-lapis dan kemudian membedongnya pula, bayi Anda bisa overheated.
f. Jangan pula membedong sampai menutupi kepala bayi, ataupun mulai membedong di atas bahu, karena dikhawatirkan dapat menutupi hidung bayi. g. Sebaiknya jangan membedongnya ketika ia sedang bangun agar tak menghambat perkembangan motoriknya. 2.2.3 Manfaat bedong bagi perkembangan motorik Menurut Hanindita (2016), manfaat bedong adalah: a. Membuat bayi merasa aman dan nyaman Swaddling atau membedong membuat bayi seperti selalu dipeluk. Ini mengingatkannya pada suasana dalam rahim ibu bayi akan merasa nyaman dan aman. Itulah alasan rasional dibalik kebiasaan membedong. Tujuan membedong sama sekali bukan untuk meluruskan kaki bayi. Semua bayi baru lahir, kakinya memang tampak sedikit bengkok atau menekuk ke dalam tapi itu normal. Kondisi tersebut dikarenakan selama kurang lebih 40 minggu di dalam rahim ibu yang ruangnya memang terbatas, ia selalu dalam posisi meringkuk. Dalam beberapa bulan setelah lahir, dan tanpa dibedong pun, kedua kaki bayi akan lurus dengan sendirinya dan berbentuk normal. b.Manfaat keperaktisan pada orang tua, seperti memudahkan untuk menyusui dan mengendong beberapa ibu ada yang merasakan kemudahan untuk menyusui bila bayinya dibedong bagi ibu maupun sang bayi, saatsaat pertama kali menyusui adalah masa yang penuh perjuangan. Ibu belajar untuk mencari posisi dan teknik menyusui yang benar. Si kecil juga
berjuang mencari cara menyusu yang pas untuknya. Seringkali dia bergerak tak sabar, yang justru membuat ibu semakin sulit untuk menempatkannya dalam posisi yang benar dan nyaman. Dengan membedong, bayi akan relatif lebih anteng dan membuat proses belajar menyusui ini lebih lancar. Bayi baru lahir juga sering kali mengalami kolik, salah satu hal yang membuat orangtua baru kebingungan karena bayi yang tengah kolik akan gelisah dan menangis tak henti-hentinya. Swaddling atau membedong dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menenangkan si kecil yang sedang kolik. c. Mengembangkan keterampilan motorik Pergerakan tangan dan kaki bayi akan terbatas bila dibedong. Kelak, hal ini justru akan membantu bayi mengembangkan keterampilan motoriknya. Manfaat ini terutama sangat membantu bagi bayi yang lahir prematur.
2.3 Kajian Penelitian yang Relavan Penelitian/
Judul
Metode
Hasil
Tahun Siti N.
Pengaruh
Penelitian
ini
Solikah, dan
Pemberian Bedong
menggunakan
Saka
Terhadap
diskriptif
komparatif,
Suminar.
Perkembangan
sedangkan
rancangan
signifikansi 0,000 (p <
2017
Motorik Bayi Usia 3
penelitian
yang
0,05), maka Ho ditolak
Bulan
digunakan adalah cross
sehingga
sectional.
pengaruhpemberian
Populasi penelitian ini
bedong
adalah bayi usia3 bulan
perkem-
yang ada di
bangan motorik pada
Desa Cemani. Jumlah
bayi usia 3 bulan di
populasi ini sebanyak
Desa
Cemani
28 bayi selama periode
Kecamatan
Grogol
bulan
Kabupaten Sukoharjo.
desain
Februari-Maret
2016.
Analisis
uji
penelitian
menggunakan
metode
Total Sampling dengan
test
independent menunjukkan
hasil
terdapat
terhadap
Semakin
Sampel
t
lama
dibedong
bayi maka
perkembangan motoriknya
observasi dan lembar semakin suspeck, hal DDST.
ini
ditunjukkan
dari
nilai t -6,232. Wahyuni ,
Hubungan
Rancangan
2014
Pemberian Bedong
yang digunakan
Bayi
adalah
Dengan
Kemampuan Berguling
Approach Pada
Bayi Usia 3 Bulan
penelitian Hasil dalam penelitian
Point
ini menggunakan uji Time Design
Chi Square program SPSS
21.00
for
atrinya penelitan hanya
windows
diperoleh
diobservasi sekali saja
nilai probabilitas 0,394
Di
Posyandu
dan
pengukuran
Barokah
dilakukan
Boyolali
status
terhadap
karakter
lebih besar dari (alpha) = 0,05
atau Berdasarkan
variabel subjek pada yang saat pemeriksaan
hasil
diperoleh, maka
dapat
disimpulkan
Penelitian ini dilakukan bahwa di Wilayah Boyolali Desa
tidak
ada
hubungan
Sobokerto. bedong
Populasi
terhadap
dalam kemampuan
berguling
penelitian ini adalah pada bayi. bayi yang berusia 3 bulan. pengukuran
atau
pemeriksaan
yang
digunakan
adalah
lembar kuesioner dan Blanko DDST II.
Karen E.
Motor Development
synthesis
of
recent Our aim is to address
Adolph, Scott
research
in
motor central
R. Robinson,
development.
2016
behavior
concepts
Motor methodological
encompasses that
continue
and issues to
everything that we do, challenge and therefore is relevant developmental to
every
branch
psychological science
of scientists, and to show how the study of motor behavior can yield fresh insights into the process of development.
Siti
Nur Perkembangan
Metode penelitian ini Hasil
Kholifah,
Motorik Kasar Bayi
adalah
Nikmatul
Melalui Stimulasi
dengan
Fadillah,
Ibu Di Kelurahan
penelitian semua ibu stimulasi
Hasyim
Kemayoran
yang
penelitian
deskriptif menunjukkan populasi responden
memiliki
29 tindakan
ibu
baik
bayi dengan hasil DDST 4
As’ari, Taufik Surabaya
sebanyak 30 orang.
Hidayat, 2014
Lokasi
penelitian
meragukan, tidak dapat di di test 3 dan normal 22.
Kelurahan Kemayoran 1 responden tindakan Surabaya. Pengumpulan
stimulasi
pemeriksaan pada bayi.
cukup
data dengan hasil DDST 1
menggunakan Kuesioner
ibu
meragukan. dan DDST
2.4 Kerangka Pikir 2.4.1 Kerangka teori Perkembangan Motorik Faktor yang berhubungan
Internal
Genetik
Eksternal
Lingkungan
Budaya
Kasar
Halus
Kemampuan fisik untuk bergerak
Perkembangan pada
Faktor pemberian ASI Ekslekusif
otot-otot kecil
Gerakan kaki dan
Mampu
tangan,menegakan
menggengam,
kepala, membuka
melipat,menggambar
Kecukupan ASI Ekslekusif
tutup jari-jari tangan Peran budaya dalam masyrakat
Penggunaan bedong salah satu budaya yang masih ada diindonesia
Gambar 2.1 Perkembangan Motorik Pada Bayi Sumber: Siti Nur Kholifah., Nikmatul Fadillah., Hasyim As’ari., Taufik Hidayat, (2014)
2.4.2 Kerangka konsep Perkembangan Motorik Pada Bayi
: Variabel Tunggal
Penggunaan Bedong