BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medis Dari Penyakit Malaria Tropika 1.
Pengertian Menurut Beberapa Para Ahli Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit yang di tandai dengan di temukannya bentuk aseksual di dalam darah. ( Nanda – Nicnoc, jilid 2. 2015 ) . Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit plasmodium antara lain plasmodium malariae, plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium ovale yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop yang ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles)/, penyakit malaria dapat menyerang semua orang baik laki-laki maupun perempuan, pada semua golongan umur (dari bayi, anak-anak, sampai dewasa), apapun pekerjaannya, penyakit malaria biasanya menyerang yang tinggal didaerah yang mempunyai banyak genangan air yang sesuai untuk tempat perkembangbiakan nyamuk malaria seperti persawahan, pantai, perbukitan dan pinggiran hutan (Depkes RI, 2004). Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2003 malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh beberapa parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Penyakit
9
10
malaria adalah salah satu penyakit yang menular, penyakit parasit yang hidap dalam sel darah manusia yang ditularkan melelui nyamuk malaria dari penderita malaria kepada orang lain, penyakit malaria dapat menyerang kelompok umur dan semua jenis kelamin. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh plasmodium dan ditularkan
kepada
manusia
melalui
vector
nyamuk
anopheles.
(Harijanto, 2000) Malaria adalah suatu penyakit yang ditandai oleh rasa dingin dan badan menggigil, suhu badan meningkat dan denyut nadi cepat (Nadesul, 1995) Menurut penuis Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh parasit plasmodium yang menginfeksi sel darah merah.
2.
Etiologi Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi yaitu, a.
Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
b.
Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
11
c.
Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae (demam tiap hari empat).
d.
Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale. Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).
3.
Klasifikasi Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut : a.
Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum) Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang
12
memiliki
2
kromatin
inti(Double
Chromatin).
Klasifikasi
penyebaran Malaria Tropika: Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever). b.
Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae) Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil. Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya.
13
Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi. c.
Malaria Ovale (Plasmodium Ovale) Malaria
Tersiana
(Plasmodium
Ovale)
bentuknya
mirip
Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari. (Tjay & Rahardja, 2002). d.
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan
14
mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam. Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.
4.
Patofisiologi Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu: a. Fase seksual Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk (Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentukbentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi Ookista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk (Tjay & Rahardja, 2002). Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoitskizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi merozoit dibentuk, sebagian
15
merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. (Mansjoer, 2001). b. Fase Aseksual Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan “ Pra -eritrositer primer.” Terjadi di dalam darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel darah di hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran yang di keluarkan diproses kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus halus. Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau terdiam di hati
16
dan di sebut “ekso-eritrositer sekunder“. Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang di lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan protein asing yang di pisahkan. Secara garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk. (Corwin , 2000).
17
5.
Pathway Nyamuk malaria (anopheles) 1. Plasmodium falciparum(tropical) 2. Plasmodium malariae (quartana) Berubah menjadi merozoid 3. Plasmodium vivax (tertian) Menginfeksi sel darah merah dan 4. Plasmodium ovale sirkulasi Memasukan plasmodium (dalam bentuk protozoa)
Kompensasi : usaha penurunan suhu tubuh
Malaria
Peradangan
Peradangan pada sel darah merah
Peningkatan metabolisme
Komleks Ag-Ab (antigen-antibodi) Anoreksia Pelepasan pirogen endogen
Penguapan
Mempengaruhi pelepasan mediatormediator kimia
Evaporasi meningkat
Histamin
Keringat berlebih MK : Kekurangan volume cairan MK : ganguan keseimbangan cairan & elektrolit
Mempengaruhi prostaglandin E2 di hipotalamus Meningkatkan pelepasan prostaglandin E2
MK : perubahan nutrisi < kebutuhan tubuh
Bra dikinin Merangsang reseptor saraf nyeri MK : Nyeri
Termogulasi tidak stabil Peningkatan suhu tubuh sistemik MK : Hipertermi
18
Plasmodium mengikuti aliran darah sitemik MK : Resiko ttinggi infeksi Menginfeksi sel darah merah Hemolisis (sel darah merah pecah)
Sebagianmenempel pada pembuluh darah Aliran darah terganggu
MK : Gangguan perfusi jaringan
Sampah dihancurkan system lympa Sistem transporttasi hemoglobin terganggu Intake O2 ke jaringan menurun
MK : Ketidakefektifan pola napas Sumber : Tjay & Rahardja, 2002).
6.
Manifestasi Klinis Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dengan malaria secara umum menurut Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :
19
a.
Demam Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari
ke-3,
sedangkan
Malaria
Kuartana
(P.
Malariae)
pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam periodik. . (Mansjoer, 2001). Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan : 1)
Periode dingin. Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
2)
Periode panas Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40o C atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang
20
(anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.. 3) Periode berkeringat Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa. b. Splenomegali Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000). Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra. c. Anemia Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan
21
eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (Mansjoer. dkk). d. Ikterus Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan
bilirubin
dalam
darah.
Bilirubin
adalah
produk
penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :
1)
Ikterus hemolitik Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang di hasilkan.
2) Ikterus hepatoseluler Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler. 3) Ikterus Obstruktif Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000).
22
7.
Komplikasi Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit malaria adalah : a. Malaria otak Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%) bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran, kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh. b. Anemia berat Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak kurang lebih 3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya Anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus. c. Edema paru Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan. Frekuensi pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS). d. Hipoglikemia Konsentrasi gula pada penderita turun
23
8.
Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan mikroskopis malar Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam penderita.Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacammacam
target
dianjurkan
sebagai
pelengkap
pemeriksaan
mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara pemeriksaan satu hari. Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%). 1)
Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
24
2)
Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
3)
Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat.
4)
Identifikasi spesies plasmodium
5)
Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.
b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat) Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit. c. Pemeriksaan imunoserologis Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini
terus
dikembangkan
terutama
radioimmunoassay dan enzim immunoassay.
menggunakan
teknik
25
d. Pemeriksan Biomolekuler Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA
9. Penatalaksanaan a. Non farmakologi The Center for disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan
hal
berikut
untuk
membantu
mencegah
merebaknya malaria: 1. Semprotkan atau gunakan obat pembasmi nyamuk disekitar tempat tidur 2. Gunakan pakaian yang bisa menutupi tubuh disaat senja sampai fajar. 3. Atau bisa menggunakan kelambu di atas tempat tidur, untuk menghalangi nyamuk mendekat 4. Jangan biarkan air tergenang lama di got, bak mandi, bekas kaleng atau tempat lain yang bisa menjadi sarang nyamuk.
26
b. Terapi farmakologi Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal dengan membunuh semua stadium parasit yang ada dalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapatkan kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria.
1. Pemberian obat anti malaria. a) Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu proguanil, pirimetamin b) Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu primakuin c) Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin, amodiakuin. d) Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P.vivax, P.malaria, P.ovale, adalah kina, klorokuin, amidokuin e) Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoid dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.
27
2. Pemberian obat anti malaria berat Artesunat parentral direkomendasikan untuk digunakan di Rumah Sakit atau Puskesmas perawatan, sedangkan artemeter intramuscular
direkomendasikan
untuk
dilapangan
atau
puskesmas tanpa fasilitas perawatan. Obat ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil trimester 1 yang menderita malaria berat. Kemasan dan cara pemberian artesunat. Artesunat parentral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi 0,6 ml natrium bikarbonat 5% untuk membuat larutan artesunat dengan mencampur 60 mg serbuk kering artesunik dengan larutan 0.6 ml natrium bikarbonat 5%. Kemudian ditambah larutan Dextose 5% sebanyak 3-5 ml. artesunat deberikan dengan loading dose secara bolus: 2,4 mg/kgbb per-iv selama + 2 menit, dan diulang setelah 12 jam dengan dosis yang sama. Selanjutnya artesunat diberikan 2,4 mg/kgbb per-iv satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Larutan artesunat ini juga bisa diberikan secara intramuscular (i.m) dengan dosis yang sama. Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan regimen artesunat + amodiakuin + primakuin. Kemasan
dan
cara
pemberian
artemeter.
Artemeter
intramuscular tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg artemeter
28
dalam larutan minyak. Artemeter diberikan dengan loading dose: 3,2mg/kgbb intramuscular. Selanjutnya artemeter diberikan 1,6 mg/kgbb intramuscular satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan regimen artesunat + amodiakuin + primakuin.
B. Konsep Dasar
Dari Penyakit Malaria Tropika Berdasarkan Teori
Asuhan Keperawatan. Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melaksanakan tindakan dan mengevaluasi hasil yang telah dilaksanakan.
Proses
keperawatan
terdiri
dari
lima
tahap
yang
berhubungan yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Riyadi, 2007). 1. Pengkajian Pengkajian adalah awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status klien (Lyer et al, 2008). Pengkajian mencangkup data yang dikumpulkan dengan wawancara riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnosis (Doengoes, 2007).
29
2. Pengumpulan data Pendekatan yang sistematis dengan saling membina hubungan saling percaya guna mengumpulkan data klien, kelurga dan orang tua keluarga terdekat dengan klien secara tepat dan cermat sesuai dengan kebutuhan klien.Ada dua tipe data dalam melakukan pengkajian, yaitu: a. Data subyektif Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.Informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Lyer at al, 2008). b. Data obyektif Data obyektif adalah data yang diobservasi dan diukur (Lyer at el, 2008). Focus pengumpulan data meliputi : 1. Biodata a) Identitas klien meliputi : nama, jenis kelamin, umur status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, no penanggung (BPJS, dll) b) Identitas penanggung meliputi : nama, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan hubungan dengan klien.
30
2. Riwayat kesehatan 1) Merupakan keluhan yang mendorong klien/ keluarga untuk mencari pertolongan kesehatan/ keluhan yang dirasakan klien membuat klien merasa tidak nyaman 2) Riwayat keluhan utama Meliputi factor pencetus, sifat keluhan, lokasi keluhan, hal yang memperberat dan memperingankan 3) Riwayat kesehatan masa lalu Apakah pernah mengalami penyakit yang sama atau yang lain, riwayat kesehatan yang lain berupa kebiasaan yang dilakukan di rumah menyangkut riwayat social 3. Pemeriksaan fisik Pengkajian fisik difokuskan pada tanda dan gejala malaria diserta kemampuan klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari data dasar pengkajian klien dengan gangguan malaria menurut (Leye at el, 2008)..adalah : a) Aktivitas/istirahat Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan kram otot, tonus menurun, gangguan tidur/istirahat Tanda : takikardiia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi, koma, penurunan kekuatan otot
31
b) Sirkulasi Gejala : adanya riwayat hipertensi IM akut, klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda : takikardia, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tidak ada, distritmia, krekels, kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung c) Integritas ego Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi Tanda : ansietas, peka rangsang d) Eliminasi Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria) nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi) ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen. Tanda : urin encer, pucat, kuning, poliuri (dapat menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat, urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya ansites, bising usus lemah dan menurun; hiperaktif (diare).
32
e) Makanan/cairan Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet; Peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuertik (tiazid). Tanda : kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah), bau holitasis/manis, bau buah/nafas aseton. f) Neurosensori Gejala : pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan
pada
otot,
parestesia,
gangguan
pengelihatan Tanda :
disorientasi; mengantuk, letargi, spoor/koma (tahap lanjut), gangguan memori (masa lalu), kacau mental, reflek tendon dalam (RTD) menurun (koma), aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
g) Nyeri/kenyamanan Gejala : abdomen yang tegang (sedang berat) Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhatihati
33
h) Pernapasan Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulent (tergantung adanya infeksi/tidak) Tanda : lapar udara, batuk dengan atau tanda sputum purulent (infeksi), frekuensi pernafasan i) Keamanan Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi, stroke, menurunnya kekuatan umum/rentang gerak j) Seksualitas Gejala : rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita k) Penyuluhan/pembelajaran Gejala : faktor resiko keluarga, Diabetes Melitus, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti (steroid), mungkin atau tidak memerlukan obat diabetic sesuai pesanan
34
4. Diagnosa Keperawatan Diagnosa
keperawatan
adalah
pernyataan
yang
menguraikan respons aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dimana perawat memiliki wewenang dan kompetensi untuk mengatasinya (Potter dan Perry, 1997 dalam Haryanto, 2000). Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini (Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 1999): a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat ; anorexia; mual/muntah b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh; prosedur tindakan invasive c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus. d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh. e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan HB dalam darah.
35
5. Perencanaan Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencengah, mengurangi, mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan (Nursalam, 2001). Rencana keperawatan malaria menurut Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 1999, berdasarkan masing-masing diagnosa diatas adalah: a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak sdekuat; anorexia; mual/muntah . Tindakan/ Intervensi : -
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan makanan klien. Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan.
-
Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode anoreksia.
-
Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur. Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi
36
-
Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni. Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ control
-
Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang berhubungan. Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ.
-
Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem tubuh (pertahanan utama tidak adekuat), prosedur invasif. Tindakan/ Intervensi : 1) Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh. Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus dan hipotermia adalah tanda tanda penting yang merefleksikan perkembangan status syok/ penurunan perfusi jaringan. 2) Amati adanya menggigil dan diaforosis Rasional
:
Menggigil
sering
kali
memuncaknya suhu pada infeksi umum.
mendahului
37
3) Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk memperbaiki selama masa terapi Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau pertumbuhan dari organisme. 4) Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk. Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk infeksi umum. 5) Dapatkan spisemen darah. Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria. c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dehirasi efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus. Tindakan/ intervensi : -
Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil. Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola demam menunjukkan diagnosis.
-
Pantau suhu lingkungan. Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
-
Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
38
Rasional
:
Dapat
membantu
mengurangi
demam,
penggunaan es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit. -
Berikan antipiretik. Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
-
Berikan selimut pendingin. Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh Tindakan/ intervensi -
Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan. Rasional : Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen, memaksimalkan efektifitas dari perfusi jaringan.
-
Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status membrane mukosa, dan dasar kuku. Rasional : Indikator keadekuatan perfusi jaringan dan menentukan kebutuhan intervensi
-
Selidiki keluhan nyeri dada.Rasional : Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial
39
-
Anjurkan/
ajarkan
klien
untuk
mengurangi
aktivitas/istirahat. Rasional : Mengurangi kebutuhan O2 terhadap jaringan. -
Berikan oksigen tambahan O2. Rasional : Memaksimalkan transpor O2 ke jaringan
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan HB dalam darah. Intervensi/tindakan -
Pantau tanda-tanda vital terutama respiratori. Rasional : Indikator status respiratori
-
Berikan posisi semi fowler. Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi kebutuhan seluler
-
Anjurkan/ajarkan klien untuk mengurangi aktivitas/istirahat. Rasional : Mengurangi kebutuhan O2 terhadap jaringan
-
Berikan O2. Rasional : Memaksimalkan transpor O2 ke jaringan
-
Berikan tranfusi (HB). Rasional : Memenuhi jumlah HBdalam darah dan meningkatkan transport O2 ke jaringan.
40
6. Implementasi Implementasi merupakan kategori dari perilaku keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter dan Perry, 2007 dalam Haryanto 2000). Implementasi/pelaksanaan realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru menurut Nikmatur Rohmah & Saiful Wahid (2012)
7. Evaluasi Evaluasi adalah tindakan memeriksa setiap aktivitas yang kemudian memberikan umpan balik mengenai seberapa baik keberhasilan aktivitas dan apakah hasil yang diharapkan telah tercapai (Rubenfeld dan Scheffer, 2007 dalam Haryanto 2008).
41
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Nursalam, 2001). Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien ( hasil yang di amati ) dengan tujuan dan kriteria hasil yang di buat pada tahap perencanaan. Tujuan Evaluasi: a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan menurut Nikmatur Rohmah & Saiful Wahid (2012).
8. Dokumentasi Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanaan kesehatan, dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat (Nursalam, 2009.) Dokumentasi
keperawatan
adalah
bagian
dari
keseluruhan
tanggung jawab perawatan pasien. Berikut format dokumentasi yang dapat digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah pasen antara lain :
42
a. SOAP Format SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasen. S : Subjective Pernyataan atau keluhan dari pasen O : Objective Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga. A : Analisys Kesimpulan dari objektif dan subjektif P : Planning Rencana tindakan yang akan dilakuakan berdasarkan analisis. Karakteristik dokumentasi menurut Nursalam (2001) yaitu: a. Ditulis oleh perawat, rencana tindakam keperawatan disusun dan ditulis oleh perawat profesional
yang mempunyai
pendidikan dasar yang memadai. b. Dilaksanakan setelah kontak pertama kali dengan klien. c. Diletakkan di tempat yang strategis/mudah didapat. d. Informasi yang baru.