Bab 1 Overdosis.doc

  • Uploaded by: Sukreny Goni
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1 Overdosis.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 2,661
  • Pages: 10
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overdosis obat adalah hal yang sangat serius dan mengancam nyawa. Apabila overdosis obat terjadi maka akan bisa menyebabkan kerusakan setiap sistem tubuh manusia, tergantung jenis obat dan dosis obat yang dikosumsi.Overdosis merupakan keadaan dimana seseorang mengalami gejala terjadinya keracunan yang mengakibatkan ketidaksadaran akibat obat yang melebihi dosis yang bisa diterima oleh tubuh.Overdosis merupakan keracunan pada penggunaan obat baik yang tidak disengaja maupun sengaja, hal ini dapat terjadi pada setiap umur angka kejadiannya juga mengalami peningkatan pada tahun 2011, diperkirakan kasus overdosis obat di seluruh dunia berjumlah 50 juta orang, 35 juta orang diantaranya adalah overdosis NAPZA, dan 80% tinggal di negara berkembang menurut The International Narcotics Control Board (INCB).Laporan BNN 2012 memperkirakan bahwa rata-rata pengguna NAPZA yang terdata di indonesia 20% nya mengalami overdosis yang mengakibatkan kematian dan 10% nya bisa ditangani oleh tim medis. Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara berkembang, dikarenakan negara berkembang merupakan negara yang masih kurang akan pengetahuan tentang dampak dari NAPZA. kita ambil salah satu contohnya adalah di Indonesia, di negara ini merupakan salah satu penghasil narkotika terbesar di dunia dan sebagai target peredaran narkotika jaringan internasional. Hal ini akan beresiko tinggi untuk warga Indonesia yang masih banyak yang belum mengetahui tentang dampak NAPZA itu sendiri, terutama kalangan remaja atau pelajar. Sedangkan 15 jutanya merupakan kasus overdosis penggunaan obat medis yang di izinkan, dimana penggunaanya tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan yang di berikan, tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang di tetapkan sehubungan dengan prognosisnya.Penyebab pasti yang sering terjadi pada overdosis obat adalah usia, lansia sering lupa bahwa ia sudah minum obat, sehingga sering terjadi kesalahan dosis karena lansia minum lagi. Merk dagang, banyaknya merek dagang untuk obat yang sama, sehingga pasien bingung, misalnya furosemid (antidiuretik) dikenal sebagai lasix, uremia dan unex. Gangguan emosi dan mental. Menyebabkan ketagihan penggunaan obat untuk terapi penyakit (habituasi) misalnya barbiturate, antidepresan dan tranquilizer. Mengkonsumsi lebih dari satu jenis narkoba misalnya mengkonsumsi putau hamper bersamaan dengan alcohol atau obat tidur seperti valium, megadom/ BK, dll. Mengkonsumsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya, misalnya jika seseorang memakai narkoba walaupun hanya seminggu, tetapi apabilah dia memakai lagi dengan takaran yang sama seperti biasanya kemungkinan besar terjadi OD.Pada kasus overdosis obat jika tidak ditangani dengan segera dapat mengakibatkan komplikasi seperti dehidrasi, koma. henti jantung dan paling fatal.Oleh karena itu, peran perawat sangat

penting untuk penanganan kegawatdaruratan agar tidak terjadi komplikasi, sehingga perawat harus tahu konsep kegawatdaruratan, konsep overdosis obat atau NAPZA, dan penanganan pada pasien overdosis, untuk itu kelompok mengangkat masalah kegawatdaruratan overdosis obat sebagai makalah untuk memberikan gambaran kepada pembaca mengenai konsep asuhan keperawatan kegawatdaruratan overdosis obat. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan kegawatdaruratan overdosis obat 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa diharapkan mampu : b. Memahami konsep dasar kegawatdaruratan c. Memahami konsep overdosis d. Memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan kegawat daruratan pada permasalahan yang dikarenakan oleh obat yaitu overdosis obat .

BAB II

TINJAUAN TEORI 1. PENGERTIAN Overdosis merupakan keracunan pada penggunaan obat baik yang tidak disengaja maupun disengaja dengan maksud bunuh diri.Overdosis merupakan keadaan dimana seseorang mengalami gejala terjadinya keracunan yang mengakibatkan ketidaksadaran akibat obat yang melebihi dosis yang bisa diterima oleh tubuh.Overdosis obat sering disangkutkan dengan erjadinya heroin digunakan bersama alcohol. (Wikipedia, 14 april 2013 02:05 ).Overdosis/intoksikasi adalah kondisi fisik dan perilaku abnormal akibat penggunaan zat yg dosisnya melebihi batas toleransi tubuh. 2. ETIOLOGI 1. Keadaan ini sering terjadi dan faktor penyebabnya adalah : a. Usia. Lansia sering lupa bahwa ia sudah minum obat, sehingga sering terjadi kesalahan dosis karena lansia minum lagi b. Merek dagang. Banyaknya merek dagang untuk obat yang sama, sehingga pasien bingung, misalnya furosemid (antidiuretik) dikenal sebagai lasix, uremia dan unex. c. Penyakit. Penyakit yang menurunkan metabolisme obat dihati atau sekresi obat melalui ginjal akan meracuni darah. d. Gangguan emosi dan mental. Menyebabkan ketagihan penggunaan obat untuk terapi penyakit (habituasi) misalnya barbiturate, antidepresan dan tranquilizer. e. Mengkonsumsi lebih dari satu jenis narkoba misalnya mengkonsumsi putau hamper bersamaan dengan alcohol atau obat tidur seperti valium, megadom/ BK, dll. f. Mengkonsumsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya, misalnya jika seseorang memakai narkoba walaupun hanya seminggu, tetapi apabilah dia memakai lagi dengan takaran yang sama seperti biasanya kemungkinan besar terjadi OD. 2. Faktor ketidakpatuhan terhadap pengobatan : a. Kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan itu b. Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya c. Sukarnya memperoleh obat itu diluar rumah sakit d. Mahalnya harga obat e. Kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga, yang mungkin bertanggung jawab atas pembelian atau pemberian obat itu kepada pasien f. Efek samping dapat timbul akibat menaikan dosis obat yang biasanya tidak bereaksi, mengganti cara pemberian obat, atau memakai obat dengan merek dagang lain.Keracunan obat dapat terjadi, baik pada penggunaan untuk maksud terapi maupun pada penyalahgunaan obat.Keracunan pada penggunaan obat untuk maksud terapi dapat terjadi karena dosis yang berlebih (overdosis) baik yang tidak disengaja maupun disengaja dengan maksud bunuh diri, karena efek samping obat

yang tidak diharapkan dan sebagai akibat interaksi beberapa obat yang digunakan secara bersama-sama.Kematian akibat penggunaan obat jarang terjadi.Hal yang dapat menimbulkan reaksi dan mungkin mengakibatkan kematian, terutama pada penggunaan obat secara IV, penggunaan obat golongan depresan, penisilin dan turunannya, golongan anti koagulan, obat jantung, k-klorida golongan diuretik dan insulin.3. Manefestasi klinis overdosis umuma. Penurunan kesadaran 3. 4. 5. 6. 7.

Frekuensi pernapasan kurang dari 12kali/menit Pupil miosis Adanya riwayat pemakaian obat-obat terlarang suhu tubuh menurun. kuku, bibir menjadi kebiru- biruan.g. Adanya suara- suara mengorok atau mendengkur yang berasal dari tenggorokkan yang menandakan bawha seorang itu mengalami kesulitan dalam melakukan pernafasan yang benar.

3. JENIS-JENIS Beberapa jenis intoksikasi/overdosis yang sering ditemui pada kasus penggunaan NAPZA diantaranya adalah sebagai berikut : a. Intoksikasi opioida b. Intoksikasi sedatif hipnotik (Benzodiazepin) c. Intoksikasi Amfetamind. Intoksikasi Alkohole. Intoksikasi Kokain Salah satu jenis overdosis yang akan dibahas lebih spesifik disini adalah overdosis yang diakibatkan oleh amfetamin. d. Over Dosis Amfetamin Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintesis yang disebut sistem saraf pusat (SSP) stimulant. Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara sintesis dan kini terkenal diwilayah asia tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk putih Kristal kecil.Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi amfetamin memliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain (waktu paruh amfetamin 10-15 jam) dan durasi yang memberikan efek euforianya 4-8kali lebih lama dibandingkan kokain. Hal ini disebabkan oleh stimulator-stimulator tersebut mmengaktivasi reserve power yang ada didalam tubuh manusia dan ketika efek yang ditimbulkan oleh amfetamin melemah, tubuh memberikan signal bahwa tubuh membutuhkan senyawa itu lagi.Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah dihirup melalui tabung.Amfetamin dapat membuat seseorang merasa energik, efek amfetamin termasuk rasa kesejahteraan dan membuat seseorang merasa lebih percaya diri. Perasaan ini bias bertahan sampai 12 jam, dan beberapa orang terus menggunakan untuk menghindari turun dari obat.Obat-obat yang termasuk kedalam amfetamin : Amfetamin, Metamfetamin, Metilendioksimetamfetamin (ektasi).1) Shabu-shabu metilendioksimetamfetamin/ ekstasi atau 3,4- metilendioksimetamfetamin karena efek neurotoksisitas dan potensial disalahgunakan, diinggris

telah dimasukkan dalam golongan A dari misuse of drug Act pada tahun 1971 dan diamerika serikat dilarang sejak tahun 1985. Dinggris, atau kapsul ekstasi digunakan pada pesta dengan gerakan dansa yang cepat dan lama, sehingga efek farmakologinya bercampur dengan penggunaan tenaga yang berlebihan dan dehidrasi berat. 4. TANDA DAN GEJALA toksikasi/overdosis amfetamin biasanya ditunjukkan dengan adanya dua atau lebih gejala-gejala seperti : takikardi atau bradikardi, dilatasi pupil,peningkatan atau penurunan tekanan darah, banyak keringat atau kedinginan, mual atau muntah, penurunan BB, agitasi atau retardasi psikomotor, kelelahan otot, depresi sistem pernapasan, nyeri dada atau aritmia jantung, kebingungan,kejang-kejang, diskinesia, distonia atau koma Pada penyalahgunaan yang ringan, gejala yang timbul, antara lain agitasi, takikardi, hipertensi, dilatasi pupil yang kelihatan jelas, trimus, dan berkeringat.Pada kasus yang berat dapat terjadi hipertermia, koagulasi intravaskuler yang menyebar, rhabdomiolisis, dan gagal ginjal akut.Kematian mungkin terjadi dan jika sembuh dapat terjadi kerusakan hati dengan mekanisme yang belum diketahui.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWAT DARURATAN OVERDOSISA. A. PENGKAJIAN 1. Primary survey

Sebelum penyalahgunaan terjadi biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui kekuarga, dan lain-lain. Instansi pemerintah seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. Kegiatan yang dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi KTE yang di tunjukkan kepada remaja langsung dan keluarga. B1 : Breath, kaji pernapasana klien. Apakah klien mengalami gangguan dalam bernapas? B2 : Blood, kaji apakah terjadi perdarahan yang menyumbat jalan napas dan cek tekanan darah pasien. B3 : Brain, kaji apakah klien mengalami gangguan pada proses berfikir. B4 : Bladder, kaji apakah ada terjadi kerusakan pada daerah ginjal yang dikarenakan overdosis karna keasaman obat tersebut. B5 : Bowel, kaji intake dan output pasiena. a.

Airway support Pada klien dengan overdosis yang perlu diperhatikan adalah ada tidaknya sumbatan pada jalan napas seperti lidah. Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada klien tidak sadar karena pada kondisi ini lidah klien akan terjatuh ke belakang rongga mulut. Hal ini akan mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas harus terbuka. Teknik yg dapat digunakan adalah cross finger (silang jari). Jika terdapat sumbatan bersihkan dengan teknik finger sweep (sapuan jari).

b.

Breathing support Setelah dipastikan bahwa jalan napas aman, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian status pernapasan klien, apakah masih bernapas atau tidak. Teknik yg digunakan adalah LOOK, LISTEN and FEEL (LLF). LLF dilakukan tidak lebih dari 10 menit, jika klien masih bernapas, tindakan yg dilakukan adalah pertahankan jalan napas agar tetap terbuka, jika klien tidak bernapas, berikan 2 x bantuan pernapasan dgn volume yg cukup.

c.

Circulation support Circulation support adalah pemberian ventilasi buatan dan kompresi dada luar yang diberikan pada klien yang mengalami henti jantung. Selain itu untuk mempertahankan sirkulasi spontan dan mempertahankan sistem jantung paru agar dapat berfungsi optimal dilakukan bantuan hidup lanjut (advance life support).

d.

Disability

Pemantauan status neurologis secara cepat meliputi tingkatan kesadaran dan GCS, dan ukur reaksi pupil serta tanda-tanda vital.e. Exposure Lakukan pengkajian head to toe.f. Folley kateter Pemasangan kateter pada klien overdosis biasanya dilakukan untuk melakukan perhitungan balance cairan.g. Gastric tube Salah satu Penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah kumbah lambung yang bertujuan untuk membersihkan lambung serta menghilangkan racun dari dalam lambung. Prosedur kumbah lambung : Jelaskan prosedur yang akan dilakukan a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.

k. l. m.

n.

o. p. q. r.

Membawa alat dekat pasien Atur posisi pasien dalam sikap fowler bila sadar Pasang sampiran Pasang pengalas : satu dibawah dagu klien yg dipentingkan dbagian punggung dan satu diletakkan pada sisi dimana ember diletakkan Letakkan ember diatas kain pel d bawah TT Perawat cuci tangan dan masang sarung tangan Ambil selang sende langsung dan keluarkan air dari dalam selang Selang diukur dari epigastrika mulut ditambah dari mulut kebawah telinga ( 40-45 cm) kemudian diberikan tanda Memasang selang yang telah diklem perlahan-lahan kedalam lambung melalui mulut Pastikan apakah selang lambung benar-benar telah masuk kedalam lambung dengan cara memasukkan pangkalnya kedalam air dan klem dibuka. Jika tidak ada gelembung udara yang keluar maka selang sudah masuk kedalam lambung. Sebaiknya jika ada udara yang keluar berarti sonde dimasukkan keparu-paru Atur posisi pasien, berbaring tanpa bantal dengan kepala lebih rendah Kosongkan isi lambung dengan cara merendahkan dan mengarahkan sonde kedalam ember. Jepit selang dan pasang corong pada pangkal selang lambut / spuit besar (100 cc), tinggi corong/spuit + 30 cm diatas lambung, kemudian menuangkan cairan perlahan-lahan + 500 cc kedalam corong yang sedikit dimiringkan sambil klem dibuka. Sebelum cairan terakhir dalam corong/spuit habis, cairan yang masuk tadi keluarkan kembali dengan cara merendahkan corong dan tuangkan kedalam ember (jangan terlalu rendah agar selaput lender lambung tidak hisap masuk kedalam selang lambung Lakukan berulang-ulang sampai cairan yang keluar kelihatan jernih kemudian pangkal selang lambung. Keluar kan selang lambung perlahan-lahan dengan cara menarik sonde berlahan-lahan, kemudian selang + corong di masukkan dalam kom. Beri air untuk kumur kepada klien, kemudian mulut dan sekitarnya dibersihkan dengan tissue Angkat pengalas dan rapikan klien Bersih kan alat-alat dan perawat cuci tangan h. Heart monitorLakukan pemantauan peningkatan detak jantung, peningkatan tekanan darah dan kerusakan sistem kardiovaskuler.

Setelah primary survey dan intervensi krisis selesai, perawat harus mengkaji riwayat pasien : a.

b. c. d.

A : Allergies ( jika pasien tidak dapat memberikan informasi perawat bisa menanyakan keluarga atau teman dekat tentang riwayat alergi pasien )M : Medication ( overdosis obat : ekstasi ) P : Past medical history ( riwayat medis lalu seperti masalah kardiovaskuler atau pernapasan L : Last oral intake ( obat terakhir yang dikonsumsi : ekstasi) E : Even ( kejadian overdosisnya obat, dekskripsi gejala, keluhan utama, dan mekanisme overdosis) 2. Secondary survey Pada saat penggunaan sesudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatmen). Fase ini meliputi : fase penerimaan awal (intialintek) antara 1-3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental dan fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medic, antara 1-3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap. Tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan tindakan keperawatan head to toe.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d intoksikasi b. Pola napas tidak efektif b.d depresi susunan syaraf pusat c. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah d. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (konsumsi psikotropika yang berlebihan secara terus menerus) e. Resiko distress pernapasan b.d asidosis metabolic

C. INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa 1 Tujuan : pasien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien menunjukkan kemudahan bernapas, pergerakan sumbatan keluar dari jalan napas a. b. c.

Intervensi : Kaji frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan Pengisapan jalan napas : mengeluarkan sekret dari jalan napas dengan memasukkan sebuah kateter pengisap ke dalam jalan napas oral dan/atau trakea Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan

d. e.

Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum, seperti warna, karakter jumlah dan bau Konsultasikan dengan tim medis dalam pemerian oksigen, jika perlu Diagnosa 2 Tujuan : Pasien menunjukkan pola pernapasan efektif Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pasien menunjukkan status pernapasan : status ventilasi dan pernapasan yang tidak terganggu, kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas

a. b. c. d.

Intervensi : Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan Pantau pola pernapasan Auskultasi suara napas, perhatikan area penurunan/tidak adanya ventilasi dan adanya suara napas tambahan Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola pernapasan Diagnosa 3 Tujuan : keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecul ekstremitas untuk mempertahankan fungsi jaringan. Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam suhu, hidrasi, warna kulit, nadi perifer, tekanan darah, dan pengisisan kapiler baik dan lancar dan dalam batas normal

a. b. c. d. e. f.

Intervensi: Kaji terhadap sirkulasi perifer pasien (nadi perifer, edema, warna, suhu dan pengisisan ulang kapiler pada ekstremitas) R/ memantau sirkulasi perifer Manajemen sensasi perifer R/ mencegah atau meminimalkan ketidaknyamanan pasien Ajarkan pasien / keluarga tentang : menghindari suhu ekstrempada ekstremitas R/ jika ada tanda dan gejalanya dapat langsung dilaporkan ke ruang perawat Kolaborasi : berikan obat antitrombosit atau antikoagulanR/ untuk mencegah pembekuan darah karena infusiensi arteri dan vena Diagnosa 4 Tujuan : pengembalian volume cairan klien Kriteria : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam hidrasi adekuat dan status nutrisi adekuat maupun keseimbangan cairan pasien dalam batas normal

a. b. c. d. e. f.

Intervensi : Pantau cairan elektrolit pasien (intake/output) R/ mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit Manajemen cairan (timbang berat badan, ttv, intake/output) R/ meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat dari kadar elektrolit serum yang tidak diharapkan. Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus R/ agar dapat mencatat intake pasien

g.

Kolaborasi : laporkan dan catat haluaran kurang/lebih dari batas normal dan berikan terapi IV sesuai program. Diagnosa 5 Tujuan :Pasien mempertahankan pernapasannya secara efektif Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, pasien bebas dari sianosis dan tanda tanda syok. Intervensi : a. Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernapasanR/ mendeteksi derajat trauma b. Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya (semi/fowler)R/ memudahkan ekspansi paru c. Anjurkan pasien melakukan latihan napas dalam R/ mencegah atau menurunkan atelectasis d. Kolaborasi : pemberian oksigen (non rebirthing) R : mempertahankan breathing pasien

Related Documents

Bab 1
June 2020 41
Bab 1
May 2020 48
Bab 1
October 2019 61
Bab 1
November 2019 61
Bab 1
July 2020 45
Bab 1
June 2020 31

More Documents from ""

Bab_ii Fatma.doc
May 2020 6
Askep Jiwa.doc
December 2019 15
Bab Iii Kasus.doc
December 2019 9
Askep Ppok.docx
May 2020 5
Bab 1 Overdosis.doc
May 2020 6