Bab 1 Awal.docx

  • Uploaded by: Ferdinan Arya Dwi Kusuma
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1 Awal.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,136
  • Pages: 5
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang TBC merupakan penyakit infeksi penyebab kematian nomor satu di Indonesia dalam kategori penyakit menular. Namun, jika dilihat dari penyebab kematian umum, TBC menempati posisi ke-3 setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut di semua kalangan usia. dr M. Arifin Nawas, SpP(K), MARS. Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengungkapkan bahwa prevalensi kasus TB di Indonesia per tahun 2012 mencapai 730 ribu per tahun atau berarti menjadi 83 kasus baru per jam. Sementara untuk angka kematian jumlahnya mencapai 8 kasus TB per jam. Ini tentu harus menjadi perhatian kita semua.

WHO mencatat bahwa Indonesia

menempati urutan kedua terbanyak di dunia setelah India (WHO, 2017). Indonesia mengembangkan program tersebut menjadi TOSS “Temukan, obati TB sampai sembuh” untuk memaksimalkan penemuan kasus dan pengobatan TB hingga tuntas. Pemerintah telah menyediakan pelayanan pengobatan secara gratis untuk penyakit ini dalam upaya pemberantasan TB paru sebagai implementasi program DOTS akan tetapi sebagian penderita TB paru yang enggan berobat ke pelayanan kesehatan karena malu dan menganggap TB paru adalah penyakit karena guna-guna, diracun, kutukan, tidak dapat disembuhkan dan merupakan penyakit keturunan. dr Windi Yuliarini sebagai dokter umum Puskesmas Moro si Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, bercerita misalnya tentang penyakit tuberkulosis (TB). Banyak warga masih berpikiran bahwa TB yang salah satu gejalanya batuk berdarah adalah kiriman orang lain. Pengabaian gejala, perawatan/pengobatan tidak tuntas serta keterlambatan diagnosis dapat memperburuk keadaan umum penderita sehingga akan timbul kelemahan/penurunan kesadaran dan munculnya komplikasi yang menjadikan penderita harus melakukan perawatan di rumah sakit. Data dan informasi kementerian kesehatan republik Indonesia menunjukkan terjadinya peningkatan angka diagnosa pada TB di indonesia pada beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari data dan informasi kementerian kesehatan republik Indonesia. jumlah kasus baru tuberkulosis paru bta positif tahun 2016 sebanyak 156.723 orang, meningkat pada tahun 2017 menjadi 168.412 orang.

Provinsi sumatera selatan merupakan salah satu penyumbang jumlah penemuan penderita TB Paru. Pada tahun 2016 jumlah kasus baru tuberkulosis paru bta positif sebanyak 5.674 dan jumlah kasus baru tuberkulosis paru bta positif pada tahun 2017 sebanyak 5.389. Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh yang lainnya, termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Agens infeksius utama Mycobacterium Tuberculosis adalah batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet. Penularan TB terjadi ketika seseorang menghirup droplet nuclei. Droplet nuclei akan melewati mulut/saluran hidung, saluran pernafasan atas, bronkus kemudian menuju alveolus (CDC, 2016). Setelah tubercle bacillus sampai di jaringan paru-paru, mereka akan mulai memperbanyak diri. Lambat laun, mereka akan menyebar ke kelenjar limfe. Proses ini disebut sebagai primary TB infection. Ketika seseorang dikatakan penderita primary TB infection, tubercle bacillus berada di tubuh orang tersebut. Seseorang dengan primary TB infection tidak dapat menyebarkan penyakit ke orang lain dan juga tidak menunjukkan gejala penyakit (WHO, 2004). Dosis penularan droplet nuclei dilaporkan diantara 1 hingga 200 bacili per orang, dimana satu droplet dapat mengandung 1 hingga 400 bacili. Keluhan yang dirasakan pasien tuberculosis dapat bermacam-macam atau malah banyak pasien ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan terbanyak adalah demam, batuk/batuk darah, sesak napas, nyeri dada, dan malaise. Sesak napas yaitu adanya peningkatan kerja pernapasan karena resistensi elastic paru–paru, faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kerja pernapasan karena menurunnya kemampuan mengembang dinding torak atau paru-paru maka kinerja otot pernapasan akan bertambah dan dapat memberikan perubahan dan jika paru–paru tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen akhirnya menimbulkan sesak napas. Sedangkan batuk dan produksi sputum yang berlebih terjadi karena adanya reflek protektif yang timbul akibat iritasi percabangan trakeabronkial, pembersihan yang tidak efektif sputum akan terkumpul dan perlu di obsevasi sumber sputum, warna, volume, konsistensi sputum. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari rongga toraks melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut dihasilkan aliran udara yang sangat cepat yang dapat melontarkan keluar material yang ada di sepanjang saluran respiratorik, terutama saluran yang besar. Dengan demikian batuk mempunyai fungsi penting sebagai

salah satu mekanisme utama pertahanan respiratorik. Sekret mengandung bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri mycobacterium tuberculosis menyebabkan infeksi droplet yang masuk melewati jalan napas kemudian melekat pada paru sehingga terjadi proses peradangan melalui media (brochogen percontinuitum, hematogen, limfogen) yang menyerang pertahanan primer yang tidak adekuat sehingga membentuk tuberkel yang menyebabkan kerusakan membran alveolar dan membuat sputum yang berlebihan yang menyebabkan kondisi ketidakefektifan bersihan jalan napas (Nurarif dan Kusuma, 2015). Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi saluran pernafasan utuk mempertahankan jalan nafas (Nurarif dan Kusuma, 2015). Untuk mengeluarkan sekret dengan baik caranya dengan cara batuk yang benar yaitu batuk efektif. Batuk efektif adalah tindakan yang diperlukan untuk membersihkan secret (Hudak & Gallo, 1999). Batuk efektif merupakan suatu metode batuk yang benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimaldengan tujuanmenghilangkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi, mencegah efek samping dari retensi ke sekresi(Hudak & Gallo 1999). Apabila tidak dilakukan intervensi ketidakefektifan bersihan jalan nafas akibat dari sekresi sputum yang berlebihan meliputi batuk dapat menyebabkan penderita mengalami kesulitan bernafas dan gangguan pertukaran gas di dalam paru paru yang mengakibatkan timbulnya sianosis, kelelahan, apatis serta merasa lemah. Dalam tahap selanjutnya akan mengalami penyempitan jalan nafas sehingga terjadi perlengketan jalan nafas dan terjadi obstruksi jalan nafas. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan laporan kasus tentang penerapan batuk efektif mengurangi penumpukan sekret pada klien TB Paru.

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah laporan kasus ini adalah "Bagaimana penerapan batuk efektif pada klien dengan masalah penumpukan sekret klien TB Paru di puskesmas lubuk batang tahun 2019"

1.3 Tujuan Laporan kasus ini bertujuan untuk mengeksplorasi penerapan batuk efektif pada klien dengan masalah penumpukan sekret klien TB Paru di puskesmas lubuk batang tahun 2019

1.4 Manfaat Manfaat dari penelitian ini, dapat digunakan untuk penulis, institusi tempat penelitian, keluarga dan pasien, serta pengembangan ilmu keperawatan 1.4.1 Bagi Penulis Dapat memperluas pengetahuan dan menambah pengalaman tentang pelaksanaan penerapan batuk efektif pada klien dengan masalah penumpukan sekret klien TB Paru di puskesmas lubuk batang tahun 2019. 1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi stimulus bagi rekan sejawat keperawatan dalam melakukan penerapan batuk efektif pada klien dengan masalah penumpukan sekret klien TB Paru di puskesmas lubuk batang tahun 2019 yang komperhensif tidak hanya berorientasi pada tindakan medis. 1.4.3 Bagi Keluarga dan Pasien Dengan pelaksanaan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan pasien, sehingga memperpendek hari rawat pasien. 1.4.4 Bagi UPT Puskesmas Lubuk Batang Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak puskesmas tentang penerapan batuk efektif pada klien dengan masalah penumpukan sekret klien TB Paru di puskesmas lubuk batang tahun 2019. 1.4.5 Bagi Penulis Selanjutnya Sebagai sumber informasi bagi para penulis selanjutnya penerapan batuk efektif pada klien dengan masalah penumpukan sekret klien TB Paru di puskesmas lubuk batang tahun 2019 dan dapat digunakan sebagai data tambahan bagi penulis selanjutnya.

Related Documents

Bab 1
June 2020 41
Bab 1
May 2020 48
Bab 1
October 2019 61
Bab 1
November 2019 61
Bab 1
July 2020 45
Bab 1
June 2020 31

More Documents from ""